Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat, terutama dalam
teknologi transportasi udara. Perusahaan-perusahaan penerbangan di
seluruh dunia berlomba-lomba untuk memproduksi pesawat terbang yang
semakin canggih demi transportasi yang efisien dan bisa dikatakan
sempurna. Dan Indonesia merupakan negara kepulauan maka tidak
sedikit penduduknya dalam pergerakannya menggunakan jasa ini. Salah
satu pesawat yang digunakan salah satu airline adalah pesawat Boeing
737 Next Generation (NG) seri -600,-700,-800,-900.
Pesawat terbang mempunyai berbagai sistem dan komponen yang
harus bekerja sesuai dengan fungsinya, salah satunya adalah Auxiliary
Power Unit (APU). APU berfungsi sebagai tenaga cadangan yang
menghasilkan tenaga pneumatic dan electrical ke sistem pesawat lain,
pada saat pesawat berada di ground. Tenaga pneumatic digunakan untuk
air conditioning system yang berfungsi mendinginkan cabin dan bleed air
supply system untuk starting engine, sedangkan tenaga electrical pada
APU digunakan untuk lighting system, radio dan sistem elektronik yang
ada pada cockpit dan cabin. APU tidak akan menyala apabila ignition
system pada APU tersebut tidak bekerja dengan baik.
Igniter plug pada Auxiliary Power Unit (APU) memberikan spark
(percikan) yang besar pada ignition untuk membakar campuran udara dan
fuel pada combustion chamber. Oleh karena itu, ignition system pada APU
harus selalu dirawat dan diperhatikan dengan baik agar APU tetap bisa
bekerja sesuai dengan fungsinya, apalagi jika pesawat tersebut
dioperasikan ke bandara atau daerah terpencil yang tidak didukung oleh
Ground Power Unit (GPU) dan Ground Turbine Compressor (GTC)
sebagai pengganti kerja APU.

1
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana cara kerja Ignition System pada Auxiliary Power Unit
(APU)?
2. Bagaimana cara inspeksi Ignition System pada APU ?
3. Apa masalah yang sering terjadi pada Ignition System dan
bagaimana pemecahan masalahnya?

1.3 Batasan Masalah


Pada penyusunan Tugas Akhir ini, penulis membatasi penelitian
Ignition System APU GTCP131-9B pada pesawat B737 NG. Pembahasan
materi membahas, bagaimana cara kerja Ignition System pada (APU),
mengetahui cara inspeksi Ignition System pada (APU), mengetahui
troubleshooting pada salah satu komponen Ignition System pada (APU)

1.4 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan batasan masalah yang ada di atas, maka penulisan
ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui cara kerja Ignition System pada APU GTCP131-9B
pesawat B737 NG
2. Mengetahui cara inspeksi Ignition System pada APU GTCP131-9B
pesawat B737 NG
3. Mengetahui masalah yang sering terjadi pada Ignition System pada
APU GTCP131-9B pesawat B737 NG dan bagaimana pemecahan
masalahnya

1.5 Sistematika Penulisan


Tugas Akhir ini disusun dalam beberapa bab dengan urutan sebagai
berikut :

2
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang isi dari bab I ini terdiri dari : latar
belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini berisikan tentang teori-teori tentang Auxiliary Power Unit dimana
lokasi (APU), apa fungsinya, bagaimana cara kerja (APU), menjelaskan
tentang ECU, SCU, SPU, dan Starter Generator, menjelaskan tentang
komponen utama (APU), menjelaskan tentang Ignition System pada
(APU) dan apa saja komponen yang terdapat pada Ignition System pada
(APU).

BAB III RENCANA KERJA


Bab ini berisi penjelasan singkat mengenai bahan dan alat yang akan
digunakan, prosedur penelitian, dan jadwal penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas bagaimana cara kerja Ignition System pada Auxiliary
Power Unit (APU), mengetahui cara inspeksi Ignition System pada (APU),
dan mengetahui troubleshooting pada Auxiliary Power Unit (APU).

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan
dan saran yang nantinya dapat diambil sebagai bahan perbaikan untuk
kedepannya.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Auxiliary Power Unit (APU)


Auxiliary Power Unit (APU) adalah suatu gas turbine engine, yang
menghasilkan tenaga electric dan pneumatic ke sistem pesawat lain.
Tenaga pneumatic yang dihasilkan oleh APU bertekanan sebesar 40 psi
dengan temperature 3900 F – 4400 F sedangkan tenaga electric pada APU
yang dihasilkan sebesar 115v AC 400 Hz 3 phase [3]. Tenaga pneumatic
digunakan untuk air conditioning system yang berfungsi mendinginkan
cabin dan bleed air supply system untuk starting engine sedangkan tenaga
electric pada APU digunakan untuk lighting system dan komponen yang
ada pada control panel. APU terpasang pada bagian ekor (tail section)
pesawat tepatnya pada frame 50 yang terletak di bagian bawah seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Lokasi APU (Auxiliary Power Unit)

Tujuan utama dari APU yang terdapat pada pesawat adalah untuk
memberikan tenaga/power pada saat starting engine. Sebelum mesin
dihidupkan. Setelah APU beroperasi, APU menyediakan tenaga
(listrik, pneumatic, atau hidraulik, tergantung pada desain APU itu sendiri)

4
untuk starting engine pada pesawat. Namun, pada pesawat seperti Boeing
737, untuk mengoperasikan penyejuk udara / Air Conditioning
menggunakan tenaga pneumatic dari APU yang diatur suhunya sedemikian
rupa pada sistem Air Cycle Machine (ACM) jadi, bisa dikatakan APU
digunakan untuk menggantikan engine dalam menyediakan listrik dan
tenaga pneumatic.
APU juga dapat memasok daya listrik dan pneumatik di udara. Batas
Operasional Ketinggian APU dapat memasok daya listrik 90 KVA hingga
32.000 feet (9,754 meter) dan 66 KVA hingga 41.000 feet (12.500 meter).
Daya Listrik dan tenaga pneumatik tersedia pada saat yang sama hingga
15.000 kaki (4.572 meter). Daya pneumatik saja tersedia hingga 17.000 feet
(5.183 meter) [2].
APU yang digunakan pada pesawat Boeing 737 Next Generation
adalah GTCP 131-9B. Kode jenis APU mempunyai arti sesuai
spesifikasinya, sebagai berikut : GTCP 131-9B

 GT : Gas Turbine
 C : Compressor (Bleed Air Output)
 P : Power (Shaft Power Output)
 131 : Size Class
 9B : Boeing 737-NG (jenis pesawat)

5
Gambar 2.2 Auxiliary Power Unit Forward Overhead Panel P5 [1]

Sistem kerja APU pada dasarnya hampir sama cara kerjanya dengan
engine pada pesawat yaitu tiga proses kerja. Proses kompresi
(compression), proses pembakaran (ignition) dan ekspansi (expansion).
Ketiga operasi APU ini masing-masing terjadi di air intake, kompresor
(compressor), ruang bakar (combustion chamber), turbine dan exhaust.
Compressor berfungsi untuk menaikkan tekanan udara atmosfir
yang masuk ke dalam kompresor di mana temperatur udara tersebut juga
naik. Udara bertekanan dari compressor masuk kedalam ruang bakar
(combustion chamber). Bahan bakar disemprotkan ke dalam combustion
chamber yang di dalamnya terdapat udara bertekanan dan kemudian
dinyalakan dengan suatu alat penyala (igniter) hingga terbakar.
Kompresor dan combustion chamber menghasilkan media kerja dengan
energi yang tinggi, kemudian melakukan ekspansi dalam suatu turbine gas

6
dan menghasilkan gaya poros. Media kerja adalah gas yang dipergunakan
untuk menghasilkan kerja pada turbine yaitu gas hasil pembakaran di dalam
ruang bakar.

2.2 Sistem Yang Mengatur Cara Kerja Ignition System

Gambar 2.3 Sistem Yang Mengatur Cara Kerja Ignition System [2]

2.2.1 Electronic Control Unit (ECU)


ECU (Electronic Control Unit) merupakan system yang
mengendalikan atau mengontrol fungsi APU. ECU terletak di kompartmen
kargo belakang dekat pintu kargo belakang. ECU mendapat input dari
sistem pesawat dan dari APU, dan menerima daya 28v DC dari switched
hot battery bus. ECU juga mengandung sirkuit untuk mendeteksi kesalahan
pada APU. Seperti perlindungan shutdown otomatis yang disediakan untuk
kondisi kecepatan berlebih, pada low oil pressure, high oil temperature,
APU fire, kegagalan pada fuel control unit, kelebihan EGT, dan gangguan
sistem lainnya yang dipantau oleh ECU.

7
Gambar 2.4 Letak ECU (Electronic Control Unit) [2]

2.2.2 Start Power Unit (SPU) dan Start Converter Unit (SCU)
SPU (Start Power Unit) mengubah 115v AC atau 28v DC electrical
power menjadi 270v DC. Transfer bus 1 atau battery menyuplai power ke
Start Power Unit (SPU) dan SPU terletak di EE compartment pada (E2-2).
Sedangkan SCU (Start Converter Unit) mengubah 270v DC power ke AC
menjadi 3phase dan mengirimkannya ke starter generator. dan SCU
terletak di EE compartment pada (E2-2).

Gambar 2.5 Letak SCU dan SPU [2]

2.2.3 Starter Generator


Generator yang terdapat pada pesawat Boeing 737 NG terdapat 3
buah generator, yaitu :

8
1. 2 buah generator terdapat pada engine yaitu (engine1 dan engine2)
2. 1 buah generator terdapat pada APU (Auxiliary Power Unit)

Fungsi dari starter generator adalah untuk menghasilkan sumber


listrik di pesawat terbang, listrik yang dihasilkan di pesawat terbang
stabilnya 115v AC, 400 Hertz, 3Phase. Dan starter generator pada APU
berputar secara konstan tidak seperti pada engine yang berubah-ubah.

Gambar 2.6 Starter Generator [2]

2.3 Ignition System


Ignition System berfungsi menciptakan percikan bunga api pada
igniter plug sebagai pemicu terjadinya pembakaran campuran udara dan
fuel pada combustion chamber. Dan ECU (Electronic Control Unit) memberi
daya Ignition Unit pada kecepatan 0 persen dan memutuskan daya Ignition
Unit pada kecepatan 60 persen [2]. Ada berbagai pengertiaan ignition
system dari beberapa pakar. Menurut Fahrudin [8], ignition system dalam
pesawat terbang berfungsi untuk mengatur arus listrik dengan komponen
komponennya, sehingga menimbulkan api yang mampu membakar
campuran bahan bakar dan udara didalam combustion chamber. Ignition
system merupakan bagian yang sangat vital pada APU GTCP 131-9B,
karena tanpa sistem pengapian, pembakaran campuran udara dan fuel
pada combustion chamber tidak akan pernah terjadi.

9
Gambar 2.7 Location Igniter plug, Igniter Plug Lead, Ignition unit [2]

 Komponen-Komponen Ignition System


Komponen Ignition System pada APU terdiri dari ignition unit, igniter
plug lead dan igniter plug. Ignition system bagian terpenting dari Auxiliary
Power Unit. Apabila terjadi kerusakan pada komponen-komponen tersebut,
ignition system harus melakukan pengecekan telebih dahulu dengan
melakukan inspection. Jika terdapat kerusakan dari salah satu komponen
maka komponen tersebut harus direplace/diganti dengan yang baru. Maka
dari itu tiga komponen tersebut harus selalu dalam kondisi yang baik.
1) Ignition Unit

Ignition Unit

Gambar 2.8 Ignition Unit

10
Ignition unit berfungsi untuk mengubah 28 Vdc menjadi arus listrik
yang besar menuju igniter plug. Dan ignition unit mensuplai satu percikan
api per detik ke igniter plug.
2) Igniter Plug Lead

Igniter Plug Lead

Gambar 2.9 Igniter Plug Lead [1]

Igniter Plug Lead menghubungkan antara Ignition Unit dengan Igniter


Plug. Dan berfungsi sebagai pengantar arus listrik yang disediakan Ignition
Unit menuju Igniter Plug.

3) Igniter Plug

11
Gambar 2.10 Igniter Plug [10]

Igniter Plug adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan bunga


api pada saat proses pembakaran yang terjadi pada APU (Auxiliary Power
Unit). Menurut Eko [9], igniter plug memberikan spark yang besar untuk
membakar campuran fuel dan udara di combustion chamber. Igniter plug
dipasang di sisi depan dari combustion chamber . igniter plug terdiri dari
center electrode, outer electrode dan ceramic insulator. Spark dari igniter
plug berupa electric yang dihasilkan oleh center electrode yang
dihubungkan dengan igniter plug lead.

12
BAB III
RENCANA KERJA

3.1 Bahan dan Alat


Dalam pelaksanaan penelitian ini telah menggunakan alat yang
pantas digunakan untuk mengolah data dari penelitian tersebut, berikut ini
beberapa alat yang digunakan antara lain, sebagai berikut :

1. Screw Drivers.

Gambar 3.1 Screw Driver [10]

Screw drivers digunakan untuk membuka dan memasang screw yang


ada pada komponen-komponen dasar Ignition system seperti pada gambar
3.1.

2. Wrench.
Wrench yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tipe
seperti, combination wrench, rachet dan socket wrench. Semua wrench
tersebut digunakan untuk memasang atau melepas bolt dan nut pada
komponen dari pesawat terbang, beberapa kunci yang digunakan sebagai
berikut :
a) Combination wrench atau biasa disebut kunci pas adalah alat yang
digunakan untuk memberikan pengencangan sebuah bolt atau nut
seperti pada gambar 3.2.

13
Gambar 3.2 Combination Wrench dan Box-end Wrench [10]

b) Rachet atau socket wrench adalah alat mekanis yang gerakannya


hanya dalam satu arah dan bisa diatur sesuai arah yang
diperlukan. Rachet tidak boleh digunakan untuk memberikan torsi
bagi nut atau baut karena bisa dapat merusak rachet itu sendiri.
Bentuk dari rachet dapat dilihat seperti pada gambar 3.3

Gambar 3.3 Rachet Handle dan Deep Socket [10]

3. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat pengukur panjang dan biasa
digunakan untuk mengukur kedalaman diameter dalam dan diameter
luar suatu benda.

14
Gambar 3.4 Jangka Sorong [10]

4. Lap atau Kain (Majun)

Gambar 3.5 Majun [10]

Majun berfungsi untuk mengelap dan membersihkan komponen-


komponen yang kita teliti dan yang digunakan.

Penelitian dan penulisan pada Tugas Akhir ini juga menggunakan


berbagai macam bahan guna memperoleh data selama penelitian
berlangsung. Bahan yang digunakan sebagai berikut :
a) Aircraft Maintenance Manual System B737 NG Chapter 49
b) Aircraft Maintenance Manual B737 NG Chapter 49
c) Jurnal Ilmiah sebagai reference yang berhubungan dengan Ignition
system.
d) Internet sebagai sarana untuk pencarian data yang berhubungan
dengan Ignition System.

15
3.2 Prosedur Penelitian

Start

Penentuan Topik Penelitian Membaca Literatur Terkait

Diskusi dengan pembimbing

Membuat Rencana Kerja

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisa dan Pembahasan

Membuat Laporan Kerja

Kesimpulan & Saran

Finish

Gambar 3.6 Flowchart penelitian

16
Dalam penelitian ini ada beberapa langkah yang dilakukan penulis,
seperti pada flowchart diatas terdapat pada gambar 3.6 yaitu :

3.2.1 Penentuan Topik Tugas Akhir


Setelah dilakukan studi pustaka, membaca beberapa referensi
literature, dan diskusi yang di lakukan dengan dosen pembimbing maka
penulis mengambil topik penelitian berkaitan dengan studi literature
Ignition System APU GTCP 131-9B pada pesawat Boeing 737 Next
Generation.

3.2.2 Membaca Literature Terkait


Adapun untuk menunjang penulisan tugas akhir ini sebelum
melakukan penulisan tugas akhir dilakukan proses membaca literature
terkait. Pada tahap ini literature yang di baca sebagai berikut:
1. Aircraft Maintenance Manual Boeing 737 NG Chapter 49
2. Aircraft Maintenance Manual System Boeing 737 NG Chapter 49

3.2.3 Diskusi Dengan Pembimbing


Bersama dengan membaca literature terkait, dilakukan diskusi
dengan dosen pembimbing untuk membuat proposal tugas akhir yang
akan di ajukan ke jurusan Teknik Aeronautika Fakultas Teknologi
Kedirgantaraan Universitas Marsekal Suryadarma. Setelah proposal
tersebut di setujui maka dimulai membuat rencana kerja yang mana di
cantumkan kegiatan diskusi dengan pembimbing.

3.2.4 Membuat Rencana Kerja


Jadwal penelitian untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini, telah
disiapkan rencana kerja. Diharapkan agar kerja penelitian dalam
menyelesaikan Tugas Akhir dapat selesai dengan tepat waktu.

17
3.2.5 Pengumpulan Data Penunjang
Pada penelitian ini penulis akan melakukan pengumpulan data
penunjang terkait dengan studi literatur Ignition System APU GTCP 131-
9B pada pesawat Boeing 737 Next Generation.

3.2.6 Pengolahan Data


Setelah dilakukan pengumpulan data-data terkait studi literatur
Ignition System APU GTCP 131-9B pada pesawat Boeing 737 Next
Generation. Penulis melakukan pengolahan data untuk membuat studi
literatur.

3.2.7 Hasil Analisa Data Penunjang


Selanjutnya hasil data yang telah dikumpulkan tersebut, dianalisa
lebih lanjut dengan cermat dan teliti, sehingga tidak menimbulkan
pemahaman ambigu yang akhirnya menyimpang.

3.2.8 Membuat Laporan Kerja


Setelah dilakukan pengolahan data serta analisis terkait studi
literatur Ignition System APU GTCP 131-9B pada pesawat Boeing 737
Next Generation, penulis merangkum hasil penelitian dengan membuat
studi literature berupa pembahasan secara rinci terhadap hasil analisis
yang telah penulis lakukan.

3.2.9 Membuat Kesimpulan dan Saran


Setelah membuat pembahasan secara rinci terhadap hasil analisis,
penulis membuat kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan dan
membuat saran untuk penulis selanjutnya.

18
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Cara Kerja Ignition System


 Dimulai ketika APU (APU Switch) dimasukkan pada posisi START
dan dilepaskan ke posisi ON.

Gambar 4.1 APU Switch (P5) [2]


 ECU (Electronic Control Unit) menyalakan oil pressure light pada
panel P5 saat ECU menerima sinyal awal. Low oil pressure light
keluar pada 30-40 psi oil pressure.

Gambar 4.2 Electronic Control unit [1]

19
 ECU membuka APU fuel shutoff valve dan air inlet door. Inlet door
switch mengirim sinyal ke sistem ECU ketika air inlet door terbuka.
 Pada kecepatan 0 persen dan sebelum start system memberi daya
(energizes), ECU memberi daya ignition unit.
 Jika air inlet door terbuka dan kecepatan APU kurang dari 7 persen,
ECU mengirim start signal ke SCU (Start Converter Unit).
 Jika 115v AC tersedia pada transfer bus 1, SCU mengirim start signal
ke konverter AC ke DC di SPU (Start Power Unit). Konverter AC ke
DC memberikan 270v daya DC ke SCU (Start Converter Unit).
 Jika 115v AC tidak tersedia pada transfer bus 1, SCU mengirim start
signal ke konverter DC ke DC di SPU (Start Power Unit). Konverter
DC ke DC memberikan 270v DC ke SCU.
 Konverter DC ke AC di SCU mengubah daya 270v DC dari SPU
dalam 3phase start power. Kekuatan ini berlaku untuk starter-
generator. Starter-generator memutar APU turbine shaft. SCU
menerima posisi rotor starter-generator dari starter-generator
resolver. SCU menggunakan sinyal ini untuk menyinkronkan daya
menjadi 3phase ke posisi rotor starter-generator.
 Pada kecepatan 0 persen untuk start atau kecepatan 7 persen untuk
restart ECU memberi daya (energizes) starter-generator
 Pada kecepatan 7 persen, ECU (Electronic Control Unit) memberi
daya (energizes) pada fuel solenoid yang memasok fuel (bahan
bakar) untuk combustion. Perbandingan campuran udara dan fuel
yang dibakar (fuel air ratio) sekitar ±15:1 pada combustion.
 Pada kecepatan sekitar 30 persen, oil pressure naik di atas 30-40
psi. Oil pressure switch menghilangkan sinyal low oil pressure. ECU
mematikan low oil pressure light.
 Pada kecepatan 60 persen, ECU memutuskan daya (de-energizes)
ignition unit.
 Pada kecepatan 70 persen, ECU menghilangkan start signal dari
SCU. SCU menghilangkan start signal dari SPU AC ke DC dan DC

20
ke DC. Ini membuat starter-generator memutuskan daya (de-
energizes).
 Pada kecepatan 95 persen, ECU siap memberikan beban
sinyal/ready to load (RTL) signal untuk sistem pesawat lainnya. Ini
menandakan sistem pesawat terbang APU siap menerima beban
pneumatic dan electrical.

Gambar 4.3 Auxiliary Power Unit (APU) Start Sequence [2]

21
4.2 Inspeksi Ignition Systems
cara inspeksi kerusakan komponen ignition system dapat dilakukan
dengan cara audible test dan visual check pada gambar 4.4

Start

Inspection

Audible Test Inspection Visual Check Inspection

Ketika starting APU. APU tidak dapat beroperasi


dengan baik dan terdapat kerusakan pada
komponen Ignition System

Removal Komponen

Inspection/Check Komponen

Mendapatkan hasil inspection. Jika komponen


terdapat kerusakan sehingga komponen harus
diganti dengan yang baru

Installation Komponen

Finish

Gambar 4.4 Flowchart Inspeksi Ignition System

22
Ignition system pada APU harus selalu dirawat dan diperhatikan
dengan baik agar APU tetap bisa bekerja sesuai dengan fungsinya, apalagi
jika pesawat tersebut dioperasikan ke bandara atau daerah terpencil yang
tidak didukung oleh Ground Power Unit (GPU) dan Ground Turbine
Compressor (GTC) sebagai pengganti kerja APU.
Inspeksi terhadap komponen ignition system perlu dilakukan agar
tidak mengalami kegagalan saat starting APU, kegagalan ignition system
dapat disebabkan karena kerusakan dari salah satu komponen ignition
system tersebut, cara mengetahui kerusakan komponen ignition system
dapat dilakukan dengan cara audible test dan visual check.
1) Audible Test
Audible test adalah pemeriksaan dengan cara mendengarkan suara
yang timbul saat komponen ignition system bekerja, jika terdapat suara
yang tidak normal saat proses kerja komponen tersebut maka perlu
dilakukan visual check, proses audible test APU ignition system prosesnya
sama seperti proses starting APU, tetapi selama proses audible test
dipantau oleh seseorang ketika APU run up.
Prosedur penggunaan audible test yaitu:
a) Switch battery di cockpit pada posisi ON.
b) APU master switch pada panel, P5 di cockpit ke posisi START, ±
selama 3 detik.
c) APU Master switch dilepas, secara otomatis APU master switch
ke posisi iddle atau ON.
d) Mendengarkan suara yang dihasilkan pada proses starting APU.
e) APU ignition system bermasalah apabila:
1) Suara ledakan saat pengapian atau penyalaan APU lemah.
2) Suara yang dihasilkan terdapat noise yang berlebih atau.
3) Proses starting APU tidak normal.
4) Jika ignition system bermasalah. Maka perlu dilakukan
inspection lebih lanjut dengan cara visual.

23
2) Visual check
Visual check bertujuan untuk menginspeksi secara langsung suatu
komponen, apakah komponen tersebut terdapat kerusakan yang
menyebabkan komponen tidak berfungsi dengan baik maka komponen
tersebut harus diganti atau diperbaiki. agar dapat melaksanakan inspeksi
terlebih dahulu komponen harus melewati tahap removal/installation.
a. Removal/Installation
Selain mengetahui fungsi, lokasi, dan cara kerja komponen kita
juga harus mengetahui bagaimana pelepasan dan pemasangannya
kembali apabila diperlukan perbaikan atau penggantian komponen.

1) Igniter Plug Removal


1. Atur APU master switch pada posisi OFF agar APU
tidak beroperasi dan beri label (DO-NOT-OPERATE).

Gambar 4.5 APU Master Switch terletak di Forward Overhead


Panel, P5 [1]

2. Membuka APU Cowl Door

Gambar 4.6 Access Panels APU cowl Door Number 315A [1]

24
a) Membuka APU cowl door dengan menggerakkan
latches (pengunci) keposisi open.
b) Membuka tiga pengunci
Catatan: gunakan urutan: pengunci depan, belakang,
Dan tengah.
c) Membuka APU cowl door dan pasang door support
rods.

Gambar 4.7 Door Support Rods Pada APU

3. Membuka Igniter Plug


Catatan: Release high voltage pada ignition unit untuk
menghindari terjadinya sengatan listrik saat melepas
Igniter Plug dengan cara:

a) Diamkan igniter plug selama 5 menit.


b) Lepaskan electrical connector (p13) [4] dari ignition unit.
c) Lepaskan igniter plug lead [3] dari ignition unit.
d) Membuka igniter plug [2]
e) Lepaskan igniter plug lead [3] dari igniter plug [2]
f) Lepaskan gasket [1] dari igniter plug [2]

25
Gambar 4.8 Igniter Plug Removal [1]

2) Ignition Unit Removal


1. Atur APU master switch pada posisi OFF agar APU
tidak beroperasi dan beri label (DO-NOT-OPERATE).

26
Gambar 4.9 APU Master Switch terletak di Forward Overhead
Panel, P5 [1]

2. Membuka APU Cowl Door

Gambar 4.10 Access Panels APU cowl Door Number 315A [1]

a) Membuka APU cowl door dengan menggerakkan


latches (pengunci) keposisi open.
b) Membuka tiga pengunci
Catatan: gunakan urutan: pengunci depan, belakang,
Dan tengah.
c) Membuka APU cowl door dan pasang door support
rods.

Gambar 4.11 Door Support Rods Pada APU

27
3. Membuka Ignition Unit
Catatan: Jangan menyentuh komponen Ignition sampai
anda melakukan langkah-langlahnya. Langkah ini akan
Release high voltage pada ignition unit. Untuk melakukan
langkah-langkah Release high voltage pada ignition unit
[4] dengan cara:
a) Diamkan ignition unit selama 5 menit.
b) Lepaskan electrical connector (p13) [7] dari ignition unit
[4].
c) Lepaskan igniter plug lead [1] dari ignition unit [4].
d) Lepaskan keempat bolts [3], [6] dan empat washers [2],
[5] yang terpasang pada ignition unit [4] ke bracket.
e) Lalu lepaskan ignition unit [4].

Gambar 4.12 Ignition Unit Removal [1]

28
3) Igniter Plug Lead Removal
1. Atur APU master switch pada posisi OFF agar APU
tidak beroperasi dan beri label (DO-NOT-OPERATE).

Gambar 4.13 APU Master Switch terletak di Forward Overhead


Panel, P5 [1]

2. Membuka APU Cowl Door

Gambar 4.14 Access Panels APU cowl Door Number 315A [1]

a) Membuka APU cowl door dengan menggerakkan


latches (pengunci) keposisi open.
b) Membuka tiga pengunci
Catatan: gunakan urutan: pengunci depan, belakang,
Dan tengah.
c) Membuka APU cowl door dan pasang door support
Rods

29
Gambar 4.15 Door Support Rods Pada APU

3. Membuka Igniter Plug Lead


Untuk melakukan langkah-langkah Release high voltage
pada ignition unit [4] dan untuk membuka igniter plug lead
[1] dengan cara:
a) Diamkan igniter plug lead selama 5 menit.
b) Lepaskan electrical connector (p13) [2] dari ignition unit
[4].
c) Lepaskan igniter plug lead [1] dari ignition unit [4].
d) Lepaskan igniter plug lead [1] dari igniter plug [2]
e) Lalu lepaskan igniter plug lead [1].

30
Gambar 4.16 Igniter Plug Lead Removal [1]

4) Igniter Plug Inspection/Check


1. Memeriksa semiconductor dari cracks
a) Mengganti igniter plug jika ditemukan kerusakan pada
semiconductor.
2. Memeriksa outer electrode (outer shell) dari erosion.
Jika erosion yang terjadi melewati batas maximal maka
igniter plug harus diganti.

31
a) Mengukur diameter bagian dalam pada outer electrode.
1) Jika diameter lebih dari 0.335 inch (8.5 mm), igniter
plug harus diganti.
b) Mengukur jarak dari diameter dalam ke tepi luar outer
electrode.
1) Jika jaraknya kurang dari 0.085 inch (2.2 mm),
igniter plug harus diganti.
c) Jika diameter bagian dalam outer electrode
menunjukkan lebih dari 90°, igniter plug harus diganti.
d) Periksa outer electrode yang terbakar.
1) Jika menemukan bagian outer electrode yang
terbakar, igniter plug harus diganti.

Gambar 4.17 Igniter Plug Inspection (sheet 1 of 2) [1]

32
Gambar 4.18 Igniter Plug Inspection (sheet 2 of 2) [1]

3. Memeriksa Igniter Plug


a) Gerakan/shake igniter plug dan dengarkan suaranya
b) Periksa ceramic insulator dari cracks dan area yang
rusak.
c) Periksa inlet hole dan exit hole dari kontaminasi dan
area yang tersumbat.
d) Jika kamu menemukan kerusakan yang kamu
dengar, igniter plug harus diganti.

33
5) Igniter Plug Lead Installation
a) Pasang igniter plug lead [1] ke igniter plug.
1) Kencangkan igniter plug lead [1] hingga 225 pound-
inches (25.4 Newton-meters).
b) Pasang igniter plug lead [1] ke ignition unit.
1) Kencangkan igniter plug lead [1] hingga 225 pound-
inches (25.4 Newton-meters).
c) Pasang electrical connector (P13) [2] ke ignition unit.

6) Ignition Unit Installation


a) Pasang ignition unit [4] pada bracket dengan empat
washers [2], [5] dan empat bolts [3], [6].
1) Kencangkan empat bolts [3], [6] hingga 50 pound-
inches (5.7 Newton-meters).
b) Pasang igniter plug lead [1] ke ignition unit [4].
1) Kencangkan igniter plug lead [1] hingga 225 pound-
inches (25.4 Newton-meters).
c) Pasang electrical connector (P13) [7] ke ignition unit [4].

7) Igniter Plug Installation


a) Pasang gasket yang baru [1] pada igniter plug [2]
Catatan: Pastikan bahwa anda memasang gasket
pada permukaan yang datar ke igniter plug boss.
b) Lubrikasi threads (uliran) igniter plug [2] dengan
pelumas jenis Never-Seez NSBT D00006 secara tipis
untuk melindungi dari korosi dan karat.
c) Pasang igniter plug [2] di igniter plug boss pada
combuster housing.
1) Kencangkan igniter plug [2] hingga 225 pound-
inches (25.42 Newton-meters).
d) Hubungkan igniter plug lead [3] ke igniter plug [2].

34
1) Kencangkan igniter plug lead [3] hingga 225 pound-
inches (25.42 Newton-meters).
e) Hubungkan igniter plug lead [3] ke ignition unit.
1) Kencangkan igniter plug lead [3] hingga 225 pound-
inches (25.42 Newton.meters).
f) Hubungkan electrical connector (p13) [4] ke ignition unit.

Semua komponen Ignition System selesai di remove, install, dan


Igniter Plug sudah diinspection setelah itu, pasang kembali semua
komponen Ignition System, kemudian dilakukan kembali pengujian secara
audible test APU Ignition System, apabila semua beroperasi dengan baik
dan normal maka penggantian komponen dinyatakan berhasil, namun
apabila komponen ignition system belum bekerja dengan baik maka
melakukan kembali inspection secara visual check hingga komponen APU
Ignition System bekerja dengan baik dan normal.

4.3 Masalah yang sering terjadi pada Ignition System


1) Analisis Trouble
Pada saat melakukan starting APU ditemukannya permasalahan
yaitu ternyata indicator EGT meter tidak beroperasi dengan baik.

Gambar 4.19 APU EGT Indicator [2]

35
2) Troubleshooting
Setelah melihat pada AMM 49-11-00 maka ditemukanlah
kemungkinan kerusakan yang terjadi pada APU bisa dari igniter plug
problem, ignition unit problem, igniter plug lead problem.

Gambar 4.20 Bagan troubleshooting Ignition System [2]

Lalu didapatkan cara penanggulangannya seperti berikut:

Gambar 4.21 Bagan pemecahan masalah [2]

Replace Igniter Plug (AMM 49-41-51/401)


a) Igniter Plug Removal
1. Atur APU master switch pada posisi OFF agar APU
tidak beroperasi dan beri label (DO-NOT-OPERATE).

36
2. Membuka APU Cowl Door
a) Membuka APU cowl door dengan menggerakkan
latches (pengunci) keposisi open.
b) Membuka tiga pengunci
Catatan: gunakan urutan: pengunci depan, belakang,
Dan tengah.
c) Membuka APU cowl door dan pasang door support
rods.
3. Membuka Igniter Plug
Catatan: Release high voltage pada ignition unit untuk
menghindari terjadinya sengatan listrik saat melepas
Igniter Plug dengan cara:
a) Diamkan igniter plug selama 5 menit.
b) Lepaskan electrical connector (p13) [4] dari ignition unit.
c) Lepaskan igniter plug lead [3] dari ignition unit.
d) Membuka igniter plug [2]
e) Lepaskan igniter plug lead [3] dari igniter plug [2]
f) Lepaskan gasket [1] dari igniter plug [2]

b) Igniter Plug Inspection/Check


1. Memeriksa semiconductor dari cracks
a) Mengganti igniter plug jika ditemukan kerusakan pada
semiconductor.
2. Memeriksa outer electrode (outer shell) dari erosion.
Jika erosion yang terjadi melewati batas maximal maka
igniter plug harus diganti.
a) Mengukur diameter bagian dalam pada outer electrode.
1) Jika diameter lebih dari 0.335 inch (8.5 mm), igniter
plug harus diganti.
b) Mengukur jarak dari diameter dalam ke tepi luar outer
electrode.

37
1) Jika jaraknya kurang dari 0.085 inch (2.2 mm),
igniter plug harus diganti.
c) Jika diameter bagian dalam outer electrode
menunjukkan lebih dari 90°, igniter plug harus diganti.
d) Periksa outer electrode yang terbakar.
1) Jika menemukan bagian outer electrode yang
terbakar, igniter plug harus diganti.

Gambar 4.22 Igniter Plug Inspection (sheet 1 of 2) [1]

38
[1]
Gambar 4.23 Igniter Plug Insspection (sheet 2 of 2)

3. Memeriksa Igniter Plug


a) Gerakan/shake igniter plug dan dengarkan suaranya
b) Periksa ceramic insulator dari cracks dan area yang
rusak.
c) Periksa inlet hole dan exit hole dari kontaminasi dan
area yang tersumbat.
d) Jika kamu menemukan kerusakan yang kamu dengar,
igniter plug harus diganti.

39
c) Hasil Inspeksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan pada igniter plug adalah telah terjadi crack pada
outer electrode yang telah membuat jarak dari diameter
dalam ke tepi luar outer electrode berkurang dari 0.085
inch (2.2 mm), hingga mencapai batas minimum yang di
tentukan yaitu sebanyak 0.010 inch (0.254 mm) sehingga
igniter plug harus diganti.

Gambar 4.24 Jarak Minimum Diameter Dalam Igniter Plug[1]

Kegagalan igniter plug mengakibatkan APU tidak


dapat beroperasi dengan baik dikarenakan tidak adanya
percikan bunga api yang dapat membakar campuran
udara dan fuel pada APU, hal ini dibuktikan dengan
inspection yang dilakukan pada igniter plug tersebut.
Berdasarkan hasil troubleshooting tersebut maka
replacement igniter plug harus segera dilakukan agar
APU dapat berfungsi dengan sebagai mana mestinya.

40
d) Igniter Plug Installation
a) Pasang gasket yang baru [1] pada igniter plug [2]
Catatan: Pastikan bahwa anda memasang gasket
pada permukaan yang datar ke igniter plug boss.
b) Lubrikasi threads (uliran) igniter plug [2] dengan
pelumas jenis Never-Seez NSBT D00006 secara tipis
untuk melindungi dari korosi dan karat.
c) Pasang igniter plug [2] di igniter plug boss pada
combuster housing.
1) Kencangkan igniter plug [2] hingga 225 pound-
inches (25.42 Newton-meters).
d) Hubungkan igniter plug lead [3] ke igniter plug [2].
1) Kencangkan igniter plug lead [3] hingga 225 pound-
inches (25.42 Newton-meters).
e) Hubungkan igniter plug lead [3] ke ignition unit.
1) Kencangkan igniter plug lead [3] hingga 225 pound-
inches (25.42 Newton.meters).
f) Hubungkan electrical connector (p13) [4] ke ignition unit.
g) Tutup APU cowl door :
1) Door support rods dilepas
2) Door support rods disimpan pada clips yang ada di
APU cowl door
3) Access panel ditutup
4) Tutup tiga pengunci (three latches)
Catatan: gunakan urutan: tengah, belakang, depan.
h) Label (DO-NOT-OPERATE) dilepas pada APU Master
switch.

41
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pengumpulan data mengenai studi kasus
Ignition System APU GTCP 131-9B Pada Pesawat Boeing 737 Next
Generation yang dituangkan dalam Tugas Akhir ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ignition system berfungsi menciptakan percikan bunga api pada igniter
plug sebagai pemicu terjadinya pembakaran campuran udara dan fuel
pada combustion chamber. Adapun Komponen-komponen Ignition
System antara lain adalah ignition unit, igniter plug lead, dan igniter plug.
2. Inspeksi terhadap komponen ignition system perlu dilakukan agar tidak
mengalami kegagalan saat starting APU, kegagalan ignition system
dapat disebabkan karena kerusakan dari salah satu komponen ignition
system tersebut, cara mengetahui kerusakan komponen ignition system
dapat dilakukan dengan cara audible test dan visual check.
3. Hasil pengamatan yang telah dilakukan pada igniter plug adalah terjadi
crack pada outer electrode yang telah membuat jarak diameter dalam ke
tepi luar outer electrode berkurang dari 0.085 inch (2.2 mm) (minimum).
Dan mengakibatkan APU tidak dapat beroperasi dengan baik
dikarenakan tidak adanya percikan bunga api yang dapat membakar
campuran udara dan fuel pada APU, sehingga igniter plug harus diganti.

5.2 Saran
Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan hasil penelitian
sebelumnya, dengan melihat dari sudut yang lain seperti kasus kerusakan
komponen Ignition Unit pada Ignition System.

42
DAFTAR PUSTAKA

[1] Auxiliary Power Unit (APU) Boeing B737 Seri -600,-700,-800,-900


AMM (Aircraft Maintenance Manual), Chapter 49 Auxiliary Power
Unit diakses pada 3 September, 2019.
[2] Auxiliary Power System Boeing B737 Seri -600,-700,-800,-900 AMM
(Aircraft Maintenance Manual), Chapter 49 Auxiliary Power Unit
diakses pada 3 September, 2019.
[3] Audikha, Abhi., 2017, Auxiliary Power Unit (APU),
https://semangatteknik.com/2017/04/auxiliary-power unit.html,
diakses pada 5 September, 2019.
[4] Infantono, Ardian dan Aldo Novando, 2017, Auxiliary Power Unit
(APU), Journal Of Aviation Knowledge And Technology (JAKT),
Nomor 1, Volume 1, Halaman 1-10,
https://www.academia.edu/33431596/Auxiliary_Power_Unit_APU,
diakses pada 5 September, 2019.
[5] Smith, Naomi, 2015, Ignition System,
https://id.scribd.com/doc/225949467/Ignition-System-Isi, diakses
pada 10 September, 2019.
[6] Nusaputra, Iqbal, 2017, Komponen Ignition System,
http://iqbalnusaputra.com/2017/04/4-apu-gtcp85-129.html, diakses
pada 13 September, 2019.
[7] Balu, Sriram, 2012, Centrifugal, Axial Flow Air Compressors Theory:
Two (2) Stage, Single Stage Air Compressors,
https://www.brighthubengineering.com/hvac/65033-different-types-
of-air-compressors-part-two/, diakses pada 13 September, 2019.
[8] Fahrudin, Ignition Exciter Pada Engine CFM56-7 Pesawat Boeing
737-600/700/800/900, Yogyakarta, 2010.
[9] A. Eko, Kegagalan Starting Auxiliary Power Unit Pada Pesawat
Boeing 737-Series, Bandung, 2013.
[10] Primus, Juanta dan Ardianto Haris, Troubleshooting Auxiliary Power
Unit Pada Pesawat Bae 146 AVRO RJ-100 Royal Air, Yogyakarta,
2015.

43

Anda mungkin juga menyukai