Adalah tipe semen dengan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan untuk
keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus
diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat
beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini
digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana
kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing
merupakan faktor kritis.
Dalam suatu proses pembuatan beton, yang perlu diperhatikan ada kekuatan,
keekonomisan, dan durabilitas bahan dari beton tersebut. Durabilitas adalah daya
tahan suatu bahan terhadap beban yang akan diterimanya. Pembuatan beton
melalui proses perhitungan kadar air,jumlah semen dan jumlah agregat yang
diperlukan. Setelah proses perhitungan, akan dilakukan proses pembuatan beton
dengan bahan-bahan yang telah dihitung. Setelah beton terbentuk, dilakukanlah
proses perawatan selama 28 hari. Pada hari ke 28, kualitas beton hanya memenuhi
70% dari kondisi normalnya. Pada proses perawatan beton diusahakan agar
temperatur ruang perawatan jangan terlalu dingin, juga beton diusahakan jangan
terlalu
kering karena akan menyebabkan getas.
Agregat merupakan pengisi beton yang digunakan untuk membuat volume stabil.
Selain itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat sangat berpengaruh tehadap sifat-
sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan, kekuatan, durabilitas, berat, dll.
Kegunaan agregat pada beton adalah:
Admixture atau zat tambahan lainnya adalah bahan yang tidak harus dipakai
dalam pembuatan beton,karena dipakai hanya jika ingin mendapatkan suatu jenis
beton yang membutuhkan bahan,selain semen dan agregat. Contoh-contoh zat
admixture :
• super-plasticizer : digunakan untuk mengurangi jumlah campuran air
• pembentuk gelembung udara : meninggikan sifat kedap air
• retarder : memperlambat pengerasan, memperpanjang waktu
pengerjaan
• bahan warna : memberi bahan warna
Perbandingan air dengan semen (rasio W/C). faktor air semen berdasarkan
perbandingan berat.tabel di bawah ini menjelaskan nilai rasio W/C
maksimum yang diizinkan untuk berbagai jenis struktur dan sifat
lingkungan
Masukan vibrator kedalam cor beton dengan cepat, akan tetapi angkat
vibrator setelah pemadatan dengan lambat
Ketika anda memasukan vibrator kedalam cor beton maka akan tampak
radius vibrasi. Radius vibrasi ini harus menyentuh seluruh arel permukaan
beton yang dicor sehingga masing-masing radius vibrasi saling overlap
menyelimuti seluruh permukaan beton yang dicor.
Kedalaman batang vibrator kira-kira harus menjangkau dasar cor beton,
akan tetapi jangan sampai menyentuh permukaan cetakan beton
(begisting)
Expansion Joint
Komponen ini merupakan sambungan yang bersifat flexible sehingga saluran
yang disambungkan memiliki toleransi untuk bergerak.
Span
Bentangan yang berada antara dua intermediate pendukung, material yang
digunakan untuk pembuatan span sangat beragam seperti beton, baja, kayu, dan
lainnya tergantung dari jenis beban yang diterima jembatan.
Abutment
Bagian bawah jembatan yang berada pada kedua ujung pilar-pilar jembatan,
fungsi dari abutment yaitu untuk menahan seluruh beban hidup (angin, hujan,
kendaraan, dll) dan beban mati ( beban gelagar, dll) pada jembatan.
b. Baja
Material baja yang biasa digunakan dalam pembuatan beton
prategang adalah sebagai berikut:
1. PC Wire (kawat tunggal), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton
prategang dengan sistem pratarik.
2. PC Strand (untaian kawat),, biasanya digunakan untuk baja prategang untuk
beton prategang dengan sistem pascatarik.
3. PC BAR (kawat batangan),, biasanya digunakan untuk baja prategang pada
beton prategang dengan sistem pratarik.
4. Tulangan biasa, yaitu tulangan yang bisa dipakai untuk beton konvensional
seperti besi polos dan besi ulir
Peraturan ACI menyebutkan bahwa rumus untuk menghitung
modulus elastisitas beton yang memiliki berat beton (wc) berkisar dari 1500-2500.
Dimana :
wc : berat beton (Kg/m3)
fc’ : mutu beton (Mpa)
Ec : modulus elastisitas (Mpa)
Dan untuk beton dengan berat normal beton yang berkisar 2320 Kg/m3
Pada konstruksi beton prategang biasanya dipergunakan beton mutu tinggi dengan
kuat tekan
fć = 30 ~ 40 MPa
Hal ini dipergunakan untuk menahan tegangan tekan pada tendon
(baja prategang) agar tidak terjadi retakan-retakan. Kuat tarik beton mempunyai
harga yang jauh lebih rendah dari kuat tekan nya. SNI 03- 2874- 2002
menetapkan untuk kuat tarik beton: σts = 0,50
sedangkan ACI σts = 0,60