Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS KINERJA REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN

BELANJA PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN TENAGA KERJA


KABUPATEN TEGAL

PROPOSAL TUGAS AKHIR

OLEH :

RISKA DWI ANGGRAENI


16030182

PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA

2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KINERJA REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN


BELANJA PADA DINAS PERIDUSTRIAN DAN TENAGA KERJA
KABUPATEN TEGAL

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Program Studi D III Akuntansi

Oleh
RISKA DWI ANGGRAENI
16030182

Tegal, 09 April 2019


Pembimbing I, Pembimbing II,

Hesti Widianti, SE, M,Si Elisa Purwitasari,SE, M.Acc,Akt


NIPY. 09.008.043 NIPY. 03.017.330

Mengetahui,
Ketua Program Studi,

Yeni Priatna Sari, SE, M.Si, Ak, CA


NIPY. 09.011.062

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
I Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
II Perumusan Masalah .....................................................................
III Tujuan Penelitian .........................................................................
IV Manfaat Penelitian .......................................................................
V Batasan Masalah...........................................................................
VI Kerangka Berpikir ........................................................................
VII Sistematika Penulisan ..................................................................
VIII Tinjauan Pustaka ..........................................................................
IX Metode Penelitian.........................................................................
X Jadwal Penelitian ..........................................................................
XI DAFTAR PUSTAKA ..................................................................
XII BMXGC ZB ................................................................................
XIII VNAGFDVBA .............................................................................

iii
1

I. Latar Belakang Masalah


Era globalisasi saat ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari
oleh seluruh masyarakat dunia. Bangsa Indonesia merupakan bagian dari
masyarakat dunia yang memiliki kewajiban untuk secara terus menerus
berpartisipasi dalam mewujudkan pemerintahan yang baik. khususnya pada
persaingan dunia. Menanggapi paradigma baru tersebut maka pemerintah
memberikan otonomi kepada daerah seluas-luasnya yang bertujuan untuk
memungkinkan daerah mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri agar
berdaya guna dan berhasil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan serta dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintah adalah suatu organisasi yang diberi kekuasaan untuk
mengatur kepentingan bangsa dan negara. Lembaga pemerintahan dibentuk
umumnya untuk menjalankan aktivitas layanan terhadap masyarakat luas dan
sebagai organisasi nirlaba yang mempunyai tujuan bukan untuk mencari
keuntungan tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan
meningkatkan layanan tersebut di masa yang akan datang. Tujuan yang akan
dicapai biasanya ditentukan dalam bentuk kualitatif, misalnya meningkatkan
kenyamanan dan keamanan, mutu pendidikan, kesehatan maupun keimanan.
Menurut World Bank dalam Mardiasmo (2002:24)[1] Mendefinisikan good
governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan
pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan
pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi
tumbuhnya aktivitas usaha.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan salah satu alat
ukur untuk melihat implementasi dari kebijakan dan operasionalisasi
pelaksanaan pengelola keuangan suatu daerah dalam upaya mewujudkan
pelayanan publik yang optimal serta upaya dalam mendorong pembangunan
ekonomi di daerah. Besarnya realisasi anggaran dan jenis belanjanya
2

mengindikasikan besarnya komitmen dan keseriusan suatu pemerintah daerah


pada aspek-aspek yang menjadi prioritas daerah.
Marizka (2010:41)[2] mengungkapkan bahwa analisis belanja daerah
sangat penting dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan APBN pemerintah
daerah secara ekonomis, efisien, dan efektif. Sejauh mana pemerintah daerah
telah melakukan efisiensi anggaran, menghindari pengeluaran yang tidak
tepat sasaran. Marizka (2010:42) [2] juga menyatakan bahwa rasio keserasian
belanja menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan
alokasi dananya pada belanja secara optimal. Rasio efisiensi belanja
digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan
pemerintah. Marizka (2010:42)[2] menyatakan bahwa analisis varians
merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisish antara realisasi belanja
dengan anggaran belanja.
Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal merupakan
salah satu SKPD yang bertujuan untuk menjadikan industri dan tenaga kerja
yang unggul dan berdaya saing dengan berwawasan lingkungan industri.
Yang dibina Dinas disini mencakup industri kecil dan menengah yang berada
di wilayah Kabupaten Tegal. Sedangkan dalam tenaga kerja, Dinas berperan
sebagai pengendali dan penyalur tenaga kerja di Kabupaten Tegal. Untuk
menjalankan tujuannya Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten
Tegal harus benar-benar mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada Dinas Perindustrian dan
Tenaga Kerja Kabupaten Tegal dapat diketahui Anggaran Pendapatan dan
Belanja selama tahun 2014-2018 sebagai berikut :
3

Tabel 1.1
Target Penerimaan dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Tahun Anggaran Pendapatan Anggaran Belanja
Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
2014 216.054.000 149.824.665 7.467.273.000 6.161.331.525
2015 225.054.000 242.831.531 9.364.255.000 7.119.331.525
2016 275.000.000 397.523.150 10.671.240.000 9.422.578.161
2017 239.368.000 295.338.450 4.877.440.000 4.338.589.081
2018 300.000.000 291.641.600 10.962.893.199 10.078.498.183
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Kabupaten Tegal yang diolah (2019)
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa realisasi pendapatan
dan belanja tidak sesuai dengan yang dianggarkan, sisa anggaran yang terlalu
banyak serta kurangnya perencanaan yang matang dalam penganggaran dan
koordinasi yang kurang antar pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pelaksanaan kegiatan. Permasalahan itu disebabkan karena adanya perubahan
Struktur Organisasi Tata Kerja yang dulu dinamakan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan sekarang diubah menjadi Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja.
Hal ini menunjukan bahwa Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten
Tegal dalam melakukan perencanaan anggaran kurang maksimal. Oleh
karena itu Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal perlu
melakukan perencanaan anggaran pendapatan dan belanja dengan baik.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “ ANALISIS KINERJA REALISASI
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PADA DINAS
PERINDUSTRIAN DAN TENAGA KERJA KABUPATEN TEGAL ”
4

II. Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja ditinjau
dari analisis varians anggaran belanja pada Dinas perindustrian dan
Tenaga Kerja Kabupaten Tegal?
2. Bagaimana kinerja realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja ditinjau
dari analisis keserasian belanja pada Dinas Perindustrian dan Tenaga
Kerja kabupaten Tegal?
3. Bagaimana kinerja realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja ditinjau
dari analisis rasio efisiensi belanja pada Dinas Perindustrian dan Tenaga
Kerja Kabupaten Tegal?

III. Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini,
yaitu :
1. Untuk mengetahui kinerja realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
ditinjau dari analisis varians anggaran belanja pada Dinas Perindustrian
dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal.
2. Untuk mengetahui kinerja realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
ditinjau dari analisis keserasian belanja pada Dinas Perindustrian dan
Tenaga Kerja Kabupaten Tegal.
3. Untuk mengetahui kinerja realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
ditinjau dari analisis rasio efisiensi belanja pada Dinas Perindustrian dan
Tenaga Kerja Kabupaten Tegal.

IV. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini yaitu :
1. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu diharapkan menjadi bekal
pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, serta mengukur kemampuan
5

peneliti dalam menerapkan ilmu yang sudah di dapat, serta untuk


menambah wawasan bagi yang lainnya.
2. Bagi Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal
Manfaat penelitian bagi Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten
Tegal adalah menjadi bahan masukan dan saran untuk lebih
memperhatikan dalam mempertimbangkan akan hal kinerja realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja. Baik dalam bentuk pengeluaran
ataupun pemasukan dan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan teori yang berkaitan dengan kinerja keuangan pemerintah
daerah dengan menggunakan rasio-rasio untuk mengetahui sejauh mana
efektifitas dan efisiensi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
3. Bagi Politeknik Harapan Bersama
Manfaat penelitian bagi Politeknik Harapan Bersama adalah sebagai bahan
informasi dan referensi pengembangan bagi penelitian berikutnya.

V. Batasan Masalah
Dalam pembahasan ini yang menjadi objek utama adalah kinerja
realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam kurun waktu 5
tahun (periode 2014-2018) pada Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Kabupaten Tegal. Dengan batasan masalah Analisis Kinerja Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja yang meliputi perhitungan analisis varians
anggaran belanja, analisis keserasian belanja, dan analisis rasio efisiensi
belanja.

VI. Kerangka Berpikir


Penelitian ini dilakukan di Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Kabupaten Tegal. Penelitian ini melihat dari segi laporan keuangan daerah
yakni Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja keuangan dari anggaran yang telah direalisasikan pada
Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal tahun 2014-2018
6

dengan menggunakan perhitungan analisis varians belanja, analisis


keserasian belanja, dan analisis efisiensi belanja. Dari hasil perhitungan
tersebut, maka akan diketahui setiap hasil masing-masing analisis dari
pengelolaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja pada Dinas
Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal yang kemudian dapat
digunakan untuk menilai kinerja realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
dilihat dari sisa anggaran tahun yang bersangkutan.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa sebuah instansi atau organisasi sangat perlu memperhatikan hasil
Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja, dan kontrol dalam
penggunaan anggaran. Untuk mengetahui seberapa sesuai kinerja realisasi
anggaran dapat dilihat dari perolehan sisa anggaran yang dihasilkan dalam
satu periode. Yang nantinya akan dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya dalam kurun waktu 5 tahun (2014-2018).
Untuk lebih jelasnya maka dilakukan penyederhanaan mengguanakan
kerangka berpikik penelitian sebagai berikut :
7

Permasalahan: Strategi Pemecahan Rumusan Masalah:


Masalah:
1. Realisasi 1. Bagaimana kinerja
pendapatan dan 1. Penggunaan dana realisasi Anggaran
belanja tidak yang di
Pendapatan dan Belanja
sesuai dengan realisasikan
sesuai dengan ditinjau dari analisis
yang
dianggarkan. pengeluaran dana varians anggaran belanja?
2. Sisa anggaran yang dibutuhkan. 2. Bagaimana kinerja
yang terlalu 2. Peninjauan realisasi Anggaran
banyak. kembali Pendapatan dan Belanja
3. Kurangnya penggunaan ditinjau dari analisis
perencanaan anggaran.
keserasian belanja?
yang matang
dalam 3. Bagaimana kinerja
penganggaran realisasi Anggaran
serta Pendapatan dan Belanja
koordinasi ditinjau dari rasio
yang kurang efisiensi belanja?
antar pihak-
pihak yang
berkepentingan
dalam
pelaksanaan
kegiatan.

Umpan balik

Kesimpulan: Analisis Deskriptif Kuantitatif :

Diketahui Kinerja Realisasi 1. Analisis Varians


Anggaran Pendapatan dan Anggaran Belanja.
Belanja yang ditinjau dari analisis 2. Analisis Keserasian
varians anggaran belanja, analisis Belanja.
keserasian belanja dan analisis 3. Analisis Rasio Efisiensi
rasio efisiensi belanja dapat Belanja.
dijadikan titik awal untuk
menentukan anggaran guna
memperbaiki permasalahan
dimasa yang akan datang .

Gambar 1.2 Kerangka berpikir


8

VII. Sistematika Penulisan


Dalam penulisan tugas akhir ini, dibuat sistematika penulisan agar
mudah untuk dipahami dan memberikan gambaran secara umum kepada
pembaca mengenai tugas akhir ini. Sistematika penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagian awal
Bagian awal berisi halaman judul, halaman persetujuan, halaman
pengesahan, halaman pernyataan keaslian Tugas Akhir (TA),
halamanpernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan
akademis, halaman persembahan, halaman motto, kata pengantar,
intisari/abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan lampiran.
Bagian awal ini berguna untuk memberikan kemudahan kepada pembaca
dalam mencari bagian-bagian penting secara cepat.
2. Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
masalah, kerangka berpikir dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini memuat teori-teori tentang pengertian akuntansi
sektor publik, kinerja, anggaran pendapatan dan belanja
daerah, dan anggaran sektor publik.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang lokasi penelitian (tempat dan
alamat penelitian), waktu penelitian, metode pengumpulan
data, jenis dan sumber data penelitian, dan metode analisis
data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tinjauan umum instansi, seperti sejarah
singkat instansi, profil instansi, struktur organisasi, tugas dan
9

wewenang/job description, laporan hasil penelitian dan


pembahasan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan berisi tentang garis besar dari inti hasil
penelitian, serta saran dari peneliti yang diharapkan dapat
berguna bagi instansi atau perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi tentang daftar buku, literature yang
berkaitan dengan penelitan. Lampiran berisi data yang
mendukung penelitian tugas akhir secara lengkap.
3. Bagian Akhir
LAMPIRAN
Lampiran berisi informasi tambahan yang mendukung kelengkapan
laporan, antara lain Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari
Tempat Penelitian, Kartu Konsultasi, Spesifikasi teknis serta data-data lain
yang diperlukan.
10

VIII. Tinjauan Pustaka


8.1 Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai mekanisme teknik
dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di
lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya,
pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan sosial, maupun pada
proyek-proyek kerja sama sektor publik swasta (Bastian: 2006:5) [4].
Istilah sektor publik memiliki pengertian yang bermacam-macam.
Akuntansi sektor publik dapat dipahami sebagai proses pencatatan,
pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari
suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo 2012 :2)[5].
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi
sektor publik adalah suatu proses pencatatan, pengklasifikasian,
penganalisisan suatu transaksi keuangan sektor publik guna untuk menyusun
laporan keuangan sektor publik.
8.1.1 Sifat Dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive
activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil
tersebut harus memiliki manfaat. Akuntansi digunakan baik pada sektor
swasta maupun sektor publik untuk tujuan-tujuan yang berbeda. Dalam
beberapa hal, akuntansi sektor publik berbeda dengan akuntansi pada sektor
swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi tersebut disebabkan
karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi.
Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat
kompleks dan lurbulence. Komponen lingkungan yang mempengaruhi
organisasi sektor publik meliputi faktor ekonomi, politik, kultur, dan
demografi.
11

a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :
• Pertumbuhan ekonomi
• Tingkat inflasi
• Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)
• Struktur produksi
• Tenaga kerja
• Arus modal dalam negeri
• Cadangan devisa
• Nilai tukar mata uang
• Utang dan bantuan luar negeri
• Infrastruktur
• Teknologi
• Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
• Sektor informal
b. Faktor Politik
Faktor politik yang mempengaruhi sektor publik antara lain:
• Hubungan negara dan masyarakat
• Legitimasi pemerintah
• Tipe rezim yang berkuasa
• Ideologi negara
• Elit politik dan massa
• Jaringan internasional
• Kelembagaan
c. Faktor Kultural
Faktor kultural yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
• Keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya
• Sistem nilai di masyarakat
• Historis
• Sosiologi masyarakat
12

• Karakteristik masyarakat
• Tingkat pendidikan
d. Faktor Demografi
Farktor demografi ayng mempengaruhi organisasi sektor publik antara
lain:
• Pertumbuhan penduduk
• Struktur usia penduduk
• Migrasi
• Tingkat kesehatan
8.1.2 Tujuan Akuntansi Sektor Publik
Berikut ini adapun beberapa tujuan dari adanya akuntansi sektor
publik yang dijelaskan oleh American Accounting 1970 (dalam Mardiasmo,
2002)[1] :
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat,
efisien, dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang
dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian
manajemen (management control).
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk
melaporkan pelaksanaan tanggungjwab mengelola secara tepat, efektif,
penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, dan
memungkinkan bagi pegawai pemerintahan untuk melaporkan kepada
publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan
ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).
8.1.3 Karakteristik Good Governance
Beberapa karakteristik pelaksanaan Good Governance, meliputi :
a. Participation
Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat
menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar
kebebasan berasosiasi dan berbicara secara konstruktif.
13

b. Rule Of Law
Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
c. Transparency
Transparasi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang
berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh
mereka yang membutuhkan.
d. Responsiveness
Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani
stakeholder.
e. Consensus orientation
Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.
f. Equity
Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan dan keadilan.
g. Efficiency and Effectiveness
Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efisien)
dan berhasil guna (efektif).
h. Accountability
Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.
i. Strategic vision
Penyelenggara pemerintah dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke
depan.
8.2 Kinerja
8.2.1 Pengertian Kinerja
Mahsun 2006: 25 (dalam Vigia, Dega Ayu, 2018)[13] menyatakan
bahwa kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi. Istilah kinerja
serig digunakan untuk menyebut prestasi individu maupun kelompok. Kinerja
dapat diketahui hanya jika individu atau individu kelompok tersebut
mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan
ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai.
14

Tanpa ada tujuan, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat
diketahui karena tidak ada tolak ukurannya.
8.2.2 Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda
pemerintahan, pembangunan, dan layanan sosial masyarakat wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk
dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik
atau tidak.
Dalam instansi pemerintahan pengukuran kinerja keuangan tidak dapat
diukur dengan rasio-rasio yang biasa di dapatkan dari sebuah laporan
keuangan dalam suatu perusahaan seperti, Return Of Investment. Hal ini
disebabkan karena sebenarnya dalam kinerja pemerintah tidak ada Net Profit.
Kewajiban pemerintah untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya dengan
sendirinya dipenuhi dengan menyampaikan informasi yang relevan
sehubungan dengan hasil program yang dilaksanakan kepada wakil rakyat
dan juga kelompok-kelompok masyarakat yang memang ingin menilai
kinerja pemerintah.
Sesuai Perundang-undangan yang berlaku, pelaporan keuangan
pemerintah pada umumnya hanya menekankan pada pertanggung jawaban
apakah sumber yang diperoleh sudah digunakan. Dengan demikian pelaporan
keuangan yang ada hanya memaparkan informasi yang berkaitan dengan
sumber pendapatan pemerintah, bagaimana penggunaannya dan posisi
pemerintah saat itu.
Secara lebih spesifik, paradigma anggaran daerah yang diperlukan di
era otonomi daerah adalah sebagai berikut :
a. Anggaran Daerah harus bertumpu pada kepentingan publik.
b. Anggaran Daerah harus dikelola dengan hasil yang baik dan biaya rendah
(work better and cost less).
c. Anggaran Daerah harus mampu memberikan transparansi dan
akuntabilitas secara rasional untuk keseluruhan siklus anggaran.
15

d. Anggaran Daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja (performance


oriented) untuk seluruh jenis pengeluaran maupun pendapatan.
e. Anggaran Daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di
setiap organisasi yang terkait.
f. Anggaran Daerah harus dapat memberikan keleluasaan bagi para
pelaksananya untuk memaksimalkan pengelolaan dananya dengan
memperhatikan prinsip value for money.
8.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Berdasarkan Pasal 64 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Pemerintah di Daerah[16], APBD dapat didefinisikan
sebagai rencana operasional keuangan pemerintahan daerah, di mana di satu
pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran ssetinggi-tingginya guna
membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam 1 tahun
anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan
dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-
pengeluaran dimaksu (Mamesah, 1995:20). Definisi tersebut merupakan
pengertian APBD pada era orde baru. Sebelumnya, yaitu pada era orde lama,
terdapat pula definisi APBD Menurut Wajong (dalam Halim, Abdul 2012:21-
22)[8], Menurutnya, APBD adalah rencana pekerjaan keuangan (financial
workplan) yang dibuat untuk suatu jangka waktu tertentu, dalam waktu mana
badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala
daerah) untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga sesuai
dengan rancangan yang menjadi dasar (grondslag) penetapan anggaran, dan
yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi.
APBD adalah suatu anggaran daerah. Kedua definisi APBD di atas
menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD, memiliki
unsur-unsur sebagai berikut :
1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.
2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk
menutupi biaya-biaya beban sehubungan dengan aktivitas-aktivitas
16

tersebut, dan adanya biaya beban yang merupakan batas maksimal


pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan.
3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.
4. Periode anggaran, yaitu biasanya 1 (satu) tahun.
Dapat disimpulkan bahwa, APBD merupakan rencana kegiatan
pemerintah daerah yang dituangkan dalam bentuk angka dan menunjukkan
adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal dan beban
yang merupakan batas maksimal untuk suatu periode anggaran.
8.3.1 Bentuk-bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Bentuk APBD terdiri atas tiga bagian, yaitu pendapatan, belanja, dan
pembiayaan (kategori baru). Pos pembiayaan merupakan usaha agar APBD
semakin informatif, yaitu memisahkan pinjaman dan pendapatan daerah.
Selain itu pos Pembiayaan juga merupakan alokasi surplus atau sumber
penutupan defisit anggaran. Dalam APBD yang baru, pendapatan, belanja,
dan pembiayaan tersebut dikelompokkan kembali menjadi berikut ini (Halim
Abdul, 2012:39-40)[8].
1. Pendapatan, dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pendapatan asli daerah
(PAD), dana perimbangan dan pendapatan lain-lain daerah yang sah.
2. Belanja, dibagi menjadi dua bagian, ayitu sebagai berikut:
a. Belanja tidak langsung, yaitu belanja yang tidak terkait langsung
dengan program dan kegiatan pemerintah daerah. Belanja tidak
langsung diklasifikaikan menjadi belanja pegawai yang berisi gaji dan
tunjangan pejabat dan PNS daerah, belanja subsidi, belanja bunga,
belanja hibah, belanja bagi hasil, belanja bantuan nasional, belanja
bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
b. Belanja langsung, yaitu belanja yang terkait langsung dengan program
dan kegiatan pemerintah daerah. Belanja langsung dikelompokkan
menjadi belanja pegawai yang berisi honorarium dan penghasilan
terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan, belanja barang dan jasa,
dan belanja modal.
17

3. Pembiayaan, yang dikelompokkan menurut sumber-sumber pembiayaan,


yaitu sumber penerimaan dan pengeluaran daerah. Sumber pembiayaan
berupa penerimaan daerah merupakan sisa lebih anggaran tahun
sebelumnya, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan aset
daerah yang dipisahkan, dan trasnfer dari dana cadangan. Sedangkan
sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas pembayaran
utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana
cadangan, dan sisa lebih anggaran tahun yang sedang berlangsung.
8.4 Anggaran Sektor Publik
8.4.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang
hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran
financial. Menurut Mardiasmo (2009;12)[5] anggaran sektor publik
merupakan instrumen akuntanbilitas atas pengelolaan dana publik dan
pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.
Anggaran sektor publik adalah pedoman tindakan yang akan
dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut
klasifikasi tertentu secara sistematis untuk suatu periode.
Anggaran menjadi penghubung antara sumber daya keuangan dengan
perilaku manusia dalam rangka pencapaian tujuan keuangan. Pembuatan
anggaran sektor publik merupakan sebuah proses yang mengandung muatan
politis yang cukup signifikan dan merupakan isntrumen akuntabilitas atas
pengelolaan dana public dan pelaksanaan program-program yang dibiayai
dengan uang publik. Oleh karena itu, penganggaran sektor publik harus
diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
8.4.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009;63)[5] Anggaran sektor publik mempunyai
beberapa fungsi utama, diantaranya yaitu :
18

1. Anggaran sebagai Alat Perencanaan


Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai
tujuan organisasi akan tahu apa yang harus dilakukan dan ke arah mana
kebijakan akan dibuat. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan
tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang
dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah
tersebut.
2. Anggaran sebagai Alat Pengendalian
Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk
menghindari adanya pengeluaran yang teralalu besar, terlalu rendah, salah
sasaran, atau adanya penggunaan yang tidak semestinya.
3. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah, digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui
anggaran sektor publik dapat diketahui arah kebijakan fiiskal pemerintah,
sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi.
4. Anggaran sebagai Alat Politik
Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan
kebutuhan keuangan terhadap prioritas tertentu. Pada sektor publik,
anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen eksekutif
dan kesepakatan legislatif atau penggunaan dana publik untuk kepentingan
tertentu.
5. Anggaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi
Melalui dokumen anggaran yang komperehensif, sebuah bagian atau
unit kerja atau departemen yang merupakan sub-organisasi dapat
mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang akan dilakukan oleh
bagian/unit kerja lainnya. Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam
proses penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan alat koordinasi
antar bagian dalam pemerintahan.
19

6. Anggaran sebagai Alat Penilaian Kerja


Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa hasil yang dicapai
dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan
alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.
7. Anggaran sebagai Alat Motivasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer
dan stafnya agar dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam
mencapai target dan tujuan organisasi yang ditetapkan.
8. Anggaran sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan
DPR/DPRD, masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai
organisasi kemasyarakatan harus terlihat dalam proses penganggaran
publik.
8.5 Analisis Kinerja
Dalam penelitian ini, ada beberapa metode analisis data di mana di
dalamnya terdapat perhitungan, di antaranya sebagai berikut :
1. Analisis Varians Anggaran Belanja
Analisis Varians Anggaran Belanja merupakan analisis terhadap
perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran.
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran yang disajikan, maka dapat
diketahui secara langsung varians belanja antara anggaran belanja dan
realisasinya yang dapat dinyatakan dalam bentuk nilai nominalnya atau
prosentasenya. Kinerja pemerintah daerah dapat dinilai baik jika realisasi
belanja lebih kecil dari yang dianggarkan, jika sebaliknya maka
mengindikasikan kinerja yang kurang baik.
Dengan rumus perhitungan sebagai berikut :

(Varians Belanja = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja)

Sumber : Daling, Marchelino (2013) [3]


20

2. Analisis Keserasian Belanja


Analisis ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah
memprioritaskan alokasi dananya secara optimal. Semakin tinggi
prosentase dana yang dialokasikan untuk belanja yang digunakan untuk
menyediakan sarana dan prasarana, maka porsi untuk ekonomi masyarakat
cenderung semakin kecil. Setiap instansi memiliki perhitungan belanjanya
masing-masing sesuai dengan kebutuhan belanja yang diperlukan atau
sesuai dengan anggaran yang dikeluarkan untuk keperluan instansi
tersebut. Jika di tempat penelitian penulis, hanya menganalisis perhitungan
Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja.
Dengan rumus perhitungana sebagai berikut :
➢ Rasio Belanja Langsung terhadap Total Biaya
Total Belanja Modal
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 = 𝑋 100%
Total Belanja

Sumber : Daling, Marchelino (2013) [3]

3. Analisis Rasio Efisiensi Belanja


Analisis efisiensi belanja ini digunakan untuk megukur tingkat
penghematan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah. Angka yang
dihasilkan dari rasio efisiensi ini tidak absolut, tetapi relatif. Kita hanya
dapat mengatakan bahwa tahun ini belanja pemerintah realtif lebih efisien
jika dibandingkan dengan tahun lalu. Pemerintah daerah dinilai telah
melakukan efisinsi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%.
Sebaliknya jika melebihi 100% maka mengindikasikan telah terjadi
pemborosan anggaran.
Dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
Realisasi Anggaran
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑋 100%
Total Anggaran

Sumber : Daling, Marchelino (2013) [3]


21

IX. Metode Penelitian


9.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat pada Dinas Perindustrian dan Tenaga
Kerja Kabupaten Tegal, Jl. Dr. Soetomo No. 12 Slawi.
9.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, terhitung dari tanggal 21
Januari sampai dengan 21 Maret 2019.
9.3 Jenis Data dan Sumber Data
9.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Data Kualitatif
Data kualitatif menurut Sugiyono (2013)[9] yaitu data yang
dikumpulkan berdasarkan keterangan atau informasi yang berhubungan
dengan permasalahan yang diajukan (data yang tidak dapat diukur dalam
skala numerik). Data kualitatif pada penelitian ini adalah wawancara
dengan Bagian Keuangan pada Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Kabupaten Tegal mengenai Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif menurut Sugiyono (2013)[9] yaitu data yang dapat
diukur dalam satuan uang yaitu rupiah dan dinyatakan dalam angka yang
menunjukan jumlah atau banyaknya sesuatu. Data kuantitatif pada
penelitian ini adalah data Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja kurun waktu 5 tahun terakhir pada Dinas Perindustrian dan Tenaga
Kerja Kabupaten Tegal.
9.4 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data primer menurut Sugiyono (2010:137) )[11] adalah sumber data
yang langsung memberikan kepada pengumpul data (tidak melalui
22

perantara). Data primer pada penelitian ini adalah wawancara dengan


Bagian Keuangan mengenai Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja yang ada pada Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten
Tegal.
2. Data Sekunder
Data sekunder menurut Sugiyono (2010:137)[11] adalah data yang
tidak langsung diberikan pada pengumpul data, misalnya dokumen. Data
sekunder pada penelitian ini adalah struktur organisasi, catatan-catatan,
laporan keuangan dan berbagai publikasi yang relevan terkait dengan
masalah yang diangkat.
9.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data atau keterangan yang diperlukan dalam
penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan penulis ialah sebagai
berikut :
1. Observasi
Observasi menurut Sugiyono 2016 (dalam Vigia, 2018)[12] adalah
dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Observasi dilakukan penulis dengan mengamati
secara langsung pada Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten
Tegal.
2. Wawancara
Wawancara menurut Suliyanto (2004:137)[10] yaitu teknik
pengambilan data dimana peneliti bertanya langsung berdialog dengan
responden. Dalam penelitian ini peneliti melakukan tanya jawab secara
langsung dengan Staf Dinas Perindustrian Dan Tenaga Kerja Kabupaten
Tegal.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka menurut Sugiyono (2012:291) [18], merupakan kajian
teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma
yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Studi kepustakaan
23

sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini yang dapat


menunjang dalam penyusunan Tugas Akhir, sebagai bahan referensi
untuk memperoleh kesimpulan atau pendapat para ahli sebagai metode
tersendiri.
4. Dokumentasi
Dokumentasi (dalam Istanti, Itas 2018)[12], yaitu megumpulkan
dokumen-dokumen dan buku-buku mengenai masalah yang berkaitan
dengan penelitian. Dalam hal ini metode dokumentasi dilakukan dengan
cara mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk penelitian
mengenai laporan realisasi anggaran pada Dinas Perindustrian dan
Tenaga Kerja Kabupaten Tegal tahun anggaran 2014-2018.
9.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013:244)[9], Analisis deskrirptif
kuantitatif merupakan proses mencari dan menyusun data secara sistematis
untuk memberikan informasi dalam bentuk angka. Analisis deskriprif
kauntitatif dilakukan dengan menganalisis kinerja realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja pada Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Kabupaten Tegal dimana didalamnya terdapat rasio-rasio perhitungan untuk
membantu penelitian ini yaitu analisis varians anggaran belanja, analisis
keserasian belanja dan analisis rasio efisiensi belanja. Berikut masing-
masing rasio menurut Daling, Marchelino :
9.6.1 Analisis Varians Anggaran Belanja
a. Pengertian Analisis Varians Anggaran Belanja
Analisis varians anggaran belanja merupakan analisis terhadap
perbedaan atau selisih antara realisasi dengan anggaran. Berdasarkan
Laporan Realisasi Anggaran yang disajikan, penelitian laporan dapat
mengetahui secara langsung besarnya varians anggaran belanja dengan
realisasinya yang bisa dinyatakan dalam bentuk nilai nominalnya atau
persentasenya. Kinerja pemerintah daerah dinilai baik apabila jika
realisasi belanja lebih rendah dari yang dianggarkan, jika realisasi belanja
24

lebih besar dari jumlah yang dianggarkan maka hal itu mengindikasikan
adanya kinerja anggaran yang kurang baik.
Dengan rumus sebagai berikut :

(Varians Belanja = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja)

Sumber : Daling, Marchelino (2013) [3]


b. Kriteria-kriteria Hasil Analisis Varians Anggaran Belanja
Selisih Anggaran belanja dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu :
1) Selisih disukai (Favourable Variance).
Yaitu jika realisasi belanja lebih kecil dari anggarannya.
2) Selisih tidak disukai (Unfavourable Variance).
Yaitu jika realisasi belanja lebih besar dari anggarannya.
Sumber : Ningsih, Anggun Cipta (2017)[13].

9.6.2 Analisis Keserasian Belanja


a. Pengertian Analisis Keserasian Belanja
Analisis ini menggambarkan bagaimana pemerintahan daerah
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja secara optimal. Semakin
tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja yang digunakan
untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat
cenderung semakin kecil. Setiap instansi memliki perhitungan masing-
masing sesuai dengan kebutuhan belanja yang diperlukan. Jadi di
tempat penelitian penulis, hanya menganalisis perhitungan Rasio
Belanja Modal terhadap Total Belanja.
Dengan rumus sebagai berikut :
Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja
Total Belanja Modal
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 = 𝑋 100%
Total Belanja
Sumber : Daling, Marchelino (2013) [3]
25

b. Kriteria Penilaian Analisis Keserasian Belanja


Kriteria Keserasian Belanja Persentase (%)
Tidak Serasi 0% - 20%
Kurang Serasi 20% - 40%
Cukup Serasi 40% - 60%
Serasi 60% - 80%
Sangat Serasi 80% - 100%
Sumber : Mahsun, 2006 (Dalam Syafitri, Anggia, 2014). [17]

9.6.3 Analisis Efisiensi Belanja


a. Pengertian Rasio Efisiensi Belanja
Analisis rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur
tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah. Angka yang
dihasilkan dari rasio efisiensi ini tidak bersifat absolute, tetapi relative.
Kita hanya dapat mengatakan bahwa tahun ini belanja pemrintah daerah
lebih efisien dibanding tahun sebelumnya. Pemerintah daerah di nilai
telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari
100%. Sebaliknya jika melebihi 100% maka mengindikasi terjadinya
pemborosan anggaran.
Dengan rumus sebagai berikut :
Realisasi Belanja
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑋 100%
Anggaran Belanja
Sumber : Daling, Marchelino (2013) [3]
b. Kriteria-kriteria Hasil Analisis Rasio Efisiensi Belanja
Presentase Kriteria
Lebih dari 100% Tidak Efisien
90% - 100% Kurang Efisien
80% - 90% Cukup Efisien
60% - 80% Efisien
Kurang dari 60% Sangat Efisien
Sumber : Lestari, Siska Ayu (2017) [15]
26

X. Jadwal Penelitian

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI


NAMA
NO Minggu Ke- Minggu Ke- Minggu Ke- Minggu Ke- Minggu Ke-
KEGIATAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Persiapan dan
1
Pengajuan
2 Pengumpulan Data
3 Kompilasi Data
4 Analisis Data
Konsep Laporan
5
Akhir
Pembahasan
6
Laporan Akhir
Penyerahan
7
Laporan Akhir
27

XI. Daftar Pustaka


[1] Mardiasmo. (2002). Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah (Good
Governance). Yogyakarta: Andi.
[2] Marizka. (2010). Analisis Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan. Medan: Universitas Sumatera
Utara. Skripsi.
[3] Daling, Marchelino (2013). Analisis Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara. Minahasa
Tenggara.
[4] Bastian. (2006). Sistem Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2. Pusat Studi
Akuntansi Sektor Publik. Salemba 4. Jakarta.
[5] Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
[6] Mahsun, Mohamad. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi 2.
Pusat Studi Akuntansi Sektot Publik. Salemba Empat. Jakarta.
[7] Faqihudin, M. (2010). Analisis Kinerja Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah Kota Tegal Sebagai Indikator Layanan Publik. Tegal.
[8] Halim, Abdul. (2012). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba
Empat.
[9] Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: alfabeta.
[10] Suliyanto. (2004). Metode Riset Bisnis. Penerbit Andi. Yogyakarta.
[11] Sugiyono. (2010). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
[12] Istanti, Itas. (2018). Analisis Anggaran Pendapatan Dan Belanja Pada Dinas
Perindustrian Dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal. Politeknik Harapan
Bersama. Tegal. (Tidak dipublikasikan).
[13] Vigia, Dega Ayu. (2018). Analisis Kinerja Realisasi APBD Pada Bidang
Sarpras Di Dinas Pertanian Dan Pertahanan Pangan Kabupaten Brebes.
Politeknik harapan Bersama. Tegal. (Tidak dipublikasikan).
28

[14] Ningsih, Anggun Cipta. (2017). Evaluasi Kinerja Laporan Realisasi


Anggaran Belanja Pada Kantor Pertahanan Kabupaten Tegal. Politeknik
Harapan Bersama. Tegal. (Tidak dipublikasikan).
[15] Lestari, Siska Ayu. (2017). Analisis Kinerja Laporan Anggaran Belanja
Daerah pada Kantor Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal. Politeknik
Harapan Bersama. Tegal. (Tidak dipublikasikan).
[16] Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah di
Daerah.
[17] Syafitri, Anggia. (2014). Analisis Varians, Pertumbuhan dan Keserasian
Belanja dalam menilai Kinerja Anggaran Badan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Rawas. Universitas
Musi Rawas.
[18] Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi R&D Cetakan
Kedua Puluh, Alfabeta. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai