NPM : 1102007050
SKENARIO : REAKSI OBAT
Produk radang
Reflek Batuk
Keradangan
Dyspnea Kebengkaka
inspiratorik n
GEJALA KLINIS
o Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar
atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa /
normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita
suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak
bersuara sama sekali (afoni).
o Sesak nafas dan stridor
o Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
o Gejala radang umum seperti demam, malaise
o Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
o Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur
yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
o Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan
hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti
yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan
nyeri diseluruh tubuh .
o Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukasa laring yang hiperemis, membengkak
terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut
dihidung atau sinus paranasal atau paru
o Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam
beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air
hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi
suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat
mengancam jiwa anak
PEMERIKSAAN PENUNJANG.
• Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple
sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
• Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi
sekunder, leukosit dapat meningkat.
• Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang
sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan
subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan
tampak dibawah pita suara.
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik danpemeriksaan
penunjang.
DIAGNOSA BANDING
1. Benda asing pada laring
2. Faringitis
3. Bronkiolitis
4. Bronkitis
5. Pnemonia
PENATALAKSANAAN
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi masuk
rumah sakit apabila :
· Usia penderita dibawah 3 tahun
· Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
· Diagnosis penderita masih belum jelas
· Perawatan dirumah kurang memadai
Terapi :
Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
Jika pasien sesak dapat diberikan O2.
Istirahat
Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila ada muncul
sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang
dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasal spray
Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada demam, bila
ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri / analgetik, hidung tersumbat dapat
diberikan dekongestan nasal seperti fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin,
napasolin dapat diberikan dalam bentuk oral ataupun spray.Pemberian antibiotika yang
adekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis atau
kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau sefalosporin
generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu dapat diberikan kortikosteroid intravena
berupa deksametason dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan
selama 1-2 hari.
Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini tidak berhasil maka
dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila sudah terjadi obstruksi jalan nafas.
Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat
tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena
cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu
banyak dan mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk
mencegah tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan
karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara,
meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan
memproduksi lebih banyak lendir
Perawatan khusus, yaitu:
- Terapi merikamentosa
Antibiotika golongan penisilin Anak 50 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis. Dewasa 3x500
mg/hari Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritromisin atau bactrim
Kortikosteroid dapat diberikan untuk mengatasi edem laring
- Terapi bedah
Tergantung pada stadium sumbatan laring. Pada anak bila terjadi gejala sumbatan jalan
nafas menurut klasifikasi Jackson, dilakukan terapi sebagai berikut:
Stadium I : Rawat, observasi, pemberian oksigen dan terapi adekuat
Stadium II-III : Trakheostomi
Stadium IV : Intubasi dan oksigenasi, kemudian dilanjutkan dengan
trakeostomi
Pada laringitis kronis penatalaksanaan yaitu menghindari dan mengobati faktor-faktor
penyebab dengan:
Istirahat bersuara (vocal rest), tidak banyak bicara atau bersuara keras
Antibiotika, bila terdapat tanda infeksi
Ekspektoran
Dapat pula dilakukan pengangkatan jaringan yang menebal dan polipoid serta pemeriksaan
patologi anatomik untuk menyingkirkan kemungkinan proses spesifik dan keganasan.
PROGNOSIS
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama
satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan
udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal
ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomik.
SUMBATAN LARING
Sumbatan laring dapat disebabkan oleh :
1. Radang akut dan radang kronis
2. Benda asing
3. Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, percobaan bunuh diri dengan benda tajam.
4. Trauma akibat tindakan medic.
5. Tumor laring
6. Kelumpuhan nervus rekuren bilateral.
Gejala dan tanda sumbatan laring yang tampak ialah :
- Serak (disfoni) sampai afoni
- Sesak nafas (dispnea)
- Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi
- Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium,
supraklavikula, dan interkostal. Cekungan itu terjadi sebagai upaya dari otot-otot
pernapasan untuk mendapat oksigen yang adekuat.
- Gelisah karena pasien haus udara (air hunger )
- Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.
Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium dengan tanda dan gejala :
- Stadium 1 : cekungan tampak pada waktu inspirasi di suprasternal, stridor pada waktu
inspirasi dan pasien masih tenang.
- Stadium 2 : cekungan waktu inspirasi didaerah suprasternal makin dalam, ditambah lagi
dengan timbulnya cekungan didaerah epigastrium. Pasien sudah mulai gelisah. Stridor
terdengar pada waktu inspirasi.
- Stadium 3 : cekungan selain didaerah suprasternal, epigastrium juga terdapat di
infraklavikula dan sela-sela iga. Pasien sangat gelisah dan dispnea. Stridor terdengar pada
waktu inspirasi dan ekspirasi.
- Stadium 4 : cekungan-cekungan diatas bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak
sangat ketakutan dan sianosis. Jika keadaan ini berlangsung terus maka pasien akan
kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik karena hiperkapnea. Pasien lemah dan
tertidur akhirnya meninggal karena asfiksia.
Jackson membagi sumbatan bronkus dalam 4 tingkat :
1. Sumbatan sebagian dari bronkus (by-pass valve obstruksi = katup bebas). Pada sumbatan
ini inspirasi dan ekspirasi masih dapat terlaksana, akan tetapi saluranya sempit, sehingga
terdengar bunyi napas (mengi), seperti pada pasien asma bronchial. Penyebab : benda
asing didalam bronkus, penekanan bronkus dari luar, edema dinding bronkus, serta tumor
didalam lumen bronkus.
2. Sumbatan seperti pentil. Ekspirasi terhambat atau katup satu arah ( expiratory check
valve obstruksi = katup penghambat ekspirasi). Pada waktu inspirasi udara napas masih
dapat lewat, akan tetapi pada ekspirasi terhambat, karena kontraksi otot bronkus. Bentuk
sumbatan ini menahan udara dibagian distal sumbatan dan proses yang berulang pada tiap
pernafasan mengakibatkan terjadinya emfisema paru obstruktif. Penyebab : benda asing
di bronkus, edema dinding bronkus pada bronchitis.
3. Sumbatan seperti pentil yang lain, ialah inpirasi yang terhambat (inspiratory check valve
obstruktif = katup penghambat inspirasi ). Pada keadaan ini inspirasi terhambat,
sedangkan ekspirasi masih dapat terlaksana. Udara yang terdapat dibagian distal
sumbatan akan diabsorbsi, sehingga terjadi atelektasis paru. Penyebab : benda asing
didalam lumen bronkus, gumpalan ingus, tumor yang bertangkai.
4. Sumbatan total (stop valve obstruction =katup tertutup), sehingga inspirasi dan ekspirasi
tidak dapat terlaksana. Akibat keadaan ini adalah atelektasis paru. Penyebab : benda asing
yang menyumbat lumen bronkus, trauma dinding bronkus dan peradangan berat bronkus.