Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dokumentasi Keperawatan Komunitas merupakan bagian dari pelaksanaan Asuhan
keperawatan komunitas yang menggunakan proses keperawatan yang memiliki suatu nilai hukum
yang sangat penting. Tanpa dokumentasi keperawatan maka semua implementasi keperawatan
yang dilaksanakan oleh perawat tidak mempunyai makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung
gugat. Dokumentasi keperawatan dapat dikatakan sebagai pegangan untuk para perawat dalam
mempertanggung jawabkan dan membuktikan pekerjaannya atau tindakan yang perawat
lakukan.oleh sebab itu ada beberapa kaidah atau aturan yang harus ditaati oleh perawat didalam
melakukan pendokumentasian perawatan ( Setiyarini, 2010 )
Dokumentasi dilakukan setelah pelaksanaan disetiap tahap proses keperawatan keluarga
dilakukan dan disesuaikan dengan waktu ( Effendi 1995 ) Dokumentasi asuhan keperawatan
komunitas merupakan sarana komunikasi dari satu profesi ke profesi lain terkait status klien.
Sebagai alat komunikasi , tulisan dalam dokumentasi harus jelas terbaca , tidak boleh memakai
istilah atau singkatan – singkatan yang tidak jelas atau tidak lazim , juga berisi uraian yang jelas ,
tegas dan sistematis. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari disfungsi komunikasi ( komunikasi
yang tidak searah ).
Dan efek samping atau dampak yang dapat timbul dari disfungsi komunikasi ini akan
membahayakan keselamatan klien. Profesi keperawatan saat ini merupakan profesi yang memiliki
resiko hukum. Dimana kesalahan perawatan yang mengakibatkan kecacatan atau kematian bagi
klien dapat menyeret perawat ke pengadilan. Karenanya , segala aktifitas yang dilakukan terhadap
klien harus di dokumentasikan dengan baik dan jelas. Tenaga perawat mempunyai kontribusi besar
bagi pelayanan kesehatan , mempunyai peran penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan seorang perawat harus mampu
melaksanakan asuhan keperawatan komunitas sesuai dengan standar yang sudah ada. ( Kancil
Jogja 2010 , Jurnal )
Dokumentasi yang lengkap dan akurat mengenai data klien akan memudahkan perawat dan
profesi lain dalam memantau efektifitas asuhan keperawatan komunitas. Dimana semua ini dapat

1
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan komunitas pada klien , dan hal ini dapat di jadikan
bukti mutu asuhan keperawatan komunitas.
Dokumentasi Keperawatan sewaktu – waktu dapat di jadikan barang bukti di pengadilan jika
terjadi suatu gugatan klien. Apabila mutu pendokumentasian asuhan keperawatan kurang baik ,
maka dapat terjadi resiko – resiko seperti kesalahan dalam komunikasi , dalam perencanaan
tindakan , dalam pengambilan tindakan dan lain – lain yang dapat mengakibatkan menurunnya
mutu asuhan keperawatan komunitas. Maka dari itu sangat penting bagi perawat komunitas untuk
dapat mengetahui sisitem pendokumentasian keperawatan komunitas.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa sajakah proses dokumentasi keperawatan?
b. Bagimanakah konsep dasar pendokumentasian keperawatan komunitas?

1.3 Tujuan
Tujuan Umun :
Mengetahui teknik pendokumentasian keperawatan komunitas yang sesuai standar.
Tujuan Khusus :
a. Mengetahui proses dokumentasi keperawatan.
b. Mengetahui konsep dasar pendokumentasian keperawatan komunitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asuhan Keperawatan Komunitas

1. PENGKAJIAN
1) Struktur Inti

A. Profil wilayah/tempat praktik

Kecamatan Tumijajar yang terletak di wilayah pemerintahan Kabupaten Tulang Bawang Barat
merupakan desa agraris yang subur. Kecamatan Tumijajar merupakan pemekaran dari Kecamatan
Tulang Bawang Udik. Keadaan geografis wilayah yang merupakan dataran banyak menyimpan
banyak potensi baik itu potensi sumber daya alam, potensi pertanian, perkebunan, maupun potensi
sosial budaya. Kecamatan Tumijajar terdiri dari 9 kampung atau desa yaitu Dayamurni, Margo
Mulyo, Daya Sakti, Makarti, Margo Dadi, Sumber Rejo, Gunung Menanti, Daya Asri, Dan Murni
Jaya.
Berdasarkan Kecamatan Tumijajar dalam angka (2013), secara geografis Kecamatan Tumijajar
Merupakan bagian wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan perbatasan:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tulang Bawang Tengah.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara.
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tulang Bawang Udik.

3
Desa yang kami jadikan wilayah praktik Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia adalah Desa
Dayamurni. Desa Dayamurni sendiri terdiri dari 3 lingkungan yaitu Lingkungan 1, lingkungan 2
dan lingkungan 3. Topografi Lingkungan 2 Desa Dayamurni Kecamatan Tumijajar merupakan
dataran, dengan ketinggian tanah 145 Mdpl dengan curah hujan sedang 6 bulan hujan dan 6 bulan
kemarau. Jarak tempuh Lingkungan 2 Desa Dayamurni ke pusat pemerintahan Kecamatan berjarak
3 Km dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit, jarak dusun ke pusat pemerintahan Kabupaten
berjarak 12 Km dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit, dan jarak Desa Dayamuni ke pusat
pemerintahan Provinsi berjarak 50 Km dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam.

B. Demografi lansia (Uraikan secara proporisonal dan lengkapi dengan grafik/tabel)


1. Jumlah lansia
a. 60-70 tahun : 5 orang (50%)
b. 71-80 tahun : 3 orang (30%)
c. 81-90 tahun : 2 orang (20%)
d. >90tahun :-

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang terdapat di desa Dayamurni
lingkungan 2 yang lebih banyak lansia usia 60-70 tahun.

Jenis kelamin
a. Laki-laki : 3 orang (30%)
b. Perempuan : 7 orang (70%)

4
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang terdapat di desa Dayamurni
lingkungan 2 yang lebih banyak lansia berjenis kelamin perempuan
Pekerjaan
a. Tidak bekerja : 1 orang (10%)
b. Pensiun PNS : 1 orang (10%)
c. Swasta : 2 orang (20%)
d. ABRI/TNI :-
e. Lain lain : 6 orang (60%)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang terdapat di desa Dayamurni
lingkungan 2 yang lebih banyak lansia yang pekerjaannya sebagai petani.

Pendidikan
a. Tidak tamat SD : 4 orang (40%)
b. SD-SMP : 3 orang (30%)

5
c. SMA : 2 orang (30%)
d. PT : 1 orang (10%)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang terdapat di desa Dayamurni
lingkungan 2 yang lebih banyak lansia tingakat pendidikannya tidak tamat SD atau tidak
bersekolah.

Agama
a. Islam : 8 orang (80%)
b. Kristen : 1 orang (10%)
c. Hindu : 1 orang (10%)
d. Budha :-

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang terdapat di desa Dayamurni
lingkungan 2 yang lebih banyak lansia yang beragama islam.

6
Alamat

a. Lingkungan 1 :-
b. Lingkungan 2 : 10 orang (100%)
c. Lingkungan 3 :-

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang terdapat di desa Dayamurni
lingkungan 2 yang semua lansia berasal atau beralam di lingkungan 2.

C. Masalah kesehatan lansia


1. Keluhan /masalah fisik
a. Anemia : 1 orang (10%)
b. Hipertensi : 5 orang (50%)
c. Rematik : 1 orang (10%)
d. Diabetes Melitus : 3 orang (30%)

7
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang terdapat di desa Dayamurni
lingkungan 2 banyak lansia yang memiliki keluhan atau masalah fisik Hipertensi .

2. Keluhan/masalah psikologis
a. Gelisah : 1 orang (10%)
b. Takut : 1 orang (10%)
c. Cemas : 4 orang (40%)
d. Marah : 4 orang (40%)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang terdapat di desa Dayamurni
lingkungan 2 banyak lansia yang memiliki keluhan atau masalah psikologis Marah.

3. Keluahan/masalah social
a. Hubungan dengan orang lain:

8
 Baik : 10 orang (100%)
 Tidak :0

b. Aktifitas di lingkungan sekitar:


 Ikut : 7 orang (70%)
 Tidak ikut : 3 orang (30%)

c. Masalah sosial
 Ada :0 orang
 Tidak ada : 10 orang (100%)

4. Keluahan/masalah spiritual
a. Melakukan aktifitas ibadah sehari-hari
 Ya : 8 orang (80%)
 Tidak : 2 orang (20%)
b. Masalah dalam melakukan ibadah:
 Ada : 1 orang (10%)
 Tidak ada: : 9 orang (90%)

D. Pola kebiasaan sehari hari lansia


1. Kebiasaan

NO. KEBIASAAN YA (%) TIDAK (%)


1 Makan teratur 3 orang (30%) 7 orang (70%)
2 Makan berlemak/gorengan 4 orang (40%) 6 orang (40%)
3 Makan asin/manis 7 orang (70%) 3 orang (30%)
4 Olahraga rutin 3x/seminggu 0 orang (0%) 10 orang (100%)
5 Tidur cukup 6-8 jam/hari 4 orang (40%) 6 orang (60%)
6 Minum kopi 8 orang (80%) 1 orang (10%)
7 Minum alcohol 0 orang (0%) 10 orang (100%)

9
2. Pemeriksaan kesehatan
a. Teratur 1x/bulan : 0 orang (0 %)
b. Tidak teratur : 10 orang (100%)

3. Terapi medis
a. Ada : 2 orang (20%)
b. Tidak ada : 8 orang (80%)

4. Terapi keperawatan
a. Pernah : 4 orang (40%)
b. Tidak pernah : 6 orang (60%)

5. Terapi alternative
a. Ada : 3 orang (30%)
b. Tidak ada : 7 orang (70%)

E. Pengetahuan lansia
1. Penyakit/kesehatan
a. Tahu : 4 orang (40%)
b. Tidak tahu : 6 orang (60%)

2. Terapi medis/obat
a. Tahu : 5 orang (50%)
b. Tidak tahu : 5 orang (50%)

3. Terapi keperawatan
a. Tahu : 3 orang (30%)
b. Tidak tahu : 7 orang (70%)

4. Terapi alternative
a. Tahu : 3 orang (30%)

10
b. Tidak tahu : 7 orang (70%)

2) Interaksi Subsistem

1) Pelayanan Kesehatan dan Sosial

1. Pemeriksaan kesehatan
a. Teratur 1x/bulan : 4 orang (40 %)
b. Tidak teratur : 6 orang (60%)

2. Lansia pernah mendapat penyuluhan berkaitan dengan perawatan kesehatan


a. Ya :3 orang (30%)
b. Tidak : 6 orang (60%)
3. Adanya fasilitas kesehatan yang tersedia dan dapat digunakan
a. Ada : 6 orang (60%)
b. Tidak ada : 4 orang (40%)

5. Terapi medis
a. Ada : 5 orang (50%)
b. Tidak ada : 5 orang (50%)

6. Terapi keperawatan
a. Pernah : 7 orang (70%)
b. Tidak pernah : 3 orang (30%)

7. Terapi alternative
a. Ada : 8 orang (80%)
b. Tidak ada : 2 orang (20%)

2) Lingkungan
1. Lingkungan tempat tinggal beresiko (dekat dengan tempat yang mengancam
keselamatan seperti: tempat pembuangan limbah,jalan raya, polusi udara, dll)
a. Ya :2 orang (20%)

11
b. Tidak : 8 orang (80%)

3). Pendidikan
1. Pendidikan yang ada mengajarkan nilai-nilai dasar kesehatan
a. Ya : 6 orang (60%)
b. Tidak : 4 oranf (40%)

2. Jenis pendidikan kesehatan yang diperlukan


a. Anemia : 1 orang (10%)
b. Hipertensi : 5 orang (50%)
c. Rematik : 1 orang (10%)
d. Diabetes Melitus : 3 orang (30%)

4). Transportasi dan Keamanan


1. Sarana transportasi yang banyak digunakan
a. Motor: 1 orang (10%)
b. Mobil: -
c. Angkutan umum: 1 orang (10%)
d. Berjalan kaki: 8 orang (80%)
e. Lain-lain: -
2. Lansia merasa aman tinggal di panti sosial tresna werdha
a. Ya : 6 orang (60%)
b. Tidak : 4 orang (40%)

5). Politik dan Pemerintahan


1. Kebijakan pemerintah yang mendukung pemeliharaan kesehatan lansia
a. Tahua : 8 orang (80%)
b. Tidak tahu : 2 orang (20%)

6). Komunikasi
1. Bahasa yang digunakan sehari-hari

12
a. Indonesia : 2 orang (20%)
b. Daerah : 8 orang (80%)
c. Asing: -
2. Metode penyampaian informasi kesehatan
a. Buku :-
b. Majalah/Koran : 3 orang (30%)
c. Radio/ Televisi : 1 orang (10%)
d. Penyuluhan : 6 orang (60%)

7). Ekonomi
1. Dana untuk kesehatan
a. Ada : 7 orang (70%)
b. Tidak : 3 orang (30%)

8). Rekreasi
1. Tempat rekreasi yang dapat dimanfaatkan
a. Ada : 7 orang (70%)
b. Tidak : 3 orang (30%)

13
ANALISA DATA

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS LANSIA

Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan, didapatkan data berupa masalah kesehatan
fisik dan psikologi dalam persentase yang kami kelompokkan sebagai berikut:

No Data Masalah Keperawatan

 Jumlah penderita Hipertensi sebesar 50% Meningkatnya resiko penyakit


 Jumlah lansia yang memiliki kebiasaan degenerative (Hipertensi) di komunitas
minum kopi sebesar 80% lansia.
 Jumlah lansia yang memiliki pola makan
1
asin/manis sebesar 70%
 Jumlah lansia yang memiliki masalah
psikologis terhadap marah yaitu sebesar
40%.

 Jumlah penderita DM sebesar 30% Meningkatnya resiko penyakit


 Jumlah lansia yang memiliki pola tidur degenerative (DM) di komunitas lansia.

2 tidak teratur sebesar 60%


 Jumlah lansia yang memiliki pola makan
asin/manis sebesar 70%

 Jumlah lansia cemas terhadap penyakit Meningkatnya resiko kecemasan pada

3 yang diderita sebesar 40% lansia di komunitas lansia.

 Jumlah lansia yang tidak pernah Kurang peran serta lansia pada olahraga di

4 melakukan aktifitas olahraga sebesar komunitas lansia.


100%

 Jumlah lansia yang tidak mengetahui Kurang pengetahuan lansia terhadap

5 tentang penyakit yang diderita sebesar penyakit yang diderita di komunitas


60% lansia..

14
 Jumlah lansia yang tidak pernah Kurang peran serta dalam pemeriksaan

6 mengikuti pemeriksaan kesehatan sebesar kesehatan pada lansia di komunitas lansia.


100%

 Jumlah lansia yang tidak tahu mengenai Kurang peran serta lansia dalam terapi
7
terapi keperawatan sebesar 70% keperawatan mengenai penyakit.

15
DIAGNOSA KEPERAWATAN GERONTIK

Dari analisa data diatas, dapat disimpulkan masalah keperawatan menjadi diagnosa keperawatan
berdasarkan problem dan etiologi sebagai berikut:

1. Meningkatnya resiko penyakit degenerative (Hipertensi) di komunitas lansia.


berhubungan dengan:
a. Kurang peran serta dalam pemeriksaan kesehatan pada lansia di komunitas
lansia.Kurang peran serta lansia pada olahraga di kelompok lansia 2.
b. Kurang pengetahuan lansia terhadap penyakit yang diderita di komunitas lansia.
c. Kurang terapi keperawatan pada lansia terhadap penyakit yang diderita seperti
manajemen stress komunitas lansia.
2. Meningkatnya resiko penyakit degenerative (DM) di komunitas lansia.
berhubungan dengan:
a. Kurang pengetahuan lansia terhadap penyakit yang diderita di komunitas
lansia..

3. Meningkatnya resiko kecemasan pada lansia di komunitas lansia. berhubungan dengan:


a. Kurang pengetahuan lansia terhadap penyakit yang diderita di komunitas lansia

16
PRIORITAS MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS LANSIA

No Masalah Kesehatan A B C D E F G H I J K L Total prioritas

1. Meningkatnya resiko penyakit degenerative (Hipertensi) di


komunitas lansia. berhubungan dengan:

b. Kurang peran serta dalam pemeriksaan kesehatan pada lansia di


komunitas lansia.
c. Kurang peran serta lansia pada olahraga di komunitas lansia.
5 4 2 2 2 4 4 2 3 4 4 4 40 1
d. Kurang pengetahuan lansia terhadap penyakit yang diderita
di komunitas lansia.
e. Kurang terapi keperawatan pada lansia terhadap penyakit
yang diderita komunitas lansia.

2 Meningkatnya resiko penyakit degenerative (DM) di komunitas


lansia.

berhubungan dengan:
3 3 2 2 3 2 4 3 3 4 4 3 36 2

a. Kurang pengetahuan lansia terhadap penyakit yang diderita


di komunitas lansia.

17
3 Meningkatnya resiko kecemasan pada lansia di komunitas lansia.
berhubungan dengan:
3 3 2 2 2 4 4 2 3 2 4 3 34 3
a. Kurang pengetahuan lansia terhadap penyakit yang diderita
di komunitas lansia.

Keterangan pembobotan

1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi

A: Besarnya masalah G: sesuai dengan peran perawat

B: Resiko masyarakat yang akan terkena H: keluangan waktu

C: potensial untuk pendidikan kesehatan I: sumber dana

D: Minat masyarakat untuk mengatasi J: Fasilitas kesehatan yang ada

E: kemungkinan untuk diatasi K: Sumber Daya

18
F: Sesuai dengan program pemerintah L: Ketersedian tempat

RENCANA KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA

STRATEGI EVALUASI
N D RENCANA TEMPA
TUM TUK INTERVEN STANDA SUMBER PJ
O X KEGIATAN KRITERIA T
SI R
1. I Setelah Setelah
diberikan dilakukan
askep askep selama
 Pemeriks 1. Melakukan Setelah dilakukan Minimal Mahasisw Balai Lia
komunita 4 hari di
aan pemeriksaan pemeriksaan presentas a Desa Oktarin
s khusus harapkan :
kesehata kesehatan kesehatan e Kelompok Dayamur a
diharapka Terjadi
n tentang diharapkan : peningkat 6 Sarjana ni
n tidak peningkatan
hipertensi Terjadi an peran Terapan
terjadi peran serta
seperti peningkatan peran serta Keperawa
peningkat dalam
pengukuran serta dalam dalam tan
an pemeriksaan
tekanan pemeriksaan pada pemeriksa Poltekkes
hipertensi kesehatan
darah komunitas lansia. an Tanjung
pada seperti
kesehatan karang
komunita pengukuran
seperti
s lansia. tekanan darah

19
pada pengukur Tahun
komunitas an 2020
lansia. tekanan
darah
Setelah dilakukan
1. Terjadi pada
penyuluhan dihara
peningkata komunita
pkan :
n s lansia.
Terjadi
kemampua sebanyak
peningkatan
n 90%
2. Melakuk kemampuan
berolahrag
an senam berolahraga Balai Puji
a
 Senam hipertensi seperti senam Desa Aneref
seperti se
hipertensi pada Dayamur Yu
nam
kelompok lansia 2 Mahasisw ni
hipertensi
Minimal a
pada
Setelah dilakukan presentas Kelompok
kelompok
penyuluhan e 5 D.IV
lansia 2
diharapkan : peningkat Keperawa
Terjadi an tan
peningkatan kemampu Poltekkes
pengetahuan lansia an Tanjung
terhadap penyakit berolahra karang

20
hipertensi pada ga seperti Tahun
komunitas lansia. senam 2018
hipertensi
pada
kelompok
lansia 2
2. Terjadi sebanyak
peningkatan Setelah dilakukan M.Bahr
3. Member 90%
pengetahuan penyuluhan un
ikan pendidikan Balai
lansia terhadap diharapkan : Imadudi
kesehatan Desa
penyakit Terjadi n
tentang Dayamur
hipertensi peningkatan
hipertensi ni
pada kemampuan dalam Minimal
komunitas terapi keperawatan presentas
 Penkes Mahasisw
lansia. seperti manajemen e
a
stress pada peningkat
Kelompok
komunitas lansia. an
3. Terjadi 6 Sarjana
pengetahu
peningkatan Terapan
an lansia
kemampuan Keperawa
terhadap
dalam terapi tan
penyakit
keperawatan Poltekkes
hipertensi

21
seperti 4. Melakuk pada Tanjung
manajemen an manajemen komunita karang
stress pada stress s lansia. Tahun
Balai
komunitas sebanyak 2020
Desa
lansia. 90%
Dayamur
 Manajem ni
en stress

Minimal
presentas Mahasisw
e a
peningkat Kelompok
an 6 Sarjana
kemampu Terapan
an dalam Keperawa
terapi tan
keperawat Poltekkes
an seperti Tanjung
manajeme karang
n stress Tahun
pada 2020

22
komunita
s lansia.
sebanyak
90%

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No DX Waktu Implementasi Evaluasi


1. Kurang peran serta dalam 13.30- Pemeriksaan Kesehatan a. Evaluasi Struktur
pemeriksaan kesehatan 13.40 1. Registrasi  Lansia yang hadir sebanyak 10 orang sesuai
tekanan darah pada lansia di 2. Pengukuran Tekanan dengan rencana kegiatan
komunitas lansia. Darah  Pemeriksaan kesehatatan dilakukan diluar
ruangan.
 Meja pemeriksaan terdapat 2 meja sehingga
memudahkan atau mempercepat pemeriksaan
kesehatan.
 Perlengkapan yang digunakan 2 tensimeter dan
2 stetoskop.
 Proses dokumentasi dilakukan dari awal hingga
akhir

23
b. Evaluasi Proses
 Waktu pelaksanaan pemeriksaan satu jam sesuai
jadwal
 Lansia antusias mengikuti pemeriksaan
kesehatan
 Petugas kesehatan berperan aktif
 Alat kesehatan digunakan secara efektif

c. Evaluasi Hasil
 Peran serta lansia mengikuti pemeriksaan
kesehatan melebihi target 100%

b.
2. Kurang peran serta lansia dalam 13.45- Senam a. Evaluasi Struktur
kegiatan olahraga 13.50 1. Menjelaskan Tujuan  Lansia yang hadir sebanyak 10 orang sesuai
Dilakukannya Senam dengan rencana kegiatan
Pelaksanaan Senam  Ruang untuk senam sudah lebar sehingga jarak
2. Mengarahkan lansia untuk antar lansia tidak terlalu dekat dan sangat nyaman
baris mengikuti senam untuk lansia.
hipertensi.  Soundsystem tertata benar
 Tempat siap sebelum kegiatan dilaksanakan
 Perlengkapan senam siap sebelum kegiatan
dilaksanakan

24
 Struktur organisasi dan pembagian peran sudah
dibentuk sebelum kegiatan dilaksanakan
 Daftar hadir dan camera sebagai alat dokumentasi
sudah disiapkan

b. Evaluasi Proses
 Kegiatan senam dilakukan tepat waktu
 Waktu pelaksanaan senam 5 menit sesuai jadwal
 Peran lansia dalam senam: aktif mengikuti
instruktur senam, semua lansia semangat
mengikuti senam.
 Tugas fasilitator sudah terpenuhi, fasilitator
menyebar memfasilitasi lansia-lansia yang
menjadi tanggung jawabnya
 100% anggota kelompok lansia hadir ditempat
sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
 100% anggota kelompok lansia mengisi daftar
hadir sebagai dokumentasi pelaksanaan
 90% anggota kelompok lansia dapat mengikuti
gerakan senam dengan benar

25
 100% anggota kelompok lansia mengikuti senam
sampai selesai

c. Evaluasi Hasil
 100% kelompok lansia lingkungan 2 desa
Dayamurni ikut serta dalam mengikuti senam

c.
3. Kurang pengetahuan lansia 14.00 – Penyuluhan Kesehatan a. Evaluasi Struktur
tentang penyakit Hipertensi 14.30 1. Pembukaan oleh  Alat dan tempat siap sebelum kegiatan
moderator dilaksanakan
2. Sambutan Ketua  Struktur organisasi sudah dibentuk sebelum
pelaksana kegiatan dilaksanakan
3. Penyajian materi  Persiapan media: powerpoint, leaflet sudah
4. Tanya jawab dengan lengkap
narasumber  Perlengkapan alat: Soundsystem, lcd dan
5. Evaluasi materi proyektor lengkap
penyuluhan  Ruang yang digunakan nyaman, ber AC, dan
6. Klrafikasi dari Dosen jarak tempat duduk lansi sudah efektif.
pembimbing.  Daftar hadir untuk pendokumentasian
7. Penutup
b. Evaluasi proses

26
 Fase dimulai sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
 Peserta mendengarkan dan memperhatikan
penjelasan dari penyaji
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan secara benar.
 Suasana penyuluhan tertib.

c. Evaluasi hasil
 30% peserta mengajukan pertanyaan

No Soal Terjawab Presentase


1 Pengertian Hampir sempurna 90%
2 Tanda Dan gejala 5/10 50%
3 Penyebab 5/11 45,4%
4 Komplikasi 3/5 60%
5 Cara mencegah 6/6 100%
6 Cara mengatasi 4/5 80%
d.
4 Kurang terapi keperawatan 14.40- Menonton video a. Evaluasi struktur
pada lansia terhadap penyakit 15.00

27
yang diderita seperti  Menjelaskan tujuan  Alat dan media untuk menonton video telah
manajemen stress komunitas menonton video disiapkan sebelumnya seperti video lucu,
lansia.  Menonton video lucu soundsystem.
 Ruang yang digunkana efektif
Terapi tertawa
 Struktur organisasi telah sesuai dengan peran
 Menjelaskan tujuan dari
masing-masing.
manajemen stress yaitu
 Tempat untuk melakukan terapi tertawa
terapi tertawa.
sangat luas.
 Mengarahkan lansia
b. Evaluasi proses
membuat lingkaran.
 Waktu menonton video dan terapi tertawa
 Menginstruksikan lansia
tidak terlalu lama sehingga sangat efektif.
untuk mengikuti perintah
 Lansia mengikuti kegiatan sampai selesai.
dari terapis.
 Lansia sangat antusias mengikuti kegiatan
baik menonton video maupun terpi tertawa.
c. Evaluasi hasil
100% lansia tertawa saat menonton video dan saat terapi tertawa.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat
ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang langkah – langkahnya
dimulai dari pengkajian hingga evaluasi. Proses keperawatan pada komunitas mencakup
individu, keluarga dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan.
Dalam perawatan kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh – tokoh
masyarakat formal dan informal sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan
secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar – benar mampu dan mandiri dalam
setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan.
Dalam melakukan proses keperawatan komunitas dokumentasi keperawatan menjadi
hal yang sangat penting karena dokumentasi dapat dijadikan bukti dalam melakukan suatu
tindakan. Dokumentasi keperawatan komunitas merupakan suatu catatan yang dapat
dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata
dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis / tipe, kualitas
dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien dalam ruang lingkup
yang lebih luas yaitu komunitas.

3. 2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini tidak luput dari kesalahan, kamimeminta saran masukan
untuk dapat memerbaiki makalh kami berikutnya, serta dengan dibuatnya makalah ini agar
dapat menerapkan teori pendokumentasian asuhan keperawatan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori


dan Praktik, edisi 3. Jakarta : EGC
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta :
FK UI Gosyen Publishing
Gunawijaya, J. 2010. Kuliah Umum tentang Budaya dan Perspektif
H.Zaidin Ali,MBA,MM,2009,Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan,Jakarta :EGC
Leininger, M dan McFarland. M.R. 2002. Transkultural Nursing : Concepts,
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori. Jakarta Sagung seto
Nursalam,2009,Proses dan Dokumentasi Keperawatan,Jakarta: Salemba Medika

30

Anda mungkin juga menyukai