PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) merupakan
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh
elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronik
jalan dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014). Gagal ginjal kronik
(GGK) merupakan penyakit yang terjadi setelah berbagai macam penyakit yang
merusak masa nefron ginjal dan tidak mampu untuk menjalankan fungsi regulatorik
diseluruh dunia. Hal ini diakui sebagai suatu kondisi umum yang dikaitkan dengan
peningkatan penyakit jantung dan gagal ginjal kronik (Jevuska, 2012). Gagal ginjal
kronik di seluruh dunia pada tahun 2015 sebanyak 415 juta orang. Angka kejadian ini
akan terus meningkat, dan diperkirakan pada tahun 2025 menjadi 700 juta orang.
Indonesia merupakan negara menempati urutan ke-2 dengan penduduk gagal ginjal
kronik sejumlah 8,5 juta orang setelah Amerikat serikat, India, Cina , Brazil, Rusia dan
Mexico.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, menyebutkan
pertumbuhan jumlah penderita GGK pada tahun 2014 telah meningkat 50% dari tahun
sebelumnya. Angka kejadian GGK di dunia secara global lebih dari 500 juta orang dan
yang harus menjalani hidup dengan bergantung pada hemodialisis 1,5 juta orang.
1
Data berdasarkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2015
terdapat angka kejadian 70.000 penderita gagal ginjal di Indonesia pada angka ini akan
terus meningkat sekitar 10% setiap tahunnya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
yang menderita gagal ginjal sebesar 0,2% atau 2 per 1000 penduduk dan prevalensi
Batu Ginjal sebesar 0,6% atau 6 per penduduk. Prevalensi Penyakit Gagal Ginjal
gagal ginjal kronis berdasarkan diagnosa dokter di Banten sebesar 0,2 persen.
Serang (0,3%), Kabupaten lebak, Kota Tangerang dan Kota Serang masing-masing
0,2 persen. Sementara Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang masing-masing 0,1
persen.
Salah satu terapi yang diberikan pada pasien gagal ginjal stadium akhir atau (End
Stage Renal Disease (ERSD), dibagi menjadi dua yaitu menggunakan terapi
menjalani hemodialysis (HD). Pasien dengan ERSD harus membatasi cairan untuk
tekanan darah, sesak nafas serta gangguan jantung (Pray, 2005). Konsekuensi
pembatasan cairan yang harus dijalani pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialysis adalah timbulnya keluhan rasa haus dan mulut kering (xerostomia).
Sedangkan penanganan konservatif yaitu diet protein, diet kalium, diet natrium,
menerunkan rasa haus pada pasien gagal ginjal kronik karena caranya mudah dan tidak
terlalu mengeluarkan banyak biaya. Salah satu dari penanganan ini dalam mengurangi
2
rasa haus penyakit gagal ginjal yaitu dengan terapi komplementer yang bersifat terapi
hemodialisis, salah satu diantaranya adalah dengan Frozen grapes, menyikat gigi,
bilas mulut dengan obat kumur dingin, mengunyah permen karet atau permen mint
atau permen bebas gula, dan menghisap es batu (Menurut Solomon (2006).
Permen karet xylitol merupakan salah satu jenis terapi non farmakologi yang
dapat digunakan untuk menangani rasa haus pada penyakit gagal ginjal. Permen karet
xylitol mengandung senyawa gula polialkohol dengan lima atom karbon. Senyawa ini
secara luas digunakan pada industri makanan dan kimia. Xilitol memiliki sifat
antikariogenik, menguatkan gigi, dan remineralisasi gigi (Domínguez, Jose, Noelia, &
bawah turun. Penurunan ini akan menyebabkan refleks regang pada otot rahang bawah
rahang bawah yang menimbulkan pengatupan gigi dan menekan bolus melawan
dinding mulut, yang menghambat otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan rahang
bawah turun dan kembali rebound, hal ini berulang ulang terus dan merupakan suatu
persarafan. Koordinasi pergerakan mandibula dan gigi yang berfungsi optimal, akan
menghasilkan makanan yang berubah menjadi konsistensi relatif halus yang disebut
dengan bolus. Permen karet merupakan stimulus mekanis dan dapat merangsang
peningkatan sekresi saliva, sedangkan sensasi pengecapan rasa pedas dari permen
saliva yang diperlukan untuk proses penelanan dan lubrikasi. Peningkatan sekresi
saliva juga meningkatkan jumlah dan susunan kandungan saliva, seperti bikarbonat
mengunyah permen karet rendah gula dan rasa haus selama interdialisis pada pasien
yang menjalankan hemodialisa di RSPAD Gatot Subroto dengan sampel 121 paien
pengunyah permen karet rendah gula dapat mengurangi rasa haus. Menurut penelitian
Rizqi (2013), menunjukkan bahwa permen karet dapat meningkatkan jumlah sekresi
saliva untuk mengurangi rasa haus dan xerostomia dengan skor Xeroxtomia Inventory
permen karet selama 5 menit debanyak 6 kali/ hari selama 3 hari, pada pasien yang
melakukan terapi hemodialisa menunjukkan penurunan gejala rasa haus dari skor 29,9
menjadi 28,1. Mengunyah permen karet dapat merangsang sekresi saliva di mulut.
Kemudian saliva yang terakumulasi di mulut akan membasahi mulut, sehingga hal ini
Menurut data awal yang telah didapatkan di RSU Kabupaten Tangerang (2018)
didapatkan bahwa penyakit gagal ginjal kronik merupakan penyakit teratas yang
menjadi masalah utama di Ruang Cempaka pada bulan Agustus dalam jangka 3 bulan.
Ditemukan 32 kasus pasien Cronic Kidney Deases (CKD). Selama melihat dan
menanyakan langsung kepada pasien yang menderita penyakit gagal ginjal kronik 2-3
klien mengatakan harus membatasi cairan. Selain itu data pendukung yang diperoleh
bahwa pasien yang membatasi cairan akan mengalami rasa haus. Namun, belum
4
dilakukannya tindakan yang lebih spesipik yang dapat menangani rasa haus secara
keseluruhan yang mana dapat diterapkan oleh perawat maupun secara mandiri oleh
pasien gagal ginjal kronik (GGK) yang mengalami rasa haus. Berdasarkan
mengurangi rasa haus pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruang cempaka
salah satunya dalam pemberian permen karet rendah gula, sehingga penulis tertarik
untuk melakukan studi kasus Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik pada Tn A
dengan penerapan “Mengunyah Permen Karet Mint Rendah Gula untuk Mengurangi
Rasa Haus di Ruang Cempaka RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018. Berdasarkan
B. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
intervensi mengunyah permen karet mint rendah gula untuk mengurangi rasa haus
2) Tujuan Khusus
terjadi pada psien gagal ginjal kronik di Ruang Cempaka RSU Kabupaten
Tangerang.
5
d. Mengimplementasikan tindakan keperawatan telah disusun untuk mengatasi
masalah keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik di Ruang Cempaka RSU
Kabupaten Tangerang
e. Mengevaluasi hasil akhir dari implementasi yang telah dilakukan pada pasien
gula sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk menurunkan rasa haus
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Perawat
yang berbasis bukti untuk pasien dengan Gagal Ginjal perawat dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gagal Ginjal Kronik
Ginjal adalah sepasang organ seluruh organ kemih yang terletak di rongga
struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter menuju dan
Fungsi ginjal adalah untuk mengekresi zat-zat yang merugikan bagi tubuh,
tubuh, mengatur kosentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa
dan beratnya antara 120-150 gram. Sembilan puluh lima persen (95%) orang
dewasa memiliki jarak 44 meter antara kutub ginjal antara 11-15 cm.
Perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan
2009)
Gagal Ginjal Kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
dan sampah nitrogen lain dalam darah). GGK ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang irreversible pada suatu derajat atau tingkatan yang
kesehatan yang tumbuh dengan cepat serta tidak dapat dikembalikan atau
7
dipulihkan dan terjadi penurunan progresif jaringan fungsi ginjal. Ketika massa
ginjal yang tersisa tidak dapat lagi menjaga lingkungan internal tubuh, maka
menyebabkan uremia.
3. Etiologi
nefropati
Pielonefritis kronik adalah infeksi pada ginjal itu sendiri, dapat terjadi
ginjal yang berkaitan dengan skerosis pada arteriol ginjal dan arteri kecil.
8
(arteriola) di dalam ginjal mengalami kerusakan dan dengan segera
Stenosis arteri renalis (RAS) adalah penyempitan dari satu atau kedua
menyulitkan ginjal untuk bekerja. RAS dapat menjadi lebih buruk dari
kerusakan ginjal.
tubulus ginjal
amiloidosis
uretra).
4. Patofisiologi
9
Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi vital di dalam
tubuh, Fungsi tersebut adalah menyaring darah dari kelebihan cairan, garam,
dan produk sisa untuk menjaga komposisi tubuh agar tetap stabil. Mengingat
fungsi ginjal yang sangat penting, maka apabila terjadi gangguan pada ginjal
Cairan akan dipertahankan pada kondisi yang seimbang antara retensi dan
ekskresi pada saat kondisi ginjal normal. Asupan cairan ke dalam tubuh akan
urin akan bervariasi sesuai dengan seberapa banyak makanan dan cairan ke
protein ikut keluar bersama dengan urin. Bersamaan dengan hal tersebut,
10
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi
ginjal akan mengakibatkan sirkulasi dan vasomotor. Berikut adalah tanda dan
b. Kardiovaskular
d. Gastrointestinal
e. Neorologis
lengan dan kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot dan reflex kedutan,
f. Endokrin
12
h. Perubahan hematologis : kecenderungan perdarahan.
13
6. Klasifikasi
Penyakit ini didefinisikan dari ada atau tidaknya kerusakan ginjal dan
klinis dan peningkatan kualitas pada evaluasi, dan juga manajemen GGK
penyakit ginjal
2 Penurunan ringan fungsi ginjal, dan 60-89
ginjal yang dimiliki oleh pasien sekaligus sebagai dasar penentuan terapi oleh
dokter. Semakin parah CKD yang dialami, maka nilai Glumelurus Filtrasi Rate
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan kreatinin
plasma, untuk hasil yang akurat mengetahui fungsi ginjal adalah dengan
ginjal (Renal Function Test), pemeriksaan kadar elektrolit juga harus dijadikan
kerja ginjal.
b. Urinalisis
Urinalisis dilakukan untuk menapis ada atau tidaknya infeksi pada ginjal atau
ada tidaknya perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan parenkin ginjal.
c. Ultrasonografi Ginjal
mendukung untuk menegakkan diagnosa gagal ginjal. Pada klien gagal ginjal
biasanya menunjukkan adanya obstruksi atau jaringan parut pada ginjal, selain
8. Komplikasi
a. Komplikasi Hematologis
eritropoietin yang tidak adekuat oleh ginjal dan diobati dengan pemberian
eritropoietin subkutan atau intravena. Hal ini hanya bekerja bila kadar besi,
folat, dan vitamin B12 adekuat dan pasien dalam keadaan baik. Sangat
15
diberikan sehingga terjadi anemia aplastik.
dan air. Keadaan ini biasanya tidak cukup parah untuk bisa menimbulkan
edema, namun mungkin terdapat ritme jantung tripel. Hipertensi seperti itu
c. Dehidrasi
d. Kulit
Keluhan ini sering timbul pada hiperparatiroidime sekunder atau tersier serta
dapat disebabkab oleh deposit kalsium fosfat apda jaringan. Gatal dapat
dikurangi dengan mengontrol kadar fosfat dan dengan krim yang mencegah
kulit kering. Bekuan uremik merupakan presipitat kristal ureum pada kulit
dan timbul hanya pada uremia berat. Pigmentasi kulit dapat timbul dan
e. Gastrointestinal
16
Walaupun kadar gastrin meningkat, ulkus peptikum tidak lebih sering terjadi
gejala mual, muntah, anoreksia, dan dada terbakar sering terjadi. Insidensi
f. Endokrin
impotensi, dan penurunan jumlah serta motilitas sperma. Pada wanita, sering
17
18
9. Penatalaksaan
faktor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.
transplantasi ginjal.
a. Pengkajian
saja dengan gagal ginjal akut, namun disini pengkajian lebih pada
tubuh. Dengan tidak optimalnya atau gagal fungsi ginjal, maka tubuh
19
akan melakukan upaya kompensasi selagi dalam batas ambang
tersebut.
ginjal kronis:
1) Demografi
2) Keluhan Utama
20
gangguan system ventilasi, vatigue, perubahan fisiologis kulit, nafas
Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan
6) Riwayat psikososial
21
8) Sistem pernafasan
Adanya bau urea pada bau nafas. Jika terjadi asidosis respiratorik
nafas akan semakin cepat dan dalam sebagi bentuk kompensasi tubuh
9) Sistem hematologi
darah tinggi, akral dingin, CRT <3 detik, palpitasi jantung, chest pain,
Selain itu, pada fisiologis darah sendiri ada gangguan anemia karena
penurunan eritropoetin.
serebral terganggu.
22
13) Sistem perkemihan
23
b. Masalah NOC-NIC Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien gagal ginjal kronik
24
kecemasan atau 5. Kaji lokasi udem
pemberian diuretic
sesuai intruksi
dokter
Fluid monitoring :
1. Monitor BB
elektrolit urin
protein
4. Monitor tingkat
osmolaritas urin
25
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
2. Mampu makanan
meningkatkan protein
dan vitamin C
6. Berikan makanan
yang sudah
26
dikonsultasikan
7. Ajarkan pasien
bagaimana cara
membuat makanan
harian
Nutritional monitoring
1. BB pasien
tanda malnutrisi
3. Menunjukkan
peningkatkan fungsi
pengecapan dan
menelan
4. Tidak ada
penurunan BB
27
Masalah NOC NIC
Ketidakefektifan perfusi Circulation status Manajemen sensasi perifer
Hb
dengan tepat
Kolaborasi
1. Terapi okseigen
2. Terapi antibiotic
4) Nausea
28
Nausea Nausea and Vomitting Nausea Management
sendri
4. Indentifikasi pengobatan
dilakukam
diberikan untuk
memungkinkan
menghilangkan mual
29
7. Dorong pasien makan
mual
30
BAB I Hemodialisis
Hemodialisis digunakan bagi klien dengan gagal ginjal akut atau gagal
ginjal yang sudah tidak dapat diperbaiki serta ketidakseimbangan caran dan
mensirkulasi darah klien melalui mesin yang berada di luar tubuh dan
menghubungkan ke mesin.
31
BAB V Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia,
klorida, kalsium, magnesium, dan glukosa dan suatu bufer seperti bikrbonat,
asetat atau laktat. Darah dan dialisat mencapai keseimbangan di kedua posisi
vasodilatasi.
32
BAB VII Xylitol
1. Pengertian
Senyawa ini secara luas digunakan pada industri makanan dan kimia. Xilitol
(Domínguez, Jose, Noelia, & Sandra, 2012). Xylitol terdapat pada berbagai
macam buah dan sayuran seperti raspberry, strawberry, jamur, kembang kol,
jagung, anggur, dan pisang dalam jumlah yang sangat kecil (Chen & Efal
2010)
adalah suatu sikap seseorang terhadap tindakan yang harus dilakukan yang
diberikan oleh suatu praktisi kesehatan berupa informasi atau nasehat yang
2. Manfaat
rahang bawah turun. Penurunan ini akan menyebabkan refleks regang pada
33
otomatis mengangkat rahang bawah yang menimbulkan pengatupan gigi dan
menekan bolus melawan dinding mulut, yang menghambat otot rahang bawah
sekali lagi, menyebabkan rahang bawah turun dan kembali rebound, hal ini
34
B. Haus dan Manajemen Rasa Haus
1. Definisi Haus
Haus adalah perasaan seseorang yang secara sadar menginginkan air dan
bahwa Haus adalah brespon fisiologi dari dalam tubuh manusia yang
35
banyak osmoreseptor akan bekerja mendeteksi kehilangan cairan dan
mengaktifkan pusat rasa haus dan muncul keinginan untuk minum (Potter
ginjal, gagal jantung kongestif, dan penyakit kronik lain ( Kozier, Erb,
Berman dan Snyder, 2011), manajemen cairan yang tepat perlu dilakukan
pada pasien pembatasan cairan, pada kondisi dengan penyakit gagal ginjal
36
beberapa pasien, terutama saat mengalami kehausan (Kozier, Erb, Berman
a. Mengulum es batu
Kusumo, 2015)
c. Frozen grapes
Menurut Dudek (2014) buah anggur merupakan salah satu buah yang
grapes). Sensasi dingin dari es batu dan segar dari buah anggur akan
cairan terpenuhi dan rasa haus berkurang (Potter & Perry, 2010).
37
5. Instrumen pengukuran rasa haus
Instrumen ini telah dibanyakan oleh peneliti terdahulu Igbokwe dan Obika
(2008), melakukan uji reabilitas untuk mengukur rasa haus dengan nilai
Gambar 2.2
Visual Analogy scale (VAS)
0 10
38
Instrument untuk pengukuran skor dan kategori haus menurut VAS
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
39
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Indentitas Klien
beragama Islam, klien dengan pendidikan akhir SMA, saat ini klien
adalah istrinya yaitu Ny. R (39 th) sebagai ibu rumah tangga.
201. Sumber informasi yang didapatkan selama ini berasar dari hasil
karena merasa sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, klien mengatakan terjadi
40
dilakukan pemeriksaan di UGD kemudian klien dipindahkan ke ruang
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Kesehatan
tahun lamanya, pasien jarang meminum air putih. Saat masa anak-anak
kanker atau tumor apapun, tetapi ayah klien tidak memiliki riwayat
hipertensi.
41
5. Pola Kesehatan
dirasakan merupakan cobaan darri yang maha kuasa. Arti sehat dan sakit
bagi klien yaitu sehat yang berarti dapat melakukan apa saja dan sakit
berarti tidak dapat melakukan apa-apa. Klien mengetahui bila saat ini
rumah jarang minum air putih. Selama sakit klien mengatakan makan 3x/
mual dan muntah. Saat ini BB/TB Klien 70 kg / 165 cm dengan IMT 2,7.
dengan jumlah urin sebanyak ±100 cc/8 jam. Balance cairan/ 8 jam pada
kuning dan berbau khas urin. Klien mengatakan sulit untuk BAK, klien
42
Pola aktivitas dan olahraga, klien mengatakan sehari-hari bekerja
rumah sakit, klien mengatakan setiap pagi selalu berjemur didepan teras,
sampai 8 jam tanpa menggunakan obat tidur, klien tidur dari jam 10 dan
bangun jam setengah 5. Selama sakit klien mengatakan sulit untuk tidur
penglihatan klien sedikit jelas dan pendengaran klien masih normal. Klien
mengatakan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, klien menggunakan alat
Pola persepsi konsep diri, sebelum sakit klien adalah seorang tulang
dan masyarakat sekitar dan ditandai dengan adanya komunikasi baik, klien
43
Pola mekanisme koping dan toleransi stress, pencetus stress klien
6. Pemeriksaan fisik
Inpeksi: bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, tidak ada memar,
Palpasi: tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, kulit kepala klien bersih,
b. Mata
(Mata juling), tidak ada nistagmus bola mata kanan dan kiri simetris,
44
mendekatkan dengan jarak (25-30 cm), klien mampu mengikuti
gerakan jari perawat pada 8 arah (bergerak dengan baik anatara kanan
dan kiri), tidak ada xantelasma, tidak ada lesi, konjungtiva klien
anemis, sklera klien an ikterik, tidak ada kekeruhan pada kornea, tidak
ada lesi. Pupil klien miosis kanan dan kiri, tidak ada ketegangan bola
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada area sekitar kelopak mata, tidak
c. Teliga
Inpeksi : daun teliga klien simetris kanan dan kiri, tidak terdapat luka
simetris, tidak ada luka pada daerah telinga, telihat tidak ada serumen,
tidak ada keluaran cairan serumen di telinga klien, hasil test webber
teliga pasien), test rinne positif (hantaran udara lebih lama dari
test bisik normal dapat mendengar, leher bentuk simetris, tidak ada
45
tidak terdapat nyer tekan pada telinga, tidak terdapat pembengkakan
tulang mastoid.
Inpeksi: hidung klien kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan, tidak ada kemerahan, tidak ada cairan yang keluar, dan tidak
Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan atau masa.
Inpeksi: mulut klien simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, warna
bibir pucat, mukosa bibir klien lembab, uvula klien berada ditengah,
menggunakan gigi palsu, tida ada caries, lidah klien bersih, tidak ada
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada area mulut, tidak ada pembesaran
f. Paru-paru
Inpeksi: bentuk dada klien simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pergerakan nafas yang tertinggal, tidak ada lesi, terdapat alat bantu
46
pernafasan yaitu (nasal kanul, frekuensi nafas 29 x/menit, irama nafasa
vesikular
g. Jantung
Inpeksi: bentuk dada klien simetris, tidak ada lesi, letas Ictus kordis
clavicula
h. Abdomen
Inpeksi: bentuk bulat simetris, tidak ada spider naefi, tidak ada massa,
tidak ada pembesaran hati, tidak ada tanda murfhi, tida ada hemoroid.
Perkusi: terdapat nyeri pukul pada ginjal pada bagian sebelah kanan
47
Auskultasi: bising usus 8x/menit
i. Endokrin
Terdapat perasaan sering haus, sulit untuk BAK, perasaan ingin selalu
j. Kardiovaskuler
7. Pemeriksaan penunjang
hemoglobin 7,5 g/dl (nila normal 13,2-17,3 g/dl), leukosit 7,28 x10^3/ul
(nilai normal 0-5- mg/dl), creatinin 22.0 mg/dl (nilai normal 0,0-1,3
mg/dl).
48
8. Terapi
Terapi yang diperoleh pasien pada tanggal 12-16 ooktober 2018 di Ruang
Cempaka anatara lain infus NaCI 0,9% 500CC/ 12 jam, obat suntik Bicnat
3x500, CaCo3 3x1 mg, Kalitake 3x1 mg, Adalatoros 1x30 mg, Crloridin
B. Diagnosa Keperawatan
Dalam menentukan prioritas, penulis menerapkan berdasarkan keadaan kondisi
klien, keadaan ruangan dan sumber daya dari tim kesehatan. Pada penentuan
penulis berharap tujuan yang sudah disusun dan telah ditetapkan dapat tercapai.
Adapun prioritas diagnosis keperawatan pada Tn.I dengan Gagal Ginjal Kronik
(GGK) yaitu:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme fungsi
kanan kiri bawah dengan derajat 3, terdapat peningkatan hasil lab HB 7,5 g/dl,
49
Konjungtiva tampak anemis, akral teraba dingin dan pucat, edema, hasil
sejak 2 hari yang lalu, keluahan merasa ingin muntah saat memasukkan
makan.
dari lakukan kaji lokasi dan luasnya edema. Berikan diuretic dengan tepat dan
permen karet rendah gula untuk mengurangi rasa haus. Libatkan keluarga
50
dalam melakukan intervensi tersebut, kolaborasi dengan anggota keluarga
semifowler. Anjurkan klien istirahat yang cukup. Kurangi aktivitas yang dapat
51
hari diharapkan nausea menurun, dengan kritria hasil: tingkat nausea: Nafsu
mual. Monitor mual. Monitor asupan nutrisi dan kalori. Kendalikan faktor
makanan dalam jumlah kecil dan menarik. Berikanan makanan dingin, cairan
pemberian analgetik.
kesempatan untuk menenagkan diri. Berikan waktu istirahat dan tidur yang
D. Implementasi
Implemtasi yang sudah dilakukan Tn. I selama 3 hari tangga 13-16
52
1. Kelebihan volume cairan
nausea pada tanggal 15 Oktober 2018 yaitu mengkaji edema dan derajat
kepada klien untuk mengemut permen karet rendah gula jika sedang
yang berlebih, setelah diberikan permen karet xilytol lalu diukur kembali
53
tingkat haus pasien menggunakan VAS yaitu menjadi skala 2,
mengemut permen karet rendah gula skala haus pada klien yaitu menjadi
54
Implementasi yang dilakukan pada hari pertama untuk mengatasi
2018 yaitu, memonitor tekanan darah, meberikan tranfusi PRC 215 cc,
3. Nausea
merasa mual sejak 2 hari yang lalu. Mengkaji dampak terhadap kualitas
hidup, hasil yang didapatkan klien mengatakan malas makan, karena selalu
merasa mual bila makan. Memonitor asupan nutrisi dan kalori hasil yang
jumlah yang kecil dan menarik, keluarga klien mengatakan pasien hanya
55
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi nausea pada Tn.I pada
tanggal 14 Oktober 2018 yaitu memonitor mual, hasil yang didapat klien
hasil yang didapatkan istri klien mengatakan klien sudah mau makan dan
E. EVALUASI
berikut:
56
karet rendah gula secara rutin. Hasil balance cairan intake 600cc/hari –
lakukan terapi mengemut permen karet rendah gula secara rutin. Hasil
57
. Analisa masalah kelebihan volume cairan teratasi. Planning lanjutkan
rutin.
pada hari pertama tanggal 15 Oktober 2018 dengan metode SOAP. Respon
Objektif klien pusing, Hasil labotarium HB 7,5 g/dl, Akral klien teraba
pada hari kedua tanggal 16 Oktober 2018 dengan metode SOAP. Respon
pucat, klien tampak lemas, Akral dingin, CRT < 2 detik. Analiasa masalah
pada hari ketiga tanggal 17 Oktober 2018 dengan metode SOAP. Respon
sudah lebih nyaman, klien tampak tidak pucat, klien sudah tidak pusing,
58
Akral teraba hangat, CRT <3 detik. Aanalisa masalah Ketidakefektipan
3. Nausea
Hasil evaluasi pada masalah nausea pada hari pertama tanggal 15 Oktober
terasa. Klien mengatakan tidak mau makan. Respon Objektif klien terlihat
masih mual, dan tidak mau makan. Analisa masalah nausea belum teratasi.
mual sudah tidak ada, klien mengatakan nafsu makan meningkat. Respon
59
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB ini akan membahasa mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan anaatara
konsep dasar teori dan kasus nyata. Penulis akan membahasa “Asuhan Keperawatan
pada Tn. I dengan Cronic Kidney Disease (CKD) dan penerapan praktik keperawatan
karet mint rendah gula untuk mengurangi rasa haus di Ruang Cempaka RSU
Kabupaten Tangerang.
1. Pengkajian Keperawatan
volume klien pada pasien gagal ginjal kronik karena mengalami rasa haus.
Keluhan klien saat ini yaitu klien mengeluh sesak nafas, frekuensi nafas 29
x/menit.
60
Kelebihan volume cairan suatu keadaan dimana fungsi ginjal mengalami
Sari, 2011).
datang kerumah sakit dengan keluhan utama sesak nafas yang dirasakan terus
menerus. Pola nafas akan semakin cepat dan dalam sebagai bentuk
tachypnea (Surrena, Gaghardi, Scott, dkk, 2010). Udem atau bengkak yang
terjadi pada pasien gagal ginjal terjadi karena jumlah nefron yang sudah tidak
2. Diagnosis Keperawatan
61
a. Kelebihan volume cairan
penurunan hemaktokrit.
x10^3/ul, ureum 219 mg/dl, creatinin 22,0 mg/dl. Serta didukung oleh
62
gastrointestinal, imunologik. Klien dengan kelebihan caitan berkaitan
klien tampak anemis, akral teraba dingin dan pucat, udem pada ekstrimitas
psikologis pada pasien ini didukung oleh data-data susai dengan batasan
63
nafsu makan, pasien tidak selalu menghabiskan makanan yang sudah
disediakan. Data Objektif yang didapatkan yaitu klien terlihat tidak mau
dissesuaikan dengan teori yang ada dan lebih banyak melihat kondisi klien,
keadaan tempat atau ruangan sehingga penulis berharap tujuan yang sudah
yang dialami pasien gagal ginjal kronik dengan mengkaji lokasi dan
64
luasnya edema, berkolaborasi pemberian diuretik dengan tepat, memonitor
tekanan dara, suhu, nadi, pernafasan, mengevaluasi hasil lab, serta monitor
mengurangi rasa haus, mengkaji skala haus pada pasien, monitor keluhan
semifowler.
dilakukan pada klien, yaitu mengkaji rasa haus. Pada pertemuan pertama
rendah gula untuk mengurangi rasa haus dan mencegah kelebihan cairan,
serta mengukur skala haus pasien setelah diberikan permen karet rendah
gula, dalam satu hari kepada pasien dan dianjurkan kepada pasien kunyah
1 permen selama 5 menit dan dikunyah pada saat merasa haus ringan.
yang harus dijalani pasien GGK adalah timbulnya keluhan rasa haus dan
65
diantaranya dengan frozen grapes, menyikat gigi, bilas mulut dengan obat
kumur dingin (tidak ditelan), mengunyah permen karet atau permen mint
yang dapat diberikan untuk merangsang kelenjar ludah dan terapi paliatif
c. Nausea
66
Intervensi yang dilakukan yaitu manajemen mual. Implementasi
4. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan oleh penulis untuk mengukur tindakan yang telah
penilaian yang telah ditetapkan dan waktu yang telah ditentukan pada tujuan
Hasil evaluasi dari asuhan keperawatan pada Tn.I dengan gagal ginjal
Hasil evaluasi pada masalah kelebihan volume cairan pada hari ke-tiga
frekuensi nafas 24x/menit, edema pada ekstermitas bawah kanan dan kiri
rendah gula sebanyak 6 butir dalam sehari selama 5 menit dan dilakukan
secara rutin.
67
Menurut penelitian yang dilakukan Asmira dkk (2018) tentang perbedaan
efektifitas mengunyah permen karet mint rendah gula dan mengulum grape
ice terhadap rasa haus pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
didapatkan hasil bahwa mengunyah permen karet mint rendah gula dan
mengulum grape ice berpengaruh terhadap rasa haus pada pasiien gagal ginjal
kronik, diketahui hasil uji statistic menggunakan uji wilxoson didapatkan hasil
p balue = 0,029 , (0.05), karena saat mengunyah permen karet mint rendah
gula maka akan menstimulus saraf simpatis dan para simpatis untuk
sudah tidak pusing, sehingga merasa lebih nyaman. Respon Objektif CRT
68
lanjutkan discharge planning dengan anjurkan makan sedikit tapi sering.
B. Keterbatasan
mengunyah permen karet rendah gula tidak biats diberikan kepada lansia atau
yang tidak mempunyai gigi karena beresiko dan merusak gusi, dimana penerapan
ini harus dikunyah, dan sebaiknya diberikan intervensi lain untuk mengurangi
rasa haus pada lansia atau yang tidak memiliki gigi seperti berkumur dengan air
C. Implikasi
berikut:
1. Implikasi dan penerapan Evidance base nursing (terapi herbal) yaitu sebagai
permen karet rendah gula untuk mengatasai rasa haus pada pasien gagal ginjal
2. Pemberian terapi herbal dengan Mengunyah permen karet mint rendah gula
69
implus tersebut ke hipotalamus sehinga cairan dapat terpenuhi. Masalah rasa
haus dapat teratasi dan dapat menurunkan tanda dan gejala abnormal yang
3. Hasil praktik ilmiah akhir ini dapat menjadi masukan bagi perawat untuk
nursing
70
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
menguyah permen karet rendah gula untuk mengurangi rasa haus. Salah satu
cara untuk mengurangi rasa haus pada pasien gagal ginjal kronik yaitu dengan
mengunyah permen karet mint rendah gula. Mengunyah permen rendah gula
dimulut. permen karet yang di kunyah dapat mengurangi sekresi saliva oleh
kelenjar saliva dimulut. Saliva akan terkumulasi dimulut dan akan membasihi
mulut, sehingga hal ini dapat menurunkan sensari rasa haus yang muncul
akibat mulut kering (Bots, et al., 2007; Said & Mohammed, 2013).
menggunakan VAS (Visual Abaligy Scale) setelah itu klien diberikan 6 butir
71
permen karet rendah gula dalam satu hari, dan anjurkan pasien mengunyah
kembali skala haus pasien menggunakan skala VAS (Visual Abaligy Scale).
Hasil setelah diberikan intervensi selama 3 hari didapat berubah sebelum dan
sesudah paien mengunyah permen karet rendah gula, hari, skala haus berada
(haus sedang).
B. Saran
1. Bagi Perawat
berbasis pembuktian ilmiah, hasil analisis praktik ini dapat dijadikan dasar
arttenatif lain yang dapat mengurangi rasa haus pada pasien gagal ginjal.
72
3. Bagi Institusi Pendidikan
73