Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

Pasien dengan Gangguan Istirahat dan Tidur

I. Konsep KebutuhanIstirahat dan Tidur


1.1 Definisi
Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan
tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulan-ulang dan
masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badanlah yang
berbeda.
1.2 Fisiologi kebutuhan istrahat tidur / fungsi normal kebutuhan istrahat tidur
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan
periode yang lebih lama dari keterjagaan. Fisiologi tidur merupaka
peangaturan kegiata tudur oleh adanya hubungan mekanisme screablea
yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidur dan bangun, Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan
susunan saraf pusat, saraf perifer Endokrin kardiosvakuler, respirasi
muskuloskeletal (Robinson 1993,dalam potter). Recticular activating
system (RAS) di bagian batang otak atas di yakini mampunyai sel-sel
khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS
memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri dan ensori raba, juuga
menerima stimulus dari korteks serebri. (emosi,proses,pikir). Seseoranng
yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam
posisi rileks, jika ruangan gelap dan tenang aktifitas RAS menurun, pada
saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin.
Kebutuhan Tidur Rata-Rata Per Hari
 Dewasa muda : 7-8 jam/hari
 Dewasa menengah : ± 7 jam/hari
 Dewasa tua : ± 6 jam/hari
1.3 Faktor-faktor yang memepengaruhi perubahan fungsi kebutuhan istrahat
tidur
Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur seringkali
faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Seringkali
faktor fisiologis, psikologis dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan
kuantitas tidur.
1. Penyakit Fisik
Setiap penyakit menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik
atau masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat
menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan seperti itu
mempunyai masalah kesulitan tidur atau tetap tertidur. Penyakit juga
dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa.
Sebagai contoh, memperoleh posisi yang aneh saat dengan atau
lengan di imobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur.
2. Obat-obatan dan Substansi
Dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584 obat resep atau obat
bebas menuliskan mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486
menulis insomnia, dan 281 menyebabkan kelelahan ( Buysse,1991).
Mengantuk dan deprivasi tidur adalah efek samping medikasi yang
umum. Medikasi yang diresepkan untuk tidur seringkali member
banyak masalah daripada keuntungan. Orang dewasa muda dan
dewasa tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk mengatasi
stressor gaya hidupnya. Lansia seringkali menggunakan varrasi obat
untuk mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya dan efek
kombinasi dari beberapa obat dapat mengganggu tidur secara serius.
L-triptofan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan seperti
susu, keju dan daging dapat membantu orang tidur.
3. Gaya Tidur
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pada tidur. Jam
internal tubuh diatur pukul 22, tetapi sebaliknya jadwal kerja
memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu untuk tidur
hanya selama 3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan
bahwa ini adalah waktu terbangun dan aktif. Kesulitan
mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan
penurunan dan bahkan penampilan yang berbahaya.
4. Pola Tidur yang Biasa dan Mengantuk yang Berlebihan pada Siang
Hari (EDS)
EDS sering kali menyebabkan kerusakan pada fungsi terjaga,
penampilan kerja atau sekolah yang buruk, kecelakaan saat
mengemudi atau menggunakan peralatan dan masalah prilaku atau
emosional. Mengantuk menajdi patologis ketika mengantuk terjadi
pada waktu ketika individu harus atau ingin terjaga. Kurang tidur yang
kronis jauh lebih serius daripada kehilangan tidur yang sementara dan
menyebabkan perubahan serius dalam kemampuan untuk melakukan
fungsi sehari-hari. EDS cenderung menjadi paling sulit diatasi selama
tugas yang menetap.
5. Stress Emosional
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat
menganggu tidur. Stress emosional dapat menyebabkan seseorang
menjadi tegang dan sering kali mengarah frustasi apabila tidak tidur.
Stress yang menyebabkan seseorang menyebabkan terlalu keras untuk
tertidur, sering terbangun selama siklus tidur stress yang berlanjut
dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk. Lansia juga seperti
individu lain yang mengalami masalah perasaan depresi, sering juga
mengalami perlambatan untuk jatuh tertidur, munculnya tidur REM
secara dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan
tidur yang kurang dan terbangun cepat (Bliwise, 1986).
6. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting
pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yng baik
adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi
tempat tidur rumah sakit seringkali mempengaruhi kualitas tidur.
Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan untuk
membangunkan orang tergantung pada tahap tidur (Webster dan
Thompson, 1986).
7. Latihan Fisik dan Kelelahan
Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasa
memperoleh tidur yang mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan
adalah hasil dari kerja atau latihan yang menyenangkan. Latihan 2 jam
atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan
mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang meningkatkan
relaksasi.
8. Asupan Makanan dan Kalori
Orang tidur lebih baik ketika sehat ehingga mengikuti kebiasaan
makan yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur
(Hauri dan Linde, 1990). Makan besar, berat, dan berbumbu pada
makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna yang
menganggu tidur. Alergi makanan menyebabkan insomnia.
1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada kebutuhan istrahat
tidur
Masalah umum pada gangguan tidur :
1. Insomnia
Adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan
kuantitas tidur. Gejala yg dialami oleh klien yg mengalami kesulitan
kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan/ tidur singkat.
2. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya di
sebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal,
liver dan metabolisme.
3. Parasomnia
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak,
Masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-anak seperti Night
terrors dan mimpi buruk.
4. Narcolepsi
Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk
tidur, misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan
kendaraan atau di saat sedang membicarakan sesuatu.
5. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran
udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih
pada saat tidur. Klien yang mengalami apnea tidur seringkali tidak
memiliki tidur dalam yang signifikan. Selain itu banyak juga terjadi
keluhan mengantuk yang berlebihan di siang hari.
6. Deprivasi Tidur
Adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat disomnia,
penyebabnya dapat mencakup penyakit ( mis. Demam, sulit bernapas
atau nyeri ), stres emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan, dan
keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja. Dokter
dan perawat cenderung mengalami deprivasi tidur karena jadwal kerja
yang panjang dan rotasi jam dinas.
7. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur
REM. Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu
sering dan di luar kebiasaan.
II. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kebutun Istrahat Tidur
2.1 Pengkajian
1.II.1 Riwayat keperawatan
Dimulai dengan mengumpulkan data tentang :Identitas (umur,
sex, pekerjaan, pendidikan) , Keluhan utama dan Riwayat
penyakit.
1.II.2 Pemeriksaan fisik: data fokus
1. Tingkat kesadaran
2. Postur/bentuk tubuh: Skeliosis, kiposis, lordosis, dan cara
berjalan
3. Ekstrimitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot,
Atropi, Tremor, Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot,
Kemampuan jalan, Kemampuan duduk, Kemampuan berdiri,
Nyeri sendi, Kekakuan sendi.
Meliputi :Inspeksi , palpasi , perkusi , auskultasi, TTV danPerilaku.
1. Data Fokus
Data subjektif
a. Klien merasa lesu, mengantuk sepanjang hari
b. Mengeluh susah tidur, kurang istirahat
c. Pandangan dirasa kabur, mata berkaca-kaca
d. Emosi meningkat, mudah marah/tersinggun
e. Kepala pusing, berat
f. Mengeluh sering terbangun
Data objektif
a. Wajah nampak kurang bergairah (letih,lesu, lemah)
b. Prestasi kerja menurun/kurang konsentrasi
c. Gelisah, sering menguap
d. Mudah tersinggung
e. Ada bayangan hitam di bawah mata
1.II.3 Pemeriksaan penunjang
a. ENG
b. Audiometridan BAEP
c. Psikiatrik
2.1 Diagnosa kepearawatan yang mungkin muncul
Diagnosa I : Gangguan pola tidur
2.2.1 Defenisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
2.2.2 Batasan Karakteristik
1. Perubahan pola tidur normal
2. Penurunan kemampuan berfungsi
3. Ketidakpuasan tidur
4. Menyatakan sering terjaga
5. Meyatakan tidak mengalami kesulitan tidur
6. Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
2.2.3 Faktor yang berhubungan
1. Suhu lingkungan sekitar
2. Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap
3. Kurang kontrol tidur
Diagnosa II : Ansietas
2.2.1 Defenisi
Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang Samar disertai respon
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan kemampuan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
2.2.2 Batasan Karakteristik
Perilaku :
 Penurunan produktivitas
 Gerakan yang ireleven
 Gelisah
 Melihat sepintas
 Insomnia
 Kontak mata yang buruk
 Mengekspresikan kekawatiran karena perubahan dalam
peristiwa hidup
 Agitasi
 Mengintai
 Tampak waspada
Affektif :
 Gelisah, Distres
 Kesedihan yang mendalam
 Ketakutan
 Perasaan tidak adekuat
 Berfokus pada diri sendiri
 Peningkatan kewaspadaan
 Iritabihtas
 Gugup senang beniebihan
 Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
 Peningkatan rasa ketidak berdayaan yang persisten
 Bingung, Menyesal
 Ragu/tidak percaya diri
 Khawatir
Fisiologis :
 Wajah tegang, Tremor tangan
 Peningkatan keringat
 Peningkatan ketegangan
 Gemetar, Tremor
 Suara bergetar
Simpatik :
 Anoreksia
 Eksitasi kardiovaskular
 Diare, Mulut kering
 Wajah merah
 Jantung berdebar-debar
 Peningkatan tekanan darah
 Peningkatan denyut nadi
 Peningkatan reflek
 Peningkatan frekwensi pernapasan
 Pupil melebar
 Kesulitan bernapas
 Vasokontriksi superfisial
 Lemah, Kedutan pada otot
Parasimpatik :
 Nyeri abdomen
 Penurunan tekanan darah
 Penurunan denyut nadi
 Diare, Mual, Vertigo
 Letih, Ganguan tidur
 Kesemutan pada ekstremitas
 Sering berkemih
 Anyang-anyangan
 Dorongan cegera berkemih
Kognitif :
 Menyadari gejala fisiologis
 Bloking fikiran, Konfusi
 Penurunan lapang persepsi
 KesuIitan berkonsentrasi
 Penurunan kemampuan belajar
 Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
 Ketakutan terhadap konsekwensi yang tidak spesifik
 Lupa, Gangguan perhatian
 Khawatir, Melamun
 Cenderung menyalahkan orang lain.

2.2.3 Faktor yang berhubungan


1. Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, status peran)
2. Stres, ancaman kematian
3. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
2.2 Perencanaan
Diagnosa I : Gangguan pola tidurKemungkinan berhubungan dengan :
Suhu lingkungan sekitar, Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap,
Kurang kontrol tidur.
2.3.1 Tujuan dan kriteria
2.3.2 Intrevensi Keperawatan dan Rasional

Diagnosa Yang
Tujuan Intervensi Rasional
Mungkin Muncul
Gangguan pola Setelah diberikan o Kaji rutinitas o Mengkaji dan
tidur asuhan keperawatan tidur yang mengidentifikasi
Kemungkinan ....x 24 jam diharapkan biasa kebiasaan tidur klien
berhubungan gangguan pola tidur dilakukan
dengan : klien efektif dengan klien
a. Suhu lingkungan kriteria hasil : o Ciptakan o Meningkatkan
sekitar a. Perasaan segar lingkungan kenyamanan tidur
b. Perubahan pejanan sesudah tidur atau yang nyaman serta dukungan
terhadap cahaya istirahat fisiologis/psikologis
gelap b. Pola tidur, kualitas o Jelaskan o Istirahat adekuat dan
c. Kurang kontrol dalam batas normal pentingnya tidur dapat
tidur c. Jumlah jam tidur tidur yang meningkatkan status
dalam normal 6-8 adekuat emosional
jam/hari o Kolaborasi o Mungkin diberikan
pemberian untuk membantu
obat tidur pasien tidur/istirahat
selama periode
transisi dari rumah ke
lingkungan baru.
Diagnosa II : AnsietasKemungkinan berhubungan dengan :
a. Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status peran
b. Stres, ancaman kematian
c. Konflik tidak disadari mengenai tujuan penting hidupKurang kontrol
tidur.
2.3.3 Tujuan dan kriteria
2.3.4 Intrevensi Keperawatan dan Rasional

Diagnosa Yang
Tujuan Intervensi Rasional
Mungkin Muncul
Ansietas Setelah diberikan o Gunakan o Memungkinkan
Kemungkinan asuhan keperawatan pendekatan waktu untuk
berhubungan ....x24 jam diharapkan yang mengekspresikan
dengan : ansietas klien efektif menenangkan perasaan,
a. Perubahan dalam dengan kriteria hasil : menghilangkan
(status ekonomi, a. Mengidentifi cemas, dan prilaku
lingkungan, status kasi,mengungkapkan, adaptasi
kesehatan, pola dan menunjukkan o Instruksikan o Meningkatkan
interaksi, fungsi tehnik untuk pasien relaksasi/istirahat dan
peran, status peran mengontrol cemas menggunakan menurunkan rasa
b. Stres, ancaman b. Klien mampu teknik cemas
kematian mengidentifikasi dan relaksasi
c. Konflik tidak mengungkapkan gejala o Jelaskan o Menurunkan cemas
disadari mengenai cemas prosedur dan dan takut terhadap
tujuan penting c. Ekspresi wajah, apa yang diagnosa dan
hidup bahasa tubuh dan dirasakan prognosis
tingkat aktivitas selama
menunjukkan prosedur
berkurangnya o Berikan obat o Membantu pasien
kecemasan untuk rileks secara fisik
mengurangi mampu untuk
kecemasan membuat strategi
koping adekuat
Pustaka

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

A. Aziz Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Doengoes, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Herdman ,T.Heather.(2012).Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional.Jakarta


: EGC
Mubarak,. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Praktik.Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2013. Panduan Diagnosa Keperawatan
NANDA. Jakarta: EGC

Potter&Perry, (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik,


Edisi 4.Vol 2.Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia danProses


KeperawatanEdisi 4. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai