OLEH :
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
RISKA DWI ANGGRAENI
16030182
Mengetahui,
Ketua Program Studi,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
1
Tabel 1.1
Target Penerimaan dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Tahun Anggaran Pendapatan Anggaran Belanja
Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
2014 216.054.000 149.824.665 7.467.273.000 6.161.331.525
2015 225.054.000 242.831.531 9.364.255.000 7.119.331.525
2016 275.000.000 397.523.150 10.671.240.000 9.422.578.161
2017 239.368.000 295.338.450 4.877.440.000 4.338.589.081
2018 300.000.000 291.641.600 10.962.893.199 10.078.498.183
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Kabupaten Tegal yang diolah (2019)
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa realisasi pendapatan
dan belanja tidak sesuai dengan yang dianggarkan, sisa anggaran yang terlalu
banyak serta kurangnya perencanaan yang matang dalam penganggaran dan
koordinasi yang kurang antar pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pelaksanaan kegiatan. Permasalahan itu disebabkan karena adanya perubahan
Struktur Organisasi Tata Kerja yang dulu dinamakan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan sekarang diubah menjadi Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja.
Hal ini menunjukan bahwa Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten
Tegal dalam melakukan perencanaan anggaran kurang maksimal. Oleh
karena itu Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal perlu
melakukan perencanaan anggaran pendapatan dan belanja dengan baik.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “ ANALISIS KINERJA REALISASI
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PADA DINAS
PERINDUSTRIAN DAN TENAGA KERJA KABUPATEN TEGAL ”
4
V. Batasan Masalah
Dalam pembahasan ini yang menjadi objek utama adalah kinerja
realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam kurun waktu 5
tahun (periode 2014-2018) pada Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Kabupaten Tegal. Dengan batasan masalah Analisis Kinerja Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja yang meliputi perhitungan analisis varians
anggaran belanja, analisis keserasian belanja, dan analisis rasio efisiensi
belanja.
Umpan balik
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :
• Pertumbuhan ekonomi
• Tingkat inflasi
• Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)
• Struktur produksi
• Tenaga kerja
• Arus modal dalam negeri
• Cadangan devisa
• Nilai tukar mata uang
• Utang dan bantuan luar negeri
• Infrastruktur
• Teknologi
• Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
• Sektor informal
b. Faktor Politik
Faktor politik yang mempengaruhi sektor publik antara lain:
• Hubungan negara dan masyarakat
• Legitimasi pemerintah
• Tipe rezim yang berkuasa
• Ideologi negara
• Elit politik dan massa
• Jaringan internasional
• Kelembagaan
c. Faktor Kultural
Faktor kultural yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
• Keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya
• Sistem nilai di masyarakat
• Historis
• Sosiologi masyarakat
12
• Karakteristik masyarakat
• Tingkat pendidikan
d. Faktor Demografi
Farktor demografi ayng mempengaruhi organisasi sektor publik antara
lain:
• Pertumbuhan penduduk
• Struktur usia penduduk
• Migrasi
• Tingkat kesehatan
8.1.2 Tujuan Akuntansi Sektor Publik
Berikut ini adapun beberapa tujuan dari adanya akuntansi sektor
publik yang dijelaskan oleh American Accounting 1970 (dalam Mardiasmo,
2002)[1] :
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat,
efisien, dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang
dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian
manajemen (management control).
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk
melaporkan pelaksanaan tanggungjwab mengelola secara tepat, efektif,
penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, dan
memungkinkan bagi pegawai pemerintahan untuk melaporkan kepada
publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan
ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).
8.1.3 Karakteristik Good Governance
Beberapa karakteristik pelaksanaan Good Governance, meliputi :
a. Participation
Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat
menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar
kebebasan berasosiasi dan berbicara secara konstruktif.
13
b. Rule Of Law
Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
c. Transparency
Transparasi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang
berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh
mereka yang membutuhkan.
d. Responsiveness
Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani
stakeholder.
e. Consensus orientation
Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.
f. Equity
Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan dan keadilan.
g. Efficiency and Effectiveness
Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efisien)
dan berhasil guna (efektif).
h. Accountability
Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.
i. Strategic vision
Penyelenggara pemerintah dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke
depan.
8.2 Kinerja
8.2.1 Pengertian Kinerja
Mahsun 2006: 25 (dalam Vigia, Dega Ayu, 2018)[13] menyatakan
bahwa kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi. Istilah kinerja
serig digunakan untuk menyebut prestasi individu maupun kelompok. Kinerja
dapat diketahui hanya jika individu atau individu kelompok tersebut
mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan
ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai.
14
Tanpa ada tujuan, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat
diketahui karena tidak ada tolak ukurannya.
8.2.2 Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda
pemerintahan, pembangunan, dan layanan sosial masyarakat wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk
dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik
atau tidak.
Dalam instansi pemerintahan pengukuran kinerja keuangan tidak dapat
diukur dengan rasio-rasio yang biasa di dapatkan dari sebuah laporan
keuangan dalam suatu perusahaan seperti, Return Of Investment. Hal ini
disebabkan karena sebenarnya dalam kinerja pemerintah tidak ada Net Profit.
Kewajiban pemerintah untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya dengan
sendirinya dipenuhi dengan menyampaikan informasi yang relevan
sehubungan dengan hasil program yang dilaksanakan kepada wakil rakyat
dan juga kelompok-kelompok masyarakat yang memang ingin menilai
kinerja pemerintah.
Sesuai Perundang-undangan yang berlaku, pelaporan keuangan
pemerintah pada umumnya hanya menekankan pada pertanggung jawaban
apakah sumber yang diperoleh sudah digunakan. Dengan demikian pelaporan
keuangan yang ada hanya memaparkan informasi yang berkaitan dengan
sumber pendapatan pemerintah, bagaimana penggunaannya dan posisi
pemerintah saat itu.
Secara lebih spesifik, paradigma anggaran daerah yang diperlukan di
era otonomi daerah adalah sebagai berikut :
a. Anggaran Daerah harus bertumpu pada kepentingan publik.
b. Anggaran Daerah harus dikelola dengan hasil yang baik dan biaya rendah
(work better and cost less).
c. Anggaran Daerah harus mampu memberikan transparansi dan
akuntabilitas secara rasional untuk keseluruhan siklus anggaran.
15
lebih besar dari jumlah yang dianggarkan maka hal itu mengindikasikan
adanya kinerja anggaran yang kurang baik.
Dengan rumus sebagai berikut :
X. Jadwal Penelitian