Anda di halaman 1dari 12

TAHAPAN UJI MUTU

BENIH

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, dan
taufiknya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan atau petunjuk bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca.

Makalah ini saya akui memang masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan bagi para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnan makalah ini.

A.LATAR BELAKANG

Benih adalah salah satu bagian terpenting dalam budidaya tanaman, tanpa benih yang
berkualitas tanaman tersebut belum tentu bisa berproduksi baik meskipun disaat penanaman
dan pemeliharaan kita sudah bekerja ekstra.

Setiap petani pasti akan menanam tanaman dari biji berkualitas, agar mereka bisa
mendapatkan hasil panen yang baik. cara agar kita tahu biji tersebut berkualitas atau tidak
kita bisa melakukan uji mutu benih, oleh karena itu maka diambillah judul makalah ini yaitu
Cara uji mutu benih.
B.PEMBAHASAN

Uji mutu benih dibagi menjadi dua :

I.Uji Mutu Fisik Benih

Kegiatan yang dilakukan dalam uji mutu fisik benih :

1.Pengambilan contoh benih

Contoh benih adalah sejumlah tertentu benih yang mewakili dari suatu kelompok
benih yang cara pengambilannya memenuhi ketentuan yang ditetapkan.
Mekanisme pengambilan contoh benih; pengambilan contoh benih dilakukan dengan
mengambil sejumlah tertentu benih dari berbagai tempat penyimpanan dan digabungkan
dalam satu wadah, kemudian contoh benih campuran tersebut dengan volume tertentu dikirim
ke laboratorium, setelah dilakukan uji-uji di dalam laboratorium baru jadi contoh kerja.

Contoh benih dibagi menjadi empat kelompok :


1.Contoh primer (Primary Sample)
Contoh primer adalah contoh benih yang didapat dari satu kali pengambilan baik dari bulk,
silo, wadah benih ataupun aliran benih.
2.Contoh campuran (Composite Sample)
Contoh campuran adalah gabungan dari contoh primer.
3.Contoh yang dikirim ke laboratorium (Submitted Sample)
Contoh kiriman adalah contoh benih yang didapat dengan jalan pengurangan yang merata
dari contoh komposit untuk kiriman ke laboratorium benih guna keperluan pengujian mutu.
4.Contoh kerja (Working Sample)
Contoh kerja adalah contoh benih yang diambil dari contoh kiriman.

2.Uji kemurnian benih


Benih murni adalah biji-bijian yang merupakan species/jenis yang sedang diuji dan bebas dari
benih tanaman lain/varietas lain serta kotoran dan benih yang rusak.
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga
komponen; benih yang sedang diuji, benih tanaman lain/varietas lain, dan kotoran yang
selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen tersebut.
Dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat
dilakukan, yaitu:
a) Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.
b) Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.
Skema pengujian analisis kemurnian benih

3.Uji kadar air benih


Kadar air benih adalah banyaknya kandungan air didalam benih.
Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu :

a) Konvensional ( Menggunakan Oven )

Skema pengujian kadar air benih dengan metode konvensional (oven). Perlakuan dalam

penentuan metode tersebut menggunakan metode oven pada suhu 130 – 133oC (1, 2, 3 dan 4

jam) dan suhu 103oC (16, 18, 20, 22 dan 24 jam) (ISTA, 2006).

b) Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer)

Dalam metode ini hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah

a) Contoh kerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam
wadah yang kedap udara

b) Pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan
agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air benih:

a) Tipe benih

b) Ukuran benih

c) penyimpanan

4.Bobot 1000 butir benih

Dilakukan menghitung bobot 1000 butir benih ini karena benih untuk beberapa
tanaman berukuran kecil kecil. Benih dapat dihitung secara manual dengan menggunakan
sebuah spatula dan diletakkan pada sebuah tempat dengan warna permukaan kontras terhadap
warna benih, kemudian jumlah benih terus ditimbang. Pekerjaan menhitung jumlah benih
akan lebih mudah dengan menggunakan handcounter(alat pengitung automatik). Bila alat
tersebut digunakan secara benar maka tingkat ketepaatannya adalah sekitar + 5 %

II.Uji Mutu Fisiologis Benih

Kegiatan yang dilakukan dalam uji mutu fisiologis benih :

1.Uji daya kecambah(Viabilitas)

Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah secara normal dalam kondisi
yang optimal.

Umumnya media yang banyak digunakan dan direkomendasikan dalam pengujian daya
kecambah adalah:
1. Kertas Substrat
Kertas Substrat merupakan bahan yang praktis tidak banyak memerlukan tempat, mudah
menilai struktur-struktur penting kecambah dan mudah distandarisasi. Jenis substrat kertas
yang dapat digunakan dalah kertas merang, kertas saring, kertas buram,dan sebagainya.
2. Media pasir
Pasir sebagai media perkecambahan harus memenuhi syarat :
Lolos dalam saringan ? 0,8 mm dan tertahan dalam saringan 0,50 mm
pH = 6,0 – 7,5
Pasir sebagai media kecambah, sebelum digunakan diayak lebih dahulu untuk mendapatkan
butiran pasir dengan ukuran sesuai anjuran, kemudian dicuci untuk menghilangkan tanahnya
dan yang terakhir disterilkan.
3. Media Tanah
Tanah yang digunakan sebagai media perkecambahan harus mempunyai sifat mampu
menyimpan air dan aerasi cukup. Untuk tanah yang berstruktur lempung dapat dicampur
dengan pasir dan kompos dengan perbandingan tertentu agar media cukup remah. Kondis
fisik tanah untuk media perkecambahan sangat penting bagi berlangsungnya benih
berkecambah hingga menjadi tanaman dewasa. Benih akan terhambat perkecambahannya
apabila tanah yang digunakan padat, karena benih susah menembus
kepermukaan tanah.Media tanah digunakan apabila media kertas atau pasir dalam pengujian
daya kecambah tidak sesuai dengan benih yang diuji.

Metode Uji daya kecambah :

1. UDK (Uji Diatas Kertas), UDKm (Uji Diatas Kertas dimiringkan).


Dengan UDK, UDKm dimaksudkan untuk menguji benih diatas lembar substrat. Metode ini
sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya untuk perkecambahannya.
Benih ditanam diatas lembar substrat yang diletakkan pada petridish atau cawan plastik.
Petridish dapat ditutup atau dibuka, tergantung pada ukuran besarnya benih. untuk benih
sebesar padi, petridish dibuka, sedangkan sebesar tembakau ditutup. Meletakkan petridish
pada trays di germinator dapat secara dimiringkan yaitu dengan memiringkan letak trays di
germinator, sehingga metode menjadi UDKm.
2. UAK (Uji Antar Kertas), UAKm (Uji Antar Kertas dimiringkan).
UAK dimaksudkan menguji benih dengan menanam benih diantara lembar substrat,
kemudian dilipat. Metode ini digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk
perkecambahannya. Misalnya benih padi, sorghum, bayam dan sebagainya. Seperti pada
UDK, metode UAK dapat dilakukan secara dimiringkan, yaitu dengan memiringkan letak
trays dialat pengecambah benih, metode menjadi UAKm.
3. UKD atau Uji Kertas Digulung
Metode ini dimaksudkan untuk menguji benih dengan cara menanam benih diantara lembar
substrat, kemudian digulung. Dapat digunakan untuk benih yang tidak peka cahaya untuk
perkecambahannya. Untuk benih yang berukuran sebesar benih jagung, kedelai kacang tanah,
dan sebagainya, sebstrat pengujian dilapisi plastic diluarnya sehingga metodenya menjadi
UKDp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik).

2.Kekuatan Tumbuh/Vigor

Vigor adalah kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub
optimum. Kondisi sub optimum tersebut misalnya ; kondisi kekeringan, tanah salin, tanah
asam, tanah penyakit, dan sebagainya. Benih yang mampu mengatasi kondisi tersebut
termasuk lot benih bervigor tinggi.

Macam-macam Tipe Uji Vigor:

1. Indeks Vigor
2. Uji Kerikil Bata (Brick Test )/ Uji Daya Muncul/ UjiTanam Dalam
3. Klasifikasi Vigor Kecambah (Seedling ClassificationTest )
4. Laju Kecepatan Pertumbuhan Kecambah (Seedling Growth Rate)
5. Uji Penuaan Dipercepat ( Accelerated Aging Test )
6. Uji Daya Hantar Listrik (Conductivity Test )
7. Uji Tetrazolium (Tetrazolium Test )
8. Uji Lingkungan Stres (Stress Environment Test )( stress penyakit, suhu dingin dsb)

Penentuan macam uji vigor benih:


1. Tergantung jenis komoditi, kaitannya dengan tipekecambah ( epigeal atau hipogeal)
2. Setidaknya dilakukan tiga macam uji vigor, sehinggahasil pengujian saling melengkapi.
3. Penentuan macam uji vigor bergantung pada tujuanyang ingin dicapai.
4. Ada konsistensi hasil dari setiap hasil pengujian vigor benih.

Faktor yang mempengaruhi vigor benih:


1.Faktor Genetik
Faktor yang mempengaruhi mutu benih antara lain faktor genetik, lingkungan dan status
benih (kondisi fisik dan fisiologibenih). Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan
dengankomposisi genetika benih. Setiap varietas memiliki identitasgenetika yang berbeda.
Sebagai contoh, mutu daya simpan benihkedelai lebih rendah dibandingkan dengan mutu
daya simpan benih jagung, hal ini diakibatkan perbedaan gen yang ada di dalam benih.Benih
hibrida lebih vigor dibandingkan dengan benih non hibrida.Contoh : Benih jagung hibrida
menghasilkan tanaman yang lebihvigor dibandingkan jagung non hibrida
2.Kondisi Lingkungan Tumbuh dan ruang simpan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benihberkaitan dengan kondisi dan
perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih. Lingkungan
tumbuhselama periode pembentukan dan perkembangan benihberpengaruh terhadap kualitas
benih yang dihasilkan. Ruangpenyimpanan yang dilengkapi dengan pendingin dan pengatur
RHmampu mempertahankan kualitas benih. Suhu yang terlalu dinginmenyebabkan chilling
injury.
3.Kematangan Benih
Faktor kondisi fisik dan fisiologi benih berkaitan denganperforma benih seperti tingkat
kemasakan, tingkat kerusakanmekanis, tingkat keusangan (hubungan antara vigor awal
danlamanya disimpan), tingkat kesehatan, ukuran dan berat jenis,komposisi kimia, struktur,
tingkat kadar air dan dormansi benih. Kualitas maksimal suatu benih tercapaisaat mencapai
Matang Fisiologis. Pada saat Matang Fisiologisakumulasi bahan kering (dry matter) dan
bahan kimia yang terlibatdalam perkecambahan sudah mencapai maksimal. Panen
sebelumatau sesudah matang fisologis kualitasnya lebih rendahdibandingkan saat matang
fisiologis
4.Kadar air benih
Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhikemunduran benih. Kemunduran
benih meningkat sejalan denganmeningkatnya kadar air benih. Kadar air benih akan
berpengaruhterhadap proses aktivasi enzim. Kadar air yang rendah dapatmeminimalisir
proses aktibvasi enzim ( perombakan cadanganmakanan). Bagi benih ortodok kadar air
terlalu rendahmenyebabkan cracking ( retak) sedangkan bagi benih rekalsitrankadar air
terlalu rendah menyebabkan gangguan fisiologis.Kadar air optimum setiap jenis benih
berbeda-beda
5.Proses Pengolahan Benih
Pengolahan yang baik tidak menyebabkan kerusakan padabenih. Pengolahan yang tidak baik
menyebabkan benih memar,cracking atau pecah, case hardening (pengerasan kulit
benih).Perontokan dan pengeringan merupakan tahap pengolahan yangpaling berpengaruh
terhadap kualitas benih
6.Jenis Kemasan
Jenis kemasan yang baik dapat mempertahankan kadar air dan vigor benih, selain itu
kemasan yang baik juga dapatmenghindari benih dari benturan, serangan hama dan
penyakit.Contoh kemasan yang baik antara lain : kaleng, aluminium foil,plastik tebal, kertas
semen dilapisi aspal dll.
Vigor benih yang tinggi dicirikan:
1. Tahan disimpan lama
2. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
3. Cepat dan pertumbuhannya merata
4. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam
lingkungan tumbuh yang sub optimal

3.Kesehatan Benih
Metode Pengujian Kesehatan Benih ( Cendawan )
Prinsip dari pengujian kesehatan benih diantaranya yaitu dilakukan atas permintaan dari
pelanggan, hanya dilakukan untuk mendeteksi patogen dan penyakit fisiologis tertentu,
apabila contoh kirim telah mendapat perlakuan dengan pestisida atau perawatan lain maka
pengirim harus menyebutkannya dan pengujian dilakukan dengan menggunakan metode dan
alat yang sudah dipastikan kelayakannya untuk digunakan.
Contoh kerja yang digunakan dalam digunakan dalam pengujian kesehatan benih diambil dari
hasil pengujian kemurnian benih. Contoh benih harus dikemas dan dikirimkan dalam keadaan
yang tidak memungkinkan terjadinya perubahan status kesehatan benih. Kebutuhan benih
untuk pengujian tergantung metode yang digunakan, umumnya contoh kerja yang dibutuhkan
minimal 400 butir yang terdiri atas beberapa ulangan tergantung metode dan kebijaksanaan
masing-masing laboratorium.
Berdasarkan studi literatur teknik pengujian kesehatan benih untuk mendeteksi patogen
(khususnya cendawan) terbawa benih dapat dikelompokan menjadi :
1.Metode Tanpa Inkubasi
a.Metode pengamatan secara visuaal terhada benih kering
Pengujian ini dilakukan secara cepat untuk mendapatkan informasi awal tentang penampakan
atau status kesehatan benih. Kekurangan metode ini yaitu hanya mendeteksi cendawan yang
ada di permukaan benih atau tercampur bersama benih serta kondisi fisik benih.
Metode ini digunakan untuk mendeteksi cendawan yang menyebabkan gejala khas pada
benih misalnya disklorisasi atau perubahan warna pada kulit benih, perubahan ukuran, dan
bentuk benih. Sebagai tambahan metode ini berguna untuk mengetahui adanya
serangan/infestasi serangga benih atau kerusakan benih atau melihat adanya perlakuan benih
dengan pestisida. Metode ini berkaitan langsung dengan kegiatan analisis kemurnian benih
(purity), yaitu apakah benih tercampur dengan benda-benda dan benih lainnya dalam proses
pemberian sertifikasi benih.
Prosedur : metode ini bersifat kualitatif, sehingga tidak ada standar dalam jumlah contoh
benih tertentu yang digunakan dalam pengujian.
b.Metode Pencucian Benih
Metode pencucian benih terutama dilakukan untuk mendeteksi cendawan-cendawan yang
membentuk struktur di permukaan benih. Pengujian dapat dilakukan secara cepat dan mudah,
namun pengujian dengan cara ini memiliki keterbatasan karena cendawan yang berada di
dalam jaringan benih tidak dapat diketahui atau terdeteksi. Hasil pengujian tersebut tidak
dapat menggambarkan tingkat infeksi dan infestasi patogen pada benih.
Prosedur : sebagaimana pengamatan secara visual terhadap benih kering, dalam metode
pencucian benih tidak ada standar dalam jumlah benih yang diuji. Prosedur yang digunakan
diberbagai laboratorium adalah sebagai berikut :
Benih yang akan diamati sebanyak 50 g (dari 1 kg benih contoh) dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer kemudian ditambahkan 100 ml air steril. Untuk memudahkan peluruhan struktur
cendawan dari permukaan benih sering ditambahkan 1 tetes twin 20. Benih tersebut dikocok
selama 5 menit dengan shaker selanjutnya disaring dengan kain kasa.
Air hasil pencucian dimasukkan dalam tabung sentrifugasi dan kemudian disentrifugasi pada
kecepatan 1.500 – 2.000 rpm selama 3 menit.
Sedimen yang terbentuk dipisahkan dengan air, caranya dengan membuang air tersebut
menggunakan pipet.Â
Pengamatan mikroskopis : sebanyak 1 ml lactofenol ditambahkan pada sedimen dalam
tabung dan dicampur hingga merata.
Dengan menggunakan pipet, campuran sedimen diteteskan pada gelas objek dan ditutup
dengan gelas penutup dan selanjutnya dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan
pembesaran 100 – 400 kali untuk melihat struktur cendawan.
Bila pendekatan kuantitatif diperlukan, maka pengamatan dapat dilakukan dengan
menggunakan haemocytometer untuk mengetahui kepadatan inokulum (cendawan) per satuan
berat benih.

2. Metode Inkubasi
Prinsip metode ini adalah memberikan kondisi tumbuh yang optimal bagi patogen terbawa
benih, baik yang ada pada permukaan maupun yang ada di dalam jaringan benih. Dengan
cara tersebut maka patogen terbawa benih, terutama cendawan dapat terdeteksi dengan
mengamati karakteristik pertumbuhan dan struktur cendawan.
Pengujian kesehatan benih dengan metode inkubasi yang sering dilakukan adalah pengujian
dengan media kertas (Blotter test) dan pengujian dengan menggunakan media agar.
a.Metode Media Kertas (Blotter test)
Benih ditumbuhkan pada kertas saring basah yang telah dicelupkan ke dalam air steril,
diinkubasikan selama 7 hari dengan penyinaran lampu ultraviolet selama 12 jam terang dan
12 jam dalam kondisi gelap secara bergantian. Benih yang diinkubasi tersebut diamati di
bawah mikroskop stereo dengan perbesaran 50 – 60 kali untuk melihat pertumbuhan
cendawan. Pemeriksaan cendawan dengan metode ini paling banyak digunakan karena
mudah dilaksanakan dengan biaya relatif murah dan hampir semua jenis cendawan yang
terbawa benih dapat diuji. Patogen yang dapat diketahui dengan metode ini adalah dari
genera Aspergillus, Alternaria, Ascochyta, Botrytis, Botryodiplodia, Cladosporium,
Colletotrichum, Dreshslera, Fusarium, Macrophomina, Rhizoctonia,
Pheronospora dan Phoma.
Prosedur :
a. Metode Inkubasi dengan Media Kertas Standar
Sebanyak 400 benih diletakkan dalam cawan petri berdiameter 9 cm. Jumlah benih per cawan
petri 10 atau 25 tergantung dari ukuran benih.
Tiap cawan petri diberi label nomor benih dan tanggal pengujian.
Sebelum benih diletakkan, cawan dialasi dengan 2 lapis kertas saring basah. Usahakan air
jangan terlalu banyak (tidak tergenang). Letakkan benih satu
per satu dengan menggunakan pinset.
Selanjutnya benih diinkubasi pada suhu kamar dengan penyinaran lampu ultra violet 12 jam
terang dan 12 jam gelap secara bergantian selama 7 hari.
Pada hari ke-8 dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop.
b. Metode Inkubasi dengan Media Kertas dengan Pendinginan
Sebanyak 400 benih diletakan dalam cawan petri yang telah dialasi kertas saring seperti pada
metode inkubasi dengan kertas standar.
Benih diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang dengan penyinaran lampu ultra violet 12
jam terang dan 12 jam gelap.
Pada hari ke-2 benih disimpan pada suhu -200C selama 24 jam. Tujuan perlakuan
pendinginan tersebut adalah untuk menghambat atau menekan perkecambahan benih.
Perkecambahan benih akan menyebabkan pengamatan menjadi bias.
Setelah diberi perlakuan dingin kemudian benih diinkubasi selama 5 hari pada suhu ruang
dengan penyinaran lampu ultra violet 12 jam terang dan 12 jam terang secara bergantian.
Pada hari ke-8 benih diamati seperti prosedur pengamatan metode inkubasi dengan media
kertas standar.

b.Metode Media Agar


Dalam metode media agar inokulum terbawa benih dideteksi berdasarkan karakteristik koloni
pada media agar yang berkembang dari benih. Secara umum prinsipnya sama dengan prinsip
dari pengujian dengan media kertas.
Kelebihan menggunakan media agar, yaitu memberikan informasi relatif lebih cepat dan
cukup menggambarkan status kesehatan benih dibandingkan dengan metode kertas, karena
ketersediaan nutrisi pada media agar memungkinkan cendawan tumbuh dan berkembang
lebih baik dan lebih cepat sehingga memudahkan dalam pengamatan. Biasanya cendawan
akan membentuk koloni yang khas pada media agar.
Dalam pelaksanaan pengujiannya, metode ini memerlukan persiapan yang lebih lama, relatif
rumit dan mahal, terutama bila menggunakan media spesifik. Â Untu keperluan pengujian
dengan media agar digunakan berbagai jenis media semi selektif atau selektif seperti MA
(Malt Agar), PDA (Potato Dextrose Agar), WA (Water Agar).
Prosedur :
Media agar steril disiapkan dalam cawan petri steril.
Sebanyak 400 benih dari satu contoh benih diberi perlakuan sterilisasi permukaan dengan
NaOCl 1 % selama 1 menit. Kemudian benih dibilas dengan aquades, ditiriskan pada kertas
saring steril.
Benih diletakkan pada media agar dalam cawan petri. Tiap cawan ditanami 10 butir benih.
Pekerjaan penanaman benih tersebut dilakukan secara aseptik, yaitu membersihkan tempat
dan alat kerja dengan alkohol 70 %.
Benih diinkubasikan pada suhu 20±20 C selama 7 hari dengan penyinaran lampu ultra violet
12 jam terang dan 12 jam gelap secara bergantian.
Pengamatan dengan mikroskop stereo dilakukan pada hari ke-8 tetapi dapat pula dilakukan
mulai hari ke-4, karena koloni cendawan sudah mulai tampak. Hal yang diamati adalah
karakteristik koloni dan struktur cendawan. Untuk bakteri bahkan pengamatan sudah dapat
dilakukan pada hari ke-2 atau ke-3.

c.Metode Media Pasir


Pengujian ini dapat memberikan informasi yang lebih mendekati kondisi di lapangan. Metode
ini membutuhkan waktu yang lebih lama ± 2 minggu. Metode ini sesuai untuk patogen
terbawa benih  yang membutuhkan waktu inkubasi yang lebih lama. Media yang digunakan
adalah tanah pasir atau batu bata yang sudah disterilisasi kemudian dibasahi dengan air steril
yang cukup hingga tidak memerlukan penyiraman selama inkubasi. Suhu yang digunakan
umumnya rendah yaitu (10 – 120 C) untuk merangsang tumbuhnya cendawan.

C.PENUTUP
Kesimpulan
1.Petani dapat mengetahui benih tersebut berkualitas atau tidak dengan cara melakukan uji
mutu benih.
2.Uji mutu benih dikelompokkan menjadi dua ; uji mutu fisik benih dan uji mutu fisiologis
benih.
Saran
Dengan diketahuinya cara uji mutu benih ini sekarang ayo kita menanam tanaman dari benih
berkualitas, agar kebutuhan pangan negri ini bisa terpenuhi bahkan bisa untuk mengekspor.

Anda mungkin juga menyukai