Karakteristik Fisik Rumah Dengan Kejadian TB Paru
Karakteristik Fisik Rumah Dengan Kejadian TB Paru
Abstrak
Abstract
*) Nina Indriyawati
E-mail: indramartias@ymail.com
Responden yang pencahayaan rumahnya tidak Cahaya yang cukup terutama sinar matahari
memenuhi syarat berisiko 2,08 kali lebih tinggi langsung dapat membunuh kuman TB dalam
untuk menderita Tb paru dibandingkan dengan waktu 5 menit, tapi kuman-kuman dapat
rumah yang pencahayaannya yang memenuhi bertahan hidup selama bertahun-tahun di tempat
syarat. Namun secara statistik tidak signifikan gelap , sehingga rumah dan gubuk yang gelap
(CI=0,779-5,552). Responden yang kepadatan dapat menjadi sumber penularan (Crofton, 2002).
hunian rumahnya tidak memenuhi syarat Basil tuberkulosis relatif tidak tahan terhadap
memiliki risiko 2,5 kali lebih tinggi untuk sinar matahari, oleh sebab itu bila ruangan
menderita Tb dibandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar matahari serta sirkulasi udara
kepadatan huniannya memenuhi syarat. Namun yang bagus maka resiko penularan antara
secara statistik tidak signifikan (CI=0,962-6,498). penghuni serumah bisa dikurangi (Depkes,
Responden yang kelembaban rumahnya tidak 2002).
memenuhi syarat berisiko 2,74 kali lebih tinggi Kepadatan hunian rumah dalam penelitian
untuk sakit TB paru dibanding rumah yang ini dikelompokkan atas dua kategori yaitu
memenuhi syarat. Namun secara statistik tidak memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat.
signifikan (CI= 0,496-15,168). Untuk variabel Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan
suhu rumah tidak dapat dilakukan analisis hunian rumah merupakan faktor risiko
bivariat dikarenakan pada tabel 2 x 2 ada sel terjadinya kejadian Tb paru OR 2,500 (CI :
yang bernilai 0. 0,962-6,498). Namun secara statistik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lantai menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
rumah merupakan faktor risiko terjadinya Kepadatan merupakan pencetus awal pada
kejadian Tb paru (OR 2,12 ; 95% CI proses penularan penyakit. Semakin padat
0,364–12,049). Namun secara statistik tingkat hunian, maka perpindahan penyakit
menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. khususnya penyakit melalui udara akan semakin
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian mudah dan cepat terjadi. Departemen kesehatan
Hamidah (2015) dimana proporsi rumah yang telah membuat peraturan tentang rumah sehat
jenis lantai rumahnya tidak kedap air lebih dengan rumus jumlah penghuni / luas bangunan.
banyak pada kelompok kasus (51,4%) dibanding Syarat rumah sehat adalah > 9 m2 /orang
pada kelompok kontrol (35,7%). Secara statistik (Achmadi, 2008).
hasil analisa Chi-Square menunjukkan p = 0,088 Kelembaban rumah dalam penelitian ini
(p > 0,05) menunjukkan tidak terdapat dikelompokkan atas dua kategori yaitu
kemaknaan atau tidak memiliki hubungan yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat.
signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Ventilasi rumah dalam penelitian ini kelembaban rumah merupakan faktor risiko
dikelompokkan atas dua kategori yaitu terjadinya kejadian Tb paru OR 2,742 (CI :
memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat. 0,496-15,168). Namun secara statistik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ventilasi menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. ).
rumah merupakan faktor risiko terjadinya Kuman tuberkulosis mampu bertahan hidup di
kejadian Tb paru (OR 3,400 ; 95% CI tempat yang gelap dan lembab, dan akan
0,638–18,132). Namun secara statistik dormant di tempat kering dan dingin (WHO,
menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. 2013). Bakteri tuberkulosis akan hidup subur
Ventilasi rumah memiliki manfaat untuk pada lingkungan dengan kelembaban tinggi,
sirkulasi/ pergantian udara serta mengurangi karena air membentuk lebih dari 80% volume sel
kelembaban dalam rumah sehingga bisa bakteri dan merupakan media yang paling baik
mengencerkan konsentrasi kuman TBC dan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel
kuman lainnya. Dengan demikian kuman bakteri (Gould D, Brooker, 2003).
tersebut terbawa keluar dan mati terkena sinar
matahari (Achmadi, 2010). 4. Simpulan dan Saran
Pencahayaan dalam penelitian ini
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat
dikelompokkan atas dua kategori yaitu
ditarik kesimpulan sebagai berikut variabel
memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat.
lantai rumah, ventilasi rumah , pencahayaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rumah , kepadatan hunian rumah, kelembaban
pencahayaan rumah merupakan faktor risiko
rumah merupakan faktor risiko terjadinya
terjadinya kejadian Tb paru (OR 2,080 (CI :
kejadian Tb paru. Namun secara statistik
0,779-5,552). Namun secara statistik
menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
Copyright © 2018, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068
Jurnal Riset Kesehatan, 7 (1), 2018, 19 - 20
Sedangkan variabel suhu rumah pada kelompok Edwan, N.S. (2008). Lingkungan Fisik Rumah
kasus dan kontrol tidak memenuhi syarat rumah sebagai Faktor Resiko Terjadinya
sehat sehingga tidak bisa dilakukan analisis Penyakit TB Paru BTA Positif di
bivariat.
Kecamatan Tebet Kota Administrasi
Jakarta Selatan Tahun 2008. Tesis. Depok :
5. Ucapan Terima Kasih
FKM UI.
Terima kasih disampaikan kepada Allah Fatimah (2008). Faktor kesehatan lingkungan
SWT yang telah memberikan rahmat dan
rumah yang berhubungan dengan
karunianya sehingga peneliti dapat
kejadian TB Paru di Kabupaten Cilacap
menyelesaikan penelitian Riset Kesehatan ini.
Terima kasih juga disampaikan kepada Poltekkes (Kec. Sidareja, Cipari, kedungreja,
Kemenkes Tanjungpinang yang telah mendanai Patimuan, Gandungmangu, Bantarsari)
riset ini. Buat ibunda, istri dan anak-anak terima Tahun 2008; Tesis. FKM UNDIP.
kasih atas dukungannya serta seluruh pihak Kemenkes RI (2010). Profil Kesehatan Indonesia
yang telah membantu selesainya riset ini. Tahun 2010. Jakarta : Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
6. Daftar Pustaka
Kemenkes RI (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010.
Ahmadi, Umar Fahmi., (2005). Menejemen Jakarta : Badan Penelitian dan
Penyakit Berbasis Wilayah, Jakarta: Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Penerbit Buku Kompas Kesehatan RI.
Ayomi, A.C., Setiani, O., Joko, T., ( 2012). Faktor Kemenkes RI (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
Risiko Lingkungan Fisik Rumah dan Jakarta : Badan Penelitian dan
Karakteristik Wilayah Sebagai Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Determinan Kejadian Penyakit Kesehatan RI.
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Kemenkes RI (2011). Strategi nasional
Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Pengendaian TB di Indonesia 2010-2014.
Provinsi Papua. J. Kesehat. Lingkung. Jakarta : Direktorat Jenderal
Indones. 11, 1–8. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Azhar, K., Perwitasari, D., (2014). Kondisi Fisik Lingkungan Kementerian Kesehatan RI.
Rumah dan Perilaku dengan Prevalensi Mahpudin, A.H. (2006). Hubungan Faktor
TB Paru di Propinsi DKI Jakarta, Banten Lingkungan Fisik Rumah, Sosial Ekonomi
dan Sulawesi Utara. Media Penelit. Dan dan Respon Biologis terhadap Kejadian
Pengemb. Kesehat. 23, 172–181. Tuberkulosis Paru BTA Positif pada
Badan Pusat Statistik (2014), Kota Tanjungpinang Penduduk Dewasa di Indonesia (Analisis
dalam Angka, Tanjungpinang data SPTBC Susesnas 2004). Tesis Depok :
Crofton, John, et al (2002). Tuberkulosis Klinis FKM UI.
Edisi 2, Jakarta : Widya Medika. Mandal, B.K, et al. (2010). Lecture Notes :
Departemen Kesehatan RI, (2001). Departemen Penyakit Infeksi . Jakarta : Erlangga.
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Pratama, B.Y., Budiarti, L.Y., Lestari, D.R., 2016.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah
Depkes RI (2002), Pedoman Teknis Penilaian Dengan Kejadian Tb Paru. Dunia
Rumah Sehat, Jakarta : Departemen Keperawatan 1, 16–23.
Kesehatan RI, Direktorat Jenderal PPM Rosiana (2012). Hubungan Antara Kondisi Fisik
dan PL. Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis
Depkes RI (2006). Buku Seri Kesehatan Perkotaan, Paru Tahun 2012; Unnes Journal of Public
Jakarta : Departemen Kesehatan RI Health, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Depkes RI (2007). Pedoman Nasional Universitas Negeri Semarang, 2012.
Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2 Silviana, Ike (2006). Hubungan Lingkungan Fisik
Cetakan Pertama, Jakarta : Departemen dalam Rumah dengan Kejadian TB Paru
Kesehatan RI.
Copyright © 2018, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068
Jurnal Riset Kesehatan, 7 (1), 2018, 20 - 20
BTA (+) di Kabupaten Muaro Jambi Kabupaten Garut Tahun 2001. Depok :
Tahun 2005.Tesis. Depok :FKM UI. FKM UI.
Supriyadi (2003). Hubungan Kontak Serumah WHO (2013). Global Tuberculosis Control
dan Faktor Lain Terhadap Kejadian TB Switzerland : World Health Organization
Paru BTA (+) di Kota Banjarmasin Tahun Library Catalogning in Publication Data.
2003. Tesis. Depok : FKM UI.
Suwarsa, Iwan (2001). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian TB Paru
BTA (+) Pada Kontak Serumah di