Proposal Magang
Proposal Magang
PENDAHULUAN
1
Depkes RI menyampaikan bahwa optimasi dalam manajemen obat
meliputi proses perencanaan, pengadaan, distribusi, penyerahan, dan
penggunaan obat. Perencanaan pengadaan obat perlu mempertimbangkan jenis
obat, jumlah yang diperlukan serta efikasi obat dengan mengacu pada misi
utama yang diemban rumah sakit. Perencanaan pengadaan ini perlu dilakukan
oleh panitia yang terdiri dari berbagai ahli dalam bidang terkait. Penetapan
jumlah obat yang diperlukan dapat dilakukan berdasarkan populasi yang akan
dilayani, jenis pelayanan yang biasa diberikan atau berdasarkan data konsumsi
penggunaan sebelumnya (Aditama, 2003).
Dalam lingkup rumah sakit, logistik adalah subsistem yang bertugas
menyediakan barang dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan operasion
rumah sakit dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat sesuai
kebutuhan dengan harga yang efisien. Tujuan manajemen logistik adalah
tersedianya obat dan bahan-bahan yang sesuai macamnya, jumlahnya,
menguntungkan harganya,serta baik mutunya. Manajemen logistik juga
bertanggung jawab atas keamanan penyimpanan obat dan bahan
(Djojodibroto, 1997). Salah satu indikator dari keberhasilan suatu manajemen
logistik di rumah sakit adalah tersedianya barang-barang logistik dari para
user sehingga ketika user tersebut membutuhkan, maka dapat segera
terpenuhi. Seperti yang disampaikan oleh (Bowersox, 1995) bahwa semua
bentuk perilaku dari operasi yang terorganisir membutuhkan sokongan
logistik. Nilai dalam bentuk tersedianya barang pada waktunya yang
ditambahkan kepada material produk adalah suatu hasil dari proses logistik.
Salah satu bahan logistik yang dikelola oleh rumah sakit adalah persediaan
farmasi. Persediaan farmasi ini mencakup obat-obatan dan alat kesehatan yang
kesemuanya diberikan dalam suatu pelayanan, yakni pelayanan farmasi.
Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang dan sekaligus merupakan
revenue centre utama, karena hampir 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit
menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi,
bahan alat kesehatan, alat kedokteran, dan gas medis). Dan 50% dari seluruh
pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Maka
perbekalan farmasi memerlukan suatu pengelolaan secara cermat dan penuh
2
tanggung jawab. (Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol.9 No.01
Maret 2006).
Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita adalah salah satu rumah
sakit khusus berskala besar yang ada di Jakarta. Selain itu, RSAB Harapan
Kita saat ini juga sudah menjadi salah satu rumah sakit pusat rujukan nasional
untuk beberapa pelayanan. Dengan status tersebut, maka rumah sakit harus
menyediakan kebutuhan akan barang-barang logistik rumah sakit dalam
jumlah yang banyak, baik yang bersifat medis maupun non medis untuk
menunjang proses pelayanan kepada pelanggan (eksternal) dan proses kerja di
seluruh manajemen yang ada di rumah sakit (internal).
Rumah Sakit Anak & Bunda (RSAB) Harapan Kita merupakan rumah
sakit yang kerap memberikan layanan terbaik bagi Anak dan Bunda, RSAB
Harapan Kita telah memperoleh berbagai penghargaan maupun akreditasi
yang mendukung eksistensinya. Kecakapan dan keahlian dalam menangani
setiap pasien juga peralatan yang memenuhi standard penyedia layanan madis,
merupakan modal utama bagi RSAB Harapan Kita dalam memperoleh
penghargaan dan akreditasi tersebut. Keberhasilan tersebut juga didukung oleh
perencanaan dan pemenuhan kebutuhan logistic yang baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan magang
dengan judul “Sistem Pengadaan Kebutuhan Logistik Farmasi di Rumah Sakit
Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Barat”.
3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui Sistem Pengadaan Kebutuhan Logistik Farmasi di Rumah
Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Barat.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui struktur dan tugas pokok & fungsi (tupoksi) organisasi
Instalasi Logistik di RSAB Harapan Kita.
b. Mengetahui program Instalasi Logistik di RSAB Harapan Kita.
c. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah pengadaan kebutuhan
logistik farmasi di RSAB Harapan Kita.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru tentang pengadaan
kebutuhan logistik farmasi di rumah sakit dalam menerapkan keilmuan
manajemen logistik dan farmasi secara langsung di rumah sakit.
4
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Teori
5
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu :
tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan
umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-
elemen yang membentuk sebuah sistem :
1. Tujuan
2. Masukan
3. Proses
6
4. Keluaran
5. Batas
7. Lingkungan
7
sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus
dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup
system.
8
kegiatan untuk menyediakan logistik sesuai dengan kebutuhan, baik
berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat,
dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Dengan
demikian tujuan pengadaan barang adalah untuk memperoleh barang
atau jasa dengan harga yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan
jumlah dan mutu yang sesuai, serta selesai tepat waktu. Pengadaan
logistik ini dapat dilakukan setelah serangkaian perencanaan logistik
selesai dilakukan dan diputuskan oleh manajer puncak. Dalam kegiatan
pengadaan logistik terdapat berbagai macam cara maupun sistem yang
dapat ditempuh. Namun untuk menggunakan cara maupun sistem mana
yang paling efektif dan efisien tentu sangat tergantung pada situasi dan
kondisi organisasi masing-masing.
Salah satu hal yang penting dalam pengadaan barang adalah
mengangkut masalah kualitas/ mutu suatu barang. Unit logistik tidak
boleh mengadakan barang yang asal-asalan. Akibatnya akan fatal jika
unit logistik mengadakan barang-barang yang tidak berkualitas. Yang
dimaksud dengan kualitas barang disini adalah adanya kecocokan
antara produk dengan kegunaannya. Kualitas dapat diartikan sebagai
conformance to requirement , yaitu sesuai dengan yg
disyaratkan/distandarkan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses,
produk jadi.
1) Pembelian
2) Peminjaman
3) Menyewa
4) Membuat Sendiri
5) Menukarkan
6) Substitusi
7) Pemberian/ hadiah
8)Perbaikan/rekondis
9
The Right Quantity
Jumlah yang tepat dapat dikatakan sebagai suatu jumlah yang benar-benar
diperlukan oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Unit logistik juga harus
tahu berapa kebutuhan pembelian kita. Pembelian barang dengan jumlah sedikit
tentu berbeda dengan pembelian dalam jumlah yang besar. Untuk mendapatkan
jumlah barang dalam jumlah yang besar maka unit logistik harus mencari
supplier
besar (main dealer) sehingga dapat mendapatkan jumlah barang yang sesuai. c.
the right quantity, the right time, the right place, and the right quality.
Berdasarkan prinsi-prinsip pembelian barang tersebut diatas, maka dalam rangka
melakukan pembelian unit organisasi harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
10
Barang yang dibeli kemungkianan dapat dijual kembali
Sebelum membeli lakukan periksalah harga pasar yang ada Pembelian barang
dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Pembelian barang secara tunai (
cash
) adalah pembelian yang dilakukan sekali transaksi dengan menerima barang yang
dibeli dan memberikan uang sebagai alat tukar yang sesuai dengan jumlah yang
disepakati. Sedangkan pembelian secara kredit adalah pembelian yang dilakukan
lebih dari satu kali transaksi, pada transaksi pertama pembeli memberikan
sejumlah uang sebagai uang muka dan penjual memberikan barang yang dibeli
dengan catatan akan terjadi pembayaran kedua, ketiga dan seterusnya sesuai
kesepakatan.
2). Peminjaman
Untuk memenuhi kebutuhan logistik yang dibutuhkan, organisasi tidak harus
melakukan usaha pembelian. Organisasi/perusahaan juga dapat mengadakan
barang-barang yang dibutuhkan dengan cara meminjam. Menurut (Dwiantara dan
Sumarto, 2004) meminjam merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik yang
diperoleh dari pihak lain dengan cara tanpa memberikan kontra prestasi (imbalan)
dalam bentuk apapun. Pemenuhan dengan cara ini hendaknya dilakukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan logistik yang sifatnya sementara dan harus
mempertimbangkan citra baik suatu organisasi. Secara sederhana, pinjaman dapat
diartikan sebagai barang atau jasa yang menjadi kewajiban pihak yang satu untuk
dibayarkan kepada pihak lain sesuai dengan perjanjian tertulis ataupun lisan, yang
dinyatakan atau diimplikasikan serta wajib dibayarkan kembali dalam jangka
waktu tertentu. Dalam konteks meminjam barang, barang yang dipinjam itu pada
saatnya harus dikembalikan sesuai dengan kesepakatan. Meminjam berarti
memakai barang (uang dan
sebagainya) orang lain untuk waktu tertentu (kalau sudah sampai waktunya harus
dikembalikan). Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bab XII Bagian 1
dijelaskan bahwa pinjam pakai adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang
satu menyerahkan suatu barang untuk dipakai dengan cuma-cuma kepada pihak
lain, dengan syarat bahwa pihak yang menerima barang itu setelah memakainya
atau setelah lewat waktu yang ditentukan, akan mengembalikan barang itu. Orang
yang meminjamkan itu tetap menjadi pemilik mutlak barang yang dipinjamkan
itu. Disinilah pentingnya bagi organisasi mengusahakan pemenuhan barang-
barang logistik secara pembelian agar tidak tergantung pada pihak lain.
11
The Right Time
Waktu merupakan hal penting dalam proses pengadaan. Jangan sampai terjadi
keterlambatan pembelian barang, karena hal ini akan mengganggu proses
operasional organisasi. d.
the right quantity, the right time, the right place, and the right quality.
Berdasarkan prinsi-prinsip pembelian barang tersebut diatas, maka dalam rangka
melakukan pembelian unit organisasi harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Sebelum membeli lakukan periksalah harga pasar yang ada Pembelian barang
dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Pembelian barang secara tunai (
cash
) adalah pembelian yang dilakukan sekali transaksi dengan menerima barang yang
dibeli dan memberikan uang sebagai alat tukar yang sesuai dengan jumlah yang
12
disepakati. Sedangkan pembelian secara kredit adalah pembelian yang dilakukan
lebih dari satu kali transaksi, pada transaksi pertama pembeli memberikan
sejumlah uang sebagai uang muka dan penjual memberikan barang yang dibeli
dengan catatan akan terjadi pembayaran kedua, ketiga dan seterusnya sesuai
kesepakatan.
2). Peminjaman
Untuk memenuhi kebutuhan logistik yang dibutuhkan, organisasi tidak harus
melakukan usaha pembelian. Organisasi/perusahaan juga dapat mengadakan
barang-barang yang dibutuhkan dengan cara meminjam. Menurut (Dwiantara dan
Sumarto, 2004) meminjam merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik yang
diperoleh dari pihak lain dengan cara tanpa memberikan kontra prestasi (imbalan)
dalam bentuk apapun. Pemenuhan dengan cara ini hendaknya dilakukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan logistik yang sifatnya sementara dan harus
mempertimbangkan citra baik suatu organisasi. Secara sederhana, pinjaman dapat
diartikan sebagai barang atau jasa yang menjadi kewajiban pihak yang satu untuk
dibayarkan kepada pihak lain sesuai dengan perjanjian tertulis ataupun lisan, yang
dinyatakan atau diimplikasikan serta wajib dibayarkan kembali dalam jangka
waktu tertentu. Dalam konteks meminjam barang, barang yang dipinjam itu pada
saatnya harus dikembalikan sesuai dengan kesepakatan. Meminjam berarti
memakai barang (uang dan
sebagainya) orang lain untuk waktu tertentu (kalau sudah sampai waktunya harus
dikembalikan). Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bab XII Bagian 1
dijelaskan bahwa pinjam pakai adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang
satu menyerahkan suatu barang untuk dipakai dengan cuma-cuma kepada pihak
lain, dengan syarat bahwa pihak yang menerima barang itu setelah memakainya
atau setelah lewat waktu yang ditentukan, akan mengembalikan barang itu. Orang
yang meminjamkan itu tetap menjadi pemilik mutlak barang yang dipinjamkan
itu. Disinilah pentingnya bagi organisasi mengusahakan pemenuhan barang-
barang logistik secara pembelian agar tidak tergantung pada pihak lain.
3). Menyewa
Menyewa berarti melakukan pinjaman kepada pihak lain dengan memberikan
imbalan (kontraprestasi) sesuai dengan perjanjian/kesepakatan kedua belah pihak.
Sebagaimana pemenuhan logistik dengan cara pinjaman, pemenuhan barang
dengan cara menyewa juga hendaknya hanya dilakukan oleh unit logistik untuk
barang-barang yang tidak terlalu vital dan sifatnya sementara. Sedapat mungkin
organisasi mengupayakan tanpa melalui sewa menyewa. Menurut Pasal 1548
KUH Perdata menyebutkan bahwa: perjanjian sewa-menyewa adalah suatu
perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan
kepada pihak yang lainya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu
dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan telah
disanggupi pembayaranya. Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
sewa berarti pemakaian sesuatu dengan membayar uang sewa dan menyewa
berarti memakai dengan membayar uang sewa. Jika terpaksa harus melakukan
penyewaan barang maka organisasi/ perusahaan harus memperhatikan benar-
benar resiko yang mungkin ditimbulkan. Resiko ini dimaknai sebagai kewajiban
13
untuk memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang terjadi diluar
kesalahan salah satu
pihak, yang menimpa barang yang menjadi obyek dari suatu perjanjian. Risiko
merupakan suatu akibat dari suatu keadaan yang memaksa (Overmacht )
sedangkan ganti rugi merupakan akibat dari wanprestasi. Pembebanan risiko
terhadap obyek sewa didasarkan terjadinya suatu peristiwa diluar dari kesalahan
para pihak yang menyebabkan musnahnya barang/ obyek sewa. Musnahnya
barang yang menjadi obyek perjajian sewa-menyewa dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu :
Musnah secara total (seluruhnya). Jika barang yang menjadi oyek perjanjian sewa-
menyewa musnah yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kesalahan para pihak
maka perjanjian tersebut gugur demi hukum. Pengertian musnah disini berarti
barang yang menjadi obyek perjanjian sewa-menyewa tidak lagi bisa digunakan
sebagai mana mestinya, meskipun terdaat sisa atau bagian kecil dari barang
tersebut masih ada. Ketentuan tersebut diatur di dalam pasal 1553 KUH Perdata
yang menyatakan jika musnahnya barang terjadi selama sewa-menyewa
berangsung yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang diakibatkan oleh suatu
keadaan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan pada salah satu pihak maka
perjanjian sewa-menyewa dengan sendirinya batal.
Memakai barang yang disewa sebagai bapak rumah yang baik, sesuai dengan
tujuan yang diberikan pada barang itu menurut perjanjian sewanya, atau jika tidak
ada perjanjian mengenai itu, menurut tujuan yang dipersangkakan berhubungan
dengan keadaan.
14
Mengadakan perbaikan-perbaikan kecil dan sehari-hari sesuai dengan isi
perjanjian sewa-menyewa dan adat kebiasaan setempat.
4). Membuat Sendiri
Membuat sendiri merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan logistik
dengan cara membuat barang-barang yang dibutuhkan. Pembuatan barang-barang
kebutuhan logistik ini harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan organisasi
baik dari sisi waktu maupun kualitas barang. Pemilihan cara ini juga harus
mempertimbangkan tingkat efektifitas dan efisiensinya dan jangan sampai
mengorbankan usaha-usaha pokok organisasi/perusahaan.
5). Menukarkan
Menukarkan merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan jalan
menukarkan barang yang dimiliki dengan barang yang dimiliki oleh pihak lain
yang dibutuhkan oleh organisasi/perusahaan. Pemilihan metode/ cara ini harus
mempertimbangkan faktor saling menguntungkan di antara kedua belah pihak dan
barang yang dipertukarkan harus merupakan barang yang sifatnya kelebihan/
berlebihan yang dipandang tidak memiliki daya guna untuk perusahaan. Cara ini
cukup efektif dalam rangka untuk meningkatkan efektifitas barang-barang yang
dimiliki oleh organisasi/ perusahaan. Barang-barang yang berlebih menjadi tidak
mubazir karena tidak terpakai tetapi dapat ditukar dengan barang lain yang lebih
berguna.
6). Substitusi
Pengadaan barang melalui cara substitusi adalah penggantian barang-barang yang
dibutuhkan dengan barang-barang lain yang sejenis yang dapat menggantikan
fungsi barang yang dibutuhkan secara baik dan cocok. Dengan cara ini, barang
yang dibutuhkan tidak harus sama persis dengan permintaan unit kerja tetapi tetap
dapat dimanfaatkan tanpa mengurangi kinerja unit kerja.
Susbtitusi ini sebaiknya dilakukan jika barang yang dibutuhkan benar-benar tidak
tersedia di pasaran, dan tidak bisa diusahakan baik dengan cara sewa, pinjam
maupun dibuat sendiri.
7). Pemberian/ hadiah
Meski jarang terjadi, tetapi pengadaan barang melalui proses pemberian (hibah)
atau hadiah tetap bisa menjadi salah satu alternatif. Hibah/ pemberian barang ini
diberikan oleh pihak lain tanpa adanya ikatan yang dapat merugikan organisasi/
perusahaan. Oleh sebab itu sebelum menerima hibah/ pemberian unit logistik
harus benar-benar mengkaji dampak-dampak yang tidak diinginkan di kemudian
hari.
8). Perbaikan/ rekondisi
Dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan barang-barang yang ada di
organisasi maka unit logistik hendaknya memiliki tenaga terampil yang dapat
melakukan usaha-usaha perbaikan (
repair
) terhadap barang-barang logistik yang mengalami kerusakan, terutama kerusakan
ringan. Namun demikian, unit logistik tetap harus mempertimbangkan untuk
mengadakan barang yang baru jika tingkat kerusakan barang yang ada sudah
parah. Jika kerusakan telah cukup parah dan tetap dipaksakan untuk direkondisi,
dikhawatirkan biaya perawatannya akan lebih mahal dibandingkan dengan
15
mengadakan barang yang baru. Unit logistik dapat menggunakan berbagai cara
yang disebutkan diatas baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
Bisa jadi pada saat pengadaan barang digunakan metode pembelian, sewa,
peminjaman, substitusi dan sebagainya. Hal ini sangat tergantung pada kebutuhan
dan kondisi keuangan organisasi/ perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa tidak ada cara yang paling baik dibandingkan dengan cara yang lain.
16
perencanaan pegawai secara sistemik dan terkoordinasi serta dapat
digunakan dengan jarak waktu lama.
c) Job Rotation dan Kemajuan Berencana
Job rotation melibatkan perpindahan peserta dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lainnya. Kadang-kadang dari satu penempatan kepada
penempatan lainnya direncanakan atas dasar tujuan belajar. Kemampuan
berencana tidak mengubah keseimbangan status dan gaji, tetapi
penempatan kembali dengan asumsi mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang tinggi. Sering job rotation dilakukan dalam waktu 3 bulan
dampai 2 bulan. Pesrta-pesrta diberi tugas-tugas dan tanggung jawab atas
bagian yang di rotasikam. Kegiatan-kegiatan mereka dimonitor dan
diawasi serta dievaluasi.
d) Coaching-counseling
Coaching adalah suatu prosedur pengajaran pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan pada pegawai bawahan. Peranan job coaching
adalah memberikan bimbingan kepada pegawai bawahan dalam menerima
suatu pekerjaan atau tugas dari atasannya. Penyuluhan merupakan
pemberian bantuan kepada pegawai agar dapat menerima dari, memahami
dari dan merealisasikan dari, sehingga potensinya dapat berkembang
secara optimal dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan penyuluhan
pegawai diharapkan aspirasinya dapat berkembang dengan baik dan
pegawai yang bersangkutan dapat berkembang dengan baik dan pegawai
yang bersangkutan mampu mencapai kepuasan kerja.
Perbedaan coaching dan penyuluhan, antara lain pertama,
coaching biasanya dilakukan dengan pengawasan langsung yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, sedangkan penyuluhan
dilakukan oleh seorang ahli kepegawaian yang melibatkan hubungan
manusiawi, dan bantuan pemecahan masalah. Coaching merupakan proses
waktu yang lama antara atasan dan bawahan, sedangkan penyuluhan
merupakan hubungan seseorang ahli dengan pegawai. Coaching
pelaksanaannya langsung pada area pekerjaan, sedangkan penyuluhan
17
pelaksanaannya dilakukan pada ruang tersendiri yang mengutamakan
penjagaan kerahasiaan secara pribadi.
18
Fasilitas sarana dan prasarana pengembangan yang dibutuhkan
untuk latihan dan pendidikan sangat kurang atau tidak baik. Misalnya,
buku-buku, alat-alat dan mesin-mesin, yang akan digunakan untuk
praktek kurang atau tidak ada. Hal ini akan menyulitkan dan
menghambat lancarnya pengembangan.
d. Kurikulum
Kurikulum yang ditetapkan dan diajarkan kurang serasi atau
menyimpang serta tidak sistematis untuk mendukung sasaran yang
diinginkan oleh pekerjaan atau jabatan peserta yang bersangkutan.
Untuk menetapkan kurikulum dan waktu yang mengajarkannya yang
tepat dan sulit.
e. Dana pengembangan
Dana yang tersedia untuk pengembang sangat terbatas, sehingga
sering dilakukan secara terpaksa, bahkan pelatih maupun sarannya
kurang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.
19
8) Riset SDM
9) Penilaian kebutuhan pelatihan
Sistem Informasi SDM dianggap berhasil bila memenuhi harapan-
harapan sebagai berikut :
a. Sistem ditetapkan dengan waktu yang baik
b. Biaya harus sejalan dengan ukuran dan kondisi financial
c. Harus mampu dimodifikasi dan diperluas
d. Penekanan pada aktivitas perencanaan harus terbukti
e. Umpan balik harus berkelanjutan
f. Arsip terintegrasi pada berbagai departemen
g. Data kritis harus tersedia saat dibutuhkan
h. Informasi kritis mencakup karyawan kunci, keahlian, dll
RENCANA KEGIATAN
3.3 Persiapan
Peserta magang mengajukan judul magang kepada jurusan untuk
selanjutnya ditetapkan Dosen Pembimbing sesuai dengan topik yang dipilih,
kemudian peserta magang membuat proposal magang dan pencarian lahan
magang. Setelah itu peserta magang mengajukan dan mengurus surat
perijinan tempat magang yang dibuat oleh pihak fakultas yang disetujui oleh
21
ketua jurusan serta judul yang sudah disetujui oleh Dosen Pembimbing.
Setelah mendapat surat pengantar untuk kegiatan magang barulah peserta
magang menyebarkan surat pengantar dan proposal magang kepada pihak
Rumah Sakit tempat magang. Kegiatan magang baru dimulai jika peserta
magang sudah mendapatkan persetujuan proses magang dan Pembimbing
Lapangan dari pihak rumah sakit tempat magang.
3.4 Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan mahasiswa selama magang adalah sebagai berikut :
1. Peserta magang melaksanakan magang selama 20 hari kerja di lahan
magang sesuai dengan jam kerja rumah sakit saat magang, diluar jadwal
persiapan dan evaluasi. Dosen Pembimbing dapat melakukan kunjungan
ke lahan magang untuk mendiskusikan pelaksanaan teknis magang jika
diperlukan.
2. Pelaksanaan magang harus mengikuti pedoman magang dan proposal
magang, serta disesuaikan dengan tata cara dan aturan yang berlaku di
lahan magang.
3. Peserta magang harus menempatkan diri sebagai mahasiswa yang sedang
menjalani tugas belajar dengan memperhatikan mekanisme yang berlaku
di lahan magang dengan mematuhi etika yang berlaku.
4. Peserta magang harus mengisi formulir pemantauan magang. Formulir
diisi oleh mahasiswa dengan tulisan tangan dan langsung ditanda tangani
atau diparaf oleh Pembimbing Lapangan.
5. Penilaian terhadap pelaksanaan magang di lahan magang dilakukan oleh
Pembimbing Lapangan dengan menggunakan formulir yang tersedia.
22
mengharapkan dapat memperoleh beberapa hal yang akan nantinya dapat
membantu dalam penulisan laporan magang.
23
Jadwal Kegiatan Magang
Bulan Agustus Bulan Bulan Oktober Bulan
No. Jenis Kegiatan 2013 September 2013 2013 November 2013
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
PERSIAPAN
1. Membuat Judul Magang
2. Kosultasi Judul dengan Pembimbing Magang
3. Membuat Surat Izin Magang
4. Membuat Proposal Magang
Menyerahkan Proposal Magang ke Lahan
5.
Magang (Rumah Sakit)
PELAKSANAAN
1. Perkenalan atau orientasi di lahan magang
2. Mengetahui Sejarah RSAB Harapan Kita
Mengetahui Sumber Daya Manusia dalam
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia di RSAB
Harapan Kita
Mengetahui Struktur & Tupoksi Organisasi
4.
Rumah Sakit
Mengetahui Standar Operasional Prosedur (SOP)
5. Pengembangan Sumber Daya Manusia di RSAB
Harapan Kita
24
Bulan Agustus Bulan Bulan Oktober Bulan
No. Jenis Kegiatan 2013 September 2013 2013 November 2013
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Mengetahui Gambaran Program Pengembangan
6.
Sumber Daya Manusia di RSAB Harapan Kita
Mengetahui Sarana & Fasilitas dalam
7. Pengembangan Sumber Daya Manusia di RSAB
Harapan Kita
Mengetahui Gambaran Pendidikan dan Pelatihan
8. dari hal perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian
Mengetahui Gambaran Pengembangan karir
9.
sumber daya manusia di RSAB Harapan Kita
Mengetahui Kendala-kendala yang ditemui dalam
10. pengembangan sumber daya manusia di RSAB
Harapan Kita
PENYELESAIAN
1. Membuat laporan magang
2. Sidang Magang
25
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Melayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Ed. 1, cet. 15.
Agung, Jakarta.
26