PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dzikir adalah konsep, wadah, sarana, agar manusia tetap terbiasa dzikir
(ingat) kepada-Nya ketika berada di luar shalat. Tujuan dari dzikir adalah
mengagungkan Allah, mensucikan hati dan jiwa, mengagungkan Allah selaku
hamba yang bersyukur, dzikir dapat menyehatkan tubuh, dapat mengobati
penyakit dengan metode Ruqyah, mencegah manusia dari bahaya
nafsu.(Fatihuddin, 2010 dalam Deden, 2017).
B. Rumasan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diurainkan di atas maka
perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Penerapan strategi Dzikir
pada pasien halusinasi pendengaran dengan benar dan melatih kemampuan
pasien ber-dzikir agar pasien mengemukakan tentang perasaannya yang lebih
tenang, emosi lebih terkendali serta tidak gelisah lagi sehingga mereka bisa
bersosialisasi dengan pasien lain dan mulai bisa mengikuti aktifitas sehari-hari
di Rumah Sakit ErnaldiBahar.
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya .Suatu penerapan panca indra tanda
ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014).
NONPSIKOTIK
Fase 2. Condeming 1. Pengalaman sensori yang 1. Meningkatnya tanda-tanda
menjijikan dan menakutkan sistem saraf otonom akibat
Ansietas berat
2. Klien mulai lepas kendali dan ansietas seperti peningkatan
mungkin mencoba untuk denyut jantung, pernafasan,
Halusinasi jadi
mengambil jarak dirinya dengan dan tekananan darah.
mnjijikan.
sumber yang dipersepsikan. 2. Rentang perhatian
3. Klien mungkin mengalami menyempit
dipermalukan oleh pengalaman 3. Asik dengan pengalaman
sensori dan menarik diri dari sensori dan kehilangan
orang lain. kemampuan membedakan
4. Mulai merasa kehilangkan halusinasi dan realita
kontrol 4. Menyalahkan
5. Tingkat kecemasan berat, 5. Menarik diri dari oranglain
secara umum halusinasi
menyababkan perasaan antipati
PSIKOTIK RINGAN
Fase 3. Controling 1. Klien berhenti melakukan 1. Kemampuan yang
perlawanan terhadap halusinasi dikendalikan halusinasi akan
Ansietas berat
dan menyerah pada halusinasi lebih diikuti
tersebut. 2. Kesukaran berhubungan
Pengalaman sensori
2. Isi halunasi menjadi menarik dengan orang lain
jadi berkuasa
3. Klien mungkin mengalami 3. Rentang perhatian hanya
pengalaman kesepian jika beberapa detik atau menit.
sensori halusinasi berhenti. 4. Adanya tanda-tanda fisik
ansietas berat : berkeringat,
tremor, dan tidak mampu
mematuh perintah
5. Isi halusinasi menjadi
atraktif
6. Perinta halusinasi di taati
7. Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat, termor
dan berkeringat
PSIKOTIK
Fase 4. Conquering 1. Pengalaman sensori menjadi 1. Prilaku eror karena panik
mengencam jika klien mengikuti 2. Potensi kuat suicide atau
Panik
perintah halusinasinya homicide
2. Halusinasi berakhir dari 3. Aktifitas fisik merefleksikan
Umunya menjadi
beberapa jam atau hari jika tidak isi halusinasi seperti perilaku
melebur dalam
ada intervensi therapeutic kekerasan, agitasi, menarik
halusinasinya
menarik dari atau katatonik
4. Tidak mampu merespon
perintah yang kompleks
5. Tidak merespon lebih dari
satu orang
6. Agitasi atau kataton
PSIKOTIK BERAT
a. Faktor predisposisi
b. Faktor Presipitasi
5. Etiologi Halusinasi
a. Dimensi Fisik
b. Dimensi Emosional
d. Dimensi Sosial
e. Dimensi Spiritual
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering terjadi digunakan klien dengan
halusinasi ( Abdul Muhith, 2015 ) meliputi :
a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
b. Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus
internal
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien
ilusi pikir/delusi
Reaksi emosi Halusinasi
Dengan
berlebihan Sulit merespon
pengalaman
Perilaku aneh emosi
atau tidak biasa Perilaku
disorganisasi
effect
Resiko mencedrai diri sendiri, orang lain, dan
ingkungan
2. Tujuan
a. Berdzikir dapat mendorong memusatkan perhatian dan berpikir pada satu
titik yang dapat menenangkan hati.
b. Menghilangkan gelisah dan hati yang gundah
c. Mehilangkan kerisauan
d. Dapat menghilangkan nyeri dan menumbuhkan ketenangan dan
kestabilan saraf untuk pasien.
e. Dengan dzikir dapat mengingatkan kita agar selalu berfikir positif
f. pasien bisa menghilangkan suara-suara yang tidak nyata dan lebih dapat
menyibukkan diri dengan melakukan terapi zikir.
(Ust. Fadli Ramadan, 2019),
7) Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling bearti dalam hidup pasien, tanyakan
upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa
saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta
dalam kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam
berhhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain
8) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan
f. Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung
kaki apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai,
cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan pasien dalam
berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik /
berpakaian terhadap status psikologis pasien
2) Pembicaraan
Amati pembicaraan pasien apakah cepat, keras, terburu-buru,
gagap, sering terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu,
menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan
3) Aktivitas motorik
a) Lesu, tegang, gelisah
b) Agitasi : Gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
c) Tik : Gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak
terkontrol
d) Grimasem : Gerakan otot muka yang berubah-ubah yang
tidak terkontrol pasien
e) Tremor : Jari-jari yang bergetar keika pasien menjulurkan
tangan dan merentangkan tangan
f) Kompulsif : Kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
4) Alam perasaan
a) Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b) Ketakutan : Objek yang ditakuti sudah jelas
c) Khawatir : Objeknya belum jelas
5) Afek
a) Datar : Tidak ada perubahan roman muka pada saat ada
stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan
b) Tumpul : Hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang
sangat kuat
c) Labil : Emosi pasien cepat berubah-ubah
d) Tidak sesuai : Emosi bertentangan atau berlawanan dengan
stimulus
6) Interaksi selama wawancara
a) Kooperatif : Berespon dengan baik terhadap wawancara
b) Tidak kooperatif : Tidak dapat menjawab pertanyaan
pewawancara dengan spontan
c) Mudah tersinggung
d) Bermusuhan : Kata-kata atau pandangan yang tidak
bersahabat atau tidak ramah
e) Kontak kurang : Tidak mau menatap lawan bicara
f) Curiga : Menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain
7) Proses pikir
a) Sirkumtansial : Pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai
pada tujuan
b) Tangensial : Pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak
sampai pada tujuan
c) Kehilangan asosiasi : Pembicaraan tidak ada hubungan
antara satu kalimat degan kalimat lainnya
d) Fight of ideas : Pembicaraan yang meloncat dari satu topik
ke topik yang lainnya
e) Boking : Pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari
luar kemudian dilanjutkan kembali
f) Perseferasi : Kata-kata yang diulang berkali-kali
g) Perbigerasi : Kalimat yang diulang berkali-kali
8) Isi pikir
a) Obsesi : Pikiran yang selalu muncul walaupun pasien
berusaha menghilangkannya
b) Phobia : Ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap
objek / situasi tertentu
c) Hipokondria : Keyakinan terhadap adanya gangguan organ
tubuh yang sebenarnya tidak ada
d) Depersonalisasi : Perasaan pasien yang asing terhadap diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
e) Ide yang terkait : Keyakinan pasien terhadap kejadian yang
terjadi dilingkungan yang bermakna yang terkait pada
dirinya
f) Pikiran magis : Keyakinan pasien tentang kemampuannya
melakukan hal-hal yang mustahil atau diluar
kemampuannya
g) Waham
1. Agama : Keyakinan pasien terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan keyakinan
2. Somatik : Keyakinan pasien terhadap tubuhnya dan
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
keyakinan.
3. Kebesaran : Keyakinan pasien yang berlebihan terhadap
kemampuannya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
4. Curiga : Keyakinan pasien bahwa ada seseorang yang
berusaha merugikan, mencederai dirinya, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
5. Nihilistik : Pasien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada
didunia / meninggal yang dinyatakan secara berulang-
ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara
makan, observasi kemampuan pasien menyiapkan dan
membersihkan alat makan\
b) Buang air besar dan buang air kecil
Observasi kemampuan pasien untuk BAB dan BAK, pergi
menggunakan WC atau membersihkan WC
c) Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi,
menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, observasi kebersihan
tubuh dan bau badan pasien
d) Berpakaian
Observasi kemampuan pasien dalam mengambil,, memilih
dan mengenakan pakaian, observasi penampilan dandanan pasien
e) Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau
malam, persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur
f) Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu,
dan cara pemberian
g) Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada pasien tentang bagaimana, kapan
perawatan lanjut, siapa saja sistem pendukung yang dimiliki
h) Aktivitas didalam rumah
Tanyakan kemampuan pasien dalam mengolah dan
menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri,
mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
i) Aktivitas diluar rumah
Tanyakan kemampuan pasien dalam belanja untuk keperluan
sehari-hari, aktivitas lain yang dilakukan diluar rumah
h. Tingkat kesadaran
1) Bingung : Tampak bingung dan kacau (perilaku yang tidak
mengarah pada tujuan)
2) Sedasi : Mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau
tidak sadar
3) Stupor : Gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang
diulanng-ulang, anggota tubuh pasien dalam sikap yang canggung
dan dipertahankan pasien tapi pasien mengerti semua yang terjadi
dilingkungannya
4) Orientasi : Waktu, tempat dan orang
i. Memori
1) Gangguan mengingat jangka panjang : Tidak dapat mengingat
kejadian lebih dari 1 bulan
2) Gangguan mengingat jangka pendek : Tidak dapat mengingat
kejadian dalam minggu terakhir
3) Gangguan mengingat saat ini : Tidak dapat mengingat kejadian yang
baru saja terjadi
4) Konfabulasi : Pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan
memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya
j. Tingkat konsentrasi
1) Mudah beralih : Perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek
lainnya
2) Tidak mampu berkonsentrasi : Pasien selalu minta agar pertanyaan
diulang karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak
dapat menjelaskan kembali pembicaraan
3) Tidak mampu berhitung : Tidak dapat melakukan penambahan atau
pengurangan pada benda-benda yang nyata
k. Daya tarik diri
Mengingkari penyakit yang diderita : Pasien tidak dapat menyadari
gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak
perlu minta pertolongan / pasien menyangkal keadaan penyakitnya, pasien
tidak mau bercerita tentang penyakitnya.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual atau
potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan. Rumusan diagnosis yaitu Permasalahan (P)
berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab akibat
secara ilmiah. Perumusan diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada pohon
masalah yang sudah dibuat (Yusuf AH, dkk 2015).
4. Implementasi Keperawatan
Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan perawat perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan
kondisi pasien saat ini (here and now). Perawat juga perlu mengevaluasi diri
sendiri apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal
sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Setelah tidak ada hambatan lagi,
maka tindakan keperawatan bisa diimplementasikan (Yusuf AH, dkk 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam, yaitu (1) evaluasi
proses atau evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, dan (2) evaluasi hasil atau sumatif, yamg dilakukan dengan
membandingkan respons pasien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditetapkan.
Evaluasi dilakukan dengan pendekataan SOAP, yaitu sebagai berikut:
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data
yang kontradiksi terhadap masalah yang ada
P : Tindakan lanjut berdasarkan hasil analisis respon pasien (Yusuf AH, dkk
2015).
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokummentasi implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan
hendaknya tidak dianggap hal yang sepele oleh perawat maupun peserta didik
keperawatan, dan hal ini dianjurkan menggunakan formulir yang sama. Seperti
proses keperawatan di unit rawat jalan/ gawat darurat/ rehabilitas/ elektromedik.
(Herman Ade, 2011).
7. Discharge Planning
Discharge planning adalah suatu proses yang terpusat, terkoordinasi dan
terdiri dari disiplin ilmu yang memberikan kepastian bahwa klien mempunyai
suatu rencana untuk perawatan berkelanjutan. Perencanaan pemulangan pasien
membantu proses pemindahan pasien dari suatu lingkungan ke lingkungan lain
(Potter & Perry, 2005), Discharge planning adalah suatu perencanaan yang
sistematis untuk mengatur kontinuitas perawatan pasien agar pasien menerima
perawatan yang tepat sehingga dapat pulang dengan tepat waktu dan kembali
mandiri dalam menjalani situasi kehidupan seperti semula.
Discharge planning adalah suatu program yang terkoordinasi yang
dirancang untuk memberikan perawatan yang berkelanjutan, informasi
kebutuhan yang harus dipenuhi pasien setelah pulang, evaluasi dan instruksi
perawatan diri (Swanburg, 2000). Hal penting yang harus ada di dalam sebuah
discharge planning yang baik meliputi.