Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per
kilogram berat badan dan sebagian kecil berada dalam cairan ekstrasel. Lebih dari 90% tekanan
osmotic di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mnegandung natrium khususnya dalam
bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan
smotik pada cairan ekstrasel mengambarkan perubahan konsentrasi natrium.
Pemasukaan natrium yang berasal dari diet memalui epitel mukosa saluran cena dengan proses
difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau keringat di kulit. Pemasukan dan apengeluaran
natrium perhari mencapai 48-144 mEq
Pada ginjal natrium sangat berfungsi dalam eksresi natrium. Ginjal dapat mengatur eksresi
natrium untuk homeostasis natrium untuk mempertahankan volume cairan dalam tubuh. Narium
akan di filtrasi bebas di glomerulus direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal
bersamaan dengan H2O dan klorida yang direabsorsi secara pasif dan sisanya direabsorsi
dilengkung henle (20-30%), tubulus distal untuk mereabsorpsi natrium bersama air secara pasif
dan mensekresika kalium pada sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk mempertahankan
elektroneutralitas.
1. Hiponatremia
Hiponatremia adalah suatu keadaan dimana dijumpai kelebihan cairan relative. Hal ini terjadi
bila 1) jumlah asupan airb melebihi kemampuan ekskresi 2) ketidak mampuan menekan sekresi
ADH ( anti diuretic ) misalnya kehilangan air melalui saluran cerna , gagal jantung dan sirosis
hati atau pada SIADH ( sindrom ADH )
Sekresi adh meningkat akibat deplesi volume sirkulasi efektif seperti muntah,diare,pendarahan,
jumlah urine meningkat,gagal jantung, sirosis hati, SIADH , insufisiensi adrenal , dan hipotiroid.
Pada polydipsia primer dan gagal ginjal terjadi ekskresi cairan cairan lebih rendah dibanding
asupan cairan sehingga menimbulkan reaksi fisiologik yang menekan sekresi ADH. Respon
fisiologik dari hiponatremia adalah tertekannya sekresi ADH.
Tingginya osmolalitas plasma pada keadaan hiperglikemia atau pemberian mannitol intravena
menyebabkan cairan intrasel keluar dari sel dan menyebabkan dilusi cairan ekstrasel yang
menyebabkan hiponatremia,
Jenis hiponatremia :
1. Hiponatremia akut: keadaan hiponatremia berlangsung cepat yaitu kurang dari 48 jam.
Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang berat seperti penurunan kesadaran dan kejang.
Hal ini terjadi karena edema sek otak, akrena air dari ekstra sel masuk ke intrsasel dengan
osmolalitas tinggi. Kelompok ini disebut hiponatremia simptomatik atau hiponatremia
berat.
2. Hiponatremia kronik : keadaan hiponatremia berlangsung lambat yaitu lebih dari 48 jam.
Geja yang timbul hanya ringan seperti lemas dan mengantuk. Kelompok ini disebut juga
hiponatremia asimptomatik.
2. Hipernatremia
Hipernatremia adalah suatu keadaan dimana terjadi defisit cairan relative. Hipernatremia
dijumpai pada kasus dehidrasi dengan gangguan rasa haus ( missal pada kondisi kesadaran
terganggu atau gangguan mental )
Respon fisiologik yang ditimbulkan pada hypernatremia adalah meningkatkan pengeluaran ADH
dari hipotalamus sehingga ekskresi urin berkurang.
Pemeriksaan
Metode ini paling sering digunakan untuk pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan
klorida. Metode memiliki akurasi yang baik . ISE memiliki 2 macam yaitu ISE direk dan
ISE indirek. ISE direk memeriksa langsung pada sample darah, serum dan darah utuh.
Metode ini digunakan untuk labolatorium gawat darurat. Sedang kan ISE inderek
menggunakan sampel yang diencerkan.
Prinsip Pengukuran Pada dasarnya alat yang menggunakan metode ISE untuk
menghitung kadar ion sampel dengan membandingkan kadar ion yang tidak diketahui
nilainya dengan kadar ion yang diketahui nilainya. Membran ion selektif pada alat
mengalami reaksi dengan elektrolit sampel. Membran merupakan penukar ion, bereaksi
terhadap perubahan listrik ion sehingga menyebabkan perubahan potensial membran.
Perubahan potensial membran ini diukur, dihitung menggunakan persamaan Nerst,
hasilnya kemudian dihubungkan dengan amplifier dan ditampilkan oleh alat.
Dakpus
Darwis D, Moenajat Y, Nur B.M, Madjid A.S, Siregar P, Aniwidyaningsih W, dkk, ’Fisiologi
Keseimbangan Air dan Elektrolit’ dalam Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-
Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, ed. ke-2, FK-UI, Jakarta, 2008,
hh. 29-114
Yaswir,R., Ferawati. I. (2012). Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan
Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium, 1(2), 80-85
Singer G.G and Brenner B.M, ‘Fluid and Electrolyte Disturbances’ In: Harrison’s Principles of
Internal Medicine, 17th Ed., Vol. 1, McGraw Hill Companies USA, 2008, pp. 274-287.