Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran
gas setempat (Zul, 2008).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda – benda asing (Muttaqin, 2008)
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme termasuk bacteria, mikobakteria, jamur, dan virus. Pneumonia
diklasifikasikan sebagai pneumonia didapat di komunitas, pneumonia didapat
dirumah sakit, pneumonia pada pejamu yang mengalami luluh imun, dan
pneumonia aspirasi (Brunner & Suddarth, 2014).

B. Penyebab
Etiologi pneumonia yaitu bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Berdasarkan anatomis dari struktur paru yang terkena infeksi, pneumonia dibagi
menjadi pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkhopneumonia), dan
pneumonia intersitialis (bronkiolitis). Bronkhopneumonia merupakan penyakit
radang paru yang biasanya didahului dengan infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) bagian atas dan disertai dengan panas tinggi. Keadaan yang menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh, yaitu aspirasi, penyakit menahun, gizi
kurang/malnutrisi energi protein (MEP), faktor patrogenik seperti trauma pada
paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna merupakan
faktor yang mempengaruhi terjadinya bronkhopneumonia. Menurut WHO
diberbagai negara berkembang Streptococus pneumonia dan Hemophylus
influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua pertiga dari hasil
isolasi, yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah
(Depkes, 2009)

C. Tanda dan Gejala


1. Pneumonia bakteri
Gejala awal :
a. Rinitis ringan
b. Anoreksia
c. Gelisah
Berlanjut sampai :
a. Demam
b. Malaise
c. Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 )
d. Ekspirasi bebunyi
e. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
lp-pneumonia.azam.bloggespot.com
f. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
g. Leukositosis
h. Foto thorak pneumonia lobar
2. Pneumonia virus
Gejala awal :
a. Batuk
b. Rinitis
Berkembang sampai
a. Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan
lesu
b. Emfisema obstruktif
c. Ronkhi basah
d. Penurunan leukosit
3. Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
a. Demam
b. Mengigil
c. Sakit kepala
d. Anoreksia
e. Mialgia
Berkembang menjadi :
a. Rinitis
b. Sakit tenggorokan
c. Batuk kering berdarah
d. Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak (Depkes, 2009).
D. Patofisiologi

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi


inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan
menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon
dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam
alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak
mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme,
menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan
tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui
area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami
oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung.
Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya
mengakibatkan hipoksemia arterial.
Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan
mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’. Pneumocystis
carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.
Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang
paling umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh membran
berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus
tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada anak-
anak yang sudah besar dan dewasa muda.
Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang
terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien dapat diperiksa
terhadap antibodi mikoplasma.
Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia
ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum,
pneumonia ini mempunyai ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis
bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan
masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang
diuraikan dalam pneumonia bakterial (Brunner & Suddart, 2014).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) à teridentifikasi adanya penyebaran (misal
lobus dan bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema
(Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial),
penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
2. Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED) à leukositosis menunjukkan
adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya
meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun. Bilirubin biasanya
meningkat.
3. Analisis gas darah dan Pulse oximetry à menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
O2.
4. Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah à untuk mengetahui oganisme
penyebab
5. Pemeriksaan fungsi paru-paru à volume mungkin menurun, tekanan saluran udara
meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia (Zul, 2008).
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi apabila klien pneumonia tidak tertangani
secara cepat dan tepat adalah empiema, empisema, atelektasis, otitis media akut
dan meningitis. Bila infeksi terus berlanjut akan terjadi sepsis, gagal napas dan
kematian (Manurung, 2009).

G. Penatalaksaan
1. Antibiotik diresepkan berdasarkan hasil pewarnaan Gram dan pedoman antibiotik
(pola resistensi, faktor risiko, etiologi harus dipertimbangkan ). Terapi kombinasi
dapat juga digunakan.
2. Terapi suportif mencakup hidrasi, antiseptic, medikasi antitusif, antihistamin,
atau dengan dekongestan nasal.
3. Tirah baring direkomendasikan sampai infeksi menunjukan tanda-tanda bersih.
4. Terapi oksigen diberikan untuk hipoksemia.
5. Bantuan pernafasan mencakup konsentrasi oksigen inspirasi yang tinggi, intubasi
endotrakea, dan ventilasi mekanis.
6. Terapi atelektasis, efusi pleura, syok, gagal nafas, atau superinfeksi dilakukan,
jika perlu.
7. Untuk kelompok yang beresiko tinggi mengalami CAP, disarankan untuk
melakukan vaksinasi pneumokokus (Brunner & Suddarth, 2014).

Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah sesak nafas, batuk, dan peningkatan suhu
tubuh/demam.
a. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila keluhan
utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan
batuk muncul. Pada klien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul
mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang biasa ada di
pasaran.
Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil. Adanya
keluhan nyeri dada pleuritis, sesak nafas, peningkatan freekuensi pernafasan
lemas dan nyeri kepala.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorok,
kongestil nasal, bersin, dan demam tinggi.
2. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pada kondisi klinis klien dengan pneumonia sering mengalami kecemasan
bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya.
3. Pengkajian Primer
a. Airway
1) Peningkatan sekresi pernapasan
2) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b. Breathing
1) Distress pernapasan :pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
2) Menggunakan otot aksesori pernapasan
3) Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
2) Sakit kepala
3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
4) Papiledema
5) Penurunan haluaran urine
6) Kapiler refill
7) Sianosis.
4. Pemeriksaan fisik
a. Pernapasan
1) Inspeksi
a) Bentuk dada dan gerakan pernafasan
Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi nafas cepat
dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Nafas
cuping hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak-anak.

b) Batuk dan sputum


Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan pneumonia, biasanya
didapatkan batuk produktif disertai dengan danya peningkatan produksi sekret dan
sekresi sputum yang purulen.
2) Palpasi
a) Gerakan dinding thoraks anterior
Pada palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernafas biasanya
normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri.
b) Gerakan suara (fremitus vokal)
Taktil fremitus pada klien dengan pneumonia biasanya normal.
3) Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien
dengan pneumonia didapatkab apabila bronkhopneumonia menjadi suatu sarang
(konfluens).
4) Auskultasi
Paada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.
b. Kardiovaskuler
Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi:
Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum.
Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.
Perkusi : Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal.
c. Persyarafan
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran,
didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringann berat. Pada
pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis, menangis, merintih, meregang,
dan menggeliat.
d. Eliminasi urin
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena
itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda
awal dari syok.

e. Pencernaan
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan
berat badan.
f. Muskuloskeletal
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan ketergantungan
klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Pola Fungsional
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat adany/GJK kronis.
Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
c. Integritas ego
Gejala: Banyaknya stresor, masalah finansial.
d. Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus.
Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi).
e. Neurosensori
Gejala: Sakit kepala daerah frontal (influenza).
Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).
f. Nyeri/keamanan
Gejala: Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada
substernal (influenza), mialgia, artralgia.
Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan).
g. Pernapasan
Gejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret, takpnea, dispnea
progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area
yang konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan
konsolidasi, gesekan friksi pleural, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area
yang terlibat, atau napas bronkial, warna: pucat atau sianosis bibir/kuku.
h. Keamanan
Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid atau
kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam (mis: 38, 5-
39,6oC).
Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada
kasus rubeola atau varisela.
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan alkohol kronis.
Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,8 hari.
Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah,
oksigen mungkin diperlukan bila ada kondisi pencetus.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan ventilasi spontan (00033)
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
3. Ketidakefektifan pola napas (00032)
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (00204)
5. Gangguan rasa nyaman (00214)
6. Resiko kerusakan membran mukosa oral (00247)

C. Tujuan dan Rencana Tindakan


1. Gangguan ventilasi spontan (00033)
NOC : Status Pernapasan Ventilasi (0403)
Kriteria hasil :
a. Frekuensi pernapasan
b. Irama pernapasan
c. Kedalaman inspirasi
d. Volume tidal
e. Kapasitas vital
f. Dispnea saat istirahat
g. Ortopnea
h. Akumulasi sputum
i. Gangguan ekspirasi
NIC : Manajemen ventilasi mekanik : invasif (3300)
a. Monitor kondisi yang mengidentifikasikan perlunya dukungan ventilasi (mis.
Kelelahan otot pernapasan, disfungsi neurologi akibat trauma sekunder, anastesi,
overdosis obat, asidosis respirtori refraktorik)
b. Monitor apakah terdapat gagal napas
c. Monitor adanya penurunan volume yang dihembuskan dan peningkatan tekanan
pernapasan
d. Berikan agen paralisis otot, sedasi, dan analgetik narkotik sesuai kebutuhan
e. Berikan suhan untuk menghilangkan distress pasien (mis pengaturan posisi, terapi
bronkodilator, sedasi, analgetik)
f. Lakukan suction jika ada suara napas abnormal
g. Posisikan untuk memfasilitasi ventilasi
h. Tingkatkan cairan yang adekuat dan asupan nutrisi
i. Berikan perawatan mulut secara rutin
j. Tingkatkan pengkajian secara rutin mengenai adanya kriteria penyapihan ( mis
hemodinamik, serebral, stabilisasi metabolik, kemampuan untuk memulai
pernapasn)
k. Monitor kondisi post extubasi (mis pembengkakan glotis, stridor, spasme laring,
sianosis trakeal)
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
NOC : Status pernapasan : kepatenan jalan napas (0410)
Kriteria hasil :
a. Ferekuensi pernapasan
b. Irama pernapasan
c. Kedalaman inspirasi
d. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret
e. Suara napas tambahan
f. Dispnea saat istirahat
g. Batuk
h. Akumulasi sekret
NIC : Manajemen jalan napas buatan (3180)
a. Monitor suara ronkhi/creacles di jalan napas
b. Monitor warna, jumlah dan konsistensi mukus/sekret
c. Lakukan perawatan rongga mulut
d. Monitor penurunan volume ekspirasi dan peningkatan tekanan inspirasi pada
pasien dengan ventilator
e. Jia diperlukan lakukan perlindungan untuk dekanulasi spontan (mis berikan
tali/plaster, obat sedatif, agen pelumpuh otot, memasang pengekangan pada
tangan)
3. Ketidakefektifan pola napas (00032)
NOC : Status Pernapasan (0415)
Kriteria hasil :
a. Frekuensi pernapasan
b. Irama pernapasan
c. Kedalaman inspirasi
d. Volume tidal
e. Kapasitas vital
f. Saturasi oksigen
g. Sianoosis
h. Gangguan kesadaran
i. Dispnea saat istirahat
NIC : Penghisapan lendir jalan napas (3160)
a. Lakukan tindakan cuci tangan
b. Lakuakan universal precaution
c. Tentukan perlunya suction mulut
d. Monitor saturasi oksigen pasien, status neurologis, status hemodinamik
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (00204)
NOC : Perfusi jaringan perifer (0407)
Kriteria hasil :
a. Pengisian kapiler jari
b. Suhu kulit ujung tangan dan kaki
c. Tekanan darah sistolik
d. Tekanan darah diastolik
e. Nilai rata-rata tekanan darah
f. Muka pucat
NIC : Perawatan sirkulasi : Alat bantu mekanik (4064)
a. Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara komprehensif
b. Berikan agen inotropik yang sesuai
c. Monitor nilai elektrolit
d. Monitor intake dan output cairan
e. Berikan antibiotik profilaksis
f. Berikan nutrisi parenteral
5. Gangguan rasa nyaman (00214)
NOC : Status kenyamanan ; fisik (2010)
Kriteria hasil :
a. Relaksasi otot
b. Posisi yang nyaman
c. Kepatenan jalan napas
d. Saturasi oksigen
e. Sesak napas
NIC : Manajemen nyeri (1400)
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas intensitas/beratnya nyeri, dan faktor pencetus
b. Berikan informasi mengenai nyeri
c. Pastikan perawatan analgetik bagi pasien
d. Observasi adanya petunjuk nonverbal
e. Pilih dan implementasikan tindaan yang beragam
6. Resiko kerusakan membran mukosa oral (00247)
NOC : Kesehatan mulut (1100)
Kriteria hasil :
a. Kebersihan mulut
b. Kebersihan gusi
c. Kebersihan gigi
d. Kebersihan lidah
e. Kelembaban bibir
f. Warna membran mukosa
g. Integritas mukosa mulut
h. Nyeri
NIC : Pemeliharaan kesehatan mulut (1710)
a. Lakukan perawatan mulut secara rutin
b. berikan pelumas untuk melembabkan bibir
c. Monitor kondisi mulut
d. Konsultasikan dengan dokter jika da kekeringan dalam mulut, iritasi, dan
ketidaknyamanan dalam mulut
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddart. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Depkes. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Laporan. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Publishing.
Manurung, Santa. 2009. Gangguan Sitem Pernapasan Akibat Infeksi. Jakarta :
EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 2009. Perawatan Anak Sakit: Edisi 3. Jakarta: EGC

Zul Dahlan. 2008. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai