Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH PERILAKU ORGANISASI

“EFEKTIVITAS DALAM ORGANISASI”

Disusun oleh

Waode Alfiani

27.0627

S1 Manajemen Pemerintahan

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia tentunya pernah mengalami berorganisasi.Tanpa manusia
sadari, mereka telah memasuki ruang lingkup dalam berorganisasi. Ciri sederhana
yang dapat kita cermati adalah dengan adanya kerja sama antarmanusia dalam
mencapai kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini merupakan salah satu ciri terciptanya
organisasi.Organsasi-organisasi seperti yang dapat dijumpai sekarang ini bukanlah
sesuatu yang baru dalam kehidupan manusia.Sebenarnya organisasi sudah ada sejak
awal keberadaan manusia, tapi bentuknya masih sangat sederhana.Sejalan dengan
perkembangan zaman, semakin maju pula organisasi yang ada salah satunya
Efektivitas Organisasi.
Mempelajari Efektivitas Organisasi memang tidak begitu mudah, sebab objek
studinya tidak tampak. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain atau kerjasama. Dalam suatu kerjasama ddibutuhkan Efektivitas
organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Maka disinilah diperlukan Efektivitas
Organisasi yang akan dijelaskan dalam makalah ini.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam permasalahan ini yaitu:
1. Adanya kerjasama antar manusia yang mempengaruhi tercapainya
kebutuhan organisasi.
2. Dalam efektivitas oraganisasi tidak mudah melihat sebab objek
efektivitasnya karena tidak Nampak.
3. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain
atau kerjasama.
4. Dalam suatu kerjasama ddibutuhkan Efektivitas organisasi untuk
mencapai tujuan tersebut.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat yaitu bagaimana mengukur
efektivitas itu dalam suatu organisasi?
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Efektifitas Organisasi


Ahli ekonomi mengartikan efektifitas sebagai kemampuan organisasi
menghasilkan laba sebesar-besarnya, ahli politik mengartikan sebagai kemampuan
organisasi memperoleh posisi yang lebih kuat diantara organisasi-organisasi lain,
Sedangkan karyawan mengartikan sebagai kemampuan organisasi memberikan
tingkat kesejahteraan setinggi-tingginya kepada anggota dan lain-lain. Menurut
Etzioni, efektifitas sebagai kemampuan organisasi dalam mencari sumber dan
memanfaatkannya secara efisien dalam mencapai tujuan tertentu.

B. Pengukuran efektifitas organisasi


1. Kriteria efektifitas
Kriteria efektifitas dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
a. Dari segi lingkup pengukurannya dikenal adanya efektifitas mikro dan makro
Kriteria makro ialah pengukuran efektifitas dari sudut yang luas, contohnya
keutungan organisasi atau pencapaian tujuan akhir organisasi. Kriteria mikro
ialah pengukuran efektifitas dengan menitikberatkan pada salah satu aspek
yang sempit, contohnya penampilan anggota atau tingkat ketidak hadiran
karyawan.
b. Dari segi jumlah variable yang digunakan dalam pengukuran dikenal adanya
efektifitas modal variable tunggal dan jamak.
Pengukuran dengan criteria tunggal ialah cara melihat efektifitas organisasi
dengan hanya menggunakan satu variable saja. Banyak pilihan variable yang
digunakan dalam teknik ini, contohnya produktifitas diukur dengan data
tentang output(produk akhir yang dihasilkan), kepuasan kerja diukur dengan
daftar pertanyaan yang diisi oleh para karyawan, keuntungan organisasi dapat
dilihat dari data berupa angka-angka yang diperoleh dari bagian pembukuan.
Pengukuran dengan criteria jamak adalah cara melihat efektifitas organisasi
dengan menggunakan sebuah model yang mencakup beberapa variable,
dimana hubungan antara berbagai variable ikut diperhitungkan.
c. Dari segi waktu pengukurannya dikenal adanya efektifitas statis dan dinamis
Pengukuran statis adalah melihat efektifitas dorganisasi dengan mendasarkan
diri pada aktivitas yang telah dilakukan.
Dari karakteristik dinamika organisasi orang berusaha mengukur efektifitas
organisasi di waktu yang akan dating.
d. Dari segi tingkat generalisasinya dikenal adanya efektifitas terbatas dan
umum.
Teknik umum dimana efektifitas diukur dengan criteria yang dapat
diterapkan pada semua jenis organisasi.
Teknik kedua adalah pengukuran efektifitas yang menggunakan criteria lebih
khusus sesuai dengan karakteristik organisasi yang bersangkutan. Gibson dan
kawan-kawan mengemukakan 5 aspek yang dapat digunakan sebagai kritera,
yaitu:
2. Produksi
Produksi ialah kemampuan organisasi menghasilkan produk (output) yang
dibutuhkan oleh lingkungan. Dalam hal ini mencakup jumlah(kuantitas) dan mutu
(kualitas)
3. Efisiensi
Efisiensi menunjuk pada pengukuran yang berkenaan dengan penggunaan
sumber yang langka oleh organisasi. Efisiensi merupakan perbandingan anatara
output dan input. Efisiensi dapat dilihat dari besarnya biaya dan waktu yang
diperlukan untuk proses produksi per unit produk, besarnya biaya dan waktu yang
diperlukan seiap siswa sampai dengan lulus, dsb.
4. Kepuasan
Kepuasan menunjuk pada keberhasilan organisasi memenuhi kebutuhan yang
dirasakan oleh para anggota dan juga kepuasan bagi para pemakai barang dan jasa
yang dihasilkan.Kepuasan dapat diukur dari besar kecilnya tingkat kemangkiran,
tingkat ketidakhadiran, tingkat keluar masuk organisasi, dan semangat kerja yang
ditunjukkan anggota.
5. Kemampuan adaptasi.
Kemampuan adaptasi adalah kesanggupan organisasi melakukan perubahan
sesuai dengan tuntutan keadaan.Semakin tinggi frekuensi tingkat ketidakpastian
situasi yang menuntut tindakan penyesuaian, semakin mudah melihat kemampuan
organisasi dalam melakukan adaptasi.
6. Pengembangan organisasi.
Pengembangan organisasi adalah criteria efektifitas yang menunjuk kepada
kemampuan organisasi untuk memandang jauh kedepan dan melakuakan investasi
dalam rangka mempertahankan hidup dan mengembangkan usaha organisasi.Criteria
pengembangan lebih menekankan pada upaya organisasi dalam jangka panjang.

C. Berbagai pendekatan dalam melihat efektifitas organisasi


Ada dua pendekatan yang digunakan dalam melihat efektifitas organisasi,
yaitu:
a. Pendekatan tujuan
Pendekatan tujuan adalah pendekatan yang paling lazim digunakan unutuk
menilai dan melihat efektifitas sebuah organisasi.Hampir senua definisi tentang
organisasi yang dapat dijumpai dalam kepustakaan mengemukakan bahwa
pembentukan organisasi adalah dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Meskipun
pendekatan tujuan merupakan teknik yang sederhana, mudah, dan masuk akal tetapi
kenyataannya sering dihadapkan pada berbagai problem, diantaranya:
 Tujuan sebuah organisasi tidak selamanya menghasilkan sesuatu yang tampak,
sehingga mudah diatur.
 Sebuah organisasi kadang-kadang memiliki tujuan yang berdimensi ganda.
 Menentukan tujuan khusus sebuah organisasi itu sendiri sering sulit dilakukan.
b. Pendekatan teori system
Teori system memandang organisasi dari dua sudut, yaitu intern dan
ekstern.Secara intern organisasi dipandang sebagai kesatuan yang terdiri dari
sejumlah bagian.Bagian-bagian tersebut satu dengan yang lainnya saling
mempengaruhi dan bergantung. Sebagai kelompok kerjasama, mekanisme kerja
organisasi mengikuti siklus: input-proses-output. Sedangakan secara ekstern
organisasi dipandanag sebagai bagian darai lingkungan, inputnya diambil dari
lingkungan, dan outputnya diserap oleh lingkungan. Pendekatan teori system,
memandang organisasi dengan dua penekanan, yaitu:
 Bahwa organisasi mutlak perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan
lingkungan.
 Bahwa secara intern organisasi harus memberikan perhatian cukup pada siklus:
input-proses-output.
Dengan jalan pikiran seperti itu, maka sebuah organisasi dapat dikatakan
efektif apabila memenuhi dua criteria berikut:
 Mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungan.
 Mampu mengelola siklus input-proses-output dengan efisien.

D. Efektifitas organisasi dengan ukuran variable tunggal


Efektifitas organisasi yang paling banyak digunakan ialah dengan model
variable tunggal.Efektifitas ini dianggap palig relevan dengan tujuan pengukuran.
Tetapi, efektifitas ini memilki tiga kelemahan, yaitu
 Sebuah variable tidak akan sanggupmenggambarkan keseluruhan
aspek yang menunjukkan tingkat efektifitas sebuah organisasi.
Contohnya, variable produktivitas hanya mampu menunjukkan
seberapa besar volume produk yang dihasilkan oleh sebuah organisasi
pada satu kesatuan waktu tertentu.
 Beberapa variable yang dijadikan criteria untuk melihat efektifitas
sebuah organanisasi sering menggambarkan pertimbangan nilai yang
bersifat normative dari pada kemampuan organisasi untuk mencapai
tujuan secara objektif.
 Penggunaan satu variable saja sebagai criteria untuk menentukan
efektifitas tidak memberikan informasi tentang porsi yang
sesungguhnya yang diberikan dalam menyumbang efektifitas
organisasi.
Berbagai criteria Yang digunakan dalam Pengukuran Efektifitas Organisasi
No Jenis Kriteria Keterangan
1. Prestasi Umum Sejauh mana organisasi melakukan seluruh tugas
pokok atau mencapai seluruh sasarannya.
2. Kualitas Kualitas produk yang dihasilkan organisasi
3. Produktifitas Volume produk yang dihasilkan organisasi. Produk
dapat diukur menurut tiga tingkatan: individual,
kelompok, organisasi
4. Kesiagaan Kemampuan menyelesaikan suatu tugas khusus yang
mungkin dihadapi organisasi
5. Efisiensi Rasio antara input dan output atau biaya dan
keuntungan
6. Laba atau Penghasilan Keuntungan atas modal yang ditanamkan dalam
organisasi dilihat dari pemiliknya atau jumlah
keuntungan yang masih tersisa setelah dikurangi
semua biaya operasi
7. Pertumbuhan Kemampuan organisasi mengembangkan diri.
Perbandingan antara keadaan organisasi masa lalu
dan sekarang
8. Pemanfaatan Keberhasilan organisasi berinteraksi dengan
Lingkungan lingkungan dan mendapatkan sumber daya yang
langka untuk kepentingan operasi organisasi,
terutama untuk tujuan jangka panjang
9. Stabilitas Kemampuan organisasi memelihara struktur, fungsi,
dan berbagai sumber daya, khususnya pada saat-saat
yang sulit.
10. Tingkat Keluar-masuk Frekuensi keluar masuknya pekerja atas permintaan
Pekerja sendiri.
11. Kemangkiran Frekuensi kasus kepergian pekerja meninggalkan
pekerjaan sebelum waktunya.
12. Kecelakaan Frekuensi terjadinya peristiwa yang merugikan
organisasi, baik menyangkut pekerja maupun factor
organisasi yang lain.
13. Semangat Kerja Gairah yang dimiliki anggota untuk berusaha lebih
keras dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
14. Motivasi Dorongan yang ada pada anggota untuk melibatkan
diri dalam kegiatan yang bertujuan mencapai sasaran
organisasi
15. Kepuasan Tingat kesenangan yang diperoleh anggota dari
keterlibatannya dalam organisasi.
16. Penerimaan Tujuan Kesediaan individu atau bagian organisasi menerima
Organisasi tujuan organisasi karena percaya bahwa tujuan
organisasi adalah benar dan layak dicapai.
17. Kekompakan Variabel yang berkutub dua: konflik dan
keterpaduan. Kutub keterpaduan diwarnai oleh
adanya hubungan yng harmonis antar anggota,
komunikasi lancer dan terbuka, koordinasi mudah
dan rapi. Sedangkan konflik diwarnai oleh
pertengkaran, komuniksi macet, dan koordinasi
buruk.
18. Keluwesan Kemampuan organisasi mengubah prosedur standard
operasi untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang berubah.
19. Penilaian Pihak Luar Reputasi yang diberikan public terhadap organisasi.
Publik ialah pihak-pihak yang berkepentingan
dengan organisasi, baik secara langsung maupun
tidak langsung.

E. Efektifitas Organisasi dengan ukuran variable jamak


Karena penggunaan variabel tunggal sebagai kriteria untuk melihat
efektivitas organisasi banyak menimbulkan bias, maka orang berusaha menggunakan
sejumlah variabel sekaligus untuk mengukur efektivitas sebuah organisasi.
Variabel-variabel itu (berkududukan sebagai variabel bebas) dilihat kaitannya
dengan efektivitas (sebagai variabel terikat) dalam sebuah model analisis.
Sebagai contoh, variabel-variabel: produktivitas, kepuasan kerja, dan
pertumbuhan, sekaligus digunakan untuk melihat keberhasilan sebuah organisasi.
Sudah barang tentu model analisis tersebut tidak harus melibatkan seluruh variabel
yang ada. Disamping tidak mungkin mengenali seluruh variabel yang berpengaruh
terhadap efektifitas organisasi, penggunaan terlalu banyak variable juga menyulitkan
analisis.
F. MODEL – MODEL EFEKTIVITAS
1. Model Tujuan (Goal Model)
Suatu organisasi menurut definisnya diciptakan dan dirancang secara sengaja
untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang ditentukan. Model tujuan merupakan
model yang paling banyak digunakan sebagai kriteria efektifitas. Model tujuan pada
dasarnya menyatakan bahwa efektivitas organisasi harus dinilai dalam bentuk
pencapaian hasil akhir dan bukan cara atau prosesnya.
Kegunaannya terbatas karena ketergantungannya pada tujuan yang dapat
diukur dan terikat pada batas waktu. Karena tidak semua organisasi memiliki tujuan
dengan karakteristik-karakteristik tersebut, manager hendakya memilih model ini
hanya bila hasih akhir yang menjadi sasaran jelas dan kapan harus terjadi.
2. Model Sumber Daya Sistem (System Resource Model)
Model Sumber Daya Sistem menekankan pandangan tentang organisasi
sebagai struktur sosial yang dapat diidentifikasi dan saling ketergantungan antara
organisasi dan lingkungannya. Saling ketergantungan mengambil bentuk transaksi
dimana sumber daya – sumber daya berharga dan langka dipertaruhkan dalam kondisi
persaingan.
Sukses organisasi dalam kompetisi ini selama suatu periode tertentu
dipandang sebagai efektivitas organisasi. Model Sumber daya sistem menekankan
akuisisi sumber daya yang dibutuhkan sebagai kriteria penilaian efektivitas.
3. Multiple Constituency models
Model-model multiple constituency mengembangkan kriteria penilaian
efektivitas organisasi atas dasar berbagai preferensi stakeholders yang berbeda
terhadap kinerja organisasi. Ada 4 model distributif, yaitu:
 Model Relativistik, memandang efektivitas bukan sebagai pernyataan tunggal
tentang kinerja organisasi, tetapi sebagai seperangkat (atau barangkali banyak)
pernyataan, masing-masing mencerminkan kriteria penilaian setiap pihak yang
terlibat dengan derajat yang berbeda-beda dalam organisasi.
 Perspektif Kekuasaan, mengajukan bahwa organisasi efektive adalah yang dapat
memuaskan permintaan para anggota koalisi dominan dan paling kuasa sebagai
upaya untuk menjamin dukungan mereka yang berkelanjutan agar kelangsungan
organisasi terjamin.
 Perspektif Keadilan, organisasi ini disebut efektive bila mampu meminumkan
“kekecewaan” anggota terhadap konsekuensi nyata yang mereka alami akibat
partisipasi mereka dalam organisasi.
 Evolutionary Perspective, memandang penilaian efektivitas organisasional
sebagai suatu proses seleksi dalam evolusi masyarakat. Kinerja efektif merupakan
cerminan adaptasi organisasi dalam menghadapi berbagai kendala lingkungan.
4) The Competing Values Model
Model ini didasarkan pada anggapan bahwa individu-individu menilai
efektivitas organisasional dengan membuat trade offs antar 3 dimensi nilai umum.
Ke-3 dimensi nilai tersebut adalah: fokus organisasional (tugas-orang), struktur
organisasional (kendali-flexibilitas), dan hubungan prasarana dan hasil akhir
organisasional (proses-pengeluaran).
5) Model Proses Internal
Perspektif proses Internal mendasarkan diri pada kepercayaan bahwa para
individu harus memiliki kesempatan untuk mengaktualisasi diri, mempertahankan
integritas dan keunikan mereka dalam tatanan organisasional. Oleh karena itu, model
didasarkan pada suatu rangkaian prinsip-prinsip normatif yang mengarahkan
organisasi seharusnya bergungsi untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan
manusia agar dapat mencapai potensi maksimal.
6) Model Legitimasi
Model legitimasi menyatakan bahwa kelangsungan hidup organisasi
merupakan tujuan utama. Perspektif ini beranggapan bahwa melakukan kerja yang
benar (doing the right things) jauh lebih penting dibanding melakukan kerja secara
benar (doing thing right), model legitimasi cocok untuk analisis efektivitas ditingkat
makro, yaitu dalam penentuan organisasi mana yang “selamat” menurun atau mati.
7) Model Ketidak-efektiva
Model ketidak-efektifan memusatkan pada faktor-faktor yang menghambat
sukses kerja organisasi, bukan faktor-faktor yang menyumbangka pada keberhasilan.
Menurut pendekatan ini, efektifitas dipandang sebagai suatu kontinum berkisar dari
tidak efektif sampai tingkat efektifitas tinggi.
Model ketidak-efektifan paling cocok bila kriteria efektifitas tidak dapat
diidentifikasi atau tidak dapat disetujui bersama, dan bila ada kebutuhan untuk
mengembangkan secara sistematik strategi-strategi pengembangan organisasi.
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas baik yang
bersifat intern ataupun ekstern. Faktor-faktor itu meliputi antara lain:
1. Karakteristik Organisasi
Yang dimaksud dengan karakteristik organisasi terutama berkenaan dengan
struktur dan teknologi yang digunakan didalamnya. Efektivitas ini dipengaruhi oleh
tingkat kompleksitas dan formalitas struktur serta sistem kewenangan dalam
pengambilan keputusan (sentralisasi versus desentralisasi).
Namun demikian, secara umum dapat dikemukakan bahwa kondisi yang
memberikan peluang lebih besar daripada tercapainya tingkat efektivitas yang tinggi
ialah apabila sebuah organisasi menggunakan struktur yang memiliki tingkat
kompleksitas rendah, formalitas rendah, dan sistem desentralisasi.
2. Karakteristik Lingkungan
Keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh
kemampuannya berinteraksi dengan lingkungan. Dimensi-dimensi lingkungan yang
mempengaruhi efektifitas sebuah organisasi meliputi:
a. Tingkat keterpaduan keadaan lingkungan
b. Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan
c. Tingkat rasionalitas organisasi
Atas dasar ketepatan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan tersebut
diperoleh tingkat efektivitas tertentu bagi organisasi yang bersangkutan. Dengan kata
lain, efektivitas sebuah organisasi dipengaruhi oleh tingkat ketepatannya dalam
menanggapi lingkungan. Oleh karena itu organisasi (dalam hal ini pimpinan) dituntut
untuk melakukan pemantauan terhadap perubahan lingkungan secara terus menerus
dan berusaha menanggapinya secara tepat dengan melakukan berbagai penyesuaian,
baik menyangkut struktur, teknologi, proses, maupun tingkah laku anggota.
3. Faktor Pekerja
Tingkah laku anggota dapat merupakan hubungan yang sangat berarti bagi
pencapaian efektivitas organisasi, tetapi dapat pula merupakan penghambat yang
sanggup mengurangai bahkan menggagalkan efektivitas. Masing-masing anggota
memiliki karakteristik tertentu yang tidak selalu sama dengan karakteristik anggota
lain.
Secara langsung ataupun tidak, setiap anggota tentu berupaya mencapai
tujuan pribadinya. Konsekuensinya, tingkah laku yang mereka tunjukkan dapat
berbeda-beda satu sama lain.
4. kebijakan manajemen
Kebijakan yang ditempuh seorang pimpinan dalam mengelola organisasi
berpengaruh langsung terhadap efektivitas organisasi. Secara garis besar segi-segi
yang berkaitan dengan kebijakan pimpinan mencangkup penentuan tujuan, pencarian
dan pemanfatan sumber daya, penciptaan lingkungan yang merangsang anggota
untuk berprestasi, proses komunikasi, pengambilan keputusan, dan kebijakan yang
menyangkut kemampuan organisasi dalam merespon lingkungan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dua konsep efektivitas yang saling bersaing berasal dari 2 teori organisasi.
Teori tujuan didasarkan pada pandangan bahwa organisasi bersifat rasional, satu
kesatuan yang memiliki misi tertentu, tujuan dan sasaran. Seberapa baik mereka
berfungsi (seberapa efektif) dinilai dari seberapa berhasil dalam mencapai tujuan.
Teori sistem menganggap organisasi sebagai kesatuan sosial sebagai bagian dari
lingkungan yang lebih luas dan apabila ingin terjaga kelangsungan hidupnya,
fungsinya harus memenuhi tuntunan lingkungan.
Perspektif multiple constituency atas efektivitas organisasi menjelaskan
bahwa keberadaan organisasi harus memenuhi tuntunan beragam individu dan
institusi (konstituensi). Masing-masing tentu memiliki harapan dimana organisasi
harus memenuhinya melalui kinerja.
DAFTAR PUSTAKA

Etzioni, Amitai. 1985. Organisasi-organisasi Modern. Jakarta: Universitas Indonesia.

A.B. Susanto, dkk. 2006. Strategi Organisasi. Yogyakarta: Amara Books.

Gibson, dkk. 2010. Organisasi. Tangerang: Binarupa Aksara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.


1989. Organisasi, Teori, Struktur dan Proses. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai