Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 0853-2877 MODUL vol(Hotel

Penilaian Aspek Green Hotel Kelas Menengah 16 NoBintang


1 Januari
1, Juni 2016
2, Dan 3)

PENILAIAN ASPEK GREEN HOTEL KELAS MENENGAH


(HOTEL BINTANG 1, 2, DAN 3)

Diptya Anggita1, Anedya Wardhani2, Yodi Danusastro3


1,2
Jurusan Arsitektur Universitas Pancasila
3
Yodaya Hijau Bestari

ABSTRAK

Berdasarkan data STR Global (2015), Pembangunan Hotel di Indonesia termasuk terbanyak
kedua se-Asia Pasifik. Pembangunan yang terus menerus tanpa memikirkan dampak lingkungan
mendatang akan merusak lingkungan. Jumlah hotel semakin hari semakin meningkat. Berdasarkan
data statistik hotel dan tingkat penghunian kamar hotel DKI Jakarta (2014), jumlah hotel di DKI
Jakarta pada tahun 2014 ada sebanyak 437 hotel, 35.48% adalah hotel bintang tiga, 22.12% hotel
bintang dua, 19.82% hotel bintang empat, dan 10.60% hotel bintang satu. Jumlah Hotel bintang dan
non bintang di Jakarta mengalami peningkatan sebesar 24.50% sejak tahun 2010-2014.
Pembangunan industri pariwisata yang pesat dapat memberikan ancaman yang serius terhadap
lingkungan dan sosial budaya. Perkembangan pembangunan hotel juga membuat daerah sekitar
Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan bekasi untuk memenuhi kebutuhan pembangunan
industri pariwisata yang pesat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana aspek
green hotel telah diterapkan pada hotel bintang satu, dua, dan tiga di daerah Jabodetabek. Proses
penelitian dilakukan dengan pencarian data dan survey lapangan (observasi, wawancara, dan
dokumentasi) berdasarkan kriteria yang terdapat pada kuesioner penelitian. Pembahasan pada
penelitian yaitu mengenai sampah, energi, HVAC, dan edukasi. Dengan adanya penelitian ini akan
memberikan gambaran perkembangan green hotel di Jabodetabek pada masa ini, sehingga pada
pembangunan hotel selanjutnya dapat berkembang lebih baik.

Kata kunci: Green Hotel, arsitektur hijau, pembangunan hotel.

PENDAHULUAN layanan jasa dalam bentuk


Indonesia adalah negara kepulauan tropis penginapan/akomodasi serta menyediakan
yang kaya akan sumber daya alam dan hidangan dan fasilitas lainnya untuk umum yang
keanekaragaman hayati. Hal ini menjadi potensi memenuhi syarat kenyamanan (comfort),
tombak pendapatan negara yaitu aspek rahasia (privacy), dan bertujuan komersional.
pariwisata. Kekayaan tersebut memberikan Pariwisata memang memiliki peran penting
keunggulan berupa objek wisata yang dapat dalam pembangunan nasional maupun regional,
dinikmati dari Sabang sampai Merauke, sehingga terutama pembangunan ekonomi. Namun disisi
bermacam-macam jenis hotel dan resort banyak lain, salah satu tanggung jawab pembangunan
dikembangkan di daerah sekitar objek wisata. dalam konsep keberlanjutan adalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi mengedepankan konsep ramah lingkungan.
dari hotel adalah sebuah bangunan berkamar Usaha-usaha terpadu diperlukan untuk
banyak yang disewakan sebagai tempat untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang
menginap dan tempat makan orang yang sedang disebabkan oleh perkembangan industri
dalam perjalanan. Bentuk akomodasi dikelola pariwisata (dalam hal ini perhotelan). Perhotelan
secara komersial disediakan bagi setiap orang mengkonsumsi energi sangat intensif oleh
untuk memperoleh pelayanan, penginapan, karena itu dalam hal ini memerlukan berbagai
makan dan minum.Pengertian tersebut sesuai usaha penghematan energi. Salah satu upaya
dengan definisi hotel menurut Keputusan tersebut dapat ditinjau dari desain maupun
Menteri SK 241/H/70/tahun/1970 bahwa hotel perencanaan fasilitas termasuk dalam hal
adalah sebuah perusahaan yang memberikan pemilihan lokasi, pemilihan material bangunan

21
ISSN : 0853-2877 MODUL vol 16 No 1 Januari Juni 2016

dari bahan lokal, pemanfaatan sumber energi Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi
terbarukan, pemanfaatan peralatan yang hemat Daerah Khusus Ibukota Jakarta no 3 tahun 2013,
energi, dan lain-lain. Hal ini meliputi berbagai pengolahan sampah sebelum diangkut ke TPST
kelas hotel, termasuk kelas menengah yang atau TPA dilakukan dengan cara pengurangan
berada di kisaran bintang satu, dua, dan tiga. sampah (pembatasan timbulan sampah,
Pemerintah juga telah mengatur tentang pendauran ulang sampah, dan atau
bangunan gedung hijau dengan mengeluarkan pemanfaatan lembali sampah) dan penanganan
Peraturan Menteri PUPR no 2/PRT/M/2015. sampah (menggunakan bahan yang dapat diguna
Tertulis bahwa Bangunan Gedung Hijau adalah ulang, bahan yang dapat didaur ulang dan/atau
bangunan gedung yang memenuhi persyaratan bahan yang mudah diurai oleh proses alam).
bangunan gedung dan memiliki kinerja terukur
secara signifikan dalam penghematan energi, air, Energi
dan sumber daya lainnya melalui penerapan Energi adalah kemampuan untuk
prinsip bangunan gedung hijau sesuai dengan mengerjakan sesuatu. Biasanya pada bangunan
fungsi dan klasifikasi dalam setiap tahapan penggunaan energi terbesar yaitu dengan energi
penyelenggaraannya. Sedangkan maksud dari listrik. Konsumsi energi paling besar dialokasikan
Peraturan Menteri tersebut adalah sebagai pada operasional pengondisian suhu ruang
pedoman bagi penyelenggara bangunan gedung dalam gedung berupa pendingin ruangan (air
dalam melakukan penyelenggaraan bangunan conditioning/AC), transportasi vertikal, dan
gedung hijau. penerangan. Pengoperasian sistem tersebut
Berdasarkan data yang didapatkan dari dengan menggunakan teknologi dan cara yang
Green Building Council Indonesia (GBCI) terdapat tidak efisien dan memiliki dampak yang besar
50 bangunan yang masih dalam proses sertifikasi pada perubahan iklim serta pemanasan global
Green Building dan 13 bangunan yang telah karena adanya efek rumah kaca. Untuk
memiliki sertifikat Green Building, namun memerangi perubahan iklim, perlu adanya
bangunan dengan fungsi sebagai hotel praktik-praktik baru, sejak tahap desain hingga
berjumlah 1 (satu) bangunan yang telah pengoperasian gedung, sehingga efisiensi
tersertifikasi. Terkait dengan peningkatan jumlah konsumsi energi dapat meningkat dan jejak
hotel bintang satu, dua, dan tiga sebagai deretan karbon, potensi pemanasan global, serta potensi
jumlah hotel yang meningkat pesat, serta dalam penipisan lapisan ozon berkurang.
rangka membangun pariwisata Indonesia yang
berkelanjutan, perlu adanya Penilaian aspek Air
Green Hotel untuk hotel kelas menengah. Hal Menurut Panduan Penerapan Perangkat
tersebutlah yang melatarbelakangi penelitiaan Penilaian Bangunan Hijau Greenship yang
ini yaitu untuk dapat mengetahui sampai sejauh melatarbelakangi pengaturan air dalam
mana aspek green hotel telah diterapkan pada bangunan yaitu Siklus iklim dan curah hujan di
hotel bintang satu, dua, dan tiga di daerah Indonesia menjadi terganggu dengan adanya
Jabodetabek. perubahan iklim, pemanasan global, pembalakan
TINJAUAN PUSTAKA hutan, konversi lahan hijau, dan perusakan
Sampah wetland yang tidak terkendali. Selain itu, hal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut juga mengakibatkan keseimbangan
(KKBI) Sampah adalah barang atau benda yang neraca air serta ketersediaan air tanah dan air
dibuang karena tidak terpakai lagi dan permukaan ikut terganggu. Di saat musim
sebagainya; kotoran seperti daun, kertas. Tujuan kemarau terjadi kekurangan air, dan di saat
pengelolaan sampah untuk: (a) mewujudkan musim hujan terjadi banjir. Berdasarkan
lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah; perhitungan sumber daya air oleh Ditjen Sumber
(b) meningkatkan peran serta masyarakat dan Daya Air DPU, pulau Jawa, Bali, dan NTT
pelaku usaha untuk secara aktif mengurangi mengalami defisit air terutama pada musim
dan/atau menangani sampah yang berwawasan kemarau. Defisit ini akan bertambah parah
lingkungan; (c) menjadikan sampah sebagai dengan pertambahan penduduk dan
sumber daya yang memiliki nilai ekonomis; dan meningkatnya kegiatan ekonomi. Selain isu
(d) mewujudkan pelayanan prima. konsumsi air bersih, juga terjadi masalah dalam

22
ISSN : 0853-2877 MODUL vol 16 No 1 Januari Juni 2016

manajemen limbah (grey water dan black water) Tahapan kedua dengan melakukan
di kawasan perkotaan, yang daya dukung analisis data berdasarkan tahapan ekplorasi data
lingkungannya rendah. Manajemen limbah yang yang didapatkan. Analisis dilakukan dengan
tidak terpadu mengakibatkan pencemaran metode kualitatif yaitu analisis yang dilakukan
badan air dan menurunkan kualitas lingkungan. dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
Edukasi sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana
Dalam pengoperasian suatu bangunan hijau, yang penting dan yang akan dipelajari, dan
sangat diperlukan suatu standar manajemen membuat kesimpulan yang dapat diceritakan
yang terencana dan baku untuk mengarahkan kepada orang lain (Sugiono,2007:224). Tahapan
tindakan dari pelaku operasional bangunan yang terakhir adalah pengambilan kesimpulan
dalam melakukan pengeloalaan gedung agar penelitian.
dapat menunjukkan hasil yang ramah
lingkungan. Adanya kategori ini menurut HASIL SURVEY DAN ANALISIS
Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Survei dilakukan dengan pengamatan,
Bangunan Hijau Greenship juga memberikan penilaian, dan wawancara, dan dilakukan dalam
penekanan pada pentingnya faktor manusia tiga tahap (pencarian hotel untuk disurvei;
sebagai salah satu sumber daya yang memegang survei; penulisan hasil survey). Hotel yang telah
peranan penting dalam keberlangsungan suatu disurvei berjumlah 10 hotel dan berlokasi di
bangunan hijau. Jabodetabek (Jakarta, Bogor, tangerang, dan
Bekasi). Sepuluh hotel tersebut dianggap dapat
METODE PENELITIAN mewakili hotel-hotel yang ada di Jabodetabek.
Penelitian ini melakukan tiga tahapan Mendapatkan hotel yang mengijinkan untuk
penelitian, yang pertama adalah dengan survei penelitian tidak mudah. Pencarian dan
melakukan ekplorasi data yang terbagi menjadi survey hotel berhasil dilakukan selama kurang
dua langkah yaitu studi literatur dan survey lebih selama tiga bulan (87 hari), dari 46 hotel
lapangan, yaitu dengan observasi, wawancara, yang telah diajukan untuk survey (melalui via
dokumentasi, dan pengisian Kuesioner. telepon, email, dan pemberian surat
Kuesioner penilaian disusun dengan melakukan langsunghanya),10 hotel yang mensetujui untuk
iterasi terhadap penilaian aspek Green Building dilakukan penelitian. Hal tersebut dapat
dari sumber-sumber berikut ini: disimpulkan bahwa tingkat kehijauan hotel
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum merupakan pembahasan yang sensitif yang tidak
no.2 tahun 2015 tentang Bangunan mudah untuk dibagikan informasinya bagi hotel
Gedung Hijau kelas menengah (bintang 1, 2, dan 3) karena
2. Perangkat Penilaian Green Building merupakan bangunan komersial yang hasil
Greenship versi 1.2 untuk Bangunan informasi mengenai dalam hotel dapat
baru, dikeluarkan oleh Green Building mempengaruhi penjualan hotel tersebut apabila
Council Indonesia. terdengar oleh pihak lain.
3. ASEAN Green Hotel Standard, Observasi, penilaian, dan wawancara
dikeluarkan oleh ASEAN Tourism dilakukan sesuai dengan Kuesioner green hotel,
Standard. 1 yaitu mengenai sampah, energi, air, dan edukasi.
4. Green Globe standard untuk pariwisata
berkelanjutan 2 Sampah
Dari sumber acuan, dipilih kriteria-kriteria yang Penilaian mengenai sampah pada hotel
seragam dan sesuai untuk dilaksanakan pada terbagi atas empat point penilaian, yaitu
skala hotel bintang 3 ke bawah. Kuesioner pemisahan tempat sampah di area publik sesuai
tersebut didiskusikan dengan responden praktisi dengan jenisnya; daur ulang sampah non-
ahli Green Building. organik; pemisahan sampah berbahaya; dan
manajemen sampah organik.

1
http://www.asean.org/archive/23074.pdf
2
http://greenglobe.com/
23
ISSN : 0853-2877 MODUL vol 16 No 1 Januari Juni 2016

Tabel 1: Penilaian Sampah


HOTEL
ma SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH1
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 Separate bins in
public areas for
5 4 0 0 5 5 3 5 0 0 0
different waste
types.
2 Non-organic waste
10 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
are recycled.
3 Hazardous material
(B3) are safely stored 5 4 0 0 5 5 1 3 2 5 0
and disposed of.
4 Organic waste is
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
managed.
30 8 0 0 10 11 4 8 2 5 0

Hasil survei mengenai manajemen hotel yang melakukan pemisahan sampah B3dan
pembuangan sampah tidak ada yang mencapai memiliki petugas khusus untuk pengambilannya;
nilai maksimal. Melihat poin pertama mengenai dan sisanya tidak dipisahkan. Pada point
pemisahan sampah di area publik hanya keempat mengenai manajemen sampah organik,
terdapat dua hotel yang melakukan pemisahan berdasarkan hasil survey keseluruhan hotel yang
sampah sesuai dengan isinya; satu hotel telah disurvei tidak mengolah ataupun mendaur
melakukan pemisahan sampah namun isi ulang sampah organik. Sehingga dapat
sampah tidak sesuai dengan jenisnya; dan lima disimpulkan bahwa pencapaian nilai maksimal
hotel tidak membagi tempat sampah di area hanya sekitar 16% (total keseluruhan maksimum
publik. Poin kedua mengenai daur ulang sampah nilai pada 10 hotel dibandingkan dengan nilai
non-organik hanya dilakukan oleh satu hotel yang didapatkan).
namun pada saat-saat tertentu seperti untuk
hiasan interior hotel pada saat acara hari Energi
Kemerdekaan RI dengan menggunakan botol Pada penilaian mengenai energi pada hotel
bekas aqua sebagai gapura pintu hotel. Pada terbagi atas empat point penilaian, yaitu review
point ke tiga mengenai pemisahan sampah energi, perawatan peralatan HVAC, instalasi
berbahaya, seperti pembuangan lampu bolam. penerangan hemat energi, dan instalasi
Hasil survei menunjukan bahwa terdapat tiga peralatan hemat energi.
hotel yang tidak memisahkan sampah B3; dua
Tabel 2: Penilaian Energi
HOTEL
Ma SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH1
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 Energy use has been
reviewed and
opportunities for 10 0 7 0 5 10 0 5 1 1 0
savings have been
identified.
2 HVAC plant and
other equipment 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
regularly maintained.
3 Energy saving
10 3 5 0 5 5 0 5 7 6 0
lighting installed.

24
ISSN : 0853-2877 MODUL vol 16 No 1 Januari Juni 2016

4 Energy saving
5 0 3 0 3 2 3 4 2 2 0
equipment installed.
30 8 20 5 18 22 8 19 15 14 5

Hasil survey energi pada hotel yang telah Hasil survei menunjukan bahwa pada beberapa
disurvei memperlihatkan bahwa tidak ada yang hotel telah melakukan beberapa usaha untuk
mencapai nilai maksimal. Pada point pertama penghematan energi, seperti menggunakan lift
mengenai review penggunaan energi pada hotel hemat energi dan pemasangan kunci kamar
hanya dilakukan oleh beberapa hotel. Hasil dengan menggunakan kartu sekaligus untuk
review energi yang dilakukan oleh pihak hotel menyalakan listrik dalam kamar. Terdapat juga
tersebut digunakan untuk rencana penghematan beberapa usaha penghematan energi lainnya
energi selanjutnya atau mempertahankan seperti pengaturan menyalakan lampu dan lift
penggunaan energi pada target yang telah sesuai dengan jadwal, seperti lampu baru akan
ditentukan. Namun terdapat hotel yang dinyalakan pada malam hari dan menyalakan
melakukan review energi dan pengajuan rencana hanya satu lift setelah jam 09.00 malam atau
untuk penghematan energi pada bangunan, apabila pengunjung hotel tidak terlalu banyak.
namun sering terkendala oleh dana. Pada point Sehingga dapat disimpulkan bahwa pencapaian
ketiga mengenai perawatan peralatan HVAC. nilai maksimal hanya sekitar 45% (total
Hasil survei memperlihatkan bahwa semua hotel keseluruhan maksimum nilai pada 10 hotel
melakukan pengecekan pada peralatan HVAC dibandingkan dengan nilai yang didapatkan).
minimal 2-3 bulan sekali. Pada point ke empat
mengenai penggunaan lampu hemat energi. Air
Hasil survey memperlihatkan bahwa tidak ada Pada penilaian mengenai manejemen air
hotel yang menggunakan LED pada keseluruhan pada hotel terbagi atas lima point penilaian,
penerangan. LED yang terpasang biasanya yaitu pelatihan karyawan untuk meminimalisasi
teletak di dalam kamar, seperti pada lampu pembuangan air, penggunaan low-flush pada
tidur, ruang pertemuan, dan pada lift hotel. toilet, program penggunaan kembali
Namun terdapat beberapa hotel yang sedang handuk/linen, penggunaan grey water untuk
dalam proses penggantian keseluruhan lampu irigasi tanaman, dan menggunaan grease traps
dengan LED dan secara bertahap karena terkait pada sinks.
dengan masalah dana. Pada point terakhir
mengenai penggunaan alat yang hemat energi.
Tabel 3: Penilaian Air
HOTEL
ma SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH1
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 Staff training to
minimise waste of
water by
5 0 3 0 3 0 0 0 0 3 0
housekeeping,
catering staff etc.
carried out regularly.
2 Installation of low-
flush WCs to reduce
10 6 9 0 10 10 10 10 10 0 0
number of litres per
flush.
3 Towel/linen reuse
programme in 5 0 0 0 5 0 0 0 0 1 0
operation.
4 Recycling water by 5 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0

25
ISSN : 0853-2877 MODUL vol 16 No 1 Januari Juni 2016

irrigating plants with


grey water.
5 Grease traps in place
and maintained in 5 2 5 0 5 5 5 5 5 5 0
kitchen sinks.
30 8 17 0 28 15 15 15 15 9 0

Hasil survey mengenai manajemen air mengganti handuk secara otomatis apabila
pada hotel memperlihatkan bahwa hanya pengunjung menginap lebih dari dua hari. Point
terdapat satu hotel yang hampir mencapai nilai keempat mengenai penggunaan grey water
maksimal. Pada point pertama mengenai untuk irigasi tanaman, hasil survey menunjukan
pelatihan karyawan, hasil survei memperlihatkan bahwa hanya terdapat satu hotel yang telah
bahwa semua hotel tidak melakukan pelatihan menggunakan grey water untuk irigasi tanaman.
khusus untuk penggunaan air, namun telah Pada point terakhir mengenai penggunaan
memasukan peraturan penggunaan air dalam grease traps pada sinks, hasil survey
SOP hotel. Pada point kedua mengenai menunjukan bahwa hampir keseluruhan hotel
pemasangan low-flush pada toilet, hasil survei telah menggunakan grease traps (7 hotel) dan
memperlihatkan bahwa terdapat lima hotel yang terdapat dua hotel yang belum menggunakan
telah menggunakan low-flush pada keseluruhan grease traps, dan sisanya tidak keseluruhan sink
toiletnya dan terdapat tiga hotel yang menggunakan grease traps. Sehingga dapat
keseluruhan toiletnya tidak menggunakan low- disimpulkan bahwa pencapaian nilai maksimal
flush, sedangkan sisanya jumlah toilet yang telah hanya sekitar 41%(total keseluruhan maksimum
menggunakan low-flush hanya sebagian dari nilai pada 10 hotel dibandingkan dengan nilai
keseluruhan toilet. Hotel yang telah yang didapatkan).
menggunakan keseluruhan toiletnya dengan
low-flush merupakan hotel baru. Point ketiga Edukasi
mengenai penggunaan handuk/linen kembali, Pada penilaian mengenai edukasi pada
menurut hasil survei hanya terdapat satu hotel hotel terbagi atas dua point penilaian, yaitu
yang telah memberikan informasi berupa tulisan program pelatihan lingkungan untuk karyawan
untuk menggunakan handuk/linen untuk dan informasi untuk pengunjung mengenai
digunakan kembali dan terdapat satu hotel yang program lingkungan.
menggunakan peraturan bahwa hotel akan

Tabel 4: Penilaian Pendidikan


HOTEL
ma SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH0 SH1
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 Staff 'environmental'
training programmes 5 0 5 0 5 5 0 5 0 5 0
in place.
2 Guests kept
informed of
5 0 0 0 0 5 0 0 0 1 0
environmental
programme.
10 0 5 0 5 10 0 5 0 6 0

Hasil survey mengenai pendidikan pada terdapat lima hotel yang telah menggunakan
hotel memperlihatkan bahwa hanya terdapat program pelatihan untuk karyawannya.
satu hotel yang dapat mencapai nilai maksimal. Berdasarkan hasil wawancara menyebutkan
Pada point pertama mengenai pelatihan bahwa telah ada peraturan dari Pemerintah
lingkungan, hasil survei menunjukan bahwa Daerah untuk selalu meninjau aspek lingkungan

26
ISSN : 0853-2877 MODUL vol 16 No 1 Januari Juni 2016

hotel-hotel yang telah terbangun. Sedangkan bahwa kepedulian pada bidang persampahan
poin kedua mengenai informasi kepada masih sangat minim dan yang paling difokuskan
pengunjung, berdasarkan hasil survey hanya pada hotel adalah pada energi bangunan yang
satu hotel yang memberikan informasi tersebut digunakan.
kepada pengunjung, sedang nlai yang tidak
maksimal dikarenakan pemberian informasi DAFTAR PUSTAKA
tersebut (seperti stiker) hanya diberikan di area Prasasto Satwiko, 2008. FISIKA BANGUNAN.
service yang hanya ditujukan untuk Penerbit: Andi, Yogyakarta.
karyawan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa Heinz Frick, Tri Hesti M, 2006. ARSITEKTUR
pencapaian nilai maksimal hanya sekitar 31% EKOLOGIS. Penerbit: Kanisius.
(total keseluruhan maksimum nilai pada 10 hotel Peraturan Menteri PUPR no 2/PRT/M/2015
dibandingkan dengan nilai yang didapatkan). Tim Rating GBCI, 2010. Panduan Penerapan
Perangkat Penilaian Bangunan Hijau
KESIMPULAN Greenship Versi 1.0. Jakarta.
Melihat dari hasil analisis di atas aspek Green Building Council Indonesia, 2013.
green hotel pada point sampah hanya dapat Perangkat Penilaian Green Building
tercukupi sekitar 16% dari nilai maksimal Greenship versi 1.2 untuk Bangunan baru.
penilaian, sedangkan pada point energi sekitar Jakarta.
45% dari nilai maksimal penilaian, pada point air Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus
sekitar 41% dari nilai maksimal penilaian, dan Ibukota Jakarta no 3 tahun 2013.
yang terakhir point edukasi sekitar 31% dari nilai Peraturan Menteri PUPR no 2/PRT/M/2015
maksimal penilaian.Sehingga dapat sisimpulkan Surat tertulis hasil didiskusikan dengan
bahwa hanya 34% yang telah mencukupi kriteria responden praktisi ahli Green Building.
green hotel di daerah Jabodetabek. Point http://www.asean.org/archive/23074.pdf
terendah yang didapatkan yaitu pada bidang http://greenglobe.com/
persampahan. Hal tersebut memperlihatkan

27
ISSN : 0853-2877 MODUL vol 16 No 1 Januari Juni 2016

28

Anda mungkin juga menyukai