2. Pembeli/card holder
adalah orang-orang yang ingin memperoleh produk (barang/jasa) melalui pembelian
secara online. Pembeli/card holder yang akan berbelanja di internet dapat berstatus
perorangan atau perusahaan. Apabila konsumen merupakan perorangan, maka yang perlu
diperhatikan dalam transaksi elektronik adalah bagaimana sistem pembayaran yang
digunakan, apakah pembayaran dilakukan dengan mempergunakan credit card (kartu
kredit) atau dimungkinkan pembayaran dilakukan secara manual/cash.
3. Perantara penagihan/Acquirer
adalah pihak perantara penagihan (antara penjual dan penerbit) dan perantara pembayaran
(antara pemegang dan penerbit). Perantara penagihan adalah pihak
yang meneruskan penagihan kepada penerbit berdasarkan tagihan yang
masuk kepadanya yang diberikan oleh penjual barang/jasa. Pihak
perantara pembayaran antara pemegang dan penerbit adalah bank dimana pembayaran
kartu kredit dilakukan oleh pemilik kartu kredit/card holder, selanjutnya bank yang
menerima pembayaran ini akan mengirimkan uang pembayaran tersebut kepada penerbit
kartu kredit.
a. Bank dan lembaga keuangan bukan bank. Tidak semua bank dapat menerbitkan credit
card, hanya bank yang telah memperoleh ijin dari Card International, dapat menerbitkan
credit card, seperti Master dan Visa card;
b. Perusahaan non bank yang membuat perjanjian dengan perusahaan yang ada di luar
negeri;
c. Perusahaan yang membuka cabang dari perusahaan induk yang ada di luar Negeri.
Penerbit kartu kredit dikenal sebagai pengirim, menurut Pasal 1 Ayat (18) UUITE “Pengirim
adalah subjek hukum yang mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik”.
5. Certification Authorities
adalah pihak ketiga yang netral yang memegang hak untuk mengeluarkan sertifikasi
kepada penjual/merchant, kepada penerbit kartu kredit/issuer, perantara
penagihan/acquirer, penyedia layanan payment gateway dan dalam beberapa hal
diberikan kepada card holder.
BAB III
FAKTA TERKAIT RESIKO TRANSAKSI ONLINE
Contoh kasus:
Seorang warga negara Indonesia diduga terlibat kasus penipuan terhadap seorang warga negara
Amerika Serikat melalui penjualan online. Kasus ini terungkap setelah Markas Besar Kepolisian
mendapat laporan dari Biro Penyelidik Amerika Serikat.
"FBI menginformasikan tentang adanya penipuan terhadap seorang warga negara Amerika yang
berinisial JJ, yang diduga dilakukan oleh seorang yang berasal dari Indonesia," kata Kepala Biro
Penerangan Masyarakat, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Kamis 11 Oktober 2012.
Boy mengatakan seorang warga Indonesia itu menggunakan nama HB untuk membeli sebuah
alat elektronik melalui pembelian online. "Jadi ini transaksi melalui online, tetapi lintas negara.
Jadi transaksinya dengan pedagang yang ada di luar negeri, khususnya Amerika," kata Boy.
Dalam kasus ini, kata Boy, Mabes Polri telah menetapkan satu tersangka berinisial MWR. Dia
memanfaatkan website www.audiogone.com yang memuat iklan penjualan barang.
Kemudian, kata Boy, MWR menghubungi JJ melalui email untuk membeli barang yang
ditawarkan dalam website itu. "Selanjutnya kedua belah pihak sepakat untuk melakukan
transakasi jual beli online. Pembayaran dilakukan dengan cara transfer dana menggunakan kartu
kredit di salah satu bank Amerika," kata dia.
Setelah MWR mengirimkan barang bukti pembayaran melalui kartu kredit, maka barang yang
dipesan MWR dikirimkan oleh JJ ke Indonesia. Kemudian, pada saat JJ melakukan klaim
pembayaran di Citibank Amerika, tapi pihak bank tidak dapat mencairkan pembayaran karena
nomor kartu kredit yang digunakan tersangka bukan milik MWR atau Haryo Brahmastyo.
"Jadi korban JJ merasa tertipu, dan dirugikan oleh tersangka MWR," kata Boy. Dari hasil
penyelidikan, MWR menggunakan identitas palsu yaitu menggunakan KTP dan NPWP orang
lain. Sementara barang bukti yang disita adalah laptop, PC, lima handphone, KTP, NPWP,
beberapa kartu kredit, paspor, alat scanner, dan rekening salah satu bank atas nama MWRSD.
Atas perbuatannya, tersangka dikenai Pasal 378 atau Pasal 45 ayat 2, Pasal 28 Undang-Undang
nomor 11 tentang Informasi Transaksi Elektronik. Dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Selain itu, Polri juga menerapkan Pasal 3 Undang-Undang nomor 8 tahun 2010 tentang
Pencucian Uang. Selain itu, juga dikenakan pasal pemalsuan yaitu Pasal 378 dan beberapa pasal
tambahan Pasal 4 ayat 5, dan pasal 5 UU no 8 tahun 2010.
Saat ini tersangka tengah menjalani proses hukum yang berlaku dan sudah berstatus tahanan
Negara Republik Indonesia.
Contoh kasus 2 :
Aktivitas jual beli secara online semakin digemari masyarakat di jaman modern saat ini.
Berbagai kemudahan yang didapatkan menjadi daya tarik tersendiri, termasuk lebih efisien soal
waktu dan hemat kantong. Akan tetapi dampak pemanfaatan perkembangan teknologi ini
rupanya dimanfaatkan pula oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab dengan menipu untuk
keuntungan pribadi. Jika tak hati-hati, Anda bisa menjadi korban penipuan.
Seperti kasus penipuan online yang baru dilaporkan beberapa waktu lalu. Tak tanggung-
tanggung jumlah korban mencapai ratusan orang dengan nilai transaksi miliaran rupiah. Kasus
penipuan ini berkedok tur wisata. Menurut salah satu korban, modus penipuan yang dijalankan
seseorang yang diduga pelaku ini dengan menawarkan pleserin ke luar negeri yang bisa dicicil.
Ketika pembayaran lunas, terduga pelaku tersebut mengulur waktu keberangkatan hingga tidak
jelas kapan waktu terbangnya. Korban awalnya mengenal terduga dari salah satu forum online.
Bulan Maret lalu, seorang mahasiswa dari Yogyakarta juga mengalami penipuan secara online.
Korban mengaku ditipu seseorang yang mengaku menjual laptop. Kejadian berawal ketika
korban melakukan pencarian barang di dunia maya dan menemukan kontak terduga pelaku,
dilanjutkan dengan saling tukar kontak dan tawar menawar. Setelah mentransfer uang, ternyata
laptop yang dibeli secara online tak kunjung datang. Menurut korban, terduga pelaku
mengatakan telah mengirim barang dan beralasan jasa pengiriman bermasalah. Sebulan
sebelumnya, Polda Metro Jaya membongkar kasus penipuan dengan modus penjualan online di
beberapa website. Modus kejahatan pelaku adalah berpura-pura menawarkan sejumlah produk
dagangan di internet mulai dari elektronik, aksesoris hingga kendaraan bermotor. Polisi yang
mendapatkan hampir 100 laporan, melakukan pelacakan dan akhirnya menemukan terduga
pelaku berjumlah 5 orang dengan dugaan kejahatan hingga 10 miliar.
Kasus penipuan online yang terjadi memang tidak pandang bulu, tak hanya pembeli yang
jadi sasaran, penjualpun bisa menjadi korban. Seperti kasus-kasus penipuan jual-mobil bekas
secara online. Setelah negosiasi melalui gadget maupun internet, pembeli dan penjual pun
bertemu untuk melihat kondisi mobil. Tidak sedikit cerita yang berakhir duka mulai dari gagal
mendapatkan uang hingga nyawa melayang karena menjadi korban perampokan.
Begitu bebasnya informasi di situs jual beli online membuat pedagang mana pun bisa
menjual mobil bekasnya, namun tidak selalu ada detail jaminan tentang kelayakan barang yang
diperdagangkan. Terkait jaminan produk yang dijual, mobil88 sebagai penyedia jual-beli mobil
bekas ini memberikan garansi buyback bila syarat dan ketentuan terpenuhi. Beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi antara lain dokumen terjamin keasliannya, nomor rangka dan mesin sesuai
BPKB, tidak mengalami tabrakan dan terendam banjir, hingga odometer asli. Demi
meningkatkan kepuasan pelanggan, selain buku garansi yang akan didapat setiap pembeli,
mobil88 juga memberikan benefit kartu diskon mobicard. Dengan kartu tersebut, konsumen bisa
memanfaatkan potongan harga untuk beli komponen mobil di Shop & Drive. Dengan deretan
jaminan tersebut, mobil88 pun berani menjamin jutaan uang yang dikeluarkan konsumennya
tidak akan mengecewakan dan merugikan seperti kasus-kasus penipuan online yang terjadi.
Punya rencana beli mobil atau mau tukar tambah? Kebetulan sekali, di bulan April ini mobil88
mengadakan program Diskon TDP senilai 1 juta rupiah. Cukup isi data diri Anda melalui menu
“hubungi kami” via web www.mobil88.astra.co.id dan sebutkan mobil apa yang ingin dibeli,
Anda akan langsung dapet voucher potongan TDP senilai 1 juta rupiah. Segera register data diri
kamu sebelum tanggal 29 April 2016.
Faktor risiko yang dirasakan adalah salah satu hambatan penting yang sangat
dipertimbangkan oleh konsumen ketika akan membuat sebuah keputusan untuk melakukan
pembelian secara online. Risiko ini berkaitan dengan bagaimana seorang konsumen memiliki
kepercayaan untuk melibatkan teknologi dalam berbagai pekerjaan yang dilakukan oleh
konsumen termasuk dalam hal mencari produk yang dibutuhkan dan melakukan pembelian
terhadap produk tersebut (McCole dkk, 2010). Kim dkk (2008) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa faktor risiko yang dirasakan konsumen adalah keyakinan konsumen mengenai adanya
potensi hasil negatif dari ketidakpastian dalam melakukan pembelian secara online. Sedangkan
persepsi terhadap risiko menurut Firdayanti (2012) adalah suatu cara konsumen mempersepsikan
kemungkinan kerugian yang akan diperoleh dari keputusannya dikarenakan ketidakpastian dari
hal yang diputuskan tersebut. Forysthe dkk (2006) meneliti bahwa terdapat tiga faktor yang
secara negatif dapat mempengaruhi persepsi mereka pada pembelian produk melalui internet
yaitu risiko keuangan, risiko produk, dan risiko waktu atau kenyamanan. Dalam penelitian lain
secara rinci dijelaskan oleh Kim dkk (2008) bahwa risiko produk, risiko finansial, dan risiko
informasi adalah tiga faktor utama yang dapat berpengaruh pada situs belanja online. Risiko
produk merupakan risiko yang berikaitan dengan produk yang diperjualbelikan dalam transaksi
online tersebut. Contohnya: produk cacat, produk tidak sesuai dengan spesifikasi yang
dijanjikan, produk tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sementara itu, risiko keuangan
diartikan sebagai risiko terhadap nominal transaksi yang tidak sesuai harapan yang berakibat
pada konsumen atau pada penjual. Misalnya, transaksi online yang terduplikasi, atau tergandakan
yang disebabkan oleh kesalahan teknologi. Sedangkan risiko informasi terkait dengan keamanan
dan kerahasiaan transaksi. Misalnya mengenai pemberian nomor kartu kredit atau informasi
pribadi konsumen dalam proses pembelian online yang dikhawatirkan akan terjadi penipuan.
Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh D’Alessandro dkk (2012) ditemukan bahwa faktor
risiko yang dirasakan dan kepercayaan memiliki hubungan dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Semakin tinggi kepercayaan konsumen dalam melakukan transaksi jual beli online maka
semakin rendah faktor risiko yang dirasakan konsumen. Penelitian lain juga mendapatkan
temuan yang serupa yang mana risiko berpengaruh negatif pada kepercayaan (Eastlick, dkk
2006).
Jika kepercayaan yang dimiliki konsumen terhadap situs belanja online tinggi dan
melebihi faktor risiko yang dirasakan oleh konsumen, maka konsumen akan menjalin hubungan
dan melakukan transaksi online melalui situs belanja online tersebut walaupun masih terdapat
risiko yang dirasakan. Dengan kata lain, kepercayaan menjadi penentu tindakan yang akan
diambil seorang konsumen walaupun konsumen masih merasakan risiko yang berdampak negatif
pada hasil tindakan yang akan dilakukan (Kim dkk, 2008)
4.1.2 Risiko dan Pengendalian dalam Mencatat Faktur dan Melakukan Pembayaran.
a. Risiko Pelaksanaan
Untuk mengacu pada penerimaan aktual barang atau jasa serta pembayaran penangan kas.
Dua sasaran pelaksaan untuk siklus perolehan adalah: (1)Untuk memastikan penerimaan/jasa
yang tepat. (2)Untuk memastikan pembayaran dan penanganan kas yang tepat.
c. Pengendalian
Pemisahaan tugas sangat penting dalam menghindari pembayaran yang tidak terotorisasi.
Petugas utang usaha tidak dapat mencatat faktur kecuali terdapat pesanan yang valid, valid dan
sebuah pesanan harus disetujui oleh manajer pembelian. Urut-urutan kejadian yang diharuskan
juga sangat membantu dalam mencegah pembayaran yang tidak terotirisasi. Pengendalian
dengan menggunakan informasi dari kejadian sebelumnya juga dapat mencegah pembayaran
yang tidak terotorisasi. Petugas utang usaha harus memeriksa record pesanan pembelian dan
penerimaan sebelum mencatat faktur. Juga, kontroler menelaah faktur yang dipilih untuk
pembayaran sebelum cek dicetak. Perusahaan harus menindaklanjuti kejadian sehingga faktur-
faktur yang menunggu akan dibaayar pada waktu yang tepat. Mencatat karyawan yang
bertanggung jawab dapat menggurangi risiko pembayaran yang tidak terotorisasi karena sistem
melacak siapa saja yang terlibat dalam proses pembayaran. Sangatlah penting untuk membatasi
akses sehingga karyawan yang terotorisasi saja yang dapat memperoleh akses ke sistem. Cek
bernomor urut dapat digunakan untuk mempertanggung jawabkan semua cek kososng.
Rekonsiliasi record dengan bukti aset fisik aset. Ketika rekening bank dengan cek yang telah
ditulis dikembalikan, karyawan harus melakukan rekonsiliasi bank, yang membandingkan saldo
per bank dengan saldo yang ditunjukkan di akun kas buku besar.
Sebuah layanan yang disediakan oleh bank untuk melakukan berbagai transaksi
perbankan melalui berbagi fitur yang ada pada ponsel pintar (smartphone). Selintas layanan
mobile banking ini serupa dengan layanan sms banking, namun pada kenyataannya mobile
banking memiliki lebih banyak fitur dibandingkan dengan sms banking. Apabila menggunakan
layanan sms banking, transaksi hanya dapat dilakukan menggunakan pesan singkat (SMS), maka
dengan menggunakan layanan mobile banking Anda dapat menggunakan fitur lain yang lebih
canggih. Fitur ini dapat diakses melalui dua cara. Pertama adalah dengan menggunakan aplikasi
dengan cara mengunduh aplikasi layanan mobile banking di app-store yang disediakan pada
smartphone yang Anda miliki. Cara kedua adalah dengan mengakses melalui menu provider.
Namun tidak semua provider memiliki layanan mobile banking ini, hanya ada beberapa provider
yang menyediakan layanan mobile banking. Seperti salah satu contohnya adalah mobile banking
BCA yang dapat diakses melalui provider Indosat, XL, dan Telkomsel.
Untuk melakukan transaksi lewat SMS banking, tinggal memasukkan perintah dan kode
akses ke nomor operator SMS banking yang bersangkutan. Fitur ini akan dikenai tarif pulsa
sesuai dengan biaya layanan yang diterapkan oleh bank yang bersangkutan.
Dewasa ini, internet banking (i-banking) merupakan salah satu layanan unggulan yang
ditawarkan oleh perbankan untuk memudahkan nasabah bertransaksi. Fungsi i-banking bahkan
sudah mengungguli ATM. Kecuali untuk tarik tunai, tentunya.
a. Informasi rekening dan kartu kredit, yang mencakup posisi saldo, histori transaksi, maupun
daftar rekening, termasuk rekening giro, deposito, tabungan rencana, dan lain-lain. Kamu juga
bisa melihat informasi kurs di sini.
b. Transfer dana, baik antar rekening bank yang bersangkutan maupun antar bank. Fitur ini juga
mencakup transfer terjadwal.
c. Pembayaran, baik itu pembayaran tagihan listrik, telepon, kartu kredit, asuransi, sampai e-
commerce.
Internet banking memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:
a. Bisa diakses dari mana saja, baik itu dari PC, laptop, tablet, maupun ponsel. Nggak masalah
kamu ada di belahan dunia mana, yang penting ada koneksi internet.
b.Tidak terikat waktu. Kamu bisa mengaksesnya kapan saja 24 jam sehari, 7 hari seminggu.
Tapi, meski cukup aman, bukan berarti sistemnya tanpa celah. Penjahat dunia maya bisa saja
mendapatkan data perbankanmu dan melakukan transaksi menggunakan identitasmu. Makanya,
pastikan perangkat yang kamu gunakan bebas virus dan hindari menggunakan koneksi internet
terbuka seperti WIFI publik.
5.1 Kesimpulan
Pelanggan dengan produsen tidak perlu untuk melakukan tatap muka. Dalam
perkembangan ecommerce sendiri sejak tahun 1980-an mengalami perkembangan yang sangat
cepat dan massive. Mengikuti perkembangan teknologi yang terjadi saat ini. Dalam dunia e-
commerce keamanan dan privasi sebuah perusahaan adalah hal pertama yang harus di perhatikan
sehingga bukan hanya produk yang diperbanyak tetapi juga keamanan jaringan dan atau sistem
perlu diperkuat. Dalam dunia e-commerce review pelanggan adalah aspek utama untuk
meningkatkan kredibilitas sebuah perusahaan sehingga itu mempengaruhi tingkat kepercayaan
pelanggan terhadap e-commerce tersebut.