Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
pegawai pemerintah yang dinilai korup dan sarat dengan nepotisme. Reformasi
buruk birokrasi seperti praktik korupsi yang paling sering terjadi di dalam
instansi pemerintah.
negara dan masalah yang sulit untuk diberantas, Hal ini tidak lain karena
hukum. Dilihat dari sudut pandang sejarah, korupsi telah dilakukan sejak dulu
hingga kini. Korupsi dilakukan oleh seluruh tingkat usia (kecuali anak-anak).
1
Bila dilihat dari sudut manajemen maka korupsi terjadi mulai dari tahap
Secara etimologis atau menurut bahasa, korupsi berasal dari kata Latin
corruptio atau corruptus,dan dalam bahasa Latin yang lebih tua dikenal dengan
istilah corrumpere. Dari bahasa Latin itulah turun keberbagai bahasa bangsa-
Indonesia menjadi korupsi. Arti harfiah dari kata itu adalah kebusukan,
kepentingan diri sendiri dengan merugikan orang lain, yang dilakukan oleh
1
Andi Hamzah (I), Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, Gramedia Pusaka
Utama, Jakarta, 1991, hal. 7.
2
IGM. Nurdjana. Korupsi Dalam Praktek Bisnis Pemberdayaan Penegak Hukum, Program
Aksi dan Strategi Penanggulangan Masalah Korupsi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005,
hal. 8.
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
1. Suap;
2. illegal profit;
3. secret transaction;
4. hadiah;
5. hibah (pemberian);
6. penggelapan;
7. kolusi;
8. nepotisme; dan
pegawai publik (public officials) dari norma-norma yang diterima dan dianut
3
Robert Kligart, Ronald Maclean Aboroa, H Lindasey Parris, Penuntutan Pemberantasan
Korupsi Dalam Pemerintah Daerah, Terjemahan Yayasan Aboe Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 2
dan 3
masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi (serve
private ends). Senada dengan Azyumardi Azra mengutip pendapat Syed Husein
Alatas yang lebih luas: ”Corruption is abuse of trust in the interest of private
Dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh korupsi ini sangat banyak
masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan
serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun
terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur. 5Selain itu akibat dari
Dari beberapa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang melekat
4
Syamsul Anwar , Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah Majelis Tarjih
dan Tajdid PP Muhammadiyah ( Jakarta: Pusat studi Agama dan Peradaban (PSAP), 2006) hal 10
5
Evi hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal. 1
6
Andi Hamzah (II), Pemberantasan Korupsi, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 2
1. tindakan mengambil, menyembunyikan, menggelapkan harta negara atau
masyarakat;
dirinya;
instansi tertentu;
menetapkan tersangka dan definisi tentang tersangka sangat jelas diatur dalam
Selanjutnya definisi tersangka dengan rumusan yang sama diatur pula dalam
Bukti Permulaan tidak secara spesifik diatur di dalam KUHAP, definisi itu
justru diatur dalam Pasal 1 angka 21 Perkap No. 14 Tahun 2012 sebagai
berikut:
“Bukti Permulaan adalah alat bukti berupa Laporan Polisi dan 1 (satu) alat
bukti yang sah, yang digunakan untuk menduga bahwa seseorang telah
melakukan tindak pidana sebagai dasar untuk dapat dilakukan
penangkapan.”
Jadi, berdasarkan laporan polisi dan satu alat bukti yang sah maka
‘bukti permulaan’, namun KUHAP secara jelas mengatur tentang alat bukti
yang sah di dalam ketentuan Pasal 184 KUHAP ayat (1) Alat bukti yang sah
ialah :
1. keterangan saksi;
2. keterangan ahli;
3. surat;
4. petunjuk;
5. keterangan terdakwa.
hukum untuk melepas diri dari tuntutan hukum. Oleh karena itulah pada
umumnya tindak pidana korupsi dilakukan dengan modus operasi yang rapi,
gratifikasi oleh KPK, dalam sidang praperadilan ini hakim memutuskan bahwa
penetapan status tersangka oleh KPK kepada Budi Gunawan (BG) tidak sah
oleh termohon dalam hal ini adalah KPK dan tidak memiliki status hukum
7
Ramelan, Penerapan Konsep dan Pengertian Turut Serta (Medeplegen) dalam Perkara
Tindak Pidana Korupsi, Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran Bandung, 2002, hal.
3.
Pertimbangan yang di lakukan oleh Hakim Sarpin Rizaldi yang
tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat, 8 karena Hakim di
membatalkan status tersangka Komjen (Pol) Budi Gunawan (BG) oleh KPK.
“bukti permulaan”, “bukti permulaan yang cukup”, dan “bukti yang cukup”
dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP sepanjang
dimaknai minimal dua alat bukti sesuai Pasal 184 KUHAP. Pasal 77 huruf a
jumlah (alat bukti) dari frasa “bukti permulaan”, “bukti permulaan yang
cukup”, dan “bukti yang cukup”. Berbeda dengan Pasal 44 ayat (2) UU No. 30
mengatur secara jelas batasan jumlah alat bukti, yakni minimal dua alat bukti.10
“Frasa ‘bukti permulaan’, ‘bukti permulaan yang cukup’, dan ‘bukti yang
cukup’ dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP harus
calon tersangka untuk transparansi dan perlindungan hak asasi seseorang agar
ini penetapan status tersangka yang diberikan oleh penyidik kepada seseorang
dilekatkan tanpa batas waktu yang jelas. Akibatnya, orang tersebut secara
mudah, kecerdikan pelaku merupakan salah satu sebab mengapa tindak korupsi
12
Ibid.
baru dapat terungkap setelah berlangsung dalam tenggang waktu yang lama.
kelompok, kebanggaan korps yang menimbulkan rasa malu bila kelompok atau
yang dituduh korupsi, secara sadar atau tidak sadar, tindak pidana korupsi
12
maka permasalahan yang ingin diteliti dan dianalisis dalam skripsi ini adalah :
pidana korupsi ?
13
Ramelan, Op.cit.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah:
korupsi.
Sedangkan yang menjadi kegunaan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah :
masukan yang bermanfaat bagi aparat penegakan hukum, serta pihak yang
korupsi. Dan juga sebagai sarana untuk memperluas wawasan bagi para
korupsi.
Sarjana Hukum.
1. Jenis Penelitian
akurat agar isu hukumnya dapat dipahami dengan baik oleh peneliti,
secara khusus.
3. Tahap Penelitian
penelitian
3) Bahan Hukum Tersier, antara lain berupa bahan-bahan yang bersifat
b. Penelitian Lapangan
Skripsi.
hukum.
c. Wawancara, yaitu penelitian melakukan wawancara dengan sistem
dengan responden dalam hal ini pejabat dari instansi terkait sebagai
sumber informasi.
5. Analisis Data
analisis data dilakukan secara kualitatif, artinya data yang telah diperoleh
6. Lokasi Penelitian
17
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulisan akan di bagi dalam empat Bab
sebagai berikut :
korupsi.
Bab III : Pada bab ini sebagai pokok bahasannya adalah Tentang Tinjauan
KORUPSI
Hukum pidana yang berlaku di Indonesia sekarang ini ialah hukum pidana
itu, sehingga dapat tercapai suatu pergaulan hidup dalam masyarakat itu yang
pidana materiil yang dapat juga disebut dengan hukum pidana abstrak, dapat
juga disebut hukum pidana dalam keadaan diam, yang sumber utamanya
lainnya berisi dengan hukum pidana formil atau juga disebut hukum pidana
kongkrit atau hukum pidana dalam keadaan bergerak, yang juga sering disebut
dengan hukum acara pidana, yang sumber pokoknya adalah Kitab Undang-
hukum formil :
dari pada warga Negara dan norma-norma yang menentukan hal-hal yang
dapat dihukum dan hukuman apa yang dapat dipatuhkan (hukuman pidana
materil).
2. Hukum Formil adalah kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur acara
(R.Susilo)
Adapun kumpulan dari seluruh tindak pidana inilah disebut hukum pidana,
termuat dalam KUHP dan diluar KUHP yang diuraikan dalam rumusan aspek
1. Rumusan Pertama 21
a. Aturan Umum Hukum Pidana
Aturan umum hukum pidana dimuat dalam Buku I KUHP, yang berupa
aturan-aturan dasar yang bersifat berlaku umum dalam hal dan yang
sering disebut dengan tindak pidana atau perbuatan pidana (berasal dari
kata strafbaar feit), yang juga sering disebut delik (berasal dari kata
22
delict). Tindak pidana adalah berupa rumusan tentang perbuatan yang
tersebut. Jadi perbuatan (feit) disini adalah unsur pokok suatu unsur
dengan lengkap dalam KUHP dan KUHAP, tidak demikian dengan aspek
apakah dia benar dapat dijatuhi pidana ataukah tidak, masih bergantung
kesalahan ataukah tidak. Jika dia tidak dapat dipersalahkan maka terhadap
23
perbuatannya yang nyata melanggar larangan itu tidak dapat
padanya.
Dalam doktrin hukum pidana terdapat suatu asas mengenai hal ini
yang dikenal dengan asas geen straf sonder schuld (Belanda) atau keine
straf ohne schuld (Jerman) yang di Indonesia dikenal asas tiada pidana
mempunyai kesalahan.
3. Rumusan Ketiga
Hukum pidana yang mengandung aspek pertama dan kedua (hukum
arti ketiga.
Hukum pidana merupakan hukum publik yaitu hukum yang mengatur
negara, antar badan atau lembaga negara satu sama lain dengan menitik
atas hukum pidana umum dan hukum pidana khusus. Ketentuan pidana umum
24
diatur dalam KUHP, sedang pidana khusus antara lain diatur dalam Kitab
Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU
masyarakat yang dianggap baik dan adil. Tindak pidana khusus adalah tindak
pidana tertentu yang karena sifatnya, tidak dikelompokkan dalam tindak pidana
umum. Jenis perbuatan pidana yang termasuk tindak pidan khusus, hukum
acara (sebagian) dan sanksi pidana diatur sendiri. Undang-undang yang bersifat
tindak pidana khusus terdapat dalam Ketentuan Peralihan pasal 284 ayat (2)
KUHAP, yaitu :
tertentu, sampai ada perubahan dan atau dinyatakan tidak berlaku lagi”.
Selanjutnya dalam penjelasan pasal tersebut diuraikan bahwa yang dimaksud
Istilah korupsi berasal dari kata latin corruptio atau corruptus yang berarti
menyuap. Dan selanjutnya dikatakan bahwa corruptio itu berasal dari kata asal
memfitnah.
crime, maka pemberantasannya juga harus dilakukan dengan cara yang luar
16
HA Rasyid Noor, Korupsi dan Pemberantasannya di Indonesia, Varia Peradilan No.278
Januari 2009, hal. 28.
17
Basrief arif, 2006. Korupsi dan Upaya Penegakan Hukum. Jakarta: Adika Remaja
Indonesia, hal. 35
18
Elwi Danil, 2002, Ketidak Berdayaan Hukum Dalam Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Makalah: Lokakarya Regional Anti KKN Wilayah Sumatra : Fakultas Hukum Universitas
Andalas, hal.11.
dalam proses penangananan kasus korupsi berlaku prinsip yang diutamakan
27
atau didahulukan proses penyelesaiannya.
penipuan dan biasa terjadi pada badan publik atau masyarakat umum.
Penyebab adanya tindakan korupsi berasal dari aspek individu, organisasi, dan
Korupsi dengan adanya ancaman pidana minimum khusus, pidana denda yang
lebih tinggi, dan ancaman pidana mati yang merupakan pemberatan pidana,
Bab II tentang Tindak Pidana Korupsi dari Pasal 2 sampai dengan Pasal 20,
28
Bab III tentang Tindak Pidana lain yang berkaitan dengan Tindak Pidana
adalah:
Dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU PTPK tersebut diatas tersebut diatas,
2. Unsur-unsur tindak pidana korupsi yang dirumuskan pada Pasal 2 ayat (1)
UU PTPK adalah:
suatu korporasi;
negara yang semakin canggih dan rumit, maka tindak pidana yang diatur dalam
29
undang-undang ini dirumuskan sedemikian rupa sehingga meliputi perbuatan-
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau secara korporasi secara
tersebut, pengertian melawan hukum dalam tindak pidana korupsi dapat pula
terdapat dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU PTPK yang menentukan bahwa
yang dimaksud dengan “secara melawan hukum” dalam pasal ini mencangkup
perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun materil, yakni meskipun
apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai rasa keadilan
Korupsi
polisi negara republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
hukumnya masing-masing.20
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
kolusi dan nepotisme, yang melibatkan para pejabat Negara dengan para
19
Darwan Printis, Hukum Acara Pidana, Djambaitan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
20
Joko Prakoso, 1987, Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum, Jakarta, PT. Bina
Aksara.
21
Joko Prakoso, Penyidik Penuntut Umum , Hakim Dalam Proses Hukum Pidana, Jakarta,
Bina Askara.
Negara dan mantan pejabat Negara serta keluarganya yang diduga berasal dari
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu membebaskan diri dari
31
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
adil, terbuka dan terpercaya serta mampu membebaskan diri dari praktek
yang luar biasa atau extra ordinary crime sehingga untuk pemberantasannya
yaitu :
1) Asas Pemerataan di muka umum/persamaan hak dalam hukum
dan tanggung jawab tersebut terurai dalam Pasal 102 sampai Pasal 136
KUHAP
sebagai Penyidik (Pasal 1 sampai Pasal 8 serta Pasal 10), Pasal 14 huruf
pada KUHAP.
dalam :
1) UU RI No 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP, dijelaskan bahwa
yang ada di dalam maupun di luar KUHP, Penyidik dalam hal ini
melakukan penyadapan.
3) Berdasarkan UU RI No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
penyidikan;
4) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai, menyakan serta memeriksa
tindak pidana korupsi sudah jelas dan terarah sehingga apa yang
banyak kendala dan tantangan yang harus dihadapi, dimana setiap hasil
tetapi oleh Kejaksaan selalu diambil alih untuk ditangani sendiri atau
hukum;
3) Menjalankan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya
peradilan pidana.22 38
a. Dasar Hukum
1) Pasal 91 ayat (1) KUHAP mengatur tentang Kewenangan Jaksa
22
Suradji, Mudiyati dan Sutriya (editor), Analisis dan Evaluasi Hukum Penuntuttan dan
Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Depertemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, 2008, hal. 8
“ Penyidik menurut ketentuan khusus acara pidana sebagaimana
Pasal 284 ayat (2) KUHAP dilaksanakan oleh Penyidik, Jaksa, dan
penyidik.
Jaksa bertugas sebagai penuntut umum yang melakukan “tindakan
pada:
40
Undang – Undang;
5) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
Tindak Pidana Korupsi dengan kewenangan yang lebih besar, tidak saja
tetapi juga menimbulkan social cost yang cukup besar yang berdampak
23
Marwan Effendy, 2005, Kejaksaan RI Posisi dan Fungsinya Dalam Perspektif Hukum,
Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, hal.183
penyelidikan, penyidikan dan penunututan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Keanggotaan Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
terdiri atas unsur pemerintah dan unsur masyarakat.
d) Ketentuan mengenai pembentukan, susunan organisasi, tata
kerja, pertanggungjawaban, tugas dan wewenang, serta
keanggotaan Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Undang-Undang.
selektif;
5) “Proporsionalitas” adalah asas yang mengutamakan keseimbangan
Pemberantasan Korupsi.
c. Tugas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah ditetapkan
pidana korupsi;
4) Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi;
5) Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara.
orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang
diperiksa;
4) Memerintahkan kepada Bank atau lembaga keuangan lainnya untuk
24
Abdi Rahmansyah, Tinjaun Yuridis Tentang Kewenangan Penyidikan Dalam Tindak
Pidana Korupsi, (skripsi, FH. UNRAM, 2008), hal. 55
45
diperiksa;
8) Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hokum
kekuasaan yang dimiliki oleh aparat penegak hukum dalam hal korupsi
hanya dapat dilakukan oleh KPK dalam hal sebagaimana aturan dalam
ditindaklanjuti;
2) Proses penanganan tindak pidana korupsi secara berlarut-larut atau
dapat dipertanggungjawabkan.
25
http://edsus.tempo.co/konten-berita/hukum/2012/10/23/437285/7/Penyerahan-
Kasus-Simulator-Tanpa-SP3-Dinilai-Benar, Penyerahan Kasus Simulator tanpa SP3 Dinilai Benar,
diakses 5 Juni2015
ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
BAB III
TINJAUAN YURIDIS PENETAPANTERSANGKA DALAM TINDAK
PIDANA KORUPSI
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Selanjutnya dalam pasal
66 ayat (1) dan ayat (2) peraturan Kapolri Dalam menangani permasalahan
tentang tersangka sangat jelas diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 14 Kitab
26
Didie A. Rachim, Mengenal KPK dan Upaya Pemberantasan Korupsi, Situs Berita
Indonesia, Email : redaksi@apindonesia.com. Diakses 29 Juni 2015
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut KUHAP) yang
menyebutkan bahwa:
Bukti Permulaan tidak secara spesifik diatur di dalam KUHAP, definisi itu
justru diatur dalam Pasal 1 angka 21 Perkap No. 14 Tahun 2012 sebagai
berikut:
“Bukti Permulaan adalah alat bukti berupa Laporan Polisi dan 1 (satu) alat
bukti yang sah, yang digunakan untuk menduga bahwa seseorang telah
penangkapan.”
Jadi, berdasarkan laporan polisi dan satu alat bukti yang sah maka
‘bukti permulaan’, namun KUHAP secara jelas mengatur tentang alat bukti
yang sah di dalam ketentuan Pasal 18450KUHAP ayat (1) Alat bukti yang sah
ialah :
1. keterangan saksi;
2. keterangan ahli;
3. surat;
4. petunjuk;
5. keterangan terdakwa.
Bukti yang cukup” dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat (1)
KUHAP sepanjang dimaknai minimal dua alat bukti sesuai Pasal 184 KUHAP.
batasan jumlah (alat bukti) dari frasa “bukti permulaan”, “bukti permulaan
yang cukup”, dan “bukti yang cukup”. Berbeda dengan Pasal 44 ayat (2)
Korupsi yang mengatur secara jelas batasan jumlah alat bukti, yakni
cukup dan
korupsi ?
Syarat minimum dua alat bukti dan pemeriksaan calon tersangka untuk
27
Agus Sahbani, MK ‘Rombak’ Bukti Permulaan dan Objek Praperadilan,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt553f5575acd85/mk-rombak-bukti-permulaan-dan-
objek-praperadilan, diakses 21 Juni 2015
28
Ibid.
ditetapkan sebagai tersangka telah dapat memberi keterangan secara
dan keadilan;
oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang
53
perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini tentang : sah atau tidaknya
penuntutan.
Setelah putusan MK yang menyatakan penetapan tersangka masuk juga
dilekatkan tanpa batas waktu yang jelas. Akibatnya, orang tersebut secara
BAB IV
PENUTUP
29
Ibid.
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA