PROPOSAL
Disusun oleh :
Kelompok 2 Offering K 2017
Fitriana Hadayani (170342615514)
Muhammad Fatikunnaja (170342615506)
Natrium benzoat merupakan salah satu zat kimia dari bahan pengawet yang
biasanya digunakan untuk ditambahkan ke dalam bahan makanan yang mudah
rusak, atau makanan yang disukai sebagai medium tumbuhnya bakteri atau jamur
(Sudarmadji, dkk., 2010). Batasan penggunaan natrium benzoat pada bahan
pangan menurut pernyataan syarat SNI sekitar 1g/kg. Makanan yang dikonsumsi
dalam kondisi tidak baik maka akan memberikan efek negatif bagi penggunanya.
Natrium benzoat termasuk ke dalam salah satu faktor eksternal berupa zat kimia
pada makhluk hidup yang dapat mempengaruhi sifat genetik apabila dikonsumsi
dalam jumlah berlebih.
2. Strain Normal atau Wild Type (N) merupakan salah satu jenis Drosophila
melanogaster yang memiliki ciri mata merah, tubuh berwarna kuning-
kecokelatan, pada D. Melanogaster betina memiliki segmen tubuh yang
terlihat jelas dibandingkan D. Melanogaster jantan, D. Melanogaster
betina memiliki ujung abdomen yang membulat dan agak runcing
sedangkan D. Melanogaster jantan memiliki ujung abdomen yang
menghitam dan tidak runcing. Sayap pada strain ini panjangnya sedikit
melebihi bagian tubuhnya dan berwarna cokelat transparan (Chyb &
Gompel, 2013)
3. Strain bcl strain bcl memiliki warna tubuh .hitam gelap dan mata yang
merah maroon sampai coklat (Mas’ud 2013).
4. Fenotip adalah karakter yang dapat diamati pada suatu individu (yang
merupakan hasil interaksi antara genotip dan lingkungan tempat hidup dan
berkembang) (Ayala, dkk., 1984 dalam Corebima, 2003)
10. Chiasma adalah telah terjadi suatu pemutusan dan penyambungan kembali
yang diikuti oleh bertukaran resiprok antara kedua kromatid di dalam
bentuk bivalen (Corebima, 2013)
11. Alel adalah satu pasangan atau serangkaian bentuk alternatif gen yang
terjadi pada lokus dalam kromosom (Snustad and Simmons 2012)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Drosophila melanogaster atau yang sering disebut lalat buah yang sering
dijumpai pada lingkungan yang tidak sehat, selain itu juga dapat diteukan pada
buah-buah yang masak atau bahkan busuk misal seperti pada buah pisang,
mangga, dan jambu hal tersebut dikarenakan pada Drosophila melanogaster
terdapat sensilla yang mengandung rasa dan sensorik neuron sehingga dapat
merasakan kualitas makanan (Chyb & Gompel, 2013). Drosophila melanogaster
digunakan sebagai organisme model penelitian dasar karena biaya yang
dikeluarkan cukup rendah, waktu generasi yang cepat (Tolwinski, 2007). Lalat
mudah dibudidayakan di laboratorium, memiliki banyak keturunan dan masa
generasi pendek; selain itu, mereka memiliki genom yang kompak dan mudah
dimanipulasi secara genetik (Hales, et. al., 2015).
2.2 Mutasi
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada sekuens DNA pada suatu proses
ekspresi gen (Lewis, 2003). Mutasi gen dapat terjadi akibat adanya kerusakan
pada gen DNA, selain itu juga dikarenakan adanya penyimpangan pada
kromosom, secara umum mutasi gen dapat terjadi karena faktor internal gen dan
faktor eksternal yaitu faktor fisik, biologis, maupun kimia, misal akibat faktor
fisik radiasi (Gardner et al, 1991). Mutasi gen dapat menyebabkan perubahan
rangkaian nukleotida dari asam nukleat sehingga menyebabkan kesalahan kode
genetik. Mutasi dapat menyebabkan pewarisan sifatnya pada keturunannya.
Mutasi dapat disebabkan karena (1) Bahan kimia misalnya kolkisin yang
dapat menyebabkan penghambatan proses anafase yaitu terhalanginya
pembentukan benang spindel pada proses anafase. (2) Bahan fisika misalnya
mutasi akibat sinar ultraviolet dan sinar radiasi, dan (3) bahan biologis yaitu
disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu pada materi genetiknya (Gardner, 1991).
Contoh mutasi pada Drosophila melanogaster salah satunya yaitu mutasi pada
sayap yang terjadi pada kromosom 2L pada lokus 13 yang menyebabkan sayap
Drosophila melanogaster menjadi lebih pendek 2/3 daripada sayap Drosophila
melanogaster normal, ujung sayap seperti terpotong (Chyb & Gompel, 2013).
Strain bcl merupakan gabungan dari strain black dan strain cloth. Strain
black memiliki pigmentasi tubuh yang berwarna hitam pekat (Corebima, 2016).
Strain cloth memiliki mutasi pada mata yang diakibatkan oleh mutasi kromosom
pada nomor 2 dengan lokus 16,5 yang berfungsi sebagai pengatur warna mata
sedangkan strain black memiliki mutasi warna tubuh pada kromosom nomor 2
dengan lokus 48,5 (Klug, 2012). Mata berwarna maroon menjadi semakin gelap
bahkan menjadi coklat seiring dengan pertambahan usia lalat (Mas’ud, 2013)
sehingga strain bcl memiliki warna tubuh .hitam gelap dan mata yang merah
maroon sampai coklat.
Gambar 2.6 (a) Mikroskop elektron dan (b) diagram yang menunjukkan
struktur Synaptonemal Complex (SC) yang membentuk diantara
kromosom homolog selama profase meiosis I
Sumber: (Snustad and Simmons 2012)
Synaptonemal Complex (SC) terdiri dari tiga bagian utama yaitu Lateral
Element (LEs), Transverse Filament (TFs), dan Central Element (CE) (Rasmusse,
1973). Synaptonemal complex pada Drosophila melanogaster tersusun dari 5
protein, yaitu:
1. C(3)G
C(3)G diperlukan untuk synapsis, konversi DSB menjadi crossover
dan mungkin konversi gen (Page, 2004).
2. C(2)M
Merupakan komponen LEs dan bertanggung jawab atas
pembentukan bagian penting suatu kromosom, perbaikan DSB meiosis,
dan perakitan CE kontinu (Anderson, 2005).
3. ORD
ORD merupakan protein yang menyusun LEs. ORD memiliki
fungsi melokalisasi lengan kromosom selama awal profase I yakni
diperlukan untuk pemisahan kromosom, pemuatan kompleks kohesi pada
sumbu kromosom, rekombinasi meiotik normal, dan stabilitas SC. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ORD menekan pertukaran kromatid
sesaudara (Webber, 2004).
4. CONA
CONA adalah protein mirip pilar yang sejajar di luar CE
padat.CONA mempromosikan pematangan DSB menjadi crossover dan
synapsis tidak terjadi pada mutan cona (Page, 2004). Selain itu, CONA
keduanya bekerja sama dengan C(3)G dan menstabilkan polikompleks
C(3)G (Page, 2004).
5. Corolla
CE dibentuk oleh dua protein lain yaitu corona dan corolla.
Corona, yang biasa disebut CONA. Corolla juga dilokalisasi di dalam CE
dan berinteraksi dengan CONA (Collins, 2014). Semua protein ini
memiliki peran eksklusif untuk meiosis betina kecuali ORD, yang juga
berfungsi dalam kohesi antar kromatid sesaudara pada Meiosis I dan II
dan diperlukan untuk gametogenesis pada kedua jenis kelamin Drosophila
(Mason, 1976).
Gambar 2.7 Macam pertukaran antara kromosom (a) pindah silang ganda, (b)
pindah silang triple, (c) pindah silang quadruple, dan (d) pertukaran antara
kromatid sister selama profase I meiosis.
Sumber: Snustad and Simmons, 2012
Menurut Suryo (2008), nilai frekuensi pindah silang tidak akan melebihi
50%, biasanya kurang dari 50% karena hanya dua dari empat kromatid yang ikut
mengambil bagian pada pindah silang, dan pindah silang ganda akan mengurangi
banyaknya tipe rekombinasi yang dihasilkan. Kemudian terjadinya pindah silang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti temperatur, usia (semakin tua
usian individu maka kejadian pindah silang akan semakin berkurang), adanya zat
kimia, penyinaran dengan sinar X, jarak antara gen yang terangkai (semakin jauh
letak satu gen dengan gen lainnya maka semakin besar terjadinya pindah silang),
jenis kelamin (umumnya pindah silang dapat terjadi pada individu betina maupun
jantan, namun pada Drosophila pindah silang terjadi pada individu betina), dan
faktor kawin berulang yang akan mempengaruhi terjadinya pindah silang (Priest,
Roach, and Galloway 2007; Suryo 2008).
Natrium benzoat berupa granula atau serbuk berwarna putih, tidak berbau
dan stabil di udara. Mudah larut dalam air dan agak sukar larut dalam etanol.
Kelarutan dalam air pada suhu 25oC sebesar 660g/l dengan bentuk yang aktif
sebagai pengawet sebesar 84.7% pada range pH 4. Natrium Benzoat dinyatakan
aman apabila digunakan sebagai Bahan Tambahan Makanan Preservative. Bukti-
bukti menunjukkan, pengawet ini mempunyai toksisitas sangat rendah terhadap
hewan maupun manusia (Kurniyati & Estiasih, 2015). Jika penggunaan natrium
benzoat melebihi batas ambangnya dapat menyebabkan kerusakan tingkat
molekuler, termasuk kerusakan kromosom (Chipley, 2005).
2) Pembuatan Medium
1. Disiapkan semua bahan yang diperlukan dalam pembuatan medium
dengan perbandingan 7:2:1. Untuk komposisi 1 resep terdiri dari 700g
pisang rajamala, 200g tape, dan 100g gula merah.
2. Dipotong semua bahan menjadi potongan yang lebih kecil.
3. Dipanaskan gula merah hingga cair dengan menggunakan air di atas
kompor.
4. Dihaluskan pisang rajamala dan tape dengan menggunakan blender
hingga halus.
5. Dimasukkan semua bahan ke dalam panci dan dimasak di atas kompor
dengan diaduk selama 45 menit, ditambahkan air secukupnya apabila
medium terlalu kental.
6. Medium dimasukkan ke dalam botol dan ditutup dengan spons.
7. Setelah medium dingin, dimasukkan fermipan sebanyak tiga sampai
lima butir ke dalam botol selai kaca yang berisi medium.
8. Dimasukkan kertas pupasi ke dalam botol selai kaca.
9. Botol selai ditutup kembali dengan spons.
3) Peremajaan
1. Disiapkan medium baru yang berada di botol selai kaca yang sudah
diisi dengan fermipan dan kertas pupasi.
2. Dimasukkan minimal tiga pasang Drosophila melanogaster dengan
strain yang sama pada masing-masing botol.
3. Diberi label sesuai dengan strain dan tanggal peremajaan.
4. Disimpan hingga terlihat pupa di dinding botol.
4) Pengampulan
1. Disiapkan potongan selang plastik bening dengan panjang ±6 cm.
2. Dimasukkan pisang rajamala dan diletakkan di tengah selang plastik
bening sehingga selang plastik bening terbagi menjadi dua bagian.
3. Diambil pupa yang sudah berwarna hitam yang menempel di dinding
botol selai kaca.
4. Dimasukkan pupa yang berhasil diambil ke dalam salah satu sisi selang
plastik bening tetapi jangan sampai menyentuh pisang.
5. Diambil lagi pupa yang sudah berwarna hitam yang menempel di
dinding botol selai kaca.
6. Dimasukkan pupa yang berhasil diambil ke dalam satu sisi selang
plastik bening yang belum terisi oleh pupa.
7. Kedua sisi selang plastik ditutup dengan spons dan diberi identitas.
5) Persilangan F1
1. Disiapkan botol yang berisi medium sesuai jumlah persilangan dan
ulangannya.
2. Diambil pupa yang sudah menetas (umur maksimal 2 hari) dari selang
ampulan.
3. Disilangkan Drosophila melanogaster hasil ampulan strain ♀N >< ♂
bcl.
4. Setelah terdapat telur pada botol persilangan F1, jantan dilepas.
5. Ditunggu sampai muncul larva.
6. Diampul pupa yang sudah menghitam dari botol A (F1 hanya pada
botol A)
6) Persilangan F2
1. Diampul pupa yang sudah menghitam dari botol F1 dan memasukkan
ke dalam selang ampul.
2. Diambil pupa yang sudah menetas (umur maksimal 2 hari) dari selang
ampulan.
3. Ditimbang medium pada semua botol masing-masing 50 gram.
4. Dimasukkan sodium benzoat pada medium dengan konsentrasi (0 gr,
0,15 gr, 0,3 gr, 0,45 gr, 0,6 gr, dan 0,75 gr) pada setiap perlakuan.
5. Setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 4 kali.
6. Disilangkan D. melanogaster keturunan F1 ♀N>< ♂ bcl dari botol stok.
7. Dilepas jantan dari setiap persilangan setelah munculnya larva.
8. Dipindahkan betina dari setiap persilangan jika sudah muncul larva ke
botol A, B, C, dan D sampai betina tidak bertelur lagi.
9. Ditunggu sampai pupa menetas.
10. Diamati fenotip dan menghitung anakan dari setiap botol persilangan
selama 7 hari.
11. Dimasukkan pada tabel data pengamatan.
Persilangan Ulangan
Konsentrasi Strain Jumlah
F2 U1 U2 U3 U4
N
F1 ♀N >< bcl
0 gram
♂bcl dari stok b
cl
Jumlah
N
F1 ♀N >< Bcl
0,15 gram
♂bcl dari stok b
cl
Jumlah
N
F1 ♀N >< bcl
0,3 gram
♂bcl dari stok b
cl
Jumlah
N
F1 ♀N >< bcl
0,45 gram
♂bcl dari stok b
cl
Jumlah
Lanjutan Tabel...
Tabel 3.2 Tabel Data Hasil Pengamatan F2
N
F1 ♀N >< bcl
0,60 gram
♂bcl dari stok b
cl
Jumlah
N
F1 ♀N >< bcl
0,75 gram
♂bcl dari stok b
cl
Jumlah
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Strain Drosophila Melanogaster
No. Gambar dan Nama Strain Ciri Strain
1. Strain Normal (N) 1. Tubuh berwarna kekuningan
2. Mata berwarna merah
3. Sayap menutupi tubuh dengan
sempurna
4. Faset mata halus
Persilangan Ulangan
Konsentrasi Strain Jumlah
F2 U1 U2 U3 U4
N 60 - 60
F1 ♀N >< bcl 58 - 58
0 gram
♂bcl dari stok B 42 - 42
Cl 45 - 45
Jumlah 205 - 205
Lanjutan Tabel...
Tabel 4.2 Data Perhitungan Jumlah Anakan F2
N 22 19 41
F1 ♀N >< bcl 8 9 17
0,15 gram
♂bcl dari stok b 4 8 12
cl 7 7 14
Jumlah 41 43 84
N 0 - 0
F1 ♀N >< bcl 1 - 1
0,3 gram
♂bcl dari stok b 1 - 1
cl 2 - 2
Jumlah 4 - 4
N 42 - 42
F1 ♀N >< bcl 26 - 26
0,45 gram
♂bcl dari stok b 19 - 19
cl 26 - 26
Jumlah 113 - 113
N 0 - 0
F1 ♀N >< bcl 1 - 1
0,60 gram
♂bcl dari stok b 0 - 0
cl 0 - 0
Jumlah 1 - 1
N 16 13 29
F1 ♀N >< bcl 4 5 9
0,75 gram
♂bcl dari stok b 8 10 18
cl 8 4 12
Jumlah 36 32 68
Skema :
P1 b+ b b+ b+ b b b+ b
Duplikasi
cl+ cl cl+ cl+ cl cl cl+ cl
P2 b+ b b b b+ b b b
cl+ cl cl cl cl+ cl cl cl
F2 :
♀
b+ cl+ bcl
♂
𝑏 + 𝑐𝑙 + 𝑏 𝑐𝑙
bcl 𝑏 𝑐𝑙 𝑏 𝑐𝑙
(N) (bcl)
1. Persilangan ♀N ×♂ bcl
P1 : ♀N ×♂ bcl
𝑏+𝑐𝑙+ 𝑏 𝑐𝑙
G1 : ×
𝑏+ 𝑐𝑙+ 𝑏 𝑐𝑙
P2:
b+ b+ b b b b b+ b b+ cl b b b b
F2 :
♀
b+ cl+ b+ cl b cl+ bcl
♂
𝑏 + 𝑐𝑙 + 𝑏 + 𝑐𝑙 𝑏 𝑐𝑙 + 𝑏 𝑐𝑙
bcl 𝑏 𝑐𝑙 𝑏 𝑐𝑙 𝑏 𝑐𝑙 𝑏 𝑐𝑙
(N heterozigot) (cl) (b) (bcl)
Perbandingan F2 = N : cl : b : bcl
= 1 : 1: 1 : 1
b. Ulangan 2
Jumlah tipe rekombinasi 6. Konsentrasi 0,75 gr
Nps = X 100%
Jumlah seluruh individu a. Ulangan 1
8+7
Nps = X 100% = 35% Nps =
Jumlah tipe rekombinasi
X 100%
43
Jumlah seluruh individu
8+8
3. Konsentrasi 0,3 gr Nps = X 100% = 44%
36
a. Ulangan 1 b. Ulangan 2
Jumlah tipe rekombinasi Jumlah tipe rekombinasi
Nps = X 100% Nps = X 100%
Jumlah seluruh individu Jumlah seluruh individu
1+2 10+4
Nps = X 100% = 75% Nps = X 100% = 44%
4 32
80.00% Ulangan 1
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
0 gr 0,15 gr 0,3 gr 0,45 gr 0,6 gr 0,75 gr
Ulangan 1
BAB V
PEMBAHASAN
Sodium benzoat terlebih dahulu dipecah menjadi ATP dan CoA. Produk
samping dari ATP dan CoA adalah AMP dan Ppi. ATP dan CoA juga akan
dipecah menjadi Benzoyl-CoA. Glisin yang melintasi membran mitokondria
bagian dalam akan bereaksi dengan Benzoyl-CoA sehingga membentuk CoA dan
asam hipurat yang dibantu oleh N-asiltransferase. Hipurat dapat dikonversi
kembali menjadi benzoat oleh mikroba usus, sintesis hippurate di hati dan ginjal
tidak dapat dipulihkan dan sangat tergantung pada fungsi mitokondria (Beyo ̆glu
dan Idle 2012; Gatley dan Sherratt 1977; Lees et al. 2013). Sebagian besar energi
pada mitokondria digunakan untuk fungsi sel hati melalui fosforilasi oksidatif
yang diberikan oleh siklus asam tricarboxylic dan β-oksidasi asam lemak rantai
panjang. Mitokondria juga terlibat erat dalam proses kematian sel seperti transisi
permeabilitas mitokondria (MPT). MPT adalah pembukaan pori sensitif-
siklosporin di membran dalam mitokondria, yang mengarah ke pembengkakan
mitokondria, depolarisasi, pelepasan ikatan, dan kegagalan fosforilasi oksidatif,
pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS), dan kematian sel dengan apoptosis
atau nekrosis (Halestrap 2009). Berdasarkan pernyataan tersebut, sodium benzoat
dapat tidak berpengaruh terhadap terjadinya peristiwa pindah silang dikarenakan
benzoat yang masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi hipurat dan dibuang
melalui urin dalam Drosophila.
Gen-gen yang mengatur dalam pindah silang diantaranya yaitu gen mei-9
yang berfungsi sebagai pemotong holiday junction. Gen mei-W68 dibutuhkan
dalam inisiasi rekombinasi meiosis. Gen mei-W68 mengkode protein MEI-W68
yang dibutuhkan dalam peristiwa pemutusan unting ganda saat meiosis. Gen mei-
218 berfungsi sebagai protein intaseluler yang terlibat dalam pindah silang. Gen
mei-217 terlibat dalam pembentukan rekombinasi (holiday junction). Selain
mempengaruhi, gen ini juga dapat mempengaruhi gen pembentuk Synaptonemal
complex yaitu protein C(3)G yang berfungsi sebagai pengkode filamen transvesal.
Selain itu terdapat protein C(2)M yang berfungsi pengkode pembentukan
Synaptonemal complex secara sempurna. Natrium benzoat yang masuk dalam
tubuh lalat menyebabkan mutasi pada kedua gen diatas. Natrium benzoat akan
berikan dengan struktur gen diatas. Sehingga terjadi kerusakan struktur SC dan
mengakibatkan tidak terjadinya mekanisme pindah silang. Oleh karena itu
frekuensi dari penambahan natrium benzoat pada medium mengakibatkan
penurunan frekuensi dari jumlah anakan yang mengalami pindah silang
(Andreson, 2005).
Pada hasil penelitian kali ini terdapat frekuensi anakan yang mengalami
crossing over yang lebih dari 50%, hal tersebut kemungkinan karena adanya
faktor perubahan temperatur. Menurut Grushuko (1991), adanya perubahan
temperatur secara tiba-tiba akan mempengaruhi frekuensi dari rekombinasi.
Perubahan secara tiba-tiba meningkatkan frekuensi dari rekombinasi. Oleh karena
itu jumlah anakan yang mengalami crossing over lebih banyak dari normalnya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 SIMPULAN
1. Natrium benzoat tidak berpengaruh terhadap frekuensi pindah silang yang
terjadi pada D. melanogaster hal ini dikarenakan benzoat yang masuk ke
dalam tubuh hanya sampai saluran pencernaan dan akan disintesis
menjadi hippurate kemudian dikeluarkan melalui urin. Selain itu, terdapat
mekanisme DNA repair melalui DNA glycosilase yang mengenali AP
site untuk dipotong dan diisi dengan basa yang baru dengan bantuan DNA
Polymerase I dan DNA Ligase. Alasan lainnya dikarenakan mutasi yang
bersifat acak sehingga gen yang berperan dalam pindah silang dapat tidak
termutasi.
2. Natrium benzoat berpengaruh terhadap frekuensi pindah silang yang
terjadi pada D. melanogaster hal ini dikarenakan banyaknya jumlah
benzoat yang masuk dalam tubuh sehingga glisin tidak berkonjugasi
dengan benzoyl-CoA yang menyebabkan perubahan struktur DNA.
Kemudian, benzoat yang masuk dalam tubuh lalat menyebabkan mutasi
pada gen C(3)G dan C(2)M sehingga terjadi kerusakan struktur SC dan
mengakibatkan tidak terjadinya mekanisme pindah silang.
6.2 SARAN
1. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih menjaga kebersihan, ketekunan,
ketelitian dalam menjalankan penelitian ini agar mendapatkan data yang
tepat.
2. Dibutuhkan kebersihan medium, alat dan bahan yang digunakan agar
medium pada lalat tidak dihinggapi kutu dan jamur
DAFTAR RUJUKAN
Andreson, K.A., Suzzane,M.R., Scott, L., Page. 2005. Juxtaposition of C(2)M and
the Transverse Filament Protein C(3)G Within the Centra Region of
Drosophilla Synaptonemal complex. Piscataway: State University of New
Jersey.
Aini, N. 2008. Kajian Awal Kebutuhan Nutrisi Drosophila melanogaster. Skripsi.
Departemen Ilmi Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Ashburner, M. 1985. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA: Coldspring
Harbor Laboratory Press.
Ayala, F. J., dkk. 1984. Modern Genetics. Menlo Park California: The Benjamin/
Cummings Publishing Company, Inc.
Borror J.D. Triplehorn. 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Beyoglu D, Idle JR. 2012. The glycine deportation system and its ˘
pharmacological consequences. Pharmacol Ther 135(2):151–67.
Chyb, S., Gompel, N. 2013. Atlas of Drosophila Morphology, Wild Type And
Classical Mutants. USA: Elsevier Inc.
Chipley, J.R. 2005. Sodium Benzoate and Benzoic Acid in Antimicrobials in
Foods, ed. P. M. Davidson, et. al, CRC Press, New York
Corebima, A. D. 2013. Genetika Mendel. Airlangga University Press.
Collins. K.A. 2014. Corolla is a Novelk Protein That Conbtributes to The
Architecture of Synaptonemal Complex of Drosophilla. Genetics 198: 219-
228
Demerec and Kaufman. 1961. Drosophila Guide. Introduction to the Genetics and
Cytology of Drosophila melanogaster. Washington D.C.
Gardner, E. J., Simmons, M. J. 1984. Principles Of Genetics. New York: John
Wiley & Sona.
Gardner, E. J., Simmons, M. J., Snustad, D. P. 1991. Principles of Genetic Eight
Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Gatley, S J, and H S A Sherratt. 1977. ‘The Synthesis of Hippurate from Benzoate
and Glycine by Rat Liver Mitochondria. Submitochondrial Localization
and Kinetics’. Biochemical Journal 166 (1): 39–47.
https://doi.org/10.1042/bj1660039.
Griffiths, Anthony J. F., Susan R. Wessler, Sean B. Carroll, and John F. Doebley.
2015. Introduction to Genetic Analysis. Eleventh edition. New York, NY:
W.H. Freeman & Company, a Macmillan Education imprint.
Grushko, T.A., Korochkina,S.E., Klienko V.V. 1991.Temperature Control of the
Crossing Over Fequency in Drosophilla Melanogaster. Genetika.
27(10):14-21
Hartmann, Michaelyn A., and Jeff Sekelsky. 2017. ‘The Absence of Crossovers
on Chromosome 4 in Drosophila Melanogaster : Imperfection or
Interesting Exception?’ Fly 11 (4): 253–59.
https://doi.org/10.1080/19336934.2017.1321181.
Hartwell, Leland. 2018. Genetics: From Genes to Genomes. Sixth edition. New
York, NY: McGraw-Hill Education.
Haschek, Wanda M., Colin G. Rousseaux, and Matthew A. Wallig. 2010.
‘Principles of Toxicology’. In Fundamentals of Toxicologic Pathology, 1–
8. Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-370469-6.00001-5.
Jones, Gareth H., and F. Chris H. Franklin. 2006. ‘Meiotic Crossing-over:
Obligation and Interference’. Cell 126 (2): 246–48.
https://doi.org/10.1016/j.cell.2006.07.010.
Lees, Hannah J., Jonathan R. Swann, Ian D. Wilson, Jeremy K. Nicholson, and
Elaine Holmes. 2013. ‘Hippurate: The Natural History of a Mammalian–
Microbial Cometabolite’. Journal of Proteome Research 12 (4): 1527–46.
https://doi.org/10.1021/pr300900b.
Mason, J.M., Champion, L.E., Hook,G.1997 Germ Line Effect a Muttator, mu2,
in Drosophilla Melanogaster. Genetics 146(4): 1381-1397
Page, S.L,et al. 2004. The Genetics and Molecular Biology of The Synaptonemal
Complex.Cell Devision. 20: 525-558
Oyewole, Oluwole. 2012. ‘Sodium Benzoate Mediated Hepatorenal Toxicity in
Wistar Rat: Modulatory Effects of Azadirachta Indica (Neem) Leaf’.
European Journal of Medicinal Plants 2 (1): 11–18.
https://doi.org/10.9734/EJMP/2012/619.
Priest, Nicholas K., Deborah A. Roach, and Laura F. Galloway. 2007. ‘MATING-
INDUCED RECOMBINATION IN FRUIT FLIES’. Evolution 61 (1):
160–67. https://doi.org/10.1111/j.1558-5646.2007.00013.x.
Slatko, B. E., and Y. Hiraizumi. 1975. ‘Elements Causing Male Crossing over in
Drosophila Melanogaster’. Genetics 81 (2): 313–24.
Snustad, D. Peter, and Michael J. Simmons. 2012. Principles of Genetics. 6th ed.
Hoboken, NJ: Wiley.
US FDA (1973). Evaluation of the health aspects of benzoic acid and sodium
benzoate as food ingredients. Bethesda, MD
Webber, H. 2004. Selective and Poweful Sress Gene Expression. Mar, 37 (6):
877-888