Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN

Disusun oleh :

Nama : Sarra Mutiara Tsani

NPM : 200110130399

Kelas : G

LABORATOORIUM MIKROBIOLOGI DAN PENANGANAN LIMBAH


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
I
PERHITUNGAN NISBAH C/N DAN KADAR AIR SUBSTRAT

1.1 Pendahuluan

1.1.1 Latar Belakang

Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari proses produksi baik

industri maupun domestik yang jika dibiarkan begitu saja akan menghasilkan

dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Maka dari itu perlu dilakukan pengolahan

limbah agar mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dan manfaat yang lebih

banyak.

Limbah dibagi menjadi dua yaitu organik dan anorganik. Salah satu

pengolahan limbah organik yaitu dengan melakukan pengomposan. Pengomposan

dilakukan baik secara aerob maupun anaerob. Untuk dapat memasok hara yang

diperlukan mikroorganisme selama proses pengomposan berlangsung, maka

dibutuhkan nisbah antara karbon dan nitrogen dalam suatu bahan. Selain itu untuk

membuat mikroba dapat tumbuh baik dalam proses pengomposan, diperlukan kadar

air yang sesuai pula.

Mengingat pentingnya nisbah C/N dan kadar air yang sesuai dalam suatu

pengomposan, maka harus dilakukan perhitungan terlebih dahulu dengan

memperhatikan % karbon. % nitrigen dan % kadar air bahan. Oleh karena itu, dalam

praktikum ini dilakukan perhitungan nisbah C/N dan kadar air terlebih dahulu

sebelum proses-proses lainnya berlangsung dengan harapan bahwa komposisi

antara karbon dan nitrogen bahan sesuai, begitupun dengan kadar air bahan akan

sesuai. Sehingga pada akhirnya proses dekomposisi akan berlangsung baik dan

pengomposan pun akan berhasil sesuai dengan seharusnya.


1.1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari dilakukannya perhitungan nisbah C/N dan

kadar air ini yaitu agar praktikan :

 Mengetahui rasio nisbah C/N bahan untuk memperoleh imbangan

campuran bahan yang sesuai.

 Mengetahui kadar air bahan dan kekurangan kadar air campuran bahan

yang sesuai sebelum proses dekomposisi berlangsung.

1.1.3 Waktu dan Tempat

Praktpakaikum pertama mengenai “ Perhitungan Nisbah C/N dan Kadar Air

Substrat “ ini dilaksanakan pada,

Hari / tanggal : Senin, 31 September 2013

Waktu : Pukul 10.00 s.d 12.00 WIB

Tempat : Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

1.2 Alat, Bahan dan Prosedur Kerja

1.2.1 Alat

 Kalkulator

 Alat tulis

1.2.2 Bahan

 Feses domba

 Jerami

1.2.3 Prosedur Kerja

A. Perhitungan Nisbah C/N


1. Melihat komposisi nutrisi dari feses domba dan jerami yang tersedia di

dalam tabel.

2. Menghitung nisbah C/N dengan menggunakan rumus :

C/N = (%C.A) + (%C.B)

(%N.A) + (%N.B)

*Keterangan :

- C/N : Nisbah C/N

- %C.A : Kandungan C feses domba

- %C.B : Kandungan C jerami

- %N.A : Kandungan N feses domba

- %N.B : Kandungan N jerami

B. Perhitungan Kadar Air

1. Setelah dihitung nisbah C/N feses domba dan jerami, maka diperoleh

imbangan campuran feses domba dan jerami.

2. Menghitung kadar air masing-masing bahan (feses domba dan jerami)

dengan rumus :

- Kadar air feses domba = % air feses domba x imbangan campuran

100

- Kadar air jerami = % air jerami x imbangan campuran

100

3. Menghitung kadar air campuran kedua bahan (feses domba dan jerami)

dengan rumus :

- Kadar air campuran = Total kadar air feses domba dan jerami

Total imbangan campuran kedua bahan

- % Kadar air campuran = Kadar air campuran x 100%

4. Menghitung jumlah air yang harus ditambahkan


1.3 Hasil dan Pembahasan

1.3.1 Hasil Pengamatan

Bahan Organik %C %N % Air

Feses Domba 30.80 1.86 50.30

Jerami 34.75 0.74 11.31


A. Perhitungan Nisbah C/N
(%𝐶. 𝐴) + (%𝐶. 𝐵)
𝐶/𝑁 =
(%𝑁. 𝐴) + (%𝑁. 𝐵)
30.80 𝐴 + 34.75 𝐵
𝐶/𝑁 =
1.86 𝐴 + 0,74 𝐵

55.8 𝐴 + 22.2 𝐵 = 30.80 𝐴 + 34.75 𝐵30 (1.86 𝐴 + 0.74 𝐵)


= 30.80 𝐴 + 34.75 𝐵
55.8 𝐴 − 30.80 𝐵 = 34.75 𝐵 − 22.2 𝐵
25 𝐴 = 12.55 𝐵
𝐵 = 1.99 𝐴 ~ 2 𝐴𝐴 = 0.502 𝐵
B. Perhitungan Kadar Air
50.30
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑓𝑒𝑠𝑒𝑠 𝑑𝑜𝑚𝑏𝑎 = 𝑥 1 = 0.503
100
11.31
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑗𝑒𝑟𝑎𝑚𝑖 = 𝑥 2 = 0.2262
100
+
0.7292
0.7292
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = = 0.243 𝑘𝑔
3

% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0.243 𝑥 100 % = 24.3 %


𝐾𝑒𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 = 60 % − 24.3 % = 35.7 %
0.7292+𝑥
 𝐴𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 = = 0.6
3+𝑥

0.7292 + 𝑥 = 1.8 + 0.6 𝑥


𝑥 − 0.6 𝑥 = 1.8 + 0.7292
0.4 𝑥 = 1.0708
1.0708
𝑥= = 2.677 𝑘𝑔
0.4

1.3.2 Pembahasan

1.3.2.1 Nisbah C/N

Dalam praktikum pengelolaan limbah peternakan, hal pertama yang kami

lakukan adalah menghitung nisbah C/N dan kadar air dari feses domba dan jerami

yang digunakan sebagai bahannya. Nisbah C/N ini perlu dihitung terlebih dahulu

agar proses dekomposisi yang dilakukan selanjutnya akan berhasil.


Nisbah C/N merupakan perbandingan antara karbon dan nitrogen dalam

suatu bahan. Nisbah C/N sangat penting untuk memasok hara yang diperlukan

mikroorganisme selama proses pengomposan berlangsung. Karbon dibutuhkan

oleh mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk

membentuk protein. Terlalu besar (>40) atau terlalu kecil (<20) nisbah C/N akan

mengganggu proses dekomposisi. Mikroorganisme akan mengikat nitrogen tapi

tergantung pada ketersediaan karbon. Apabila ketersediaan karbon terbatas, tidak

cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme

untuk mengikat seluruh nitrogen bebas. Sebaliknya, apabila ketersediaan karbon

berlebihan, jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga menjadi faktor pembatas

pertumbuhan mikroorganisme. Jumlah nisbah C/N yang cukup besar juga

menunjukkan sebagai bahan yang sukar terdekomposisi, sedang nisbah C/N rendah

relatif menunjukkan persentasi yang lebih besar bahan yang mudah terdekomposisi.

Dalam praktikum, nisbah C/N kelompok saya yaitu 30. Itu artinya bahwa

rasio nisbahd C/N nya tidak terlalu besar maupun terlalu kecil sehingga tidak akan

mengganggu proses dekomposisi awal yang akan dilakukan. Dari nisbah C/N 30,

dengan bahan yaitu feses domba yang mengandung karbon 30.80 % dan nitrogen
1.86 %, jika dicampurkan dengan jerami yang mengandung karbon 34.75 % dan

nitrogen 0.74 % akan menghasilkan imbangan campuran feses domba : jerami yaitu

2 kg : 1 kg.

1.3.2.2 Kadar Air

Selain rasio nisbah C/N yang perlu dihitung dari suatu campuran bahan yang

akan didekomposisi, kadar air suatu bahan pun harus dihitung terlebih dahulu agar

tidak mengalami hambatan saat proses dekomposisi berlangsung. Kadar air

disesuaikan dengan bahan masing-masing dan rasio C/N bahan.

Dalam literatur yang saya dapatkan, kadar air harus dibuat dan

dipertahankan sekitar 60 %. Kadar air yang kurang dari 60 % akan menyebabkan

bakteri tidak berfungsi, sedangkan bila lebih dari 60 % akan menyebabkan kondisi

anaerob. Kadar air dapat diukur dengan cara yang mudah yaitu dengan meremas

bahan. Kadar air 60 % dicirikan dengan bahan yang terasa basah bila diremas, tetapi

air tidak menetas.

Bahan yang kami campurkan yaitu feses domba dan jerami yang masing-

masing bahan mempunyai kandungan air 50.30 % dan 10.31 %. Dari perhitungan

kadar air dengan menggunakan rumus yang ada di atas, ternyata didapatkan %

kadar air campuran kedua bahan ini hanya 24.3 %. Ini berarti kadar airnya kurang

dari yang seharusnya yaitu 60 %. Maka dari itu kekurangan airnya yaitu 35.7 %.

Jika dilakukan perhitungan kembali dengan menggunakan rumus yang ada, air yang

perlu ditambahkan agar kadar air campuran kedua bahan ini mencapai 60 % yaitu

2.677 kg. Dengan perhitungan kadar air yang memenuhi nilai seharusnya ini maka

akan membantu proses dekomposisi awal pun berlangsung sesuai dengan

seharusnya.
1.4 Simpulan

Rasio nisbah C/N dan kadar air suatu bahan perlu dihitung terlebih dahulu agar

memenuhi syarat sehingga akan menyebabkan proses dekomposisi awal

berlangsung dengan baik dan benar. Nisbah C/N 30 untuk bahan feses domba dan

jerami menghasilkan imbangan campuran feses domba : jerami yaitu 2 kg : 1 kg.

Sedangkan kadar air campuran kedua bahan yaitu 24.3 %. Kekurangan air yang

perlu ditambahkan agar mencapai 60 % yaitu 35.7 % atau sekitar 2.677 kg.

Daftar Pustaka
Rachman Sutanto. 2002. Pertanian Organik menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta.
Yovita Hety. 2007. Membuat Kompos secara Kilat. Swadaya. Jakarta
II

PROSES DEKOMPOSISI AWAL

2.1 Pendahuluan

2.1.1 Latar Belakang

Dalam pengomposan, terdapat beberapa proses yang terjadi sebelum bahan

benar-benar menjadi kompos. Salah satu proses yang terjadi yaitu dekomposisi

awal bahan. Perhitungan C/N dan kadar air bahan menjadi salah satu faktor penentu

keberhasilan proses dekomposisi awal.

Di dalam proses dekomposisi awal pun terjadi beberapa proses lagi.

Dekomposisi merupakan faktor penentu keberhasilan pengomposan. Untuk

mengetahui proses yang akan terjadi dan untuk melihat hasil pengomposan berhasil

atau tidak, maka di dalam praktikum ini dilaksanakan proses dekomposisi awal

untuk melihat bagaimana terjadinya pengomposan dan kriteria apa saja yang

menjadi acuan proses dekomposisi berlangsung dengan benar.

2.1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari dilakukannya proses dekomposisi awal

yaitu agar praktikan :

 Mengetahui bagaimana proses terjadinya dekomposisi awal.

 Mengetahui perubahan apa saja yang terjadi setelah bahan terdekomposisi

oleh mikroorganisme di dalamnya.

2.1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum kedua mengenai “ Proses Dekomposisi Awal “ ini dilaksanakan

pada,

Hari / tanggal : Senin, 07 Oktober 2013


Waktu : Pukul 10.00 s.d 12.00 WIB

Tempat : Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

2.2 Alat, Bahan dan Prosedur Kerja

2.2.1 Alat

 Bak plastik

 Timbangan

 Tongkat bambu

 Karung plastik

 Kardus

2.2.2 Bahan

 Feses sapi perah

 Jerami

2.2.3 Prosedur Kerja

1. Menyiapkan feses sapi perah dan jerami yang telah dihitung nisbah C/N dan

kadar airnya.

2. Memasukkan bahan ke dalam bak plastik dan menimbang masing-masing

bahan sesuai dengan hasil perhitungan di atas.

3. Mencampurkan kedua bahan (feses sapi perah dan jerami) yang telah

ditimbang sampai homogen / merata.

4. Menambahkan air jika kadar air campuran < 50 – 55%.

5. Menyiapkan karung kosong dan kemudian memasukkan potongan jerami

kering yang telah dipotong ± 2 cm di bagian paling bawah karung. Fungsi

jerami kering adalah untuk menyerap bau yang timbul pada proses

dekomposisi awal.
6. Menyusun campuran feses sapi perah dan jerami yang telah homogen di

dalam karung.

7. Memadatkan susunan bahan campuran menggunakan tongkat bambu

hingga tidak ada bagian yang kosong.

8. Memompa oksigen ke dalam susunan bahan campuran dengan tongkat

bambu yang sama selapis demi selapis sampai karung terisi penuh.

9. Setelah karung penuh, lapisan paling atas dilapisi kembali dengan jerami

kering dengan ketebalan ± 2 cm. Fungsi jerami kering adalah untuk

menyerap bau yang timbul pada proses dekomposisi awal.

10. Menutup bagian atas jerami dengan kardus selebar diameter karung untuk

mencegah penguapan dan menahan panas tidak keluar dari tumpukan

bagian atas.

11. Untuk menjaga kelembaban, bagian samping karung diselimuti dengan kain

yang sudah dibasahi sampai lembab.

12. Karung yang sudah diselimutin kain lembab disimpan di tempat yang

terlindungi dari sinar matahari dan air hujan.

13. Setiap hari dilakukan pemeriksaan sampai hari ke-7.

14. Bersama pemeriksaan suhu dilakukan juga pemeriksaan kelembaban

dengan cara memeriksa kain penutup karung. Jika kōain penutup terlihat

kering maka dicelupkan dalam air sampai kain lembab kembali.

15. Setelah hari ke-7 dilakukan pembongkaran hasil dekomposisi dan

mengamati kondisi yang terjadi (fisik, warna, bau).

16. Hasil dekomposisi dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian untuk substrat

biogas dan satu bagian lagi diproses lebih lanjut untuk dijadikan pupuk

organik cair (POC) dan pupuk organik padat (POP).

17. Satu bagian untuk substrat biogas dimasukkan langsung ke dalam digester.
18. Satu bagian untuk bahan baku POC dan POP diangin-anginkan sampai

kering.

2.3 Hasil dan Pembahasan

2.3.1 Hasil Pengamatan

2.3.1.1 Suhu Proses Dekomposisi Bahan selama Seminggu

Hari ke- Suhu (0C)

1 62

2 62
3 62

4 53

5 53

6 53

7 53

2.3.1.2 Kondisi yang Terjadi pada Hari ke-7

Kondisi yang Terjadi Keadaan

Fisik Jerami mudah dipatahkan

Bau Sudah tidak berbau feses lagi, tetapi berbau langu

(khas jamur)

Warna Seperti warna tanah

2.3.2 Pembahasan

Pada proses dekomposisi awal, bahan yang digunakan yaitu feses sapi perah

dan jerami. Perbandingan yang digunakan dalam mencampur kedua bahan ini yaitu

feses sapi perah : jerami = 1 : 2. Karena bahan yang digunakan yaitu bahan organik,

maka bahan ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri dengan
menggunakan oksigen terlarut. Dekomposisi merupakan proses penguraian

material bahan oleh mikroba aerobik. Proses dekomposisi terdiri dari hidrolisis,

fermentasi (asidogenesis) dan metanogenesis. Semakin banyak bahan organik yang

masuk dan tinggal pada lapisan aerobik akan makin besar pula kebutuhan oksigen

bagi mikroba yang mendekomposisi, bahkan jika keperluan oksigen bagi mikroba

yang ada melebihi konsentrasi oksigen terlarut, maka oksigen terlarut bisa menjadi

nol dan mikroba aerob pun akan musnah digantikan oleh mikroba anaerob dan

fakultatif yang untuk aktifitas hidupnya tidak memerlukan oksigen.

Dalam proses dekomposisi secara aerob ini, pada bagian paling bawah dan

paling atas susunan dalam karung digunakan jerami kering untuk menyerap bau

yang timbul pada proses dekomposisi awal. Sebelum dilakukan proses dekomposisi

ini pun dilakukan perhitungan nisbah C/N dan kadar air terlebih dahulu. Setelah

seminggu, proses dekomposisi pun berakhir dan terjadi beberapa perubahan yaitu

suhu awal 62 0C berubah menjadi 53 0C. Dari segi fisik, bau dan warna pun berubah.

Proses dekomposisi yang berhasil akan menghasilkan warna yang seperti tanah dan

baunya sudah tidak tercium bau feses lagi.

2.4.1 Simpulan

Dekomposisi merupakan proses penguraian material bahan oleh mikroba

aerobik. Proses dekomposisi terdiri dari hidrolisis, fermentasi (asidogenesis) dan

metanogenesis. Tanda-tanda bahan telah mengalami proses dekomposisi terlihat

dari suhunya yang berubah, keadaan fisik, warna dan baunya juga berubah

Daftar Pustaka
Yanuar Yogha. 2011. Proses Dekomposisi Bahan Organik secara Aerob dan
Anaerob. Kanisius. Yogyakarta.
III
PEMBUATAN BIOGAS

3.1 Pendahuluan

3.1.1 Latar Belakang

Limbah peternakan perlu dilakukan pengolahan agar tidak mencemari

lingkungan. Pengolahan limbah selain dengan pengomposan, bisa pula dibuat

biogas. Mengingat bahwa di dalam limbah ternak terdapat gas methan yang bisa

dijadikan sebagai sumber energi, maka salah salah satu pemanfaatannya yaitu

dengan cara dibuat biogas.

Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan biogas begitupun dengan

alat-alat dan bahan yang dibutuhkannya, maka dalam praktikum ini dibahas

mengenai pembuatan biogas dengan harapan bahwa kami sebagai mahasiswa

fakultas peternakan nantinya akan dapat membuat biogas dari limbah peternakan

yang akan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

3.1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari dilakukannya pembuatan biogas yaitu agar

praktikan :

 Mengetahui prinsip pembuatan biogas.

3.1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum ketiga mengenai “Pembuatan Biogas “ ini dilaksanakan pada,

Hari / tanggal : Senin, 14 Oktober 2013

Waktu : Pukul 10.00 s.d 12.00 WIB

Tempat : Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

3.2 Alat, Bahan dan Prosedur Kerja


3.2.1 Alat

 Gunting

3.2.2 Bahan

 Bahan Pembuat Instalasi Biogas :

- Drum plastik (volume 30 L)

- Karet penahan udara (siler)

- Selang plastik

- Seal tape

- Sokdrat dalam

- Kran

- Ban karet

 Substrat hasil kompos

 Air

3.3.3 Prosedur Kerja

A. Pemasangan Instalasi Biogas

1. Menyiapkan instalasi biogas yang terdiri dari digester dan penampung

gas.

2. Merangkai instalasi biogas yang terdiri dari digester (drum plastik

dengan volume 30 L) yang dilengkapi dengan kran gas di bagian

penutupnya.

3. Kemudian penampung gas terbuat dari ban karet bagian dalam yang

telah dilepaskan pentilnya.

4. Untuk menghubungkan kran dari digester ke lubang angin pada ban

menggunakan selang plastik dengan diameter sama dengan lubang kran

dan lubang angin pada ban.

5. Setelah instalasi biogas terbuat,


B. Pemasukkan Substrat ke dalam Instalasi

1. Menentukan kadar air substrat (KA = 75%).

2. Menganalisis kandungan substrat air biogas.

3. Menghitung penambahan air pada substrat sampai mencapai kadar air

substrat 75%.

4. Menimbang substrat dan air yang harus ditambahkan sesuai dengan

perhitungan.

5. Menambahkan air dalam substrat dan mencampurnya hingga merata.

6. Memasukkan campuran substrat tersebut ke dalam digester sampai

mencapai volume ¾ dari volume tong.

3.3 Hasil dan Pembahasan

3.3.1 Hasil Pengamatan

 Perhitungan :

- Asumsi : kadar air di atas 70 %.

- BK yang digunakan : 3 kg

- Kandungan air : 10 %

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 3 𝑥 100% = 0.3 %


2.7
𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = 𝑥 100% = 24.43 %
11.05
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 100% − 24.43 % = 75.57 %

3.3.2 Pembahasan

Biogas merupakan proses produksi energi berupa gas yang berjalan melalui

proses biologis. Hal ini menyebabkan terdapatnya berbagai komponen penting yang

berpengaruh dalm proses pembuatan biogas. Gas yang dimanfaatkan sebagai energi

dari pembuatan biogas adalah berupa gas methan. Gas methan diperoleh melalui
proses dekomposisi bahan-bahan organik secara anaerob oleh mikroorganisme. Gas

methan dapat diperoleh dari kotoran ternak setalah melalui serangkaian proses

biokimia yang kompleks. Tingkat keberhasilan pembuatan biogas sangat

tergantung pada proses yang terjadi dalam dekomposisi tersebut.

Dalam pembuatan biogas, diperlukan pula instalasi biogasnya yang dapat

dibuat dari berbagai jenis bahan sesuai dengan kemampuan. Instalasi biogas yang

digunakan di praktikum ini dibuat dari bahan dasar drum plastik yang digabungkan

dengan bahan lainnya. Pada prinsipnya pembuatan instalasi ini yaitu untuk

menangkap gas methan yang dihasilkan dari kotoran ternak tersebut yang kemudian

melalui beberapa rangkaian yang nantinya akan keluar sebagai gas yang disebut

dengan biogas.

Disini juga kami melakukan perhitungan sebagai substrat bahan dasar

biogas dengan asumsi kadar air bahan di atas 70 %, BK yang digunakan 3 kg dan

kandungan air 10 %. Maka didapatkan hasil substrat yang dibutuhkan untuk

pembuatan biogas yaitu kadar airnya 0.3 %, BK 24.43 % dan kadar air total substrat

75.57 %.

3.4 Simpulan

Biogas merupakan proses produksi energi berupa gas yang berjalan melalui

proses biologis. Gas yang dapat dibuat menjadi biogas yaitu gas methan yang

didapatkan dari hasil proses dekomposisi bahan organik dalam kondisi anaerob

yang kemudian disatukan dalam instalasi biogas yang telah ada.

Daftar Pustaka

Yudha. 2009. Prinsip Dasar Pembuatan Biogas. Swadaya. Jakarta.

IV
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

4.1 Pendahuluan

4.1.1 Latar Belakang

Melihat potensi limbah peternakan yang begitu besar jumlahnya yang jika

dibiarkan begitu saja akan berdampak buruk terhadap lingkungan, maka limbah ini

bisa dilakukan pengolahan untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan

yang bisa terjadi. Selain biogas dan pengomposan, limbah ternak ini bisa juga

diolah menjadi pupuk organik cair (POC). Pupuk organik cair ini dapat digunakan

untuk tanaman pertanian maupun tanaman lainnya agar dapat tumbuh dengan baik.

Untuk mengetahui cara membuat pupuk organik cair yang benar dan

bagaimana memanfaatkan substrat yang sudah dibuat sebelumnya menjadi pupuk

organik cair, maka di dalam praktikum ini kami melakukan pembuatan pupuk

organik cair dengan harapan agar kami dapat membantu melakukan penngolahan

terhadap limbah ternak yang ada sehingga nantinya dapat mengurangi dampak

pencemaran yang akan terjadi.

4.1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari dilakukannya pembuatan pupuk organik

cair (POC) yaitu agar praktikan :

 Mengetahui cara pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik cair

(POC).

 Mengetahui kandungan yang ada dalam pupuk organik cair.

 Mengetahui keunggulan dari pupuk organik cair (POC) bagi tanaman

maupun lingkungan.

4.1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum keempat mengenai “ Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) “ ini

dilaksanakan pada,

Hari / tanggal : Senin, 21 Oktober 2013

Waktu : Pukul 10.00 s.d 12.00 WIB

Tempat : Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

4.2 Alat, Bahan dan Prosedur Kerja

4.2.1 Alat

 Bak plastik

 Timbangan

 Saringan

 Gelas ukur

 Ember

 Gayung

 Kran

4.2.2 Bahan

 Substrat (campuran jerami dan feses sapi perah) yang sudah kering

 Air panas

 Gula putih

4.2.3 Prosedur Kerja

1. Menimbang substrat yang sudah kering kemudian direndam dengan air

panas (± 1 – 2 jam).

2. Menyaring dengan penyaring yang sudah disiapkan sehingga yang

diperoleh sebanyak 4 liter suspensi yang kental / hitam pekat dan 4 liter

untuk suspensi yang encer untuk setiap 1 kg substrat kering. 4 liter suspensi
pekat dipersiapkan untuk POC dan 4 liter suspensi encer dipersiapkan untuk

pakan imbuhan.

3. Melakukan pengomposan terhadap suspensi sampai menjadi larutan (sudah

menjadi POC).

4. Untuk mempercepat waktu pengomposan, dilakukan proses aerasi sesering

mungkin.

5. Padatan hasil ekstraksi disiapkan untuk pupuk organik padat (POP).

4.3 Hasil dan Pembahasan

4.3.1 Hasil Pengamatan

Waktu filtrasi 2 jam

Kegunaan tambahan air untuk proses ekstraksi dan filtrasi

Total air yang digunakan untuk 3 liter + 10 % = 3.3 liter

proses pembuatan POC

Hasil ektraksi Berupa POC dan substrat untuk

vermikompos dan POP

1 kg substrat kering menghasilkan 4 liter suspensi pekat dan 4 liter

suspensi encer

4.3.2 Pembahasan

POC merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah ternak. Pupuk

organik cair ini merupakan salah satu hasil pupuk yang berbentuk cair yang

berisikan unsur hara organik. Proses pembuatan pupuk organik cair ini bermacam-

macam, mulai dari proses sederhana sampai pada proses ilmiah. Hal yang perlu

dipersyaratkan dalam POC adalah kandungan unsur N, P, K dan unsur-unsur hara

lainnya yang berperan dalam penyediaan unsur hara tanaman. Selain unsur hara,

pupuk organik cair ini berisikan pula mikroba yang mempunyai sifat fiksasi oksigen
dan pelarut phospat. POC ini berupa cairan suspensi dan media carier

berkonsentrasi tinggi dengan warna coklat abbu kehitam-hitaman dengan pH antara

6 – 7,3.

POC ini dibuat dengan menggunakan substrat kering yang telah dibuat di

praktikum sebelumnya. Substrat disiram dengan air panas agar lebih cepat dalam

proses ekstraksi. Selain itu substrat pun disusun 3 susunan agar proses berlangsung

lebih cepat dan merata. Substrat pun disaring menggunakan saringan agar nantinya

tidak ada jerami yang ikut terbawa ke dalam suspensi pupuk organik cair yang telah

jadi. Substrat ini akan menghasilkan suspensi yang pekat yang nantinya akan

dijadikan POC dan suspensi encer yang akam digunakan sebagai pakan imbuhan.

Dalam 1 kg substrat kering dihasilkan 4 liter suspensi pekat dan 4 liter suspensi

encer.

Keunggulan dari POC yaitu dapat meningkatkan ketahanan tanaman dari

hama dan penyakit, kandungan unsur hara seimbang, mudah diserap tanaman, dapat

meningkatkan aktifitas mikroba dan enzim, dapat meningkatkan hasil panen 20 –

50 %, mengurangi penggunaan pupuk kimia 30 – 70 %, ramah lingkungan dan

aman bagi pengguna, juga meningkatkan kesuburan tanah (media tanam), baik

biologis, kimiawi maupun fisik.

4.4 Simpulan

Pengolahan limbah ternak dapat diolah menjadi pupuk organik cair

(POC). POC dapat dibuat dengan menggunakan substrat yang telah kering

kemudian difiltrasi dan ditambahkan dengan gula putih. Kandungan yang ada

dalam POC yaitu unsur N, P, K, unsur hara dan mikroba yang mempunyai sifat

fiksasi oksigen dan pelarut phospat. Keunggulan POC yaitu meningkatkan

ketahanan tanaman dari hama dan penyakit, kandungan unsur hara seimbang,
mudah diserap tanaman, meningkatkan aktifitas mikroba dan enzim, meningkatkan

hasil panen 20 – 50 %, mengurangi penggunaan pupuk kimia 30 – 70 %, ramah

lingkungan dan aman bagi pengguna, dan meningkatkan kesuburan tanah (media

tanam), baik biologis, kimiawi maupun fisik.

Daftar Pustaka
Atom. 2011. Pupuk Organik Cair. PT.Tunas Karisma. Jakarta.
Dilasyah. 2013. Pupuk Organik Cair (POC). Siramorganik. Jakarta.

V
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT (POP)

5.1 Pendahuluan

5.1.1 Latar Belakang

Limbah ternak dapat diolah menjadi pupuk organik padat (POP). Orang

awam yang tidak mengetahui pengolahan limbah ternak tidak akan bisa membuat

POP karena dibutuhkan pemahaman dan pelatihan yang benar hingga POP ini dapat

dibuat. Prinsip pembuatan POP dengan vermikompos ini pun dapat dilakukan untuk

mengolah limbah ternak. Akan tetapi banyak yang tidak mengetahui apa itu

vermikompos dan bagaimana cara melakukannya

Maka dari itu, dalam praktikum kali ini dilakukan pembuatan pupuk organik

cair (POP) menggunakan prinsip vermikompos dengan bantuan cacing tanah

dengan harapan dapat memanfaatkan cacing tanah yang populasinya melimpah dan

dapat mengolah limbah ternak sehingga akan bermanfaat nantinya.

5.1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari dilakukannya pembuatan pupuk organik

padat (POP) yaitu agar praktikan :

 Mengetahui prinsip pembuatan POP dengan cara vermicomposting.

 Mengetahui keunggulan dari pupuk organik padat (POP) vermicomposting.

5.1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum kelima mengenai “ Pembuatan Pupuk Organik Padat (POP) “ ini

dilaksanakan pada,

Hari / tanggal : Senin, 28 Oktober 2013

Waktu : Pukul 10.00 s.d 12.00 WIB

Tempat : Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah


Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

5.2 Alat, Bahan dan Prosedur Kerja

5.2.1 Alat

 Timbangan

 Bak plastik

 Karton

 Mangkok plastik

 Plastik

5.2.2 Bahan

 Substrat hasil ekstraksi POC

 Cacing tanah

5.2.3 Prosedur Kerja

1. Substrat padat hasil ekstraksi POC diangin-anginkan selama 1 minggu.

2. Substrat yang dikondisikan berfungsi sebagai media sekaligus pakan bagi

cacing tanah.

3. Menimbang substrat sebanyak 3.65 kg, kemudian dimasukkan pada bak

plastik yang berukuran 30 x 40 x 14 cm.

4. Memasukkan cacing tanah sebanyak 250 gram ke dalam media.

5. Menutup dengan karton tebal yang telah dilubangi sampai menutup

permukaan wadah.

6. Media kompos dalam bak disisihkan sedikit tempat sebagai media cacing.

7. Memasukkan cacing dan medianya ke dalam bak yang sudah disisihkan

tempatnya.

8. Menempatkan bak yang sudah berisi cacing tanah di tempat yang sudah

dilindungi.
9. Setelah 1 minggu cacing tanah dipanen.

5.3 Hasil dan Pembahasan

5.3.1 Hasil Pengamatan

 Perhitungan

- Kadar air 10 %

- Jumlah bahan asfeed kompos yang digunakan = 4 kg

Jumlah bahan kering kompos = 4 kg x 10 % = 3.6


3.6
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐵𝐾 = 𝑥 100 % = 26.6 %
13.5 𝑘𝑔
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 100 % − 26.6 % = 73.4 %

5.3.2 Pembahasan

Dalam praktikum terakhir, kami membuat POP dengan prinsip

vermikompos. Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan

bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vemikompos merupakan

campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam

budidaya cacing tanah. Oleh karena itu vermikompos merupakan pupuk organik

yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan

kompos lain yang kita kenal selama ini.

Keunggulan vermikompos yaitu mengandung berbagai unsur hara yang

dibutuhkan tanaman, merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Dengan

adanya nutrisi tersebut mikroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan

menguraikan bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena itu selain dapat

meningkatkan kesuburan tanah, vermikompos juga dapat membantu proses

penghancuran limbah organik. Vermikompos berperan memperbaiki kemampuan

menahan air, membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur


tanah dan menetralkan pH tanah. Vermikompos mempunyai kemampuan menahan

air sebesar 40-60%. Hal ini karena struktur vermikompos yang memiliki ruang-

ruang yang mampu menyerap dan menyimpan air, sehingga mampu

mempertahankan kelembaban. Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam

bentuk terlarut. Cacing tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi

bentuk terlarut. yaitu dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat

pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam vermikompos, sehingga dapat

diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian tanaman. Vermikompos

banyak mengandung humus yang berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Hasil vermikompos telah terlihat setelah hari ke-7 disimpan di dalam media.

Cacing yang tadinya kecil-kecil dengan cepat berubah menjadi besar. Metode

vermikompos ini sedang banyak digunakan untuk pembuatan POP karena tidak

membutuhkan biaya banyak dan aktivitas cacing tanah ini dapat lebih cepat

membuat substrat hasil dari POC ini berubah menjadi pupuk organik padat (POP).

5.4 Simpulan

Prinsip pembuatan POP dengan cara vermicomposting yaitu dengan cara

perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Keunggulan

vermicomposting ini yaitu mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan

tanaman, merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah, dapat membantu proses

penghancuran limbah organik, berperan memperbaiki kemampuan menahan air,

membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan

menetralkan pH tanah, mampu menahan air sebesar 40-60 %, mampu

mempertahankan kelembaban dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Daftar Pustaka
Mashur. 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah) Pupuk Organik Berkualitas
dan Ramah Lingkungan. IPPTP. Mataram.

Anda mungkin juga menyukai