Anda di halaman 1dari 13

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gonorrh

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara PMS. Pada
pengobatan terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
paling resisten terhadap penicillinase dan di sebut Pellicilinase Producing Nesseria Gonorrhoeae
( PPNG). Penyakit menular seksual juga disebut penyakit venereal merupakan penyakit yang
paling sering ditemukan di seluruh dunia. Kuman ini terjadi secara luas di seluruh dunia dengan
prevalensi yang lebih tinggi di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia.

Gonore merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan kedua


tersering dari IMS di Amerika. Gonore dapat ditularkan melalui hubungan seks
vaginal, anal dan oral dengan pasangan yang terinfeksi bakteri N. gonorrhoeae.
Gonore juga dapat ditularkan melalui ibu yang sedang mengandung kepada bayi
yang ada dalam kandungannya selama proses melahirkan bayi tersebut sehingga
menyebabkan ophtalmia neonatorum dan systemic neonatal infection (Wong,
2016). Menurut Irianto (2014) bahwa setiap tahunnya kasus gonore lebih banyak terjadi pada
wanita daripada pria. banyak ditemui pada usia produktif dan lebih sering menimbulkan gejala
pada laki-laki. Angka serangan paling tinggi pada orang berusia 15-24 tahun yang tinggal di
kota, termasuk dalam kelompok sosio-ekonomi rendah, tidak menikah atau homoseksual, atau
memiliki riwayat PMS terdahulu.

Ties et al. (2015) memperkirakan setiap tahun terdapat 78 juta penderita baru penyakit
menular seksual dan pada tahun 2012 tercatat data yang diperoleh untuk penderita baru penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae sebanyak 78,3 juta diseluruh dunia.
menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan 78 juta kasus baru ditemukan setiap
tahunnya. Diperkirakan ada 27 juta kasus umum dari gonore pada tahun 2012,berarti prevalensi
global gonore 0,8% di antara wanita dan 0,6% di antara laki-laki berusia 15-49 tahun, dengan
prevalensi tertinggi di Pasifik Barat dan Daerah Afrika. Kementerian Kesehatan Indonesia pada
tahun 2007 dan 2011 melakukan survei yang dikenal dengan nama surveilans terpadu biologis
dan perilaku (STBP) dilakukan di 11 provinsi dan 33 kota di Indonesia. Hasil STBP 2007 yang
ditulis Mustikawati et al. (2009) menyebutkan prevalensi penyakit gonore berjumlah 4.339 kasus
terdiri dari wanita pekerja seks langsung (WPSL) sebanyak 1.872 kasus, wanita pekerja seks
tidak langsung (WPSTL) sebanyak 1.105 kasus, waria sebanyak 512 kasus dan lelaki seks lelaki
(LSL) sebanyak 850 kasus. Hasil STBP 2011 yang ditulis oleh Kementerian Kesehatan RI
(2011)a menyebutkan prevalensi penyakit gonore berjumlah 4.644 kasus terdiri dari WPSL
sebanyak 2.279 kasus, WPSTL sebanyak 1.484 kasus, waria sebanyak 468 kasus dan LSL
sebanyak 413 kasus.
Pada umumnya penularan melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, oro-
genital dan ano-genital. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan gonore
ekstra genital

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini:

BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (2015), gonore adalah penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang dapat
menginfeksi baik pria dan wanita yang mengakibatkan infeksi pada alat kelamin, rektum dan
tenggorokan.
Gonore adalah salah satu penyakit menular seksual paling umum yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae (Irianto, 2014).
Neisseria gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae) merupakan bakteri diplokokkus gram negatif
dan manusia merupakan satu-satunya faktor host alamiah untuk gonokokus, infeksi gonore
hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual (Sari et al., 2012).

2. Epidemiologi
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada janin
pada saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi
penyakit ini, tetapi insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Di antara populasi
wanita pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per
100.000) sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun
(589,7 per 100.000).
Epidemiologi N. gonorhoe berbeda pada tiap – tiap negara berkembang. Di Swedia,
insiden gonore dilaporkan sebanyak 487/100.000 orang yang menderita pada tahun 1970.
Pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang menderita, pada tahun 1994
dilaporkan penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya sekitar 31/100.000 orang yang
menderita.
Di Amerika Serikat, insiden dari kasus gonore mengalami penurunan. Pada tahun 1975
dilaporkan 473/100.000 orang yang menderita, dimana dengan angka tersebut menunjukkan
bahwa kasus gonore di Amerika Serikat mengalami penurunan sampai tahun 1984.

Faktor-faktor resiko:
 hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi

 mempunyai banyak pasangan seksual

 pada bayi – saat melewati jalan kelahiran dari ibu yang terinfeksi

 pada anak – penyalahgunaan seksual (sexual abuse) oleh penderita terinfeksi.

3. Etiologi

 Kuman : Neisseria gonorrhoea


 Perantara : manusia
 tempat kuman keluar : penis, vagina, anus, mulut
 cara penularan : kontak seksua langsung
 tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
 yang bisa terkena : orang yang berhubungan seks tak aman
Penyebab gonore adalah gonokok yang di temukan oleh NEISSER pada tahun1879
dan baru diumumkan apada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan
dikenal ada 4 spesies, yaitu :
 N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen
 serta N. cattarrhalis dan N. pharyngis sicca yang bersifat komensal.
Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi .
N. gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis
diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan
terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual.
Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2
dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan
mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat
hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37o dan pH 7,2-
7,6 untuk pertumbuhan yang optimal.
Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3 dan 4
tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen dan terdapat pada
permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non-virulen. Pili akan
melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.Daerah yang paling
mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum
berkembang (immature), yakni pada wanita sebelum pubertas.
Galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan galur gonokokus
yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau beta-laktamase yang dapat merusak
penisilin menjadi senyawa inaktif, sehingga sukar diobati dengan penisilin dan derivatnya,
walaupun gejala dengan peninggian dosis.

4. Patofisiologi
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui jaringan sub
epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum, komplemen, immunoglobulin
A(IgA), dan lain-lain), dan difagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah
gonokokus mudah melekat dan berpenetrasi ke dalam sel penjamu, begitu pula resistensi
terhadap serum, fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit. Faktor
yang mendukung virulensi ini adalah pili, protein, membrane bagian luar, lipopolisakarida,
dan protease IgA.
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva
dan farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikula seminalis,
epididimis dan testis pada pria dan kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba fallopi dan
ovarium pada wanita.
Kontak seksual (anus, orogenital, genital)

Neisseria Gonorhoe

Mukosa Rektum Faring Urethra, endoserviks

(saluran anus) Konjungtiva (neonates)

Inflamasi

infeksi meivas
Laki-laki(Prostat, vasdeferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis)
Perempuan (Kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba falopii, ovarium)

Gonorhoe Kurangnya
pengetahuan

Disuria Ansietas berhubungan


seksual
Tanpa
pelindung

Gangguan Eliminasi Resiko


Penularan

5. Manifestasi klinis
Gonore pada mata bayi
1. Pada traktus genitourinari pria dapat ditemukan:
 Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi

 Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir
mukoid dari uretra

 Retensi urin akibat inflamasi prostat

 Keluarnya nanah dari penis.

 Bila ada infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan bercampur darah

 infeksi pada uretra umumnya menyebabkan duh uretra yang mukopurulen atau
purulen (>80%) dan atau disuria (>50%),

 pada infeksi anal: gatal-gatal pada daerah anus

 infeksi oral: mungkin tanpa gejala atau sakit tenggorokan

2. Pada wanita:
a. Pada traktus genitourinari wanita bagian bawah:
 duh serviks yang mukopurulen atau purulen
 duh vagina atau pendarahan; vulvaginitis pada anak-anak
 Nyeri ketika berkemih
 Keluarnya cairan dari vagina

b. Pada traktus genitourinari wanita bagian atas:


 PID (Pelvic Inflamatory Diseases)
 nyeri bagian bawah perut
 demam

Pada Bayi di bawah usia 1 bulan atau Neonatus

 Pada neonatus, konjungtivitis bilateral (neonatorum Oftalmia) sering mengikuti

persalinan pervaginam dari ibu, yang tidak diobati terinfeksi. Namun, penularan ke

bayi juga bisa terjadi pada rahim atau pada periode postpartum.

 Gejala konjungtivitis gonokokal termasuk sakit mata, kemerahan, dan keluarnya

cairan bernanah. Neonatus juga bisa memperoleh faring, infeksi pernapasan, atau

dubur atau disebarluaskan infeksi gonokokal (DGI).Organisme ini bisa menyebabkan

cedera permanen pada mata sangat cepat. Pengakuan yang cepat dan pengobatan

adalah penting untuk menghindari kebutaan.

 Kebutaan akibat infeksi gonokokal neonatal adalah masalah serius di negara

berkembang tetapi sekarang jarang di Amerika Serikat dan di negara-negara lain di

mana profilaksis konjungtiva bayi dengan terapi antimikroba adalah rutin. Namun

demikian, bayi dari ibu dengan infeksi yang tidak diobati, perawatan sebelum

melahirkan miskin, dan kelahiran dimonitor terus beresiko.Infeksi langsung dengan N


gonorrhoeae pada neonatus juga dapat terjadi melalui kulit kepala di lokasi elektroda

pemantauan janin.

Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual

Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus, dapat
menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya
dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta
tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.

6. Pemeriksaan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu
yang terdiri atas 5 tahap, yaitu:
1. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
2. Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur. Menggunakan
media transport dan media pertumbuhan.
3. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes fermentasi
(kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
4. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi
merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
5. Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk
mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

7. Komplikasi

1. Komplikasi pada pria:


a. uretra yang berparut atau berbintik pada pria kemungkinan mengarah ke
menurunnya fertilitas atau obstruksi kandung kemih

b. Prostatitis

c. Cowperitis

d. Vesikulitis seminalis

e. Epididimitis

f. Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior.

g. Infertilitas

2. Komplikasi pada wanita:


a. Komplikasi uretra

adanya parutan pada kornea dan kebutaan permanen akibat infeksi gonokokkus
pada mata

b. Bartholinitus

c. Endometritis dan metritis

d. Salphingitis.

e. Infertilitas

f. parutan atau bintik-bintik pada traktus reproduksi atas pada wanita dengan PID
(penyakit radang panggul) kemungkinan mengarah ke infertilitas, nyeri pelvis
kronik dan kehamilan ektopik

3. Komplikasi pada bayi


a. Adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat
infeksi gonokokkus pada wanita hamil.

b. Adanya parutan pada kornea dan kebutaan permanen akibat infeksi gonokokkus
pada mata
c. Adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu.

1. adanya kelainan neurologik lanjut akibat gonokokkal meningitis


2. destruksi permukaan sendi artikular
3. destruksi katup jantung
4. kematian karena CHF atau meningitis
Arthritis (radang sendi). Miokarditis (radang otot jantung). Endokarditis (infeksi katup jantung).
Perikarditis (peradangan pada katup jantung). Meningitis (jika mengenai otak). Dermatitis (jika
mengenai kulit).

Penyakit GO ini dapat sembuh dengan baik apabila penderita melakukan pengobatan yang
efektif dan benar. Pengobatan yang efektif dan benar tersebut adalah pengobatan yang dilakukan
secara rutin dan cepat yaitu belum menimbulkan komplikasi yang berat seperti meningitis.
Karena apabila telah sampai kepada tahap tersebut maka hampir dapat dipastikan akan
menimbulkan kecacatan bagi penderita.
Bartolinitis
 Bartolinitis, yaitu membengkaknya kelenjar Bartholin sehingga penderita sukar jalan
karena nyeri.
 Komplikasi dapat ke atas menyebabkan kemandulan, bila ke rongga perut menyebabkan
radang di perut dan usus.
 Selain itu baik pada wanita atau pria dapat terjadi infeksi sistemik (seluruh tubuh) ke
sendi, jantung, selaput otak dan lain-lain.
 Pada ibu hamil, bila tidak diobati, saat melahirkan mata bayi dapat terinfeksi, bila tidak
cepat ditangani dapat menyebabkan kebutaan
 Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi, dimana sendi
menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas.
 Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah berisi
nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah
dari satu sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis).
 Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis). Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa
menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu.
 Komplikasi yang terjadi bisa diatasi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa penyembuhan
untuk artritis atau endokarditis berlangsung lambat.

Bartolinitis

 Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan pembengkakan
pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat
bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada
kelamin yang memerah.
 Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian
dalam vagina agak keluar. Kuman yang menyebabkan infeksi pada bartolin ini bisa
bermacam-macam, termasul gonore. Kuman lain adalah chlamydia, dan sebagainya.
 Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas
vagina. Akibat penyumbatan ini, lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar
sehingga disebut sebagai kista (kantong berisi cairan). “Kuman dalam vagina bisa
menginfeksi salah satu kelenjar bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada
infeksi, tak akan menimbulkan keluhan.”
 Untuk mengatasinya, pemberian antibiotik untuk mengurangi radang dan pembengkakan.
Jika terus berlanjut, diperlukan tindakan operatif untuk mengangkat kelenjar yang
membengkak. Tak perlu khawatir vagina akan kering setelah pengangkatan, karena pada
dasarnya yang diangkat hanya salah satu penghasil pelumas.

8. Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
 Bahaya penyakit menular seksual
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari.
 Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

2. Medikamentosa
 Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangan sensitif terhadap penicilin, banyak
‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin
masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
 Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang
memadai.
 Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang
peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
 Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis
gonokokus.

9. Pencegahan
1. Mengunakan kondom dan menghindari oral seksual dengan pasangan yang tidak aman
adalah cara sederhana yang dapat meminimalkan tertularnya penyakit ini, namun
demikian cara pencegahan yang paling baik adalah jangan melakukan hubungan
seksual dengan pasangan yang tidak resmi, MENCEGAH LEBIH BAIK DARI PADA
MENGOBATI
2. Jangan berganti-ganti pasangan

10. Prognosis
Prognosis pada penderita dengan gonore tergantung cepatnya penyakit dideteksi dan
diterapi. Penderita dapat sembuh sempurna bila dilakukan pengobatan secara dini dan
lengkap. Tetapi jika pengobatan terlambat diberikan, maka kemungkinan besar dapat
menyebabkan komplikasi lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai