HALAMAN JUDUL...............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 3 PENUTUP
PENDAHULUAN
gejala infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
dalam (membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,
anal, ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV
dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kematian. Angka ini tidak mengherankan
Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan
Bagaimana konsep teori HIV AIDS dan asuhan keperawatan pada pasien
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan
2.1.2 Etiologi
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
disebut HIV.
2.1.3 Klasifikasi
I 1. Asimptomatik Asimptomatik,
kheilitis angularis.
sinusitis bakterialis
4. Kandidiasis orofaringeal
pneumonia, piomiositis
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami
3) Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh
pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu
cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai
macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit.
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang
'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
2.1.5 Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel
dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV)
sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang
membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen.
Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4
helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari
sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-
yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh
dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
- ELISA
- Western blot
- Kultur HIV
- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin
2.1.8 Penatalaksanaan
dan edukasi.
a) Pengobatan
1) Obat Retrovirus
5. Zidovudine (AZT)
tid, dan dosis diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-
tanda toksik.
AZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada
atau fansidar.
pada seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering
b) Rehabilitasi
berisiko.
c) Edukasi
Narkotik, dsb.
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat
obatan
c. Keadaan Umum
Pucat, kelaparan
d. Gejala Subjektif
e. Psikososial
f. Status Mental
g. HEENT
h. Neurologis
i. Muskoloskletal
j. Kardiovaskular
k. Pernapasan
m. Gu
n. Integument
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien atau orang Pasien dan keluarga mau dan memerlukan
infeksi (kontak ditransmisikan, tim penting lainnya metode mencegah informasikan ini
pasien) kesehatan transmisi HIV dan kuman patogen
berhubungan memperhatikan universal lainnya.
dengan infeksi precautions dengan 2. Gunakan darah dan cairan tubuh
HIV, adanya kriteriaa kontak pasien precaution bial merawat pasien.
infeksi dan tim kesehatan tidak Gunakan masker bila perlu. Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang
nonopportunisitik terpapar HIV, tidak lain
yang dapat terinfeksi patogen lain
ditransmisikan. seperti TBC.
Intolerans Pasien berpartisipasi 1. Monitor respon fisiologis Respon bervariasi dari hari ke hari
aktivitas dalam kegiatan, dengan terhadap aktivitas
berhubungan kriteria bebas dyspnea
dengan dan takikardi selama 2. Berikan bantuan perawatan yang
kelemahan, aktivitas. pasien sendiri tidak mampu Mengurangi kebutuhan energi
pertukaran
oksigen,
malnutrisi,
kelelahan. 3. Jadwalkan perawatan pasien Ekstra istirahat perlu jika karena
sehingga tidak mengganggu
meningkatkan kebutuhan metabolik
isitirahat.
Perubahan nutrisi Pasien mempunyai 1. Monitor kemampuan mengunyah Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
kurang dari intake kalori dan protein dan menelan. tenggorokan dan mulut
kebutuhan tubuh yang adekuat untuk
berhubungan memenuhi kebutuhan 2. Monitor BB, intake dan ouput Menentukan data dasar
dengan intake metaboliknya dengan 3. Atur antiemetik sesuai order Mengurangi muntah
yang kurang, kriteria mual dan muntah
4. Rencanakan diet dengan pasien Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan
meningkatnya dikontrol, pasien makan dan orang penting lainnya.
kebutuhan TKTP, serum albumin keinginan pasien
metabolic, dan dan protein dalam batas
menurunnya n ormal, BB mendekati
absorbsi zat gizi. seperti sebelum sakit.
Diare Pasien merasa nyaman 1. Kaji konsistensi dan frekuensi Mendeteksi adanya darah dalam feses
berhubungan dan mengnontrol diare, feses dan adanya darah.
dengan infeksi GI komplikasi minimal
dengan kriteria perut 2. Hipermotiliti mumnya dengan diare
Auskultasi bunyi usus
lunak, tidak tegang, feses
lunak dan warna normal,
kram perut hilang, 3. Atur agen antimotilitas dan Mengurangi motilitas usus, yang pelan,
psilium (Metamucil) sesuai order emperburuk perforasi pada intestinal