Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK SEPSIS

A. PENGERTIAN
Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan menyebabkan
respon inflamasi sitemik. Respon yang ditimbulkan sering menyebabkan penurunan perfusi
organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. (
Linda D.U, 2006)
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas yang
merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok septik dapat
terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok septik terutama
terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi rongga
peritonium dengan isi usus
Syok merupakan keadaan dimana terjadi gangguan sirkulasi yang menyebabkan perfusi
jaringan menjadi tidak adekuat sehingga mengganggu metabolisme sel/jaringan. Syok
septik merupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah (sistolik < 90mmHg
atau penurunan tekanan darah sistolik > 40mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi, meski
telah dilakukan resusitasi secara adekuat atau perlu vasopressor untuk mempertahankan
tekanan darah dan perfusi organ (Chen dan Pohan, 2007).
Syok septik merupakan syok yang disertai adanya infeksi (sumber infeksi). Pada pasien
trauma, syok septik bisa terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit.
Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan
kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.
Syok septik adalah penurunan tekanan darah yang berpotensi mematikan karena adanya
bakteri dalam darah.
Syok merupakan keadaan dimana terjadi gangguan sirkulasi yang menyebabkan perfusi
jaringan menjadi tidak adekuat sehingga mengganggu metabolisme sel/jaringan. Syok
septikmerupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah (sistolik < 90mmHg
atau penurunan tekanan darah sistolik > 40mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi, meski
telah dilakukan resusitasi secara adekuat atau perlu vasopressor untuk mempertahankan
tekanan darah dan perfusi organ (Chen dan Pohan, 2007).

B. ETIOLOGI :
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika
mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu respon imun.
Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai
berbagai efek yang mengarah pada syok, yaitu peningkatan permeabilitas kapiler, yang
mengarah pada perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi.
Bakteri gram negatif menyebabkan infeksi sistemik yang mengakibatkan kolaps
kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan
terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer. Selain itu, terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer
menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler
menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang terlihat sebagai udem.

1
Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi
jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin
kuman. Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan syok
hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0.5 cc/kg/jam, tekanan
darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien sepsis dengan volume
intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai gejala takikardia, kulit hangat,
tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi yang melebar.Sepsis bisa disebabkan oleh
mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi bakteri aerobik, anareobik, gram positif,
gram negatif, jamur, dan virus (Linda D.U, 2006)
Selain itu syok juga dapat diakibatkan karena :
1. Perdarahan (syok hipovolemik)
2. Dehidrasi (syok hipovolemik)
3. Gagal jantung (syok kardiogenik)
4. Trauma atau cedera berat
5. Serangan jantung (syok kardiogenik)
6. Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
7. Infeksi (syok septik)
8. Reaksi alergi (syok anafilaktik)
9. Sindroma syok toksik.\

C. TANDA DAN GEJALA

1. Demam tinggi > 38,9 ̊C, sering diawali dengan menggigil kemudian suhu turun dalam
beberapa jam (jarang hipotermi).
2. Takikardia (denyut jantung cepat) lebih cepat dari 100 denyut / menit.
3. Hipotensi (sistolik < 90 mmHg)
4. Petekia, leukositosis atau leokopenia yang bergeser ke kiri, trombositopenia
5. Hiperventilasi dengan hipokapnia
6. Gejala lokal misalnya nyeri tekan didaerah abdomen, periektal
7. Syok septik harus dicurigai pada pasien dengan demam, hipotensi, trombositopenia
atau koagulasi intravaskuler yang tidak dapat diterangkan penyebabnya.

D. PATOFISIOLOGI
Endotoksin yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabkan proses inflamasi yang
melibatkan berbagai mediator inflamasi, yaitu sitokin, neutrofil, komplemen, NO, dan
berbagai mediator lain. Proses inflamasi pada sepsis merupakan proses homeostasis dimana
terjadi keseimbangan antara inflamasi dan antiinflamasi. Bila proses inflamasi melebihi
kemampuan homeostasis, maka terjadi proses inflamasi yang maladaptif, sehingga terjadi
berbagai proses inflamasi yang destruktif, kemudian menimbulkan gangguan pada tingkat
sesluler pada berbagai organ.

2
Terjadi disfungsi endotel, vasodilatasi akibat pengaruh NO yang menyebabkan
maldistribusi volume darah sehingga terjadi hipoperfusi jaringan dan syok. Pengaruh
mediator juga menyebabkan disfungsi miokard sehingga terjadi penurunan curah jantung.
Lanjutan proses inflamasi menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ yang dikenal
sebagai disfungsi/gagal organ multipel (MODS/MOF). Proses MOF merupakan kerusakan
pada tingkat seluler (termasuk difungsi endotel), gangguan perfusi jaringan, iskemia
reperfusi, dan mikrotrombus. Berbagai faktor lain yang diperkirakan turut berperan adalah
terdapatnya faktor humoral dalam sirkulasi (myocardial depressant substance), malnutrisi
kalori protein, translokasi toksin bakteri, gangguan pada eritrosit, dan efek samping dari
terapi yang diberikan (Chen dan Pohan, 2007).

3
E. TINDAKAN SYOK SEPTIK
Penatalaksanaan hipotensi dan syok septik merupakan tindakan resusitasi yang perlu
dilakukan sesegera mungkin. Resusitasi dilakukan secara intensif dalam 6 jam pertama,
dimulai sejak pasien tiba di unit gawat darurat. Tindakan mencakup airway: a) breathing;
b) circulation; c) oksigenasi, terapi cairan, vasopresor/inotropik, dan transfusi bila
diperlukan. Pemantauan dengan kateter vena sentral sebaiknya dilakukan untuk mencapai
tekanan vena sentral (CVP) 8-12 mmHg, tekanan arteri rata-rata (MAP)>65 mmHg dan
produksi urin >0,5 ml/kgBB/jam.
1. Oksigenasi
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat disfungsi atau
kegagalan sistem respirasi karena gangguan ventilasi maupun perfusi.Transpor oksigen
ke jaringan juga dapat terganggu akibat keadaan hipovolemik dan disfungsi miokard
menyebabkan penurunan curah jantung.Kadar hemoglobin yang rendah akibat
perdarahan menyebabkan daya angkut oleh eritrosit menurun.Transpor oksigen ke
jaringan dipengaruhi juga oleh gangguan perfusi akibat disfungsi vaskuler,
mikrotrombus dan gangguan penggunaan oksigen oleh jaringan yang mengalami
iskemia. Oksigenasi bertujuan mengatasi hipoksia dengan upaya meningkatkan saturasi
oksigen di darah, meningkatkan transpor oksigen dan memperbaiki utilisasi oksigen di
jaringan.
2. Terapi cairan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian cairan baik
kristaloid maupun koloid.Volume cairan yang diberikan perlu dimonitor kecukupannya
agar tidak kurang ataupun berlebih.Secara klinis respon terhadap pemberian cairan
dapat terlihat dari peningkatan tekanan darah, penurunan ferkuensi jantung, kecukupan
isi nadi, perabaan kulit dan ekstremitas, produksi urin, dan membaiknya penurunan
kesadaran. Perlu diperhatikan tanda kelebihan cairan berupa peningkatan tekanan vena
jugular, ronki, gallop S3, dan penurunan saturasi oksigen. Pada keadaan serum albumin
yang rendah (< 2 g/dl) disertai tekanan hidrostatik melebihi tekanan onkotik plasma,
koreksi albumin perlu diberikan. Transfusi eritrosit (PRC) perlu diberikan pada keadaan
perdarahan aktif, atau bila kadar Hb rendah pada keadaan tertentu misalnya iskemia
miokardial dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada sepsis dipertahankan
pada 8-10 g/dl.
3. Vasopresor dan inotropik
Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi dengan
pemberian cairan secara adekuat, tetapi pasien masih mengalami hipotensi.Terapi
vasopresor diberikan mulai dosis rendah secara titrasi untuk mencapai MAP 60 mmHg,
atau tekanan sistolik 90 mmHg. Untuk vasopresor dapat digunakan dopamin dengan
dosis >8 mcg/kg/menit, norepinefrin 0,03-1,5 mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8
mcg/kg/menit atau epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit. Inotropik yang dapat digunakan
adalah dobutamin dosis 2-28 mcg/kg/menit, dopamin 3-8 mc/kg/menit, epinefrin 0,1-
0,5 mcg/kg/menit atau inhibitor fosfodiesterase (amrinon dan milrinon).
4. Bikarbonat

4
Secara empirik, bikarbonat dapat diberikan bila pH <7,2 atau serum bikarbonat <9
meq/l, dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan hemodinamik.
5. Disfungsi renal
Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan hemodialisis maupun
hemofiltrasi kontinu (continuous hemofiltration).Pada hemodialisis digunakan gradien
tekanan osmotik dalam filtrasi substansi plasma, sedangkan pada hemofiltrasi
digunakan gradien tekanan hidrostatik.Hemofiltrasi dilakukan kontinu selama
perawatan, sedangkan bila kondisi telah stabil dapat dilakukan hemodialisis.
6. Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak, cairan, vitamin
dan mineral perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan pemberian secara enteral dan
bila tidak memungkinkan beru diberikan secara parenteral.
7. Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi insufisiensi adrenal,
dan diberikan secara empirik bila terdapat dugaan keadaan tersebut.Hidrokortison
dengan dosis 50mg bolus intravena 4 kali selama 7 hari pada pasien renjatan septik
menunjukkan penurunan mortalitas dibanding kontrol.

F. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan afterlod, penurunan preload,
ketidak efektifan kontraktilitas otot jantung, deficit volume cairan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan..
3. Hipertermi b/d proses infeksi

G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan afterlod, penurunan preload,
ketidak efektifan kontraktilitas otot jantung, deficit volume cairan.

Penurunan curah jantung b/d NOC : NIC :


respon fisiologis otot  Cardiac Pump Cardiac Care
jantung, peningkatan effectiveness  Evaluasi adanya nyeri dada (
frekuensi, dilatasi, hipertrofi Circulation Status intensitas,lokasi, durasi)
atau peningkatan isi  Vital Sign Status  Catat adanya disritmia jantung
sekuncup Kriteria Hasil:  Catat adanya tanda dan gejala
 Tanda Vital dalam rentang penurunan cardiac putput
normal (Tekanan darah,  Monitor status kardiovaskuler
Nadi, respirasi)  Monitor status pernafasan yang
 Dapat mentoleransi aktivitas, menandakan gagal jantung
tidak ada kelelahan  Monitor abdomen sebagai indicator
 Tidak ada edema paru, penurunan perfusi
perifer, dan tidak ada asites Monitor balance cairan
 Tidak ada penurunan  Monitor adanya perubahan tekanan

5
kesadaran darah
 Monitor respon pasien terhadap
efek pengobatan antiaritmia
 Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
 Monitor toleransi aktivitas pasien
 Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
 Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor adanya pulsus paradoksus
 Monitor adanya pulsus alterans
 Monitor jumlah dan irama jantung
 Monitor bunyi jantung
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan..

2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC : Airway Management


Definisi : Pertukaran udara Respiratory status :  Buka jalan nafas, guanakan
inspirasi dan/atau ekspirasi Ventilation teknik chin lift atau jaw thrust
tidak adekuat  Respiratory status : Airway bila perlu

6
Batasan karakteristik : patency  Posisikan pasien untuk
- Penurunan tekanan  Vital sign Status memaksimalkan ventilasi
inspirasi/ekspirasi Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya
- Penurunan pertukaran  Mendemonstrasikan batuk pemasangan alat jalan nafas
udara per menit efektif dan suara nafas buatan
- Menggunakan otot yang bersih, tidak ada  Pasang mayo bila perlu
pernafasan tambahan sianosis dan dyspneu  Lakukan fisioterapi dada jika
- Nasal flaring (mampu mengeluarkan perlu
- Dyspnea sputum, mampu bernafas  Keluarkan sekret dengan batuk
- Orthopnea dengan mudah, tidak ada atau suction
- Perubahan penyimpangan pursed lips)  Auskultasi suara nafas, catat
dada  Menunjukkan jalan nafas adanya suara tambahan
- Nafas pendek yang paten (klien tidak  Lakukan suction pada mayo
- Assumption of 3-point merasa tercekik, irama  Berikan bronkodilator bila perlu
position nafas,  Berikan pelembab udara Kassa
frekuensi
- Pernafasan pursed-lip pernafasan dalam rentang basah NaCl Lembab
- Tahap ekspirasi normal, tidak ada suara  Atur intake untuk cairan
berlangsung sangat lama nafas abnormal) mengoptimalkan keseimbangan.
- Peningkatan diameter  Tanda Tanda vital dalam  Monitor respirasi dan status O2
anterior-posterior rentang normal (tekanan
- Pernafasan rata- darah, nadi, pernafasan) Terapi Oksigen
rata/minimal  Bersihkan mulut, hidung dan
 Bayi : < 25 atau > 60 secret trakea
 Usia 1-4 : < 20 atau > 30  Pertahankan jalan nafas yang
 Usia 5-14 : < 14 atau > 25 paten
 Usia > 14 : < 11 atau > 24  Atur peralatan oksigenasi
- Kedalaman pernafasan  Monitor aliran oksigen
 Dewasa volume tidalnya 500  Pertahankan posisi pasien
ml saat istirahat  Onservasi adanya tanda tanda
 Bayi volume tidalnya 6-8 hipoventilasi
ml/Kg  Monitor adanya kecemasan
- Timing rasio pasien terhadap oksigenasi
- Penurunan kapasitas vital Vital sign Monitoring
Faktor yang berhubungan :  Monitor TD, nadi, suhu,
- Hiperventilasi dan RR
- Deformitas tulang  Catat adanya fluktuasi
- Kelainan bentuk dinding tekanan darah
dada  Monitor VS saat pasien
- Penurunan berbaring, duduk, atau berdiri
energi/kelelahan  Auskultasi TD pada
- Perusakan/pelemahan kedua lengan dan bandingkan
muskulo-skeletal  Monitor TD, nadi, RR,
- Obesitas sebelum, selama, dan setelah
- Posisi tubuh aktivitas

7
- Kelelahan otot pernafasan  Monitor kualitas dari
- Hipoventilasi sindrom nadi
- Nyeri  Monitor frekuensi dan
- Kecemasan irama pernapasan
- Disfungsi Neuromuskuler  Monitor suara paru
- Kerusakan  Monitor pola pernapasan
persepsi/kognitif abnormal
- Perlukaan pada jaringan  Monitor suhu, warna, dan
syaraf tulang belakang kelembaban kulit
- Imaturitas Neurologis  Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign

3. Hipertermia tubuh behubungan dengan proses infeksi.

Hipertermia NOC : Thermoregulation NIC :


Definisi : suhu tubuh naik Kriteria Hasil : Fever treatment
diatas rentang normal  Suhu tubuh dalam rentang  Monitor suhu sesering mungkin
Batasan Karakteristik: normal  Monitor IWL
 kenaikan suhu tubuh diatas  Nadi dan RR dalam rentang  Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal normal  Monitor tekanan darah, nadi dan
 Tidak ada perubahan warna
 serangan atau konvulsi RR
kulit dan tidak ada pusing,  Monitor penurunan tingkat
(kejang)
merasa nyaman
 kulit kemerahan kesadaran
 pertambahan RR  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 takikardi  Monitor intake dan output
 saat disentuh tangan terasa  Berikan anti piretik
hangat  Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
Faktor faktor yang  Selimuti pasien
berhubungan :  Lakukan tapid sponge
- penyakit/ trauma  Berikan cairan intravena
- peningkatan metabolisme  Kompres pasien pada lipat paha
- aktivitas yang berlebih dan aksila
- pengaruh medikasi/anastesi  Tingkatkan sirkulasi udara
- ketidakmampuan/penurunan  Berikan pengobatan untuk
kemampuan untuk mencegah terjadinya menggigil
berkeringat Temperature regulation
- terpapar dilingkungan panas  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- dehidrasi  Rencanakan monitoring suhu

8
- pakaian yang tidak tepat secara kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang melebar,

9
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

DAFTAR PUSTAKA

Chen K dan Pohan H.T. 2007. Penatalaksanaan Syok Septik dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi,
Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 187-9

Hermawan A.G. 2007. Sepsis daalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K,
Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 1840-3

https://www.academia.edu/8047211/Sepsis_dan_Syok_Septik_Definisi diakses pada tanggal 10 Februari


2020 jam 16:13

10

Anda mungkin juga menyukai