Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

KEABSAHAN BITCOIN
Crytocurrency menghasilan produknya yang pertama yang bernama Bitcoin yang mulai
diperdagangkan sejak tahun 2009, dan mulailah bermunculan mata uang crypto lainya, dengan
banyaknya produk yang bermunculan maka sering disebut Altcoin. Selain itu terdapat beberapa
perbedaan antara mata uang digital tersebut dengan mata uang konvesional atau mata uang biasa.
Mata uang digital terdesentralisasi dan hanya memperoleh dari penawaran dan permintaan.
Berbeda dengan mata uang biasa yang secara jelas telah diatur oleh Bank Sentral disuatu Negara
sperti halnya Indonesia Bank sentralnya adalah Bank Indonesia dan pemerintah yang mencetak
mata uang flat yang nantinya akan menentukan nilai.
Berikutnya perbedaan lain selain dengan mata uang diatas adalah bahwa kebanyakan
Cryptocurrency memiliki batasan untuk peredaran Bitcoin yang nantiny akan diedarkan, seperti
yang akan di edar 30 juta yang pada akhirnya akna menurunkan produksi dari Bitcoin Itu sendiri.
Berbeda dengan mata uang flat dimana pendcetakan uang yang telalu banyak akan
mengakibatkan Inflasi. Berbeda halnya dengan Cryptocurrency yang ditambang langsung dari
banyaknya orang yang melakukan permintaan.
Selanjutnya saya akan membahas cara untuk memperoleh dari Crytocurrency, terdapat dua
cara utama untuk memperoleh Cryptocurrency, dua cara utama itu adalah dengan melakukan
pertambangan atau perdagangan. Dalam halnya untuk memperoleh Crytocurrency dengan cara
menjadi penambang harus adanya system komputer khusus yang disebut Mother mining yang
berbentuk Mother Board. Dan cara termudah untuk memperoleh Cryptocurrency adalah dengan
mengikuti ratusan pertukaran dimana nantinya mereka mengizinkan perdagangan dengan mata
uang crypto dan mata uang flat. Dengan menggunakan metode pembayaran apapun dapat
dilangsungkan transaksi dengan adanya nilai pasar.
Terdapat tujuh produk yang dihasilkan oleh Cryptocurrency,yaitu sebagai berikut:

• Bitcoin

Bitcoin adalah merupakan produk pertama mata uang digital yang dihasilkan oleh
Cryptocurrency. Bitcoin bukan hanya sebagai pencetus awal saja,dengan mengantarkan
gelombang cryptocurrency yang dibangun oleh jaringan peer-to-peer yang terdesentralisasi,
tetapi juga menjadi standar hadirnya untuk cryptocurrency. Dan juga mata uang digital ini
dikembangkan oleh seorang yang bernama Satoshi Nakamoto. Cara kerja dari bitcoin itu sendiri
terdiri dari tiga komponen utama yaitu yang terdiri dari pertama adalah Block Chain, kedua
adalah Mining Network dan ketiga adalah Wallet.

• Ethereum

Muncul pada tahun 2015, Ethereum adalah mata uang yang berbentuk token yang
memperbolehkan Smart Contracts dan Distributed Applications (Dapps) untuk bisa dibuat dan
dijalankan tanpa downtime, penipuan, kontrol, dan gangguan dari pihak ketiga. Aplikasi
Ethereum dijalankan menggunakan sistem token cryptographic yang dibuat secara khusus yang
sering disebut dengan nama Ether. Ether bergerak seperti kendaraan untuk bergerak di sekitar
platform Ethereal, dan sebagian besar pengembang mencari untuk mengembangkan dan
menjalankan aplikasi di dalam Ethereal.

• Ripple (XRP)

Ripple adalah . Ini adalah salah satu fitur yang menyimpang dari bitcoin dan altcoin. Karena
struktur Ripple tidak memerlukan mining, maka ada pengurangan penggunaan daya komputasi,
dan meminimalkan latensi jaringan. Ripple percaya bahwa mendistribusikan nilai adalah cara
yang ampuh untuk memberi insentif pada perilaku tertentu dan karena itu saat ini berencana
untuk mendistribusikan XRP terutama melalui kesepakatan pengembangan bisnis, insentif
kepada penyedia likuiditas yang menawarkan spread pembayaran yang lebih ketat, dan menjual
XRP kepada pembeli institusi yang tertarik untuk berinvestasi di XRP. Cryptocurrency yang satu
ini telah digunakan oleh bank-bank termasuk Santander dan UBS.

• Litecoin

Litecoin, diluncurkan pada tahun 2011, merupakan salah satu cryptocurrency yang mengikuti
Bitcoin. Cryptocurrency ini diciptakan oleh Charlie Lee, seorang lulusan MIT dan mantan
engineer Google. Litecoin didasarkan pada jaringan pembayaran global open source yang tidak
dikendalikan oleh otoritas pusat manapun dan menggunakan “scrypt” sebagai bukti kerja, yang
dapat diterjemahkan dengan bantuan CPU kelas konsumen. Meskipun Litecoin seperti Bitcoin
dalam banyak hal, namun memiliki tingkat pembangkitan blok yang lebih cepat dan karenanya
menawarkan konfirmasi transaksi lebih cepat. Selain pengembang, ada sejumlah pedagang yang
menerima Litecoin. Nilai total Litecoin saat ini sekitar $ 2,1 miliar.
• Zcash

Zcash adalah cryptocurrency dengan open-source yang terdesentralisasi yang diluncurkan


pada akhir tahun 2016. Zcash menawarkan transparansi transaksi secara pribadi dan selektif.
Dengan demikian, Zcash mengklaim untuk memberikan keamanan ekstra atau privasi dimana
semua transaksi dicatat dan dipublikasikan di sebuah blockchain.

• Monero (XMR)

Monero adalah mata uang yang aman, pribadi dan tidak dapat dilacak. Pengembangan
cyrptocurrency yang satu ini benar-benar berbasis sumbangan dan berbasis komunitas. Monero
telah diluncurkan dengan fokus yang kuat pada desentralisasi dan skalabilitas, dan
memungkinkan privasi lengkap dengan menggunakan teknik khusus yang disebut tanda tangan
cincin. Dengan teknik ini, muncul sekelompok tanda tangan kriptografi termasuk setidaknya satu
peserta nyata – tapi karena semuanya tampak valid, yang sebenarnya tidak bisa diisolasi.

• Dash

Dash (awalnya dikenal sebagai Darkcoin) sebuah cryptocurrency yang bersifat lebih rahasia.
Dash menawarkan anonimitas lebih karena bekerja pada jaringan mastercode terdesentralisasi
yang membuat transaksi hampir tidak bisa dilacak.

Dan selanjutnnya saya disini akan membahas Virtual currency, yang dimaksud dari
virtualcurrency itu sendiri adalah jenis mata uang yang awalnya diperuntukan untuk online
entertainment. Virtual Currency sendiri tidak memiliki nilai apapun karena tidak diciptakan
untuk digunakan didalam kehidupan nyata, vitual currency disini lebih banyak digunakan
didalam permainan online seperti untuk melangsungkan pembelian coin atau point sehingga pont
atau coin ini nantinya akn digunakan untuk permainan online itu sdnri seperti untuk membeli
fitur atau karakter lainya.

Otoritas moneter Indonesia akan mengeluarkan aturan yang melarang penggunaan bitcoin
atau mata uang virtual lainnya sebagai alat pembayaran. Pelarangan oleh Bank Indonesia
ditujukan bagi pelaku layanan keuangan berbasis teknologi (Financial Techonology) termasuk e-
commerce agar tidak menerima bitcoin. Menurut Kepala Departemen Komunikasi Bank
Indonesia bernama Agusman Zainal kepada BBC Indonesia, dalam konteks sistem pembayaran,
bitcoin bukanlah alat pembayaran yang sah. Hal ini bahkan sudah diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran
tahun 2016.
Dalam pasal 34 beleid itu menjabarkan bahwa:
“Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran dilarang: (a) melakukan pemrosesan transaksi
pembayaran dengan menggunakan virtual currency”

Sedangkan yang dimaksud dari virtual currency dalam pasal 34 huruf a adalah uang
digital yang diterbitkan oleh pihak selain otoritas moneter yang diperoleh dengan cara mining,
pembelian, atau transfer pemberian antara lain Bitcoin, BlackCoin, Dash, Dogecoin, Litecoin,
Namecoin, Nxt, PeerCoin, Primecoin, Ripple, dan Ven.
Sudah ditegaskan sebelumnya oleh Bank Indonesia bahwa bitcoin bukan merupakan
sebuah mata uang. Pengertian uang itu sendiri dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 7
Tahun 2011 Tentang Mata Uang adalah alat uang yang sah. Sedangkan penjelasan mata uang
adalah uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut dengan Rupiah. Jika dilihat dari definisi tersebut yang dapat disebut dengan mata uang
adalah alat pembayaran yang diterbitkan oleh otoritas yang berwenang. Dan mata uang yang
diakui oleh Indonesia adalah Rupiah.
Bitcoin merupakan bentuk dari cryptocurrency yang sistem pertukarannya tidak dikelola
oleh operator manapun, melainkan dilakukan dengan sistem peer-to-peer atau dilakukan lansung
antara individual tanpa adanya perantara. Mata uang bitcoin tidak tercantum sistem perbankan
dan tidak terkait dengan pemerintah dan seluruh peraturannya terekam dalam sebuah distributed
ledger yang disebut blockchain.
Teknologi bitcoin yang berbasis pada teknologi blockchain ini memberi pilihan yang
menarik bagi para pelaku tindak pidana di dunia siber. Dengan beroperasinya bitcoin sebagai
mata uang yang terdesentralisasi, setiap orang dapat melakukan transaksi tanpa adanya pihak
perantara seperti bank. Ketiadaan perantara ini membuat para pengguna bitcoin mendapatkan
status anonimitas dan tingkat kerahasiaan yang tak tertembus dari campur tangan pihak ketiga.
Maka dari itu, Bitcoin kerap sekali digunakan untuk transaksi pribadi yang bersifat tanpa nama
sehingga besar kemungkinannya bahwa bitcoin dapat digunakan untuk sebuah transaksi ilegal.
Terdapat kasus-kasus pelanggaran pidana yang menggunakan bitcoin, berikut adalah
kasus-kasusnya:
• Kasus Perdagangan Obat-obat Terlarang Silk Road
Rose Ulbricht, penemu Silk Road sebuah platform marketing digital bawah tanah yang
memfasilitasi penjualan obat-obatan terlarang telah dijatuhi hukuman seumur hidup pada
Februari 2015. Hadir sebagai platform tersembunyi untuk transaksi penjualan obat-obatan ilegal
di darkweb, Silk Road yang sempat bernilai 1 miliar dolar AS (Rp 13,5 triliun) menggunakan
Bitcoin sebagai mata uang virtual dalam transaksinya.
• Kasus Pencurian Bitcoin Sheep Market Place
Pada Maret 2015, Tomas Jirikovsky ditangkap oleh kepolisian Republik Cekoslovakia atas
tuduhan pencurian jutaan dolar dalam bentuk bitcoin dari Sheep Marketplace, salah satu pasar
gelap digital yang mendapatkan popularitas setelah keruntuhan silk road.
• Kasus Penipuan Skema Ponzi Trendon Shavers
Pada September 2015, seorang warga negara Amerika, Trendon Shavers, dinyatakan bersalah
setelah melakukan penipuan melalui skema Ponzi senilai 150 juta dolar AS (setara dengan Rp 2
triliun). Shavers mendirikan sebuah perusahaan bursa Bitcoin bernama Bitcoin Saving and Trust
yang menggunakan skema ponzi berkedok investasi untuk menipu para korbannya. Skema Ponzi
adalah modus penipuan investasi di mana pelaku membayarkan keuntungan kepada para investor
berupa uang investor itu sendiri atau uang yang dibayarkan oleh investor selanjutnya. Kasus
Shavers ini menjadi kasus penipuan sekuritas federal pertama yang melibatkan Bitcoin.
• Kasus Penipuan dan Penggelapan Terhadap Mt Gox
Di tahun 2015, seorang pria berkebangsaan Perancis, Mark Karpelès, ditangkap dan dikenai
tuduhan penipuan dan penggelapan uang. Ia menggelapkan uang sebesar 390 juta dolar AS
(setara dengan Rp 5 triliun) milik perusahaan pertukaran mata uang Bitcoin, Mt. Gox, yang kini
telah ditutup.
• Kasus Teroris Pengeboman Mall Alam Sutera
Oktober 2015, masyarakat Indonesia digemparkan dengan aksi pengeboman mall Alam
Sutera. Leonard Wisnu Kumala, pelaku pengeboman Mal Alam Sutera, dikabarkan mengancam
dan memeras manajemen mall dengan meminta 100 koin bitcoin yang setara dengan Rp
300.000.000. Mall Alam Sutera merespons dengan hanya memberi 0,25 Bitcoin atau setara
dengan Rp 700 ribu. Kesal dengan respons Mall Alam Sutera yang hanya mengirim sebagian
kecil dari permintaannya, Leonard pun meletakkan bom yang akhirnya meledak di toilet
perempuan Mal Alam Sutera.
• Kasus Serangan Virus Ransomware, Wannacry.
Pertengahan Mei 2017, terjadi serangan virus ransomware, WannaCry, yang mengunci
dokumen-dokumen dari komputer perusahaan dan pemerintahan berbasis Windows secara
global. Pelaku meminta sejumlah uang tebusan dalam bentuk mata uang Bitcoin untuk
mengembalikan dokumen-dokumen tersebut.
Seperti dilansir dari Quartz dari pemerasan tersebut, terkumpul sebanyak 101.000 dolar AS
dalam bentuk Bitcoin yang dikirimkan ke pelaku peretasan. Beberapa organisasi besar yang
diserang oleh virus WannaCry di Indonesia adalah Rumah Sakit Kanker Dharmais dan Rumah
Sakit Harapan Kita.

Berangkat dari banyaknya kasus tindak pidana yang terjadi dengan menggunakan bitcoin,
para penulis akan menjabarkan penyebab ketidakabsahan bitcoin di Indonesia. Pada tahun 2018,
otoritas yang berwenang seperti Bank Indonesia akan mengeluarkan regulasi mengenai larangan
penggunaan bitcoin. Setelah dikaji lebih lanjut ditemukan dua penyebab utama ketidakabsahan
bitcoin. Berikut adalah penyebab-penyebab mengapa penggunaan bitcoin dilarang dan tidak sah
di Indonesia.
• Bitcoin bukan mata uang yang sah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, definisi dari mata uang dalam Pasal 1 Angka 1
Undang-Undang No. 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang adalah uang yang dikeluarkan oleh
Negara Republik Indonesia yaitu Rupiah. Dan dilanjutkan dengan penjelasan dari uang sebagai
alat pembayaran yang sah.
Kedudukan sebagai alat pembayaran yang sah ini dinyatakan di dalam uang kertas yang
dikeluarkan oleh bank sentral di setiap Negara. Di dalam alat pembayaran yang sah ini terdapat
dua elemen yang penting yaitu pertama, keberadaannya dinyatakan oleh hukum dan kedua, untuk
pembayaran. Di dalam Pasal 11 di UU Mata Uang dijelaskan bahwa Bank Indonesia merupakan
satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan pengeluaran, pengedaran, dan/atau
pencabutan Rupiah untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik
dan memusnahkan Rupiah dari peredaran.
Selain itu, wewenang eksklusif terkait dengan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran yang dimiliki oleh Bank Indonesia adalah melaksanakan dan memberikan
persetujuan dan izin atas penyelenggara jasa sistem pembayaran dan menetapkan penggunaan
alat pembayaran. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya Bank Indonesia yang
berwenang untuk membuat dan mengedarkan mata uang atau alat pembayaran yang sah untuk
digunakan.
Sedangkan bitcoin merupakan alat pembayaran digital yang diciptakan oleh sekelompok
programmer yang bernama Satoshi Nakamoto. Kemudian, salah satu kekhasan dari bitcoin
adalah sebuah mata uang yang tidak dikenal dalam sistem perbankan atau terkait oleh
pemerintah manapun, terlebih di Indonesia. Bitcoin yang tidak dibuat atau dikeluarkan oleh Bank
Indonesia sebagai bank sentral Indonesia membuatnya sulit dijangkau dan diatur oleh Bank
Indonesia sebagai otoritas yang berwenang. Hal ini membuat Bitcoin bukanlah mata uang yang
sah untuk digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Kemudian, agar suatu benda dapat menjadi uang yang dapat diterima oleh masyarakat luas
memiliki ciri tertentu yaitu nilainya tidak mengalami perbuahan dari waktu ke waktu (stability of
value). Sedangkan nilai atau harga dari bitcoin cenderung fluktuatif karena dipengaruhi oleh
kondisi-kondisi tertentu. Maka dari itu, bitcoin tidak aman digunakan sebagai alat pembayaran
yang sah di Indonesia.
• Potensi penyalahgunaan bitcoin
Bitcoin memiliki potensi yang cukup besar untuk disalahgunakan oleh pihak-pihak yang
memang tidak bertanggungjawab, hal ini dibuktikan dengan tidak sedikit kasus tindak pidana
yang dilakukan dengan menggunakan bitcoin yang sudah dijabarkan dalam bab sebelumnya.
Disini akan dijelaskan mengapa bitcoin memiliki resiko dan potensi penyalahgunaan yang besar
dalam penggunaannya.
Uang virtual seperti bitcoin sulit untuk dikontrol oleh otoritas yang berwenang. Nilai tukar
bitcoin saat ini belum tentu sama dengan beberapa tahun yang akan datang. Bitcoin tidak
diciptakan berdasarkan emas atau aset lain. Pembuatannya mengikuti protokol tertentu
berdasarkan rumus matematis rumit yang umumnya hanya bisa dipecahkan dengan software
tersebut. Tak ada seorangpun yang bisa mengendalikan penciptaan dan peredaran Bitcoin.
Seperti penjelasan diatas, pemerintah dan Bank Indonesia bukanlah otoritas yang mengedarkan
bitcoin, hal ini pun membuat bitcoin tidak bisa diatur oleh Bank Indonesia.
Ciri khas dari bitcoin adalah bersifat anonim dan sulit dilacak. Walaupun seluruh
transaksinya terekam dalam blockchain, nama pembeli dan penjual bitcoin tidak pernah bisa
diketahui oleh siapa pun. Yang bisa diketahui hanyalah wallet ID nya saja. Karena sifat
transaksinya yang rahasia dan anonim, kini bitcoin adalah salah satu alat tukar yang sulit dilacak
sirkulasinya. Oleh karena itu, banyak yang memanfaatkan alat tukar yang satu ini untuk jual beli
yang ilegal.
Subjek perpajakan adalah salah satu isu utama yang sering muncul. Karena anonimitas
pseudo Bitcoin jika digunakan dengan benar, penggunaan Bitcoin untuk menyembunyikan aset
dan membantu mengurangi perpajakan tidak terlalu sulit asalkan orang tersebut mengikuti
tindakan pencegahan untuk melakukannya. Hal ini karena transaki Bitcoin tidak memerlukan
identitas asli dan dapat dilakukan lintas batas. Sehingga sangat memungkinkan sesorang bisa
menginvestasikan dananya pada bitcoin untuk menghindari pajak.
Bitcoin berpotensi bubble dan pecah. Sebab, harga Bitcoin yang cepat melambung sangat
memungkinkan untuk jatuh secara cepat. Bitcoin sangat mungkin digunakan untuk transaksi
ilegal. Sebab, sesorang yang memiliki bitcoin bisa memakai nama samaran yang tidak diketahui
orang lain atau karena sifatnya yang anonim itu.
Kemudian, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyebutkan alasan melarang
adalah dalam rangka melaksanakan prinsip kehati-hatian, menjaga persaingan usaha,
pengendalian risiko, dan perlindungan konsumen. Karena penggunaan bitcoin yang sangat riskan
inipun, otoritas yang berwenang melarang untuk menggunakan bitcoin sebagai alat pembayaran
di Indonesia.

4.1 Kesimpulan
Bitcoin adalah mata uang digital yang sedang berkembang pesat dan sangat diminati oleh
banyak orang untuk dipergunakan sebagai alat pembayaran. Banyak Negara yang mengizinkan
penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran, tidak sedikit juga Negara yang melarang
penggunaan bitcoin. Indonesia adalah salah satu Negara yang hendak mengeluarkan regulasi
yang melarang penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Setelah dikaji lebih lanjut,
penulis dapat menemukan dua penyebab utama mengapa bitcoin bukanlah mata uang atau alat
pembayaran yang sah dan melarang penggunaan bitcoin di wilayah Indonesia yaitu pertama,
Bitcoin bukan mata uang yang dibentuk dan diedarkan oleh otoritas berwenang yaitu Bank
Indonesia dan juga bukan mata uang yang dibuat oleh Negara Republik Indonesia sehingga
bitcoin bukanlah mata uang yang sah. Kedua, bitcoin memiliki resiko dan potensi
penyalahgunaan yang tinggi karena ciri khasnya yang bersifat anonim, sulit dilacak dan sulit
dikontrol oleh pemerintah. Karena hal itu, sering sekali bitcoin digunakan untuk transaksi yang
ilegal. Maka dari itu, Bank Indonesia yang mewakili suara pemerintah akan menegaskan
larangan untuk menggunakan bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia pada tahun
2018 ini.
4.2 Saran
Saran penulis bagi masyarakat yang masih menggunakan bitcoin sebagai alat
penbayaran dalam transaksi jual-beli adalah berhati-hati dalam menjaga privasi yaitu
identitas karena bitcoin sangat rentan untuk diretas. Dan untuk berhati-hati dalam
menggunakan bitcoin itu sendiri karena bitcoin bukanlah mata uang yang dibuat oleh
Bank Indonesia dan sulit diatur oleh pemerintah. Kemudian jika sudah ada regulasi yang
melarang penggunaan bitcoin dalam transaksi jual beli, diharapkan kepada masyarakat
untuk tunduk dan menghentikan penggunaan bitcoin itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai