Anda di halaman 1dari 19

FORMULASI SEDIAAN

HERBAL BATH FOR COLD AND FLU

PROPOSAL
disusun untuk memenuhi tugas Praktikum Kimia Bahan Alam

Disusun oleh kelompok 3:

Anita Defri Yanti A 171 063


Hadiyat Maulana D A 171 077
Nushi Chairunnisa R A 171 093
Purri Ardelia N A 171 094
Widya Astriani A 171 108

Kelas:
Reguler Pagi B

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................2
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
2.1 Uraian Tumbuhan....................................................................................
2.2 Kandungan dan ManfaatTanaman .........................................................
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Bath Tea ....................................
2.4 Persyaratan Evaluasi Sediaan Bath tea................................................
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................
3.1 Alat ..........................................................................................................
3.2 Bahan ......................................................................................................
3.3 Metode Penelitian....................................................................................
3.3.1 Uji Karakteristik Simplisia .......................................................
3.3.2 Skrining Fitokimia........................................................................
3.3.3 Formulasi Sediaan Bath tea ..........................................................
3.3.4 Evaluasi Sediaan Bath tea ............................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang dapat dibudidayakan karena
manfaat dan kegunaannya besar bagi manusia dalam hal pengobatan . Indonesia
merupakan salah satu negara yang terkenal dengan sumber daya hayati terbesar
dan mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadikan tanaman sebagai
bahan baku obat.
Dalam tanaman ada banyak komponen kimia yang dapat digunakan sebagai
obat. Pada saat ini, banyak orang yang kembali menggunakan bahan-bahan alam
yang dalam pelaksanaannya membiasakan hidup dengan menghindari bahan-
bahan kimia sintesis dan lebih mengutamakan bahan-bahan alami. Ada banyak
pengobatan dengan bahan alam yang dapat dipilih sebagai solusi mengatasi
penyakit yang salah satunya ialah penggunaan ramuan obat berbahan herbal.
Salah satu bahan alam yang mengandung senyawa obat yaitu bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) cengkeh (Syzygium aromaticum) dan kayu manis
(Cinnamomum burmanii)
Cengkeh atau tanaman dengan nama latin Syzygium aromaticum L.
merupakan tanaman herba yang berasal dari Maluku. Tanaman ini memiliki
kandungan senyawa aktif dalam tanaman cengkeh yang memiliki manfaat
kesehatan adalah minyak atsiri, eugenol, asam oleanolat, fenilin, karyofilin, resin,
dan gom. Kandungan utama yang memberikan manfaat kesehatan adalah minyak
cengkeh, dengan komposisi utama antara lain eugenol, caryophyllene, eugenol
acetate, dan alpha-humelene (Utami dan Puspaningtyas, 2013).
Rosela merupakan tanaman budidaya yang masih memiliki peluang dan
prospek yang sangat baik. Rosela sudah banyak dimanfaatkan di negara lain sejak
lama, namun di Indonesia masih belum banyak dimanfaatkan secara luas. Selain
dimanfaatkan sebagai makanan, rosela juga bermanfaat sebagai pangan yang
berkhasiat bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan kelopak bunga rosela mengandung
senyawa karotenoid, flavonoid, dan alkaloid. Manfaat ekstrak rosela bagi
kesehatan adalah sebagai antihipertensi, antihiperlipidemia, hepatoprotekti,
antikanker, dan memiliki aktivitas antioksidan (Mahadevan et al, 2009).

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengoptimalkan pemanfaatan campuran tanaman
cengkeh, rosella dan kayu manis sebagai produk berbasis
farmakoterapi.
2. Bagaimana efektivitas dari campuran kayu manis, cengkeh dan kelopak
rosella dalam mengobati flu dan batuk.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembuatan sediaan
farmasi dengan formulasi berbahan herbal yang berkhasiat.
2. Mengetahui cara evaluasi sediaan herbal bath tea agar mendapatkan
produk yang memiliki tingkat mutu yang baik, sehingga dapat
memberikan khasiat sesuai dengan yang diharapkan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penenlitian ini adalah untuk meningkatkan
keanekaragaman produk olahan berbahan herbal untuk meningkatkan nilai
ekonomis berbagai tanaman herbal. Selain itu, manfaat penenlitian ini diharapkan
dapat mengurangi tingkat bahaya efek samping dari penggunaan obat sintesis dan
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta teknologi bagi peneliti maupun
pembaca.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020 sampai dengan Mei
2020 bertempat di Laboratorium Teknologi Bahan Alam Sekolah Tinggi Farmasi
Indonesia, Jl Soekarno Hatta 354. Bandung Jawa Barat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan


2.1.1 Morfologi Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Gambar 2.1 Tanaman Biji Jinten Hitam


Tanaman rosella merupakan tanaman semak tegak tinggi berakar tunggang
yang mampu tumbuh mencapai 3-5 m baik di daerah tropis maupun subtropis.
Rosella memiliki batang berkayu bulat dan tegak dengan percabangan simpodial
dan berwarna kemerahan. Daunnya tunggal berseling berbentuk bulat telur
dengan ujung yang runcing, tepi beringgit, pangkal berlekuk dengan pertulangan
daun menjari. Daun rosella memiliki lebar 5-8 cm, panjang 5-15 cm dengan
tangkai berukuran 4-7 cm, penampang bulat dan berwarna hijau. (Mohd, 2010)
Bagian dari tanaman rosella yang paling sering dimanfaatkan adalah
bunganya. Tanaman rosella menghasilkan bunga sepanjang tahun (Bakti Husada,
2001). Bunganya berwarna merah terletak di ketiak daun dan tunggal, dengan
kelopak terdiri dari 8-11 daun kelopak berukuran 1 cm, berbulu, dan pangkal
berlekatan (Devi, 2009).
Mahkota bunga rosella berbentuk corong dengan 5 daun mahkota
berukuran 3-5 cm. Tangkai sari pendek dan tebal yang panjangnya ± 5 mm,
sedangkan putik berbentuk tabung dengan warna merah atau kuning (Devi, 2009).
Bunga rosella mengandung banyak zat yang berguna bagi manusia. Selain itu,
bunga rosella juga identik dengan rasa asam sehingga memberikan sensasi segar.
Rasa asam pada bunga rosella dikarenakan adanya kandungan vitamin C (0,002-
0,005 %), asam sitrat dan asam malat dengan total 13 %, dan asam glikolik
(Maryani dan Kristiana, 2005).
Klasifikasi Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L

2.1.2 Morfologi Cengkeh (Syzigium aromaticum (L))

Gambar 2.2 Tanaman Cengkeh


Tanaman ini berbentuk pohon, tingginya dapat mencapai 20-30 m, dan hidup
tanaman cengkeh dapat berumur lebih dari 100 tahun. Tajuk tanaman cengkeh
umumnya berbentuk kerucut, piramida, atau piramida ganda, dengan batang
utama menjulang ke atas. Cabang-cabangnya amat banyak dan rapat,
pertumbuhannya agak mendatar dengan ukuran yang relative kecil jika
dibandingkan batang utamanya. Daunnya kaku berwarna hijau atau hijau
kemerahan, dan berbentuk elips dengan kedua ujing runcing.
Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dan
tangkai pendek serta berdandan. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau dan
berwarna merah jika bunga sudah mekar. Pada saat masih muda bunga cengkeh
berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan
berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan
berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri.
Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun. Cengkeh memiliki
empat jenis akar, yaitu akar tunggang, akar lateral, akar serabut, dan akar rambut.
Akar tunggang dan akar lateral mempunyai ukuran yang relatif besar. Bedanya,
akar tunggang tumbuh lurus ke bawah dan sedikit bercabang, sedang akar lateral
tumbuh menyamping dan bercabang. Akar serabut berukuran kecil, sangat
panjang, tumbuh menyamping dan ke bawah dengan jumlah yang sangat banyak.
Akar serabut ini memiliki banyak akar rambut yang berukuran sangat kecil yang
berfungsi sebagai penyerapan air dan unsur hara dari
dalam tanah.
Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) merupakan tanaman tropis asli
Indonesia dan dapat tumbuh di berbagai daerah di Indonesia, baik di dataran
rendah, dekat pantai maupun daerah pegunungan di ketinggian 900 mdpl.
Tanaman cengkeh dapat tumbuh dengan baik jika mendapat cukup air dan sinar
matahari langsung, oleh karena itu tanaman cengkeh tumbuh baik pada daerah
yang memiliki curah hujan sekitar 2210-3607 mm/tahun serta suhu udara berkisar
24-39 °C. (Kansius, 1973)
Klasifikasi Cengkeh (Syzigium aromaticum L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Marga : Eugenia
Spesies : Eugenia aromatic; Syzygium aromaticum L.

2.1.3 Morfologi Tanaman Kayu Manis


Gambar 2.4 Tanaman Kayu Manis
Cinnamomum burmanii ini berasal dari Indonesia. Tanaman akan tumbuh
baik pada ketinggian 600–1500 mdpl. Tanaman ini banyak dijumpai di
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu dengan tinggi tanaman
dapat mencapai 15 m sementaraCinnamomum zeylanicum dalam dunia
perdagangan dikenal dengan Ceylon cinnamom tanaman ini masih bisa
dijumpai di habitat aslinya Cinnamomum sp. merupakan tanaman rempah
dari famili Lauranceaeyang terdiri dari beberapa spesies. Tumbuhan ini
banyak terdapat di daerah sub tropis dan tropis. Berbentuk pohon dengan
tinggi berkisar antara 5 – 15 m, kulitnya berwarna abu-abu tua dengan bau
yang khas dan kayunyaberwarna merah coklat muda. Daun tunggal dengan
tekstur kaku seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai daun 0,5 – 1,5 cm
dengan 3 buah tulang daun yang tumbuh melengkung, berbentuk elips
memanjang dengan panjang 4 – 14 cm dan lebar 1,5 – 6 cm, berujung
runcing dengan tepi rata, permukaan atas licin berwarna hijau, permukaan
bawah bertepung warnanya keabu-abuan. Daun mudah berwarna merah
pucat. Bunganya berkelamin ganda atau bunga sempurna dengan warna
kuning.
Klasifikasi Kayu Manis
Kingdom : Plantae
Divisi : Gymnospermae
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Dialypetalae
Ordo : Policarpicae
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanni

2.2 Kandungan dan Manfaat Tanaman


2.2.1 Cengkeh
Cengkeh mengandung komponen fenolik yang tinggi yaitu
senyawa eugenol 70-80% senyawa ini bersifat antioksidan. Eugenol
mempunyai sifat sebagai stimulan, anestetik lokal, karminatif,
antiseptik dan antispasmodik . Senyawa eugenol merupakan
komponen utama yang terkandung dalam minyak atsiri cengkeh.
Eugenol mengandung senyawa aktif seperti saponin, flavonoid, tannin,
dan minyak atsiri. Cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri 1-4%,
yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Menurut Talahatu (2015)
pemisahan kandungan kimia dari bunga cengkeh, tangkai cengkeh
dan daun cengkeh yang menunjukkan bahwa bunga cengkeh dan
daun cengkeh mengandung saponin, alkaloid, flavonoid,
glikosida,tannin dan minyak atsiri sedangkan tangkai bunga cengkeh
mengandung saponin, tannin, alkaloid, glikosida, flavonoid dan minyak
atsiri. (Tjay dan Kirana, 2007)
Manfaat Cengkeh Pemanfaatan tanaman cengkeh di Sulawesi
Utara sebagian besar hanya mencakup bagian bunganya saja
sedangkan bagian daun hanya dianggap sebagai limbah, padahal di
dalam daun cengkeh terkandung suatu komponen minyak atsiri dan
komponen fenolik yang selama ini kurang dimanfaatkan secara
maksimal . Komponen fenolik merupakan antioksidan alami
yang bermanfaat bagi manusia, antioksidan merupakan senyawa
penting dalam menjaga kesehatan tubuh yang terbukti sebagai
pelidung melawan efek bahaya radikal bebas dan diketahui pula
mampu menurunkan resiko kanker, obat sakit gigi, penyakit jantung
coroner, stroke, artherosclerosis, ospteoporosis, inflamasi, penyakit
neurodegeneratif, dan produk aroma terapi.
2.2.2 Kayu Manis
Hasil utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan, sedangkan
hasil samping adalah ranting dan daun. Semua bagian dari kayu manis
memiliki kandungan kimia yang bermanfaat, namun yang umum
digunakan adalah bagian kulit. Kulit kayu manis merupakan salah satu
rempah yang paling populer digunakan sebagai bumbu masakan. Selain itu
hasil olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan
dalam industri-industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, dan rokok.
Kandungan metabolit aktif kayu manis juga banyak dimanfaatkan dalam
pengobatan tradisional dan modern . Kandungan yang terdapat pada kayu
manis di antaranya sinamaldehid, eugenol, minyak atsiri, safrol, tanin,
damar, kalsium oksanat, zat penyamak, flavonoid, saponin serta
kandungan gizi lainnya seperti gula, protein, lemak kasar dan pectin.
Minyak atsiri dari kayu manis mempunyai daya bunuh terhadap
mikroorganisme (antiseptis), membangkitkan selera atau menguatkan
lambung (stomakik) juga memiliki efek untuk mengeluarkan angin
(karminatif). Selain itu minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai
obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun, deterjen, lotion parfum dan
cream. Dalam pengolahan bahan makanan dan minuman minyak kayu
manis di gunakan sebagai pewangi atau peningkat cita rasa, diantaranya
untuk minuman keras, minuman ringan (softdrink), agar–agar, kue,
kembang gula, bumbu gulai dan sup.
2.2.3 Rosella
Khasiat rosela antara lain untuk menurunkan asam urat, Hipertensi,
Diabetes mellitus, memperbaiki metabolisme tubuh, melangsingkan
Tubuh, menghambat sel kanker, mencegah sariawan dan panas dalam,
menambah vitalitas, meredakan batuk, mencegah flu, antioksidan,
antihipertensi, antikanker, antidepresi, antibiotik, aprodisiak, diuretik
(peluruh kencing), sedatif, tonik, dan menurunkan absorpsi alkohol.
Pemanfaatan kelopak bunga Rosela sudah dikenal dan diteliti baik oleh
pakar kesehatan modern maupun pakar kesehatan tradisional di berbagai
negara di dunia. Kelopak bunga tersebut diketahui mengandung zat-zat
penting yang diperlukan oleh tubuh, seperti vitamin C, vitamin A, protein
esensial, kalsium, dan 18 jenis asam amino, termasuk arginina dan legnin
yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh.

2.3 Formulasi
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) 2 Ons
Cengkeh (Syzigium aromaticum L.) 2 Ons
Kayu Manis Ons

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Herbal Bath Tea


2.4.1 Kelebihan
a. Ekonomis
b. Praktis, mudah digunakan
2.4.2 Kekurangan
a. Membentuk endapan

2.5 Persyaratan Evaluasi Sediaan Teh


Sediaan teh yang sudah dibuat harus dilakukan evaluasi yang bertujuan
untuk mengetahui kualitas sediaan, dimana evalusi tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut.

Tabel 2.5 Persyaratan Evaluasi Sediaan Teh

No Evaluasi Persyaratan
1. Organoleptis
a. Bau Disesuaikan dengan spesifikasi
sediaan yang dibuat
b. Warna Khas ekstrak biji buah pinang
c. Rasa Manis
.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, mesh, beaker
glass,tabung reksi, spatel, pipet, loyang,

3.2 Bahan
Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini kelopak rosella, kayu
manis dan cengkeh.

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Uji Karakteristik Simplisia
Untuk mengetahui kualitas simplisia, maka harus dilakukan uji
karakteristik simplisia yang meliputi:
a. Penetapan Kadar Abu Total
Timbang seksama 2 sampai 3 gram bahan uji yang telah dihaluskan
dan masukkan ke dalam krus silica yang telah dipijar dan ditara,
pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dan timbang.
Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air
panas, aduk, saring melalui kertas saring bebas abu. Masukkan filtrat
ke dalam krus, uapkan dan pijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu
total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b.
b. Penetapan Kadar Air
Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci, bilas
dengan air, kemudian keringkan daalam lemari pengering.Timbang
seksama sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung 1 sampai 4
air, masukkan kedalam labu kering. Jika zat berupa pasta, timbang dalam
sehelai lembar logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher labu.Untuk
zat yang dapat menyebabkan gejolak mendadak saat mendidih, tambahkan
batu didih secukupnya. Masukkan lebih kurang 200 ml toluene jenuh air
ke dalam labu, pasang rangkaian alat. Masukkan toluene jenuh air
kedalam tabung penerima (E) melalui pendingin melalui leher alat
penampung (B). Panaskan labu hati-hati selama 15 menit. Setelah toluene
mulai mendidih, atur penyulingan dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes
tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian naikkan
kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tip detik. Setelah semua air
tersuling, bagian dalam pendingin dicucid engan toluene jenuh air, sambil
dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan pada sebuah kawat
tembaga dan telah dibasahi dengan toluene jenuh air. Lanjutkan
penyulingan selama 5 menit. Dinginkan tabung penerima hingga suhu
ruang. Jika ada tetess air yang melekat, gosok tabung pendingin dan
penerima dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan
dibasahi dengan toluene jenuh air hingga tetesan air turun.Baca volume
air setelah air dan toluene memisah sempurna. Kadar air dihitung dalam
%v/b.
c. Penetapan Kadar Sari Larut Air
Timbang seksama lebih kurang 5 gram serbuk (4/18) yang telah
dikeringkan diudara. Masukkan kedalam labu bersumbat, tambahkan 100
ml air jenuh kloroform, kocok berkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan
selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrate hingga kering dalam cawan
dan beralas datar yang telah dipanaskan 105° dan ditara, panaskan sisa
pada suhu 105° hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari larut air.
d. Penentuan Kadar Sari Larut Etanol
Timbang seksama lebih kurang 5 gram serbuk (4/18) yang telah
dikeringkan di udara masukkan kedalam labu bersumbat, tambahkan 100
ml etanol 95% P, kocokberkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan selama
18 jam. Saring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol, uapkan 20
ml filtrat hingga kering dalam cawan dan beralas datar yang telah
dipanaskan 105° dan ditara, panaskan pada suhu 105° hingga bobot tetap.
Hitung kadar dalam % dari larut etanol.

3.3.1 Skrining Fitokimia


Untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang ada di dalam ekstrak
biji buah pinang, maka harus dilakukan skrining fitokimia meliputi:
a. Identifikasi Alkaloid
Sejumlah serbuk simplisia dalam mortir, dibasakan dengan ammonia sebanyak
1 ml, kemudian ditambahkan klorofrom dan digerus kuat. Cairan kloroform
disaring, filtrat ditempatkan dalam tabung reaksi kemudian ditambah HCl 2N,
campuran dikocok, lalu dibiarkan hingga terjadi pemisahan. Dalam tabung
reaksi terpisah:
Filtrat 1 : Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Dragendroff diteteskan ke dalam
filtrat, adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan atau
kekeruhan berwarna hingga coklat.
Filtrat 2 : Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Mayer diteteskan ke dalam filtrat,
adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapat atau kekeruhan
berwarna putih.
Filtrat 3 : Sebagai blangko atau kontrol negatif.

b. Identifikasi Fenolat
Sebanyak 1 gram serbuk simplisia ditambahkan 100ml air panas, dididihkan
selama 5 menit kemudian disaring. Filtrat sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan pereaksi besi (III) klorida, timbul warna hijau biru
kehitaman.

c. Identifikasi Tannin
Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas
air, kemudian disaring. Pada filtrat ditambahkan gelatin 1% akan timbul
endapan putih, bila ada tannin.

d. Identifikasi Flavonoid
Sejumlah serbuk simplisia digerus dalam mortir dengan sedikit air,
pindahkan dalam tabung reaksi, tambahkan sedikit logam magnesium dan 5
tetes HCl 2N, seluruh campuran dipanaskan selama 5-10 menit. Setelah disaring
panas-panas dan filtrat dibiarkan dingin, kepada filtrat ditambahlkan amil
alkohol, lalu dikocok kuat-kuat, reaksi positif dengan terbentuknya warna merah
pada lapisan amil alkohol.

e. Identifikasi Monoterpen dan Seskuiterpen


Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam cawan
penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi larutan vanilin sulfat.
Terbentuknya warna-warni menunjukkan adanya senyawa monoterpen dan
seskuiterpen.

f. Identifikasi Steroid dan Triterpenoid


Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam cawan
penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi Liberman-Burcahard.
Terbentuknya warna ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan bila
terbentuknya warna hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid.

g. Identifikasi Kuinon
Serbuk simplisia ditambahkan dengan air, dididihkan selama 5 menit kemudian
disaring dengan kapas. Pada filtrat ditambahkan larutan KOH 1 N. Terjadinya
warna kuning menunjukkan bahwa dalam bahan uji mengandung senyawa
golongan kuinon.

h. Identifikasi Saponin
Serbuk simplisia ditambahkan dengan air, didihkan selama 5 menit kemudian
dikocok. Terbentuknya busa yang konsisten selama 5-10 menit ± 1 cm, hal
tersebut menunjukkan bahwa bahan uji mengandung saponin.
3.4 Metode Pembuatan
Simplisia ditimbang sesuai yang dibutuhkan, kemudian dihaluskan dengan cara di
blender dan diayak menggunakan mesh no.20. Lalu ditimbang kembali simplisia yang
diayak lalu dilakukan pengemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Paramater Standar Umum Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
Direktorat Jendral Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.

Devi, M. 2009. Dahsyatnya Khasiat Rosella. Cemerlang Publishing, Yogyakarta.


Kanisius, Aksi Agraris. 1973. Bagaimana Menanam Cengkeh. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius

Mahadevan, N, Shivali, P&Kamboj 2009, Hibiscus sabdariffa Linn., An overview,


Natural Product Radiance , 8(1):77–83.

Maryani, H.dan Krisriana, L. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosela. Jakarta: PT


AgroMedia Pustaka. pp: 2-33

Mohd-Esa, N, Hern, FS,Ismail,A, Yee, CL 2010, Antioxidant activity in different parts


of roselle ( Hibiscus sabdariffa L.) extracts and potential exploitation of the
seeds, F o o d C h e mis t r y , 122:1055–1060

Tjay Tan Hoan dan Kirana Raharja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elek Media Komputindo

Utami Prapti dan Desty Evira Puspaningtyas. 2013. The Miracle of Herbs. Jakarta: PT
AgroMedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai