Anda di halaman 1dari 4

Laporan Kasus

TINEA KAPITIS
Mathilda I. Uniplaita (2018-84-060)
Bagian / SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FK UNPATTI / RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

PENDAHULUAN
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku. Jamur ini menyerang lapisan stratum
korneum dan menimbulkan gejjala melalui aktivasi respon imun penjamu. Dermatofitosis
terbagi atas beberapa bentuk, salah satunya yaitu tinea kapitis.
Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada skalp dan rambut kepala. Tinea kapitis
dapat disebabkan oleh dermatofita genus Trichophyton dan Microsporum selain Trichophyton
concentricum. Trichophyton concentricum dapat mengenai skalp, tetapi tidak rambut kepala.
Tinea kapitis merupakan dermatofitosis tersering yang mengenai anak-anak dengan usia
dominan antara 3 sampai 7 tahun, walaupun dapat juga mengenai neonatus dan dewasa.
Sumber penularan dapat berasal dari manusia (antropofilik), hewan (zoofilik), dan tanah
(geofilik). Cara penularan dapat terjadi secara tidak langsung melalui fomite misalnya sisir,
topi, sarung bantal, mainan, dan kursi teater.
Prevalensi yang tinggi tinea kapitis dapat ditemukan di seluruh dunia, terutama
ditemukan di Afrika, Eropa dan Asia Tenggara. Angka prevalensi tinea kapitis di Indonesia
bervariasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) ditemukan sebesar 0,61-0,87%
(1989-1992) dari kasus jamur kulit, di Medan 0,4% (1996-1998), di RSUP Kariadi Semarang
sebesar 0,15% (1996-1998).3Angka insiden tinea kapitis di RSUP Sanglah Denpasar tahun
2007-2010 sebesar 0,21% yang didominasi kelompok umur 5-14 tahun (35,71%) dan jenis
kelamin laki-laki sebesar 60%. Pada tahun 2012-2013 terdapat 25 kasus baru (5,18%) tinea
kapitis dari total 482 penderita yang berkunjung di subdivisi mikologi poliklinik kulit dan
kelamin di RSUP Sanglah.
Penyebab tersering di seluruh dunia adalah M.canis, sedangkan di Amerika Serikat
adalah T.tonsurans diikuti oleh M. Canis. Microsporum ferrugenium adalah penyebab
terbanyak di Jepang, Cina, Korea dan Afrika Selatan.
Gambaran klinis tinea kapitis tergantung dari spesies penyebabnya sama halnya dengan
faktor lain seperti respon imun pejamu. Umumnya infeksi dermatofita yang mengenai kulit
kepala akan menyebabkan kerontokan rambut, kulit kepala bersisik dan berbagai derajat respon
inflamasi. Manifestasi klinis tinea kapitis sangat bervariasi yaitu dapat berupa non-inflamasi
atau inflamasi. Beberapa tipe tinea kapitis yaitu tipe gray patch, black dot, kerion dan favus.
Bentuk gray patch biasanya disebabkan oleh Microsporum audoinii (M. audoinii) atau M.
ferrugineum.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan KOH, pemeriksaan lampu Wood dan kultur jamu.
Terapi standar untuk tinea kapitis adalah pengobatan oral dengan regimen yang disetujui
oleh Food and Drug Administration di Amerika Serikat adalah griseofulvin. Beberapa agen
antifungal lain seperti terbinafin, itrakonazol dan flukonazol, juga telah terbukti efektif, aman
dan memiliki durasi pengobatan yang lebih pendek. Kombinasi dengan terapi topikal
memberikan hasil yang baik. Beberapa kendala yang sering ditemui pada saat pengobatan
adalah waktu pengobatan yang cukup lama, perlunya disiplin tinggi serta kerjasama penderita.

KASUS :
Seorang anak 8 tahun, suku Ambon, Bangsa Indonesia, Alamat Hukurila, datang ke poli
kulit dan kelamin Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. M. Haulussy Ambon tanggal 15
Januari 2020 (NO. RM : 10.03.50) dengan keluhan kulit kepala bersisik tebal disertai rasa gatal.

Alloanamnesis
Seorang anak 8 tahun, datang ke poli penyakit kulit dan kelamin dengan keluhan kepala
bersisik tebal pada daerah kepala, keluhan sudah muncul sekitar bulan September 2019.
Keluhan disertai rasa gatal, perih. Selama keluhan pasien jarang mandi karena rasa nyeri pada
kulit kepala. Selama keluhan pasien belum melakukan pengobatan.
Riwayat Penyakit Dahulu : Sudah pernah mengalami tinea kapitis pada tahun 2019 di bulan
september.
Riwayat Keluarga : Alergi makanan, obat-obatan dan bahan lainnya disangkal
Riwaya Pengobatan : Riwayat pengobatan disangkal
Riwayat kebiasaan : Mandi sendiri tanpa bantuan orang tua
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : Kesadaran kompos mentis, kesan gizi cukup, nadi 80x/menit, pernapasan
18x/menit, dan suhu 360C
Kepala : Normocephali, Konjungtiva anemis (-)
Mulut : Sianosis (-), T1/T1, hiperemis (-), Kandidiasis oral (-)
Leher : Pembesaran Kelenjar getah bening (-)
Toraks : Jantung  Bunyi Jantung SI/SII, regular, murmur (-), gallop (-), Paru 
Bunyi napas dasar vesikuler, bunyi tambahan (-)

Abdomen : Hepar dan Lien tidak teraba dan nyeri tekan (-)
Inguinal : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Genital : Tidak diperiksa
Ekstermitas : Akral hangat, edema (-)
Status Dermatologi
1. Lokasi : Skalp
2. Ukuran :
3. Effloresensi : Skuama tebal berlapis, berwarna kuning kemerahan

Resume
Seorang anak 8 tahun, datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan
Seorang anak 8 tahun, datang ke poli penyakit kulit dan kelamin dengan keluhan kepala
bersisik tebal pada daerah kepala, keluhan sudah muncul sekitar bulan September 2019.
Keluhan disertai rasa gatal, perih. Selama keluhan pasien jarang mandi karena rasa nyeri pada
kulit kepala. Riwayat mengalami tinea kapitis pada tahun 2019 di bulan september. Riwayat
keluarga dan alergi disangkal. Pasien memiliki kebiasaan mandi sendiri tanpa bantuan orang
tua.

Diagnosis banding
1. Dermatitis Seboroik
2. Psoriasis

Diagnosis:
Tinea Kapitis
Penatalaksaan :
1. Rawat Jalan
2. Griseofulvin 2x400 mg
3. Ketomed shampoo, oleskan 10-15 menit kemudian bilas.

Prognosis
Quo Ad vitam : Bonam
Quo Ad functionam : Bonam
Quo Ad sanationam : Bonam

Pembahasan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan KOH, pemeriksaan lampu Wood dan kultur jamu.

Anda mungkin juga menyukai