Anda di halaman 1dari 16

RESIKO TRANSAKSI ONLINE

2.1 Pengertian E-Commerce


E-commerce merupakan sebuah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen
(consumers), manufaktur (manufacturers), service providers, dan pedagang perantara
(intermediaries) dengan menggunakan jaringan-jaringan computer (computer networks), yaitu E-
commerce sudah meliputi seluruh spectrum kegiatan komersial.2 Menurut World Trade
Organization(WTO), cakupan ecommerce meliputi bidang produksi, distribusi, pemasaran,
penjualan, dan pengiriman barang atau jasa melalui cara elektronik.
Menurut Kamels K Bajaj dan Debjani Nag menyatakan bahwa e-commerce adalah
pertukaran informasi bisnis tanpa menggunakan kertas (the paperless exchange of business
information), melainkan melalui EDI (Elektronik Data Exchange) E-mail,EBB (Elektronic
Bulletin Board), Electronic Fund Transfer dan teknologi-teknologi lainnya yang menggunakan
jasa jaringan(net).3 Secara singkat e-commerce dapat dideskripsikan sebagai suatu bentuk bisnis
modern melalui sarana internet. Di Indonesia, fenomena ecommerce ini sudah dikenal sejak
tahun 1996 dengan munculnya situs http://www.sanur.com sebagai took buku online pertama.
E – Commerce atau yang disebut Internet Commerce pada dasarnya mempunyai makna
yang sama, yang berarti suatu cara bagi seorang konsumen membeli barang yang diinginkan
secara online melalui jaringan internet. E – Commerce juga dapat diartikan sebagai suatu proses
berbisnis dengan menggunakan teknologi elektronik yang menghubungkan antara perusahaan,
konsumen dan masyarakat dalam bentuk transaksi elektronik dan pertukaran / penjualan barang,
servis, dan informasi secara elektronik.
E – Commerce dapat diartikan sebagai suatu cara berbelanja atau berdagang secara online
atau direct selling yng memanfaatkan fasilitas Internet, dimana terdapat website yng dapat
menyediakan layanan “get and deliver”.

2.1.1 Elektronic Markets (EMs)


adalah sebuah sarana yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk
melakukan/menyajikan penawaran dalam sebuah segmen pasar, sehingga pembeli dapat
membandingkan berbagai macam harga yang ditawarkan. Dalam pengertian lain, EMs adalah
sebuah sistem informasi antar organisasi yang menyediakan fasilitas-fasilitas bagi para penjual
dan pembeli untuk bertukar informasi tentang harga dan produk yang ditawarkan. Keuntungan
fasilitas EMs bagi pelanggan adalah terlihat lebih nyata dan efisien dalam hal waktu. Sedangkan
bagi penjual, dapat mendistribusikan informasi mengenai produk dan service yang ditawarkan
dengan lebih cepat sehingga dapat menarik pelanggan lebih banyak.

2.1.2 Electronic Data Interchange (EDI)


EDI adalah sarana untuk mengefisienkan pertukaran data transaksi-transaksi reguler yang
berulang dalam jumlah besar antara organisasi-organisasi komersial. Secara formal EDI
didefinisikan oleh International Data Exchange Association (IDEA) sebagai “transfer data
terstruktur dengan format standard yang telah disetujui yang dilakukan dari satu sistem komputer
ke sistem komputer yang lain dengan menggunakan media elektronik”. EDI sangat luas
penggunaannya, biasanya digunakan oleh kelompok retail yang besar ketika melakukan bisnis
dagang dengan para supplier mereka. EDI memiliki standarisasi pengkodean transaksi
perdagangan, sehingga organisasi komersial tersebut dapat berkomunikasi secara langsung dari
satu sistem komputer yang satu ke sistem komputer yang lain tanpa memerlukan hardcopy,
faktur, serta terhindar dari penundaan, kesalahan yang tidak disengaja dalam penanganan berkas
dan intervensi dari manusia.

2.1.3 Internet Commerce


Internet commerce adalah penggunaan internet yang berbasis teknologi informasi dan
komunikasi untuk perdagangan. Kegiatan komersial ini seperti iklan dalam penjualan produk dan
jasa. Transaksi yang dapat dilakukan di internet antara lain pemesanan/pembelian barang dimana
barang akan dikirim melalui pos atau sarana lain setelah uang ditransfer ke rekening penjual.
Penggunaan internet sebagai media pemasaran dan saluran penjualan terbukti mempunyai
keuntungan antara lain untuk beberapa produk tertentu lebih sesuai ditawarkan melalui internet
harga lebih murah mengingat membuat situs di internet lebih murah biayanya dibandingkan
dengan membuka outlet retail di berbagai tempat, internet merupakan media promosi perusahaan
dan produk yang paling tepat dengan harga yang relatif lebih murah, serta pembelianmelalui
internet akan diikuti dengan layanan pengantaran barang sampai di tempat pemesan.

2.2 Pihak dalam Transaksi E-Commerce


Transaksi E-Commerce melibatkan para pihak, baik pihak yang terlibat secara langsung
maupun pihak yang tidak terlibat secara langsung. Untuk menentukan siapakah para pihak yang
terlibat secara langsung dan para pihak yang tidak terlibat secara langsung dapat dilihat dari
proses transaksi yang dilakukan, yaitu apakah semua proses transaksi dilakukan secara online
atau hanya beberapa tahap saja yang dilakukan secara on-line. Berdasarkan hasil penelitian,
apabila seluruh transaksi dilakukan secara on-line, maka pihak-pihak yang terlibat terdiri dari :
1. Penjual/merchant
adalah perusahaan/produsen yang menawarkan produknya melalui internet. Untuk
menjadi penjual/merchant, maka seseorang harus mendaftarkan diri dalam merchant
account pada sebuah bank, tentunya ini dimaksudkan agar penjual/merchant dapat
menerima pembayaran dari pembelidalam bentuk credit card. dalam Pasal 1 Ayat (6)
UUITE penjual/merchant adalah penyelenggara sistem elektronik pengertiannya:
“Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh
penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat”.

2. Pembeli/card holder
adalah orang-orang yang ingin memperoleh produk (barang/jasa) melalui pembelian
secara online. Pembeli/card holder yang akan berbelanja di internet dapat berstatus
perorangan atau perusahaan. Apabila konsumen merupakan perorangan, maka yang perlu
diperhatikan dalam transaksi elektronik adalah bagaimana sistem pembayaran yang
digunakan, apakah pembayaran dilakukan dengan mempergunakan credit card (kartu
kredit) atau dimungkinkan pembayaran dilakukan secara manual/cash.

3. Perantara penagihan/Acquirer
adalah pihak perantara penagihan (antara penjual dan penerbit) dan perantara pembayaran
(antara pemegang dan penerbit). Perantara penagihan adalah pihak
yang meneruskan penagihan kepada penerbit berdasarkan tagihan yang
masuk kepadanya yang diberikan oleh penjual barang/jasa. Pihak
perantara pembayaran antara pemegang dan penerbit adalah bank dimana pembayaran
kartu kredit dilakukan oleh pemilik kartu kredit/card holder, selanjutnya bank yang
menerima pembayaran ini akan mengirimkan uang pembayaran tersebut kepada penerbit
kartu kredit.

3. Penerbit kartu kredit/Issuer


adalah perusahaan credit card yang menerbitkan kartu atau perusahan pembayaran
internet yang memiliki kewenangan untuk menerbitkan kredit, Di indonesia ada beberapa
lembaga yang diijinkan untuk menerbitkan kartu kredit, yaitu:

a. Bank dan lembaga keuangan bukan bank. Tidak semua bank dapat menerbitkan credit
card, hanya bank yang telah memperoleh ijin dari Card International, dapat menerbitkan
credit card, seperti Master dan Visa card;
b. Perusahaan non bank yang membuat perjanjian dengan perusahaan yang ada di luar
negeri;
c. Perusahaan yang membuka cabang dari perusahaan induk yang ada di luar Negeri.
Penerbit kartu kredit dikenal sebagai pengirim, menurut Pasal 1 Ayat (18) UUITE “Pengirim
adalah subjek hukum yang mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik”.

5. Certification Authorities
adalah pihak ketiga yang netral yang memegang hak untuk mengeluarkan sertifikasi
kepada penjual/merchant, kepada penerbit kartu kredit/issuer, perantara
penagihan/acquirer, penyedia layanan payment gateway dan dalam beberapa hal
diberikan kepada card holder.

2.3 Sistem Keamanan dalam E-Commerce


Secure Electronic Commerce secara umum menggunakan fungsi-fungsi sistem keamanan
informasi seperti:
• Authentication (pembuktian keaslian)
• Confidentiality (kerahasiaan)
• Data integrity (integritas data)
Biasanya, semua itu diimplementasikan dengan menggunakan teknologi kriptografi seperti
enkripsi dan digital signature. Terutama jika informasi yang bersifat rahasia dikirim melalui
sistem saluran komunikasi yang sangat terbuka atau bisa juga duigunakan untuk memberikan
kekuatan/bukti yang sah untuk menolak transaksi yang terjadi. Kriptografi ini penting sekali
untuk anda ketahui, karena kriptografi memberikan andil yang sangat besar pula pada
perkembangan dan kegiatan eCommerce global.
Berdasarkan research yang dilakukan CERT, pada tahun 1995 dan awal tahun 1996,
peningkatan jumlah insiden yang terjadi di internet belumlah terlalu besar (berkisar 2500
kejadian), yang kemungkinan disebabkan karena situs-situs meningkatkan usaha-usaha untuk
menjamin keamanan atau disebabkan oleh peningkatan secar signifikan dari respon team yang
lain untuk menangani insiden-insiden yang terjadi. Namun bagaimanapun, jumlah insiden yang
terjadi terus meningkat, khususnya insiden-insiden yang serius meliputi penolakan terhadap
servis, root compromise, dan packet sniffer. Sebagai buktinya, grafik insiden terus meningkat
dengan tajam dari tahun 1995. Bayangkan saja, ditahun 1989, insiden yang terjadi hanya berada
di bawah 100, namun di htahun 1995 melonjak menjadi 2500. Untuk itulah, mengapa perlu
adanya keamanan pada sistem eCommerce.
Dan pada prakteknya, Secure Electronic Commerce akan digunakan sebagai suatu
mekanisme keamanan informasi untuk menjamin keandalan transaksi bisnis melalui jaringan
yang tidak secure. Sistem ini dapat menjamin keamanan informasi bisnis antara rekan-
rekanbisnis yang belum pernah bertemu, transaksi yang mungkin berjalan pada bagian yang
tidak diketahui dimana itu terjadi, dan transaksi yang mungkin harus bergantung pada jaringan
komunikasi dan sistem penyimpanan yang tidaak bisa dipercaya.

2.3.1 Dimensi Keamanan Ecommerce


a) Integrity : pencegahan terhadap modifikasi data yang tidak sah (Kemampuan untuk
memastikan bahwa informasi yang ditampilkan pada situs web atau dikirimkan atau
diterima melalui internet belum diubah dengan cara apapun oleh pihak yang tidak berwenang).
b) Nonrepudiation : pencegahan terhadap salah satu pihak dari mengingkarikesepakatan setelah
transaksi (perlindungan terhadap penolakan perintah ataupenolakan pembayaran. Setelah
pengirim mengirimkan pesan, pengirim harustidak dapat menyangkal mengirim pesan. Sama
halnya dengan penerima pesanyang tidak bisa menyangkal penerimaan).
c) Authenticity (Keaslian) : otentikasi sumber data (Kemampuan untuk mengidentifikasi
identitas seseorang atau entitas dengan siapa Anda berurusandi Internet).
d) Confidentiality (Kerahasiaan) : Informasi harus tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
berhak (Kemampuan untuk memastikan bahwa pesan-pesan dandata yang tersedia hanya untuk
mereka yang berwenang untuk melihatnya).
e) Privacy : penyediaan kontrol data dan pengungkapan (Kemampuan untukmengontrol
penggunaan informasi tentang diri sendiri).
f) Availability (Ketersediaan) : Informasi harus tersedia dimanapun dan kapanpunpersyaratan
dalam batas waktu yang ditentukan.

2.3.2 Ancaman Dan Solusi Keamanan Sistem E-Commerce


Keamanan adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk meminimalisir sebuah kerusakan
yang terjadi pada sebuah sistem. Keamanan juga di buat untuk membentengi semua gangguan
yang di buat secara sengaja maupan tidak sengaja. Berikut adalah ancaman dan solusi keamanan
dari sistem e-commerce.

2.3.3 Ancaman Keamanan Pada Sistem E-Commerce


• Pencegatan data , pembacaan dan modifikasi data secara tidak sah.
• Puncurian data terhadap orang yang tidak bertanggung jawab.
• Kecurangan (fraud) yang dilakukan oleh orang-orang yang identitasnya tidak diketahui.
• Akses yang tidak sah oleh seseorang terhadap data milik orang lain.

2.4.2 Solusi Ancaman Keamanan Sistem E-Commerce


• Enkripsi (penyandian data), Metode enkripsi atau yang lebih dikenal dengan kriptografi
(cryptograph) adalah metode penyandian suatu pesan atau data yang terkirim melalui
jaringan publik dengan menggunakan kunci-kunci (keys) tertentu.
• Otentifikasi (Melakukan verifikasi terhadap identitas pengirim dan penerima)
• Firewall ( Menyaring serta Melindungi lalu lintas data di jaringan atau server). Firewall
akan bertindak sebagai pelindung atau pembatas terhadap orang-orang yang tidak berhak
untuk mengakses jaringan kita. Suatu jaringan yang terhubung ke Internet pasti memiliki
IP address (alamat Internet) khusus untuk masing-masing komputer yang terhubung
dalam jaringan tersebut. Apabila jaringan ini tidak terlindungi oleh tunnel atau firewall,
IP address tadi akan dengan mudahnya dikenali atau dilacak oleh pihak-pihak yang tidak
diinginkan. Akibatnya data yang terdapat dalam komputer yang terhubung ke jaringan
tadi akan dapat dicuri atau diubah. Dengan adanya pelindung seperti firewall, kita bisa
menyembunyikan (hide) address tadi sehingga tidak dapat dilacak oleh pihak-pihak yang
tidak diinginkan.

BAB III
FAKTA TERKAIT RESIKO TRANSAKSI ONLINE

3.1 Penipuan Online


Salah satu jenis kejahatan e-commerce adalah penipuan online. Penipuan online adalah
sebuah tindakan yang dilakukan oleh beberapa orang yang tidak bertanggung jawab untuk
memberikan informasi palsu demi keuntungan pribadi.

Contoh kasus:

Seorang warga negara Indonesia diduga terlibat kasus penipuan terhadap seorang warga negara
Amerika Serikat melalui penjualan online. Kasus ini terungkap setelah Markas Besar Kepolisian
mendapat laporan dari Biro Penyelidik Amerika Serikat.

"FBI menginformasikan tentang adanya penipuan terhadap seorang warga negara Amerika yang
berinisial JJ, yang diduga dilakukan oleh seorang yang berasal dari Indonesia," kata Kepala Biro
Penerangan Masyarakat, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Kamis 11 Oktober 2012.

Boy mengatakan seorang warga Indonesia itu menggunakan nama HB untuk membeli sebuah
alat elektronik melalui pembelian online. "Jadi ini transaksi melalui online, tetapi lintas negara.
Jadi transaksinya dengan pedagang yang ada di luar negeri, khususnya Amerika," kata Boy.

Dalam kasus ini, kata Boy, Mabes Polri telah menetapkan satu tersangka berinisial MWR. Dia
memanfaatkan website www.audiogone.com yang memuat iklan penjualan barang.

Kemudian, kata Boy, MWR menghubungi JJ melalui email untuk membeli barang yang
ditawarkan dalam website itu. "Selanjutnya kedua belah pihak sepakat untuk melakukan
transakasi jual beli online. Pembayaran dilakukan dengan cara transfer dana menggunakan kartu
kredit di salah satu bank Amerika," kata dia.

Setelah MWR mengirimkan barang bukti pembayaran melalui kartu kredit, maka barang yang
dipesan MWR dikirimkan oleh JJ ke Indonesia. Kemudian, pada saat JJ melakukan klaim
pembayaran di Citibank Amerika, tapi pihak bank tidak dapat mencairkan pembayaran karena
nomor kartu kredit yang digunakan tersangka bukan milik MWR atau Haryo Brahmastyo.

"Jadi korban JJ merasa tertipu, dan dirugikan oleh tersangka MWR," kata Boy. Dari hasil
penyelidikan, MWR menggunakan identitas palsu yaitu menggunakan KTP dan NPWP orang
lain. Sementara barang bukti yang disita adalah laptop, PC, lima handphone, KTP, NPWP,
beberapa kartu kredit, paspor, alat scanner, dan rekening salah satu bank atas nama MWRSD.

Atas perbuatannya, tersangka dikenai Pasal 378 atau Pasal 45 ayat 2, Pasal 28 Undang-Undang
nomor 11 tentang Informasi Transaksi Elektronik. Dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Selain itu, Polri juga menerapkan Pasal 3 Undang-Undang nomor 8 tahun 2010 tentang
Pencucian Uang. Selain itu, juga dikenakan pasal pemalsuan yaitu Pasal 378 dan beberapa pasal
tambahan Pasal 4 ayat 5, dan pasal 5 UU no 8 tahun 2010.

Saat ini tersangka tengah menjalani proses hukum yang berlaku dan sudah berstatus tahanan
Negara Republik Indonesia.

Contoh kasus 2 :

Aktivitas jual beli secara online semakin digemari masyarakat di jaman modern saat ini.
Berbagai kemudahan yang didapatkan menjadi daya tarik tersendiri, termasuk lebih efisien soal
waktu dan hemat kantong. Akan tetapi dampak pemanfaatan perkembangan teknologi ini
rupanya dimanfaatkan pula oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab dengan menipu untuk
keuntungan pribadi. Jika tak hati-hati, Anda bisa menjadi korban penipuan.

Seperti kasus penipuan online yang baru dilaporkan beberapa waktu lalu. Tak tanggung-
tanggung jumlah korban mencapai ratusan orang dengan nilai transaksi miliaran rupiah. Kasus
penipuan ini berkedok tur wisata. Menurut salah satu korban, modus penipuan yang dijalankan
seseorang yang diduga pelaku ini dengan menawarkan pleserin ke luar negeri yang bisa dicicil.
Ketika pembayaran lunas, terduga pelaku tersebut mengulur waktu keberangkatan hingga tidak
jelas kapan waktu terbangnya. Korban awalnya mengenal terduga dari salah satu forum online.
Bulan Maret lalu, seorang mahasiswa dari Yogyakarta juga mengalami penipuan secara online.
Korban mengaku ditipu seseorang yang mengaku menjual laptop. Kejadian berawal ketika
korban melakukan pencarian barang di dunia maya dan menemukan kontak terduga pelaku,
dilanjutkan dengan saling tukar kontak dan tawar menawar. Setelah mentransfer uang, ternyata
laptop yang dibeli secara online tak kunjung datang. Menurut korban, terduga pelaku
mengatakan telah mengirim barang dan beralasan jasa pengiriman bermasalah. Sebulan
sebelumnya, Polda Metro Jaya membongkar kasus penipuan dengan modus penjualan online di
beberapa website. Modus kejahatan pelaku adalah berpura-pura menawarkan sejumlah produk
dagangan di internet mulai dari elektronik, aksesoris hingga kendaraan bermotor. Polisi yang
mendapatkan hampir 100 laporan, melakukan pelacakan dan akhirnya menemukan terduga
pelaku berjumlah 5 orang dengan dugaan kejahatan hingga 10 miliar.

Kasus penipuan online yang terjadi memang tidak pandang bulu, tak hanya pembeli yang
jadi sasaran, penjualpun bisa menjadi korban. Seperti kasus-kasus penipuan jual-mobil bekas
secara online. Setelah negosiasi melalui gadget maupun internet, pembeli dan penjual pun
bertemu untuk melihat kondisi mobil. Tidak sedikit cerita yang berakhir duka mulai dari gagal
mendapatkan uang hingga nyawa melayang karena menjadi korban perampokan.

Begitu bebasnya informasi di situs jual beli online membuat pedagang mana pun bisa
menjual mobil bekasnya, namun tidak selalu ada detail jaminan tentang kelayakan barang yang
diperdagangkan. Terkait jaminan produk yang dijual, mobil88 sebagai penyedia jual-beli mobil
bekas ini memberikan garansi buyback bila syarat dan ketentuan terpenuhi. Beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi antara lain dokumen terjamin keasliannya, nomor rangka dan mesin sesuai
BPKB, tidak mengalami tabrakan dan terendam banjir, hingga odometer asli. Demi
meningkatkan kepuasan pelanggan, selain buku garansi yang akan didapat setiap pembeli,
mobil88 juga memberikan benefit kartu diskon mobicard. Dengan kartu tersebut, konsumen bisa
memanfaatkan potongan harga untuk beli komponen mobil di Shop & Drive. Dengan deretan
jaminan tersebut, mobil88 pun berani menjamin jutaan uang yang dikeluarkan konsumennya
tidak akan mengecewakan dan merugikan seperti kasus-kasus penipuan online yang terjadi.
Punya rencana beli mobil atau mau tukar tambah? Kebetulan sekali, di bulan April ini mobil88
mengadakan program Diskon TDP senilai 1 juta rupiah. Cukup isi data diri Anda melalui menu
“hubungi kami” via web www.mobil88.astra.co.id dan sebutkan mobil apa yang ingin dibeli,
Anda akan langsung dapet voucher potongan TDP senilai 1 juta rupiah. Segera register data diri
kamu sebelum tanggal 29 April 2016.

4.1 Resiko Transaksi Yang Ada di Internet

Faktor risiko yang dirasakan adalah salah satu hambatan penting yang sangat
dipertimbangkan oleh konsumen ketika akan membuat sebuah keputusan untuk melakukan
pembelian secara online. Risiko ini berkaitan dengan bagaimana seorang konsumen memiliki
kepercayaan untuk melibatkan teknologi dalam berbagai pekerjaan yang dilakukan oleh
konsumen termasuk dalam hal mencari produk yang dibutuhkan dan melakukan pembelian
terhadap produk tersebut (McCole dkk, 2010). Kim dkk (2008) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa faktor risiko yang dirasakan konsumen adalah keyakinan konsumen mengenai adanya
potensi hasil negatif dari ketidakpastian dalam melakukan pembelian secara online. Sedangkan
persepsi terhadap risiko menurut Firdayanti (2012) adalah suatu cara konsumen mempersepsikan
kemungkinan kerugian yang akan diperoleh dari keputusannya dikarenakan ketidakpastian dari
hal yang diputuskan tersebut. Forysthe dkk (2006) meneliti bahwa terdapat tiga faktor yang
secara negatif dapat mempengaruhi persepsi mereka pada pembelian produk melalui internet
yaitu risiko keuangan, risiko produk, dan risiko waktu atau kenyamanan. Dalam penelitian lain
secara rinci dijelaskan oleh Kim dkk (2008) bahwa risiko produk, risiko finansial, dan risiko
informasi adalah tiga faktor utama yang dapat berpengaruh pada situs belanja online. Risiko
produk merupakan risiko yang berikaitan dengan produk yang diperjualbelikan dalam transaksi
online tersebut. Contohnya: produk cacat, produk tidak sesuai dengan spesifikasi yang
dijanjikan, produk tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sementara itu, risiko keuangan
diartikan sebagai risiko terhadap nominal transaksi yang tidak sesuai harapan yang berakibat
pada konsumen atau pada penjual. Misalnya, transaksi online yang terduplikasi, atau tergandakan
yang disebabkan oleh kesalahan teknologi. Sedangkan risiko informasi terkait dengan keamanan
dan kerahasiaan transaksi. Misalnya mengenai pemberian nomor kartu kredit atau informasi
pribadi konsumen dalam proses pembelian online yang dikhawatirkan akan terjadi penipuan.
Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh D’Alessandro dkk (2012) ditemukan bahwa faktor
risiko yang dirasakan dan kepercayaan memiliki hubungan dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Semakin tinggi kepercayaan konsumen dalam melakukan transaksi jual beli online maka
semakin rendah faktor risiko yang dirasakan konsumen. Penelitian lain juga mendapatkan
temuan yang serupa yang mana risiko berpengaruh negatif pada kepercayaan (Eastlick, dkk
2006).

Jika kepercayaan yang dimiliki konsumen terhadap situs belanja online tinggi dan
melebihi faktor risiko yang dirasakan oleh konsumen, maka konsumen akan menjalin hubungan
dan melakukan transaksi online melalui situs belanja online tersebut walaupun masih terdapat
risiko yang dirasakan. Dengan kata lain, kepercayaan menjadi penentu tindakan yang akan
diambil seorang konsumen walaupun konsumen masih merasakan risiko yang berdampak negatif
pada hasil tindakan yang akan dilakukan (Kim dkk, 2008)

Firdayanti (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa risiko yang dirasakan


konsumen secara tidak langsung menimbulkan pengaruh pada kepercayaan konsumen untuk
melakukan transaksi online pada situs belanja online yang dipilih. Dalam penelitian lain, Amin
dan Mahasan (2014) menemukan bahwa risiko yang dirasakan dipengaruhi oleh faktor
kepercayaan.

4.1.2 Risiko dan Pengendalian dalam Mencatat Faktur dan Melakukan Pembayaran.

Menurut (Dasaratha dan Frederick, 2009):

a. Risiko Pelaksanaan

Untuk mengacu pada penerimaan aktual barang atau jasa serta pembayaran penangan kas.
Dua sasaran pelaksaan untuk siklus perolehan adalah: (1)Untuk memastikan penerimaan/jasa
yang tepat. (2)Untuk memastikan pembayaran dan penanganan kas yang tepat.

b. Risiko Sistem Informasi


Risiko pencatatan atau risiko atau data tentang berbagai kejadian tidak di tangkap dengan
benar oleh sistem informasi. Ingat bahwa pencatatan tidak tepat dapat menyebabkan kesalahan
dalam pelaksanaan.

c. Pengendalian

Perusahaan menstrukturkan proses perolehannya dengan cara tertentu untuk meastikan


bahwa sasarannya telah dicapai dan rsiko yang dibahas sebelumnya telah diminimalisasikan
melalui penggunaan pengendalian.

d. Penggunaan Arus Kerja untuk Menghadapi Risiko.

Pemisahaan tugas sangat penting dalam menghindari pembayaran yang tidak terotorisasi.
Petugas utang usaha tidak dapat mencatat faktur kecuali terdapat pesanan yang valid, valid dan
sebuah pesanan harus disetujui oleh manajer pembelian. Urut-urutan kejadian yang diharuskan
juga sangat membantu dalam mencegah pembayaran yang tidak terotirisasi. Pengendalian
dengan menggunakan informasi dari kejadian sebelumnya juga dapat mencegah pembayaran
yang tidak terotorisasi. Petugas utang usaha harus memeriksa record pesanan pembelian dan
penerimaan sebelum mencatat faktur. Juga, kontroler menelaah faktur yang dipilih untuk
pembayaran sebelum cek dicetak. Perusahaan harus menindaklanjuti kejadian sehingga faktur-
faktur yang menunggu akan dibaayar pada waktu yang tepat. Mencatat karyawan yang
bertanggung jawab dapat menggurangi risiko pembayaran yang tidak terotorisasi karena sistem
melacak siapa saja yang terlibat dalam proses pembayaran. Sangatlah penting untuk membatasi
akses sehingga karyawan yang terotorisasi saja yang dapat memperoleh akses ke sistem. Cek
bernomor urut dapat digunakan untuk mempertanggung jawabkan semua cek kososng.
Rekonsiliasi record dengan bukti aset fisik aset. Ketika rekening bank dengan cek yang telah
ditulis dikembalikan, karyawan harus melakukan rekonsiliasi bank, yang membandingkan saldo
per bank dengan saldo yang ditunjukkan di akun kas buku besar.

4.2 Fitur Transaksi Internet

4.2.1 BNI iPay


BNI iPay adalah fitur belanja online bagi pengguna BNI Internet Banking di situs-situs
ecommerce yang telah bekerjasama. Fitur ini merupakan turunan produk dari BNI Internet
Banking yang memberikan kemudahan bagi pengguna BNI Internet Banking dalam
menyelesaikan transaksi belanja online-nya dalam satu alur transaksi. Setelah memilih barang
atau jasa di situs e-commerce, maka Pengguna akan diarahkan ke situs BNI iPay untuk dapat
melakukan pembayaran segera dengan menggunakan userid, password, dan secure code yang
dihasilkan oleh e-secure ataupun m-secure BNI Internet Banking.

4.2.2 Verified by Visa (3D Secure) Pada kartu Mandiri Debit

Merupakan fitur layanan/alat pembayaran transaksi online eCommerce menggunakan


kartu Mandiri debit yang sudah tersertifikasi dari Visa (VbV/3D Secure) pada situs merchant
(toko online) yang juga telah memiliki sertifikasi Visa (VbV/3D Secure).

4.2.3 Mobile Banking

Sebuah layanan yang disediakan oleh bank untuk melakukan berbagai transaksi
perbankan melalui berbagi fitur yang ada pada ponsel pintar (smartphone). Selintas layanan
mobile banking ini serupa dengan layanan sms banking, namun pada kenyataannya mobile
banking memiliki lebih banyak fitur dibandingkan dengan sms banking. Apabila menggunakan
layanan sms banking, transaksi hanya dapat dilakukan menggunakan pesan singkat (SMS), maka
dengan menggunakan layanan mobile banking Anda dapat menggunakan fitur lain yang lebih
canggih. Fitur ini dapat diakses melalui dua cara. Pertama adalah dengan menggunakan aplikasi
dengan cara mengunduh aplikasi layanan mobile banking di app-store yang disediakan pada
smartphone yang Anda miliki. Cara kedua adalah dengan mengakses melalui menu provider.
Namun tidak semua provider memiliki layanan mobile banking ini, hanya ada beberapa provider
yang menyediakan layanan mobile banking. Seperti salah satu contohnya adalah mobile banking
BCA yang dapat diakses melalui provider Indosat, XL, dan Telkomsel.

4.2.4 SMS Banking


Fitur SMS banking memang yang paling terbatas. Layanan ini bisa dimanfaatkan tanpa
internet. Jadi, sangat praktis bila sedang berada di tempat yang tidak ada layanan internetnya.

Sejumlah fitur yang ditawarkan SMS banking, antara lain:

a. Informasi saldo, mutasi rekening, dan informasi kurs.

b. Informasi kartu kredit.

c. Transfer dana dan pembayaran.

Untuk melakukan transaksi lewat SMS banking, tinggal memasukkan perintah dan kode
akses ke nomor operator SMS banking yang bersangkutan. Fitur ini akan dikenai tarif pulsa
sesuai dengan biaya layanan yang diterapkan oleh bank yang bersangkutan.

4.2.5 Internet Banking

Dewasa ini, internet banking (i-banking) merupakan salah satu layanan unggulan yang
ditawarkan oleh perbankan untuk memudahkan nasabah bertransaksi. Fungsi i-banking bahkan
sudah mengungguli ATM. Kecuali untuk tarik tunai, tentunya.

Sejumlah fitur yang ditawarkan i-banking pada umumnya, antara lain:

a. Informasi rekening dan kartu kredit, yang mencakup posisi saldo, histori transaksi, maupun
daftar rekening, termasuk rekening giro, deposito, tabungan rencana, dan lain-lain. Kamu juga
bisa melihat informasi kurs di sini.

b. Transfer dana, baik antar rekening bank yang bersangkutan maupun antar bank. Fitur ini juga
mencakup transfer terjadwal.

c. Pembayaran, baik itu pembayaran tagihan listrik, telepon, kartu kredit, asuransi, sampai e-
commerce.
Internet banking memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:

a. Bisa diakses dari mana saja, baik itu dari PC, laptop, tablet, maupun ponsel. Nggak masalah
kamu ada di belahan dunia mana, yang penting ada koneksi internet.

b.Tidak terikat waktu. Kamu bisa mengaksesnya kapan saja 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

c. Dilengkapi dengan sistem pengamanan berlapis. Untuk melakukan transaksi non-finansial


seperti mengecek saldo dan mutasi rekening, kamu cukup memasukkan user ID dan password. d.
Untuk perubahan data maupun transaksi finansial seperti transfer dana dan pembayaran, kamu
perlu menggunakan token yang bisa didapatkan dari bank yang bersangkutan. Token ini
berfungsi sebagai otentikasi transaksi.

Tapi, meski cukup aman, bukan berarti sistemnya tanpa celah. Penjahat dunia maya bisa saja
mendapatkan data perbankanmu dan melakukan transaksi menggunakan identitasmu. Makanya,
pastikan perangkat yang kamu gunakan bebas virus dan hindari menggunakan koneksi internet
terbuka seperti WIFI publik.

5.1 Kesimpulan
Pelanggan dengan produsen tidak perlu untuk melakukan tatap muka. Dalam
perkembangan ecommerce sendiri sejak tahun 1980-an mengalami perkembangan yang sangat
cepat dan massive. Mengikuti perkembangan teknologi yang terjadi saat ini. Dalam dunia e-
commerce keamanan dan privasi sebuah perusahaan adalah hal pertama yang harus di perhatikan
sehingga bukan hanya produk yang diperbanyak tetapi juga keamanan jaringan dan atau sistem
perlu diperkuat. Dalam dunia e-commerce review pelanggan adalah aspek utama untuk
meningkatkan kredibilitas sebuah perusahaan sehingga itu mempengaruhi tingkat kepercayaan
pelanggan terhadap e-commerce tersebut.

Di indonesia sendiri banyak perusahaan digital menawarkan jasa e-commerce yang


bahkan gratis untuk membantu perusahaan mikro memasarkan barang yang di produksi. Tetapi,
tingkat kejahatan di e-commerce menjadi semakin tinggi karena rentan nya sistem yang
digunakan. Hal ini membuat pemerintah mengeluarkan UU ITE yang bertujuan melindungi
pengguna e-commerce dalam setiap kegiatan transaksionalnya.

Anda mungkin juga menyukai