PTK 1 PDF
PTK 1 PDF
Abstract
The purpose of this study is to improve learning outcomes using a contextual approach. By
using a contextual approach it is expected that the results of learning sciences in early
childhood will increase and be more meaningful. The population in this study were children
aged 5-6 years in PAUD Cempaka Pekayon with a total of 18 children. The study was
conducted in October-December 2015. The research method used is Classroom Action
Research. This method has four stages. 1) planning stage, 2). implementation stage, 3).
observation stage and 4) reflection stage. The implementation of this activity was carried out
in three cycles. The results of the study are indicated by an increase in science learning
outcomes. Percentage of cognitif cycle I of 58.5%, affective domain 47.1%, psychomotor
domain 56.1%. Percentage of cognitive cycle II cycle 66.7%, affective domain 59%,
psychomotor domain 65.7%. Percentage in the third cycle of cognitive domain 78.9%,
affective domain 84.1%, psychomotor domain 84.3%.
Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar sains dengan menggunakan
pendekatan kontekstual. Dengan menerapkan pendekatan ini diharapkan hasil belajar sains
pada anak akan meningkat dan lebih bermakna. Subjek penelitian ini adalah anak usia 5-6
tahun di PAUD Cempaka Pekayon dengan jumlah 18 anak. Penelitian dilaksanakan pada
Bulan Oktober- Desember 201. Metode penelitian adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
Adapun dalam metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu 1) tahap perencanaan, 2). tahap
pelaksanaan, 3). tahap pengamatan dan 4) tahap refleksi. Pelaksanaan dalam kegiatan ini
dilakukan dalam tiga siklus. Hasil penelitian ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil
belajar sains dengan prosentase perolehan pada siklus I ranah kognitif 58,5%, ranah afektif
47,1%, ranah psikomotorik 56,1%, siklus II ranah kognitif 66,7%, ranah afektif 59%, ranah
psikomotorik 65,7% dan pada siklus III ranah kognitif 78,9%, ranah afektif 84,1%, ranah
psikomotorik 84,3%.
Kata Kunci : Pendekatan Kontekstual, Hasil Belajar Sains, Anak Usia Dini 5-6 Tahun
sampai akhir hayatnya harus tetap terus bahwa tujuan hasil belajar memiliki tiga
belajar dalam rangka untuk memperoleh ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan
ilmu yang bermanfaat. Dalam kesepakatan psikomotorik. Hasil dari kategori tersebut
UNESCO belajar adalah sepanjang hayat dapat diukur baik sendiri-sendiri maupun
atau “life long education” Menurut secara bersamaan. Sementara (Hapidin and
(Slameto 2003, 2) “Belajar merupakan Gunarti 1997, 68) mengklasifikasikan tiga
suatu proses untuk memperoleh suatu ranah atau tiga domain hasil belajar tersebut
perubahan tingkah laku yang baru secara antara lain: 1) Ranah Kognitif berkaitan
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman dengan perhatian pengembangan
sendiri dalam berinteraksi dengan kapabilitas dan keterampilan intelektual, 2)
lingkungannya.” Peaget dalam (Dimyati Ranah Afektif berkaitan dengan
and Mudjiono 2006, 13) berpendapat bahwa pengembangan perasaan, sikap, nilai dan
pengetahuan dibentuk oleh individu dengan emosi dan 3) Ranah Psikomotorik berkaitan
cara melakukan interaksi secara terus dengan kegiatan-kegiatan atau
menerus dengan lingkungannya di mana keterampilan-keterampilan motorik atau
lingkungan tersebut selalu mengalami gerakan.
perubahan. Melalui interaksi itulah maka Nash dalam (Darmojo and Kaligis
fungsi intelek semakin berkembang. 1991, 3) mengatakan bahwa “ Sciences is a
Menurut Peaget dalam (Sujiono 2006, 34- way of looking at the word.” Sains disini
35) “Proses belajar disesuaikan dengan merupakan suatu cara atau metode untuk
tahapan berpikir atau tahapan memperoleh berbagai ragam pengetahuan
perkembangan intelektual yang dimiliki alam melalui aktivitas yang analitis,
oleh seseorang. Adapun tahapan berpikir lengkap dan sistematis serta obyektif
tersebut adalah: 1) Tahap sensorimotorik sehingga dapat menghubungkan antara
(usia 0-2 tahun), 2) Tahap Praoperasional fenomena alam yang satu dengan fenomena
(usia 2-7) tahun), 3) Tahap Operasional alam yang lainnya pada akhirnya akan
Konkrit (7-11 tahun), 4), Tahap memperoleh atau membentuk perspektif
Operasional Formal (11 tahun sampai baru yang lebih komplek tentang obyek
dewasa). Dari penjelasan tersebut berarti yang diamati. Adapun menurut Webster`s “
anak usia taman kanak-kanak adalah dalam New Lollegiete Dictionary dalam (Iskandar
tahap praoperasional dalam hal ini berkisar and Hidayat 1997, 2) menyatakan “ Natural
5-6 tahun. Untuk itu maka diharapkan Sains knowledge concerned with the
dalam proses pembelajaran harus sesuai physical word and its`s phenomena” yang
dengan tahapan perkembangan anak. artinya bahwa sains merupakan
Hasil belajar merupakan sebuah pengetahuan tentang alam dan gejala-
umpan balik setelah seseorang melakukan gejalanya. Menurut Einstain dalam
proses belajar. Oleh sebab itu dengan (Darmojo and Kaligis 1999, 5-13), “Sains
belajar sungguh-sungguh maka akan merupakan suatu bentuk upaya yang
memperoleh hasil belajar yang optimal. Hal membuat berbagai pengalaman menjadi
ini didukung oleh kajian teori yang sistem pola pikir yang logis yaitu dengan
dinyatakan oleh (Sujana 2005) bahwa hasil metode ilmiah. Artinya bahwa sains
belajar adalah kemampuan-kemampuan merupakan pengetahuan tentang alam dan
yang dimiliki oleh siswa setelah ia gejala-gejalanya. Sedangkan menurut dalam
menerima pengalaman belajarnya. (Darmojo and Kaligis 1991, 3) menyatakan
Sedangkan menurut (Usman 1989, 29) bahwa “Sains merupakan suatu sistem
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 2019 | 85
untuk mengetahui alam sekitar dan sains (independence in thinking) dan i) Sikap
juga merupakan suatu sekumpulan Kedisiplinan diri( Self discipline.
pengetahuan yang berfungsi untuk Kemampuan kognitif anak usia 5-6
menjelaskan apa yang telah diperoleh. Sains tahun (Anak kelompok B) berada dalam
merupakan ilmu yang mempelajarai tahapan praoperasional konkrit (Suyanto
tentang suatu fenomena yang spesifik serta 2005, 53-56). Tahapan praoperasional
sains adalah suatu proses kegiatan atau konkrit ini memiliki beberapa karakteristik
tindakan dalam rangka memecahkan dalam kemampuan kognitif hubungannya
masalah. dengan kemampuan berpikir atau bernalar
Sains permulaan untuk anak usia dini yang bisa diidentifikasi. Karakteristik
khususnya anak usia kelompok B (5-6 dalam dilihat dari keingintahuan yang
tahun) disajikan melalui kegiatan bermain tinggi, egosentris, berpikir statis, pikiran
yang menyenangkan, bermanfaat serta dan perbuatannya dipengaruhi dari luar,
terarah dalam rangka mereka memahami berpikir selalu kedepan, dan mulai dapat
dunia sekitarnya. Sains pada anak usia ini mengenal penambahan, pengurangan, dan
harus melibatkan anak secara aktif sesuai klasifikasi atas dasar bentuk lainnya.
dengan kajian teori belajar dan tahapan Early Chilhood Education Preschool
perkembangannya sehingga hasil belajar Through Primary Grades, University of
yang diperoleh menjadi lebih bermakna Maddachusett Lowell: Pearson (Brewer
dalam kehidupannya. (Rogers and Sawyers 2007, 386), ”Dalam proses pembelajaran
1995, 3) “Melalui kegiatan bermain yang sains pada anak usia dini terdapat beberapa
menyenangkan anak dapat belajar tentang kriteria yang sesuai bagaimana anak-anak
sebab akibat atau perubahan. Dari usia dini dalam belajar sains antara lain : a)
pernyataan ini terkandung makna bahwa Anak berpartisipasi secara aktif, b)
dengan melalui kegiatan bermain Memberikan kesempatan pada anak untuk
sesungguhnya anak melakukan proses melakukan berbagai tindakan sesuai
belajar dalam rangka untuk memperoleh dengan keinginannya dan bertanggunjawab.
berbagai informasi ilmu pengetahuan c) Bercermin dari pertanyaan guru serta
dengan cara yang menyenangkan, berbagai fokus permasalahan sehingga anak
menikmati sukarela tanpa adanya unsure melakukan berbagai aktifitas kegiatan ,
keterpaksaan. Pada hakikatnya tujuan hasil mengamati, mencari tahu tentang suatu
belajar sains permulaan dalam rangka fenomena, d) Melakukan kegiatan
mengembangkan sikap positif anak penyelidikan mengenai berbagai konsep
terhadap alam semesta. Menurut Wynne dasar sains, d) Memberikan berbagai
Harlen dalam (Darmojo and Kaligis 1999, variasi pengalaman dan kesempatan secara
5-13) bahwa tujuan hasil belajar sains spontan pada anak yang direncanakan, e)
permulaan memiliki sembilan aspek sikap Mengeksplorasi berbagai materi
ilmiah yang terdiri dari , a) Sikap ingin tahu pengetahuan tentang sains seperti mahkluk
(curiosity), b) Sikap ingin mendapatkan hidup dan bumi, f) Pengetahuan dan
sesuatu yang baru (originality), c) Keterampilan anak dinilai dengan berbagai
Kerjasama (co operation), d) Sikap tidak cara.
putus asa (perseverance), e) Sikap tidak Dalam setiap kegiatan proses
berprasangka, f) Sikap mawas diri (self pembelajaran tentulah menggunakan
critism), g) Sikap bertanggung jawab berbagai media dan sumber belajar dalam
(responsibility), h) Sikap berpikir bebas rangka mendukung tercapainya tujuan
86 | Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Sains pada Anak Usia Dini
pendidikan yang sudah ditentukan. Begitu mediator. Dalam rangka mengaktifkan anak
pula dalam pembelajaran sains juga tidak agar lebih optimal dalam proses kegiatan
terlepas dari media dan sumber belajar yang belajar maka kegiatannya tidak harus ada
akan digunakan sesuai dengan tujuan dalam ruang kelas akan tetapi bisa
(Arsyad 1997, 20). Dalam pembelajaran dilakukan diluar kelas.
sains ini media yang digunakan untuk Dalam prosesnya guru hendaklah
sarana belajar para siswa dapat meminimalisir kegiatan ceramah. Di sini
menggunakan bahan-bahan yang tersedia di guru harus banyak memmberikan peluang
dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari di atau kesempatan agar anak beraktivitas.
dekatnya. Menurut uraian di atas maka Menurut (Mulyasa 2003, 186) Guru yang
dapat dijelaskan bahwa apa saja yang ada di berhasil dalam membelajarkan siswa adalah
lingkungan kehidupan anak dapat dijadikan : 1) Guru yang selalu melakukan observasi
sebagai media pembelajaran. terhadap semua kegiatan dalam situasi dan
Pendekatan belajar kontekstual adalah kondisi apapun, 2) Selalu menyediakan dan
konsep belajar yang mendorong guru untuk meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan
untuk memberikan materi yang diajarkan anak-anak , 3) Selalu memberikan evaluasi
sesuai dengan situasi dunia nyata (Mulyadi yang konstruktif, 4 ) Mencatat semua aspek
2007, 133). Dengan menerapkan perkembangan yang ada pada anak selama
pendekatan ini diharapkan anak akan lebih proses pembelajaran berlangsung 6).
mudah dalam belajar. Menurut Membuat latihan-latihan,
(Departemen Pendidikan Nasional 2003, 3) Evaluasi atau penilaian dalam belajar
Pendekatan belajar kontekstual adalah suatu sains merupakan kemajuan atau
proses pendekatan pembelajaran yang peningkatan anak dalam memperoleh
meliputi relating, experiencing, appliying, prestasi hasil belajar. Menurut Menherns
cooperating dan transfering. Menurut dan Lehman (Nasution 1996, 7)
(Nurhadi 2004, 107) adapun ciri-ciri dari menyatakan bahwa evaluasi atau penilaian
pendekatan belajar kontekstual ini adalah merupakan suatu pertimbangan yang
sebagai berikut: 1) Memberikan profesional atau suatu proses yanng
pengalaman nyata bagi anak, 2) Kerjasama, memungkinkan seseorang membuat suatu
3) Saling menunjang, 4) Fun dan Enjoy pertimbangan mengenai nilai sesuatu.
dalam belajar, 5) Belajar dengan bergairah, Pengambilan keputusan berdasarkan pada
6 ) Sharing dengan sesama, 7) Guru harus kenyataan yang sesungguhnya atau obyektif
kreatif.
Pada proses pembelajaran sains METODOLOGI
permulaan dengan pendekatan belajar Metode yang digunakan dalam
kontekstual adalah dengan cara anak penelitian ini adalah Metode Penelitian
membagun pengetahuan melalui berbagai Tindakan Kelas (Classroom Action
kegiatan yang mengaktifkan anak mulai Reseacrh). Hal ini berdasrkan pada latar
dari pengamatan atau observasi, membuat belakang dan tujuan penelitian. Menurut
dugaan sementara atau hipotesis sederhana, Hopkins dalam (Widiaatmadja 2008, 11),
mengkomunikasikan sampai pada membuat ”Metode Penelitian Tindakan Kelas adalah
kesimpulan dan laporan sederhana. Dalam Penelitian yang mengkombinasikan
proses pembelajarannya guru hanya prosedur peneltian dengan tindakan
sebagai pengarah dan pembimbing subtantif yaitu suatu tindakan yang
kegiatan, baik sebagai fasilitator maupun dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 2019 | 87
merugikan) di mana dalam materi ini akan peneliti melakukan kajian ulang berupa
menerapkan pkonsep sains sederhana dalam renungan atau refleksi kegiatan. Hasil
kahidupan sehari-hari berhubungan dengan Tindakan Siklus I.
kehidupan binatang. Dalam bahasan inipun Data yang sudah diperoleh dari
diharapakan anak mampu menganalisis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
kejadian atau peristiwa sederhana dari hasil di PAUD Cempaka Pekayon Bekasi Bekasi
pengamatan atau observasi serta kegiatan Selatan dengan jumlah siswa 18 anak. Pada
yang sudah dillakukan. Pada siklus II ini tindakan siklus I ini diperoleh data mentah
menunjukkan adanya peningkatan hasil hasil belajar sains permulaan hasil belajar
belajar sains permulaan dibandingkan saat kognitif 58,5%, afektif 47,1, %,
pada perlakuan siklus I. Adapun pada saat psikomotorik 56,1%. hasil belajar Siklus II
siklus III penelitian tindakan membahas kognitif 66,7%, afektif 59%, psikomotorik
materi tentang “Membuat laporan 65,7%. Pada Siklus III Hasil belajar sains
sederhana hasil pengamatan tentang Hewan tersebut adalah kognitif 78,9%, afektif
Liar dan Hewan Peliharaan serta 84,1%, psikomotorik 84,3%. Keterangan
Perkembangbiakan Hewan“, di mana dari hasil yang di dapat dalam melakukan
mengharapkan anak mampu melakukan tindakan kelas dari pra siklus sampai siklus
aktivitas atau kegiatan serta berpikir sintesis 3 adalah terjadinya peningkatan yang
dan evaluasi serta kreatif” berkaitan dengan singnifikan dalam anak belajar sains dengan
makhluk hidup (binatang). Pada siklus III menerapkan pendekatan kontekstual ini.
diperoleh adanya peningkatan hasil belajar Perubahan yang terjadi baik kognitif, afektif
sains yang sangat signifikan. Namun pada maupun psikomotorik. Adapun anak-anak
penelitian ini hanya dibatasi pada III siklus dalam belajar sains dengan menerapkan
saja. Kemudian penelitian ini berakhir. pendekatan ini menjadi lebih aktif, kreatif,
Perencanaan Siklus I peneliti antusias, lebih percaya diri dalam
mengawali dengan membuat SKH atau memperoleh kebenaran, meningkatkan
Lesson Plan dengan membahas materi motivasi dalam keinginan yang tinggi
tentang “Klasifikasi dan Identifikasi dalam belajar alam lingkungan sehingga
Makhluk Hidup (Binatang)” . Pelaksanaan hasil belajar sains lebih efektif, efisien,
Tindakan Siklus I peneliti melakukan serta bermakna.
semua kegiatan yang telah direncanakan Hasil Belajar Sains Permulaan di
pada SKH atau Lesson yang sudah dibuat PAUD Cempaka Pekayon Bekasi Selatan
sebelumnya. Pada awal kegiatan tindakan dengan Pendekatan Belajar Kontekstual
siklus I mengambil topik atau bahasan Domain Kognitif.
tentang “ Klasifikasi dan Identifikasi
Makhluk Hidup(Binatang). Kegiatan ini
diawali dengan kegiatan Story Telling serta
kegiatan Tanya jawab. Observasi Tindakan
Siklus I peneliti bertindak sebagai observer
serta pemeran utama dalam kegiatan
walaupun ada guru pamong yang
membantu dalam pelaksanaan kegiatan.
Refleksi Tindakan Siklus I peneliti
Grafik 1. Hasil Belajar Sains Domain
melakukan tindakan siklus I serta sudah
Kognitif
melakukan kegiatan monitoring maka
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 2019 | 89