Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

The United Nations Children’s Fund (UNICEF), merupakan salah

satu badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memberikan

bantuan kemanusiaan dan perkembangan jangka panjang kepada anak-

anak dan ibunya, bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak

negara lainnya menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama

6 bulan dimulai sejak bayi lahir. World Health Organization (WHO) telah

mengkaji atas lebih dari 3000 penelitian menunjukkan pemberian ASI

selama 6 bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian

ASI Eksklusif. Hal ini didasarkan pada bukti ilmiah bahwa ASI Eksklusif

mencukupi kebutuhan gizi bayi, pertumbuhan bayi lebih baik. Di

Indonesia setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi dan 1,3 juta bayi di

seluruh dunia dapat diselamatkan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Seiring hasil kajian World Health Organization (WHO), Presiden

Republik Indonesia melalui PP RI No. 33 Tahun 2012 menetapkan

perpanjangan pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif dari yang semula 4

bulan menjadi 6 bulan (Kemensesneg, 2012).

Air Susu Ibu (ASI), merupakan satu-satunya makanan terbaik bagi

bayi karena mengandung komposisi gizi yang paling lengkap dan ideal

untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI dapat memenuhi

kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. Pertumbuhan dan

perkembangan bayi sangat ditentukan oleh jumlah ASI yang dikonsumsi


2

termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI

tersebut. ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi untuk

bertahan hidup pada 6 bulan pertama, meliputi hormon, antibodi, faktor

kekebalan sampai antioksidan (Moehji, 2003).

Selain itu manfaat lain dari ASI bagi bayi yaitu perkembangan

psikomotorik lebih cepat, menunjang perkembangan kognitif, menunjang

perkembangan penglihatan serta memperkuat ikatan batin ibu dan anak,

sedangkan manfaat menyusui bagi ibu antara lain mencegah perdarahan

pasca persalinan, menunda kesuburan, mengurangi kemungkinan kanker

payudara serta menjalin kasih sayang antara ibu dengan bayi (Proverawati,

2009)

Pemberian ASI merupakan suatu proses yang alamiah dan sangat

menguntungkan bagi bayi. Namun, menciptakan pemberian ASI sejak hari

pertama tidak selalu mudah karena banyak wanita menghadapi masalah

dalam melakukannya. Keadaan yang sering terjadi pada hari pertama

menyusui yaitu sulitnya ASI keluar (Nugroho, 2011). Hal ini membuat ibu

berpikir bayi mereka tidak akan mendapat cukup ASI sehingga ibu sering

mengambil langkah berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu

formula.

Faktor psikologis ibu yang merasa takut dan menghindar

menyusui, mengakibatkan terjadinya pembendungan ASI sehingga akan

mengurangi isapan bayi pada payudara maka jumlah ASI yang dikeluarkan

sedikit (Nugroho, 2011). Sedangkan di negara berkembang banyak ibu

yang merasa cemas dan menggunakan skala dalam pemberian ASI


3

sehingga kuantitas ASI yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan bayi

(Derek, 2005 dalam Nainggolan, 2009).

Hasil survei Nutrition and Health Surveilance System (NSS) yang

dilaksanakan oleh Balitbangkes bekerja sama dengan Hellen Keller

International di empat kota (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan

delapan pedesaan (Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan) menunjukkan cakupan ASI

saja 4-5 bulan diperkotaan antara 4-12%, sedangkan di pedesaan 4-25 %,

pencapaian ASI saja 5-6 bulan diperkotaan 1-13 % sedangkan di pedesaan

2-13 % (Machfoedz dalam Sopiana, 2007).

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002,

hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama sedangkan data

Survei Sosial Ekonomi Nasional dalam Depkes 2007, cakupan ASI

Eksklusif di Indonesia pada tahun 2006 hanya 21,2% dan pada tahun 2007

mengalami penurunan hingga 7% dan di Jawa Tengah tahun 2007 cakupan

jumlah ASI Eksklusif mencapai 32,93%. Sedangkan di Bandung, ibu yang

memberikan ASI Eksklusif sebesar 39,37% dan di Sumatera Utara tahun

2005 hanya sekitar 34,63% (Depkes, 2007). Sementara target pemerintah

cakupan ASI 0-6 bulan harus sudah mencapai 80% pada tahun 2010.

Menurunnya angka pemberian ASI ini disebabkan rendahnya

pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang

benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi, kurangnya dukungan dari

petugas tenaga kesehatan, persepsi sosial budaya yang menentang


4

pemberian ASI, ibu bekerja dan pemasaran susu formula mempengaruhi

pemikiran ibu dan para petugas kesehatan (Depkes, 2005).

Salah satu faktor yang mempengaruhi menurunnya pemberian ASI

Eksklusif adalah sering ditemui pada ibu yang baru pertama kali memiliki

bayi (primipara) dimana mereka belum memiliki pengalaman akan

pelaksanaan menyusui ataupun pencegahan dan perawatan payudara.

Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yaitu

tingkat pendidikan ibu menyusui dimana tingkat pendidikan berpengaruh

terhadap pengetahuan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan

yang diperoleh maka semakin mempermudah seseorang untuk memahami

sebuah informasi. Faktor yang mempengaruhi lainnya adalah sikap ibu

primipara dalam memberikan ASI Eksklusif yang masih kurang. Ibu

primipara biasanya kurang memahami tentang pentingnya memberikan

ASI Eksklusif. Sikap ibu primipara yang sering terlihat adalah kurangnya

rasa percaya diri bahwa ASI yang dimilikinya tidak cukup untuk bayi,

adanya langkah ibu yang terburu-buru memberikan makanan atau susu lain

sebelum ASI keluar, perilaku ibu-ibu yang membuang kolostrum karena

dilihat kotor dan dianggap membahayakan kesehatan bayinya, dan banyak

ibu kembali bekerja setelah cuti kehamilan yang menyebabkan

penggunaan susu botol atau susu formula secara dini sehingga mengganti

kedudukan ASI (Nugroho, 2011).

Keberhasilan dalam memberikan ASI secara Eksklusif sangat

diharapkan bagi ibu menyusui untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI khususnya pada ibu primipara


5

supaya mampu mempersiapkan diri dan mampu mengatasi kendala yang

dihadapi saat memberikan ASI, dan juga dikarenakan ibu primipara belum

mempunyai pengalaman dalam memberikan ASI sehingga perlu didukung

dengan memberikan pengetahuan faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas dan kuantitas ASI. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas

adalah asupan nutrisi ibu, gaya hidup dan lingkungan dan adapun faktor

yang mempengaruhi kuantitas ASI adalah ketentraman jiwa dan pikiran

ibu, pengaruh persalinan dan kebijakan petugas kesehatan, penggunaan

alat kontrasepsi, dan perawatan payudara.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Sosok, cakupan

ASI Eksklusif untuk Desa Menyabo pada tahun 2009 sebesar 1,15% dari

118 bayi usia 0-6 bulan, tahun 2010 sebesar 1,05% dari 112 bayi, dan

tahun 2011 sebesar 1,03% dari 121 bayi. Angka cakupan tersebut sangat

rendah dibandingkan dengan 10 desa lain yang berada di Kecamatan

Tayan Hulu Kabupaten Sanggau (Dinkes Sanggau, 2011).

Hasil wawancara sementara yang dilakukan peneliti terhadap 10

ibu primipara tentang pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Sosok,

peneliti menemukan sebanyak 8 ibu yang belum begitu mengerti tentang

manfaat pemberian ASI Eksklusif. Hal ini diduga karena ada hubungannya

dengan kurangnya pengetahuan dari ibu primipara tersebut tentang ASI

Eksklusif. Penyampaian informasi atau pesan-pesan tentang ASI Eksklusif

sudah sering disampaikan oleh petugas kesehatan khususnya bagian

program KIA Puskesmas Sosok, baik dalam bentuk penyuluhan maupun

melalui media seperti poster, leafleat, brosur, buku KIA dan lain-lain.
6

Kurangnya pengetahuan ibu juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

dimana data yang diperoleh dari Puskesmas Sosok bahwa tingkat

pendidikan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sosok masih banyak

yang rendah yaitu setingkat SD (Sekolah Dasar) yaitu sebesar 48,7%

sehingga untuk memahami pesan-pesan atau informasi kesehatan dirasa

cukup sulit (Profil Puskesmas Sosok, 2010).

Dari hasil wawancara sementara tersebut juga diperoleh data

bahwa rata-rata wanita yang tinggal di Desa Menyabo memiliki pekerjaan

seperti petani, pedagang, buruh perkebunan dan lain-lain sehingga

pemberian ASI Eksklusif tidak sesuai yang dianjurkan yaitu sejak bayi

berusia 0-6 bulan. Pekerjaan seperti petani dan pedagang mengharuskan

ibu-ibu harus bekerja lebih awal dan lama sehingga kuantitas pemberian

ASI Eksklusif tidak maksimal. Faktor perilaku seperti kebiasaan yang

dilakukan oleh para ibu di Desa Menyabo yaitu memberikan makanan

berupa buah yang lunak seperti pisang dan nasi yang dikunyah terlebih

dahulu oleh ibunya baru kemudian diberikan kepada bayinya. Kebiasaan

ini dipercaya dapat membuat bayi menjadi lebih sehat dan kuat serta

memiliki badan yang gendut.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

Eksklusif pada ibu primipara di Desa Menyabo Kecamatan Tayan Hulu

Kabupaten Sanggau.
7

I.2 Rumusan Masalah Penelitian

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan

oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang

terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan.

Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan

mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan. Penurunan

pemberian ASI secara Eksklusif sering terjadi pada ibu primipara yang

diduga ada hubungannya dengan pengetahuan dan sikap dari ibu primipara

tersebut.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor apa sajakah yang

mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Desa

Menyabo Kecamatan Tayan Hulu Kabupaten Sanggau Tahun 2012?’.

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

Eksklusif pada ibu primipara di Desa Menyabo Kecamatan Tayan

Hulu Kabupaten Sanggau Tahun 2012.

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran karakteristik responden (umur, tingkat

pendidikan, pekerjaan) dengan pemberian ASI Eksklusif


8

2. Mengetahui hubungan antara karakteristik responden dengan

pemberian ASI Eksklusif pada ibu primipara di Desa Menyabo

Kecamatan Tayan Hulu Kabupaten Sanggau Tahun 2012.

3. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan pemberian

ASI Eksklusif pada ibu primipara di Desa Menyabo

Kecamatan Tayan Hulu Kabupaten Sanggau Tahun 2012.

4. Mengetahui hubungan antara sikap dengan pemberian ASI

Eksklusif pada ibu primipara di Desa Menyabo Kecamatan

Tayan Hulu Kabupaten Sanggau Tahun 2012.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Bagi Peneliti

Dapat mengembangkan wawasan peneliti dan sebagai

pengalaman berharga dalam melatih kemampuan melakukan

penelitian.

I.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan lebih komprehensif dalam

mendukung dan memotivasi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif.

I.4.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan tambahan pengetahuan tentang pemberian ASI Eksklusif

sehingga masyarakat dapat membantu ibu primipara untuk

memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya.

Anda mungkin juga menyukai