Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengertian Rumah Sakit menurut UU RI No.23 Tahun 1992 adalah sarana


kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya
kesehatan rujukan atau upaya kesehatan penunjang, dengan memperhatikan
fungsi sosial, serta dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan
atau pelatihan serta penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi.
Pelayanan rumah sakit pada saat ini merupakan bentuk upaya pelayanan
kesehatan yang bersifat sosio-ekonomi, yaitu suatu usaha yang walau bersifat
sosial namun diusahakan agar bisa mendapat surplus keuangan dengan cara
pengelolaan yang profesional dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi
(Djojodibroto, 1997). Oleh karena itu, rumah sakit sebagai suatu industri jasa
yang mempunyai fungsi sosial dan fungsi ekonomi, kebijaksanaan yang
menyangkut efisiensi sangatlah bermanfaat untuk menjaga tetaberlangsungnya
hidup rumah sakit. Tanpa usaha efisiensi, rumah sakit jelas akat cepat
bangkrut dan akan tergusur dengan makin berkembangnya rumah sakit-rumah
sakit baru.
Berkembangnya rumah sakit - rumah sakit baru ini menimbulkan
persaingan ketat antar rumah sakit, baik milik pemerintah maupun swasta
sehingga manajemen harus berusaha keras untuk dapat merebut pasar
pelayanan kesehatan yang saat ini terbuka bebas. Oleh karena itu, rumah sakit
sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan harus tetap meningkatkan mutu
pelayanan dan mampu memenuhi pelayanan kesehatan yang terbaik, tercepat,
berkualitas, tepat,dan dengan biaya yang relatif terjangkau sesuai dengan
kemampuan masyarakat. Dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut rumah
sakit harus mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas di semua bidang
pelayananannya, dan salah satu sistem yang mampu mengelola hal tersebut
adalah dengan sistem manajemen logistik.

1
Depkes RI menyampaikan bahwa optimasi dalam manajemen obat
meliputi proses perencanaan, pengadaan, distribusi, penyerahan, dan
penggunaan obat. Perencanaan pengadaan obat perlu mempertimbangkan jenis
obat, jumlah yang diperlukan serta efikasi obat dengan mengacu pada misi
utama yang diemban rumah sakit. Perencanaan pengadaan ini perlu dilakukan
oleh panitia yang terdiri dari berbagai ahli dalam bidang terkait. Penetapan
jumlah obat yang diperlukan dapat dilakukan berdasarkan populasi yang akan
dilayani, jenis pelayanan yang biasa diberikan atau berdasarkan data konsumsi
penggunaan sebelumnya (Aditama, 2003).
Dalam lingkup rumah sakit, logistik adalah subsistem yang bertugas
menyediakan barang dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan operasion
rumah sakit dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat sesuai
kebutuhan dengan harga yang efisien. Tujuan manajemen logistik adalah
tersedianya obat dan bahan-bahan yang sesuai macamnya, jumlahnya,
menguntungkan harganya,serta baik mutunya. Manajemen logistik juga
bertanggung jawab atas keamanan penyimpanan obat dan bahan
(Djojodibroto, 1997). Salah satu indikator dari keberhasilan suatu manajemen
logistik di rumah sakit adalah tersedianya barang-barang logistik dari para
user sehingga ketika user tersebut membutuhkan, maka dapat segera
terpenuhi. Seperti yang disampaikan oleh (Bowersox, 1995) bahwa semua
bentuk perilaku dari operasi yang terorganisir membutuhkan sokongan
logistik. Nilai dalam bentuk tersedianya barang pada waktunya yang
ditambahkan kepada material produk adalah suatu hasil dari proses logistik.
Salah satu bahan logistik yang dikelola oleh rumah sakit adalah persediaan
farmasi. Persediaan farmasi ini mencakup obat-obatan dan alat kesehatan yang
kesemuanya diberikan dalam suatu pelayanan, yakni pelayanan farmasi.
Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang dan sekaligus merupakan
revenue centre utama, karena hampir 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit
menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi,
bahan alat kesehatan, alat kedokteran, dan gas medis). Dan 50% dari seluruh
pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Maka
perbekalan farmasi memerlukan suatu pengelolaan secara cermat dan penuh

2
tanggung jawab. (Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol.9 No.01
Maret 2006).
Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita adalah salah satu rumah
sakit khusus berskala besar yang ada di Jakarta. Selain itu, RSAB Harapan
Kita saat ini juga sudah menjadi salah satu rumah sakit pusat rujukan nasional
untuk beberapa pelayanan. Dengan status tersebut, maka rumah sakit harus
menyediakan kebutuhan akan barang-barang logistik rumah sakit dalam
jumlah yang banyak, baik yang bersifat medis maupun non medis untuk
menunjang proses pelayanan kepada pelanggan (eksternal) dan proses kerja di
seluruh manajemen yang ada di rumah sakit (internal).
Rumah Sakit Anak & Bunda (RSAB) Harapan Kita merupakan rumah
sakit yang kerap memberikan layanan terbaik bagi Anak dan Bunda, RSAB
Harapan Kita telah memperoleh berbagai penghargaan maupun akreditasi
yang mendukung eksistensinya. Kecakapan dan keahlian dalam menangani
setiap pasien juga peralatan yang memenuhi standard penyedia layanan madis,
merupakan modal utama bagi RSAB Harapan Kita dalam memperoleh
penghargaan dan akreditasi tersebut. Keberhasilan tersebut juga didukung oleh
perencanaan dan pemenuhan kebutuhan logistic yang baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan magang
dengan judul “Sistem Pengadaan Kebutuhan Logistik Farmasi di Rumah Sakit
Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Barat”.

3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui Sistem Pengadaan Kebutuhan Logistik Farmasi di Rumah
Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Barat.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui struktur dan tugas pokok & fungsi (tupoksi) organisasi
Instalasi Logistik di RSAB Harapan Kita.
b. Mengetahui program Instalasi Logistik di RSAB Harapan Kita.
c. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah pengadaan kebutuhan
logistik farmasi di RSAB Harapan Kita.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru tentang pengadaan
kebutuhan logistik farmasi di rumah sakit dalam menerapkan keilmuan
manajemen logistik dan farmasi secara langsung di rumah sakit.

1.3.2 Bagi RSAB Harapan Kita


Memperoleh masukan dan tambahan informasi tentang pengadaan
kebutuhan logistic farmasi di rumah sakit yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam melakukan pengembangan manajemen
logistik yang baik di rumah sakit.

1.3.3 Bagi Universitas Esa Unggul


Memperoleh gambaran sistem pengadaan kebutuhan logistik farmasi di
rumah sakit dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam
kegiatan akademis.

4
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Teori

3.1.1 Pengertian Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani


(sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau
energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk
menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model
matematika seringkali bisa dibuat. Sistem juga merupakan kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah
serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti
negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan
lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu
negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang
berada dinegara tersebut. Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam
percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah.
Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula,
sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling
umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan
di antara mereka.

Pada prinsipnya, setiap sistem selalui terdiri atas empat elemen:

 Objek, yang dapat berkiupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia


dapat benda fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung
kepada sifat sistem tersebut.
 Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem
dan objeknya.
 Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya.
 Lingkungan, tempat di mana sistem berada

5
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu :
tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan
umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-
elemen yang membentuk sebuah sistem :

1. Tujuan

Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau


mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang
mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah
dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan
sistem yang lain berbeda.

2. Masukan

Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke


dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses.
Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara
fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang
berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak
berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa
pelanggan).

3. Proses

Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau


transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan
lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi
juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa
pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat
berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa
aktivitas pembedahan pasien.

6
4. Keluaran

Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada


sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran,
cetakan laporan, dan sebagainya.

5. Batas

Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara


sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem
menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan
sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan
permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan
sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan,
gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja
batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga
akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan
menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi
keterbasatan dana.

6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik

Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan


dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik
keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan
baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk
mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.

7. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem.


Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam
arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri.
Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan
dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi

7
sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus
dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup
system.

Ada berbagai tipe sistem berdasarkan kategori:

 Atas dasar keterbukaan:


o sistem terbuka, dimana pihak luar dapat
mempengaruhinya.
o sistem tertutup.

 Atas dasar komponen:


o Sistem fisik, dengan komponen materi dan energi.
o Sistem non-fisik atau konsep, berisikan ide-ide.

3.1.2 Pengadaan Kebutuhan Logistik

Pengadaan merupakan kegiatan pemenuhan kebutuhan. Pengertian


Pengadaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengadaan berasal
dari kata “ada” dan ditambahkan awalan pe- dan akhiran –an sehingga
mempunyai arti “Pengadaan adalah proses menjadikan sesuatu yang
tadinya tidak ada menjadi ada”. Berdasarkan pemikiran tersebut diatas
maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Sistem
Pengadaan Barang adalah pola hubungan yang berkaitan untuk
melakukan kegiatan memproses data kebutuhan barang dan jasa untuk
produksi atau pendukung produksi yang tidak terpenuhi dan proses
pembeliannya sehingga kebutuhan tersebut terpenuhi dan dihasilkan
data yang cepat, tepat dan akurat, sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai.
Kegiatan pengadaan merupakan aktifitas yang paling menentukan
dalam rangkaian manajemen logistik. Melalui proses pengadaan inilah
unit logistik dapat menunjukkan separuh dari kinerjanya, karena jika
pengadaan berhasil ini berarti telah ada barang-barang yang dimiliki
oleh organisasi dan siap didistribusikan dan digunakan oleh unit-unit
kerja yang membutuhkan. Dwiantara dan Sumarto (2004) menyatakan
bahwa fungsi pengadaan ini pada hakikatnya merupakan serangkaian

8
kegiatan untuk menyediakan logistik sesuai dengan kebutuhan, baik
berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat,
dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Dengan
demikian tujuan pengadaan barang adalah untuk memperoleh barang
atau jasa dengan harga yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan
jumlah dan mutu yang sesuai, serta selesai tepat waktu. Pengadaan
logistik ini dapat dilakukan setelah serangkaian perencanaan logistik
selesai dilakukan dan diputuskan oleh manajer puncak. Dalam kegiatan
pengadaan logistik terdapat berbagai macam cara maupun sistem yang
dapat ditempuh. Namun untuk menggunakan cara maupun sistem mana
yang paling efektif dan efisien tentu sangat tergantung pada situasi dan
kondisi organisasi masing-masing.
Salah satu hal yang penting dalam pengadaan barang adalah
mengangkut masalah kualitas/ mutu suatu barang. Unit logistik tidak
boleh mengadakan barang yang asal-asalan. Akibatnya akan fatal jika
unit logistik mengadakan barang-barang yang tidak berkualitas. Yang
dimaksud dengan kualitas barang disini adalah adanya kecocokan
antara produk dengan kegunaannya. Kualitas dapat diartikan sebagai
conformance to requirement , yaitu sesuai dengan yg
disyaratkan/distandarkan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses,
produk jadi.

3.1.3 Cara Pengadaan Barang Logistik

Beberapa cara pengadaan logistik bagi suatu organisasi atau perusahaan


adalah sebagai berikut:

1) Pembelian
2) Peminjaman
3) Menyewa
4) Membuat Sendiri
5) Menukarkan
6) Substitusi
7) Pemberian/ hadiah
8)Perbaikan/rekondis

9
The Right Quantity
Jumlah yang tepat dapat dikatakan sebagai suatu jumlah yang benar-benar
diperlukan oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Unit logistik juga harus
tahu berapa kebutuhan pembelian kita. Pembelian barang dengan jumlah sedikit
tentu berbeda dengan pembelian dalam jumlah yang besar. Untuk mendapatkan
jumlah barang dalam jumlah yang besar maka unit logistik harus mencari
supplier
besar (main dealer) sehingga dapat mendapatkan jumlah barang yang sesuai. c.

The Right Time


Waktu merupakan hal penting dalam proses pengadaan. Jangan sampai terjadi
keterlambatan pembelian barang, karena hal ini akan mengganggu proses
operasional organisasi. d.

The Right Place


Mengandung pengertian bahwa barang yang dibeli dikirimkan atau diserahkan
pada tempat yang dikehendaki oleh pembeli. e.

The Right Quality


Mutu barang harus menjadi perhatian khusus bagi unit logistik. Mutu barang
yang diperlukan oleh suatu perusahaan sesuai dengan ketentuan yang sudah
dirancang yang paling menguntungkan perusahaan. Mutu barang ini harus sesuai
dengan standar yang ditentukan oleh perusahaan/ organisasi. f.

The Right Source


Mengandung pengertian bahwa barang berasal dari sumber yang tepat. Sumber
dikatakan tepat apabila memenuhi prinsip-prinsip yang lain yaitu
the right price,

the right quantity, the right time, the right place, and the right quality.
Berdasarkan prinsi-prinsip pembelian barang tersebut diatas, maka dalam rangka
melakukan pembelian unit organisasi harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

Melakukan transaksi pembelian pada watu dan tempat yang tepat


Barang yang dibeli memiliki manfaat dan fungsi yang diperlukan


Sebelum membeli membandingkan harga dari tempat yang berbeda


Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembelian barang atau jasa


10
Barang yang dibeli kemungkianan dapat dijual kembali

Sebelum membeli lakukan periksalah harga pasar yang ada Pembelian barang
dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Pembelian barang secara tunai (
cash
) adalah pembelian yang dilakukan sekali transaksi dengan menerima barang yang
dibeli dan memberikan uang sebagai alat tukar yang sesuai dengan jumlah yang
disepakati. Sedangkan pembelian secara kredit adalah pembelian yang dilakukan
lebih dari satu kali transaksi, pada transaksi pertama pembeli memberikan
sejumlah uang sebagai uang muka dan penjual memberikan barang yang dibeli
dengan catatan akan terjadi pembayaran kedua, ketiga dan seterusnya sesuai
kesepakatan.
2). Peminjaman
Untuk memenuhi kebutuhan logistik yang dibutuhkan, organisasi tidak harus
melakukan usaha pembelian. Organisasi/perusahaan juga dapat mengadakan
barang-barang yang dibutuhkan dengan cara meminjam. Menurut (Dwiantara dan
Sumarto, 2004) meminjam merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik yang
diperoleh dari pihak lain dengan cara tanpa memberikan kontra prestasi (imbalan)
dalam bentuk apapun. Pemenuhan dengan cara ini hendaknya dilakukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan logistik yang sifatnya sementara dan harus
mempertimbangkan citra baik suatu organisasi. Secara sederhana, pinjaman dapat
diartikan sebagai barang atau jasa yang menjadi kewajiban pihak yang satu untuk
dibayarkan kepada pihak lain sesuai dengan perjanjian tertulis ataupun lisan, yang
dinyatakan atau diimplikasikan serta wajib dibayarkan kembali dalam jangka
waktu tertentu. Dalam konteks meminjam barang, barang yang dipinjam itu pada
saatnya harus dikembalikan sesuai dengan kesepakatan. Meminjam berarti
memakai barang (uang dan

sebagainya) orang lain untuk waktu tertentu (kalau sudah sampai waktunya harus
dikembalikan). Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bab XII Bagian 1
dijelaskan bahwa pinjam pakai adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang
satu menyerahkan suatu barang untuk dipakai dengan cuma-cuma kepada pihak
lain, dengan syarat bahwa pihak yang menerima barang itu setelah memakainya
atau setelah lewat waktu yang ditentukan, akan mengembalikan barang itu. Orang
yang meminjamkan itu tetap menjadi pemilik mutlak barang yang dipinjamkan
itu. Disinilah pentingnya bagi organisasi mengusahakan pemenuhan barang-
barang logistik secara pembelian agar tidak tergantung pada pihak lain.

The Right Quantity


Jumlah yang tepat dapat dikatakan sebagai suatu jumlah yang benar-benar
diperlukan oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Unit logistik juga harus
tahu berapa kebutuhan pembelian kita. Pembelian barang dengan jumlah sedikit
tentu berbeda dengan pembelian dalam jumlah yang besar. Untuk mendapatkan
jumlah barang dalam jumlah yang besar maka unit logistik harus mencari
supplier
besar (main dealer) sehingga dapat mendapatkan jumlah barang yang sesuai. c.

11
The Right Time
Waktu merupakan hal penting dalam proses pengadaan. Jangan sampai terjadi
keterlambatan pembelian barang, karena hal ini akan mengganggu proses
operasional organisasi. d.

The Right Place


Mengandung pengertian bahwa barang yang dibeli dikirimkan atau diserahkan
pada tempat yang dikehendaki oleh pembeli. e.

The Right Quality


Mutu barang harus menjadi perhatian khusus bagi unit logistik. Mutu barang
yang diperlukan oleh suatu perusahaan sesuai dengan ketentuan yang sudah
dirancang yang paling menguntungkan perusahaan. Mutu barang ini harus sesuai
dengan standar yang ditentukan oleh perusahaan/ organisasi. f.

The Right Source


Mengandung pengertian bahwa barang berasal dari sumber yang tepat. Sumber
dikatakan tepat apabila memenuhi prinsip-prinsip yang lain yaitu
the right price,

the right quantity, the right time, the right place, and the right quality.
Berdasarkan prinsi-prinsip pembelian barang tersebut diatas, maka dalam rangka
melakukan pembelian unit organisasi harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

Melakukan transaksi pembelian pada watu dan tempat yang tepat


Barang yang dibeli memiliki manfaat dan fungsi yang diperlukan


Sebelum membeli membandingkan harga dari tempat yang berbeda


Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembelian barang atau jasa


Barang yang dibeli kemungkianan dapat dijual kembali


Sebelum membeli lakukan periksalah harga pasar yang ada Pembelian barang
dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Pembelian barang secara tunai (
cash
) adalah pembelian yang dilakukan sekali transaksi dengan menerima barang yang
dibeli dan memberikan uang sebagai alat tukar yang sesuai dengan jumlah yang

12
disepakati. Sedangkan pembelian secara kredit adalah pembelian yang dilakukan
lebih dari satu kali transaksi, pada transaksi pertama pembeli memberikan
sejumlah uang sebagai uang muka dan penjual memberikan barang yang dibeli
dengan catatan akan terjadi pembayaran kedua, ketiga dan seterusnya sesuai
kesepakatan.
2). Peminjaman
Untuk memenuhi kebutuhan logistik yang dibutuhkan, organisasi tidak harus
melakukan usaha pembelian. Organisasi/perusahaan juga dapat mengadakan
barang-barang yang dibutuhkan dengan cara meminjam. Menurut (Dwiantara dan
Sumarto, 2004) meminjam merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik yang
diperoleh dari pihak lain dengan cara tanpa memberikan kontra prestasi (imbalan)
dalam bentuk apapun. Pemenuhan dengan cara ini hendaknya dilakukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan logistik yang sifatnya sementara dan harus
mempertimbangkan citra baik suatu organisasi. Secara sederhana, pinjaman dapat
diartikan sebagai barang atau jasa yang menjadi kewajiban pihak yang satu untuk
dibayarkan kepada pihak lain sesuai dengan perjanjian tertulis ataupun lisan, yang
dinyatakan atau diimplikasikan serta wajib dibayarkan kembali dalam jangka
waktu tertentu. Dalam konteks meminjam barang, barang yang dipinjam itu pada
saatnya harus dikembalikan sesuai dengan kesepakatan. Meminjam berarti
memakai barang (uang dan

sebagainya) orang lain untuk waktu tertentu (kalau sudah sampai waktunya harus
dikembalikan). Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bab XII Bagian 1
dijelaskan bahwa pinjam pakai adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang
satu menyerahkan suatu barang untuk dipakai dengan cuma-cuma kepada pihak
lain, dengan syarat bahwa pihak yang menerima barang itu setelah memakainya
atau setelah lewat waktu yang ditentukan, akan mengembalikan barang itu. Orang
yang meminjamkan itu tetap menjadi pemilik mutlak barang yang dipinjamkan
itu. Disinilah pentingnya bagi organisasi mengusahakan pemenuhan barang-
barang logistik secara pembelian agar tidak tergantung pada pihak lain.

3). Menyewa
Menyewa berarti melakukan pinjaman kepada pihak lain dengan memberikan
imbalan (kontraprestasi) sesuai dengan perjanjian/kesepakatan kedua belah pihak.
Sebagaimana pemenuhan logistik dengan cara pinjaman, pemenuhan barang
dengan cara menyewa juga hendaknya hanya dilakukan oleh unit logistik untuk
barang-barang yang tidak terlalu vital dan sifatnya sementara. Sedapat mungkin
organisasi mengupayakan tanpa melalui sewa menyewa. Menurut Pasal 1548
KUH Perdata menyebutkan bahwa: perjanjian sewa-menyewa adalah suatu
perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan
kepada pihak yang lainya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu
dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan telah
disanggupi pembayaranya. Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
sewa berarti pemakaian sesuatu dengan membayar uang sewa dan menyewa
berarti memakai dengan membayar uang sewa. Jika terpaksa harus melakukan
penyewaan barang maka organisasi/ perusahaan harus memperhatikan benar-
benar resiko yang mungkin ditimbulkan. Resiko ini dimaknai sebagai kewajiban

13
untuk memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang terjadi diluar
kesalahan salah satu

pihak, yang menimpa barang yang menjadi obyek dari suatu perjanjian. Risiko
merupakan suatu akibat dari suatu keadaan yang memaksa (Overmacht )
sedangkan ganti rugi merupakan akibat dari wanprestasi. Pembebanan risiko
terhadap obyek sewa didasarkan terjadinya suatu peristiwa diluar dari kesalahan
para pihak yang menyebabkan musnahnya barang/ obyek sewa. Musnahnya
barang yang menjadi obyek perjajian sewa-menyewa dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu :

Musnah secara total (seluruhnya). Jika barang yang menjadi oyek perjanjian sewa-
menyewa musnah yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kesalahan para pihak
maka perjanjian tersebut gugur demi hukum. Pengertian musnah disini berarti
barang yang menjadi obyek perjanjian sewa-menyewa tidak lagi bisa digunakan
sebagai mana mestinya, meskipun terdaat sisa atau bagian kecil dari barang
tersebut masih ada. Ketentuan tersebut diatur di dalam pasal 1553 KUH Perdata
yang menyatakan jika musnahnya barang terjadi selama sewa-menyewa
berangsung yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang diakibatkan oleh suatu
keadaan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan pada salah satu pihak maka
perjanjian sewa-menyewa dengan sendirinya batal.

Musnah sebagian. Barang yang menjadi obyek perjanjian sewa-menyewa disebut


musnah sebagian apabila barang tersebut masih dapat di gunakan dan dinikmati
kegunaanya walaupun bagian dari barang tersebut telah musnah. Jika obyek
perjanjian sewa-menyewa musnah sebagian maka penyewa mempunyai pilihan,
yaitu: (a) Meneruskan perjanjian sewa-menyewa dengan meminta pengurangan
harga sewa, (b) Meminta pembatalan perjanjian sewa-menyewa. Pasal 1560,
1564, dan 1583 KUH Perdata menentukan bahwa pihak penyewa memiliki
kewajiban-kewajiban, yaitu:

Memakai barang yang disewa sebagai bapak rumah yang baik, sesuai dengan
tujuan yang diberikan pada barang itu menurut perjanjian sewanya, atau jika tidak
ada perjanjian mengenai itu, menurut tujuan yang dipersangkakan berhubungan
dengan keadaan.

Membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan.

Menanggung segala kerusakan yang terjadi selama sewa-menyewa, kecuali jika


penyewa dapat membuktikan bahwa kerusakan tersebut terjadi bukan karena
kesalahan si penyewa.

14
Mengadakan perbaikan-perbaikan kecil dan sehari-hari sesuai dengan isi
perjanjian sewa-menyewa dan adat kebiasaan setempat.
4). Membuat Sendiri
Membuat sendiri merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan logistik
dengan cara membuat barang-barang yang dibutuhkan. Pembuatan barang-barang
kebutuhan logistik ini harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan organisasi
baik dari sisi waktu maupun kualitas barang. Pemilihan cara ini juga harus
mempertimbangkan tingkat efektifitas dan efisiensinya dan jangan sampai
mengorbankan usaha-usaha pokok organisasi/perusahaan.
5). Menukarkan
Menukarkan merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan jalan
menukarkan barang yang dimiliki dengan barang yang dimiliki oleh pihak lain
yang dibutuhkan oleh organisasi/perusahaan. Pemilihan metode/ cara ini harus
mempertimbangkan faktor saling menguntungkan di antara kedua belah pihak dan
barang yang dipertukarkan harus merupakan barang yang sifatnya kelebihan/
berlebihan yang dipandang tidak memiliki daya guna untuk perusahaan. Cara ini
cukup efektif dalam rangka untuk meningkatkan efektifitas barang-barang yang
dimiliki oleh organisasi/ perusahaan. Barang-barang yang berlebih menjadi tidak
mubazir karena tidak terpakai tetapi dapat ditukar dengan barang lain yang lebih
berguna.
6). Substitusi
Pengadaan barang melalui cara substitusi adalah penggantian barang-barang yang
dibutuhkan dengan barang-barang lain yang sejenis yang dapat menggantikan
fungsi barang yang dibutuhkan secara baik dan cocok. Dengan cara ini, barang
yang dibutuhkan tidak harus sama persis dengan permintaan unit kerja tetapi tetap
dapat dimanfaatkan tanpa mengurangi kinerja unit kerja.

Susbtitusi ini sebaiknya dilakukan jika barang yang dibutuhkan benar-benar tidak
tersedia di pasaran, dan tidak bisa diusahakan baik dengan cara sewa, pinjam
maupun dibuat sendiri.
7). Pemberian/ hadiah
Meski jarang terjadi, tetapi pengadaan barang melalui proses pemberian (hibah)
atau hadiah tetap bisa menjadi salah satu alternatif. Hibah/ pemberian barang ini
diberikan oleh pihak lain tanpa adanya ikatan yang dapat merugikan organisasi/
perusahaan. Oleh sebab itu sebelum menerima hibah/ pemberian unit logistik
harus benar-benar mengkaji dampak-dampak yang tidak diinginkan di kemudian
hari.
8). Perbaikan/ rekondisi
Dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan barang-barang yang ada di
organisasi maka unit logistik hendaknya memiliki tenaga terampil yang dapat
melakukan usaha-usaha perbaikan (
repair
) terhadap barang-barang logistik yang mengalami kerusakan, terutama kerusakan
ringan. Namun demikian, unit logistik tetap harus mempertimbangkan untuk
mengadakan barang yang baru jika tingkat kerusakan barang yang ada sudah
parah. Jika kerusakan telah cukup parah dan tetap dipaksakan untuk direkondisi,
dikhawatirkan biaya perawatannya akan lebih mahal dibandingkan dengan

15
mengadakan barang yang baru. Unit logistik dapat menggunakan berbagai cara
yang disebutkan diatas baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
Bisa jadi pada saat pengadaan barang digunakan metode pembelian, sewa,
peminjaman, substitusi dan sebagainya. Hal ini sangat tergantung pada kebutuhan
dan kondisi keuangan organisasi/ perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa tidak ada cara yang paling baik dibandingkan dengan cara yang lain.

3.1.4 Metode Pengembangan SDM

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001), menjelaskan


metode-metode pengembangan sebagai berikut:
a) Metode Pelatihan
Beberapa metode pelatihan dapat digunakan pula untuk metode
pengembangan. Hal ini karena beberapa pegawai adalah manajer, dan
semua manajer adalah pegawai. Metode pelatihan yang sering digunakan
dalam pengajaran pengembangan antara lain simulasi, metode konferensi,
studi kasus, dan bermain peran.
b) Understudies
Understudy adalah mempersiapkan peserta untuk melaksanakan
pekerjaan atau mengisi suatu posisi jabatan tertentu. Peserta
pengembangan tersebut pada masa yang akan datang akan menerima tugas
dan bertanggung jawab pada posisi jabatannya. Konsep understudies
merupakan suatu teknik perencanaan pegawai yang dikualifikasikan untuk
mengisi jabatan manajer. Teknik pengembangan understudy serupa dengan
metode on the job.
Belajar dengan berbuat ditekankan melalui kebiasaan. Pada teknik
understudy tugas tidak dilakukan secara penuh, tetapi tanggung jawab
yang diberikan. Dalam understudy, peserta diberikan beberapa latar
belakang masalah dan pengalaman-pengalaman tentang suatu kejadian,
kemudian mereka harus menelitinyadan membuat rekomendasi secara
tertulis tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan tugas-tugas
unit kerja. Motivasi dan minat peserta pada umumnya tinggi bilamana
digunakan teknik understudy. Konsep understudy memungkinkan

16
perencanaan pegawai secara sistemik dan terkoordinasi serta dapat
digunakan dengan jarak waktu lama.
c) Job Rotation dan Kemajuan Berencana
Job rotation melibatkan perpindahan peserta dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lainnya. Kadang-kadang dari satu penempatan kepada
penempatan lainnya direncanakan atas dasar tujuan belajar. Kemampuan
berencana tidak mengubah keseimbangan status dan gaji, tetapi
penempatan kembali dengan asumsi mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang tinggi. Sering job rotation dilakukan dalam waktu 3 bulan
dampai 2 bulan. Pesrta-pesrta diberi tugas-tugas dan tanggung jawab atas
bagian yang di rotasikam. Kegiatan-kegiatan mereka dimonitor dan
diawasi serta dievaluasi.
d) Coaching-counseling
Coaching adalah suatu prosedur pengajaran pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan pada pegawai bawahan. Peranan job coaching
adalah memberikan bimbingan kepada pegawai bawahan dalam menerima
suatu pekerjaan atau tugas dari atasannya. Penyuluhan merupakan
pemberian bantuan kepada pegawai agar dapat menerima dari, memahami
dari dan merealisasikan dari, sehingga potensinya dapat berkembang
secara optimal dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan penyuluhan
pegawai diharapkan aspirasinya dapat berkembang dengan baik dan
pegawai yang bersangkutan dapat berkembang dengan baik dan pegawai
yang bersangkutan mampu mencapai kepuasan kerja.
Perbedaan coaching dan penyuluhan, antara lain pertama,
coaching biasanya dilakukan dengan pengawasan langsung yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, sedangkan penyuluhan
dilakukan oleh seorang ahli kepegawaian yang melibatkan hubungan
manusiawi, dan bantuan pemecahan masalah. Coaching merupakan proses
waktu yang lama antara atasan dan bawahan, sedangkan penyuluhan
merupakan hubungan seseorang ahli dengan pegawai. Coaching
pelaksanaannya langsung pada area pekerjaan, sedangkan penyuluhan

17
pelaksanaannya dilakukan pada ruang tersendiri yang mengutamakan
penjagaan kerahasiaan secara pribadi.

3.1.5 Kendala-kendala dalam Pengembangan

Menurut Hasibuan (2003) kendala pengembangan (development) yang


dilaksanakan selalu ada dan kita harus berusaha memahami pengaruh
kendala-kendala tersebut. Kendala-kendala pengembangan akan
menghambat lancarnya pelaksanaan latihan dan pendidikan sehingga
sasaran yang tercapai kurang memuaskan. Kendala-kendala
pengembangan berkaitan dengan peserta, pelatih atau instruktur, fasilitas
pengembangan, kurikulum, dan dana pengembangan.
a. Peserta
Peserta pengembangan mempunyai latar belakang yang tidak
sama atau heterogen, seperti pendidikan dasarnya, pengalaman
kerjanya, dan usianya. Hal ini akan menyulitkan dan menghambat
kelancaran dan pelaksanaan latihan dan pendidikan karena daya
tangkap, persepsi, dan daya nalar mereka terhadap pelajaran yang
diberikan berbeda.

b. Pelatih atau instruktur


Pelatih atau instruktur yang ahli dan cakap mentransfer
pengetahuannya kepada para peserta latihan dan pendidikan sulit
didapat. Akibatnya, sasaran yang diinginkan tidak tercapai, misalnya,
ada pelatih yang ahli dan pintar tetapi tidak dapat mengajar dan
berkomunikasi secara efektif atau teachingskill-nya tidak efektif, jadi
dia hanya pintar serta ahli untuk dirinya sendiri.
c. Fasilitas pengembangan

18
Fasilitas sarana dan prasarana pengembangan yang dibutuhkan
untuk latihan dan pendidikan sangat kurang atau tidak baik. Misalnya,
buku-buku, alat-alat dan mesin-mesin, yang akan digunakan untuk
praktek kurang atau tidak ada. Hal ini akan menyulitkan dan
menghambat lancarnya pengembangan.
d. Kurikulum
Kurikulum yang ditetapkan dan diajarkan kurang serasi atau
menyimpang serta tidak sistematis untuk mendukung sasaran yang
diinginkan oleh pekerjaan atau jabatan peserta yang bersangkutan.
Untuk menetapkan kurikulum dan waktu yang mengajarkannya yang
tepat dan sulit.
e. Dana pengembangan
Dana yang tersedia untuk pengembang sangat terbatas, sehingga
sering dilakukan secara terpaksa, bahkan pelatih maupun sarannya
kurang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.

3.1.6 Kegunaan Sistem Informasi Pengembangan SDM

Kegunaan Sistem Informasi pengembangan Sumber daya Manusia


(SDM) adalah :
1) Memeriksa kapabilitas karyawan saat ini untuk mengisi lowongan yg
diproyeksikan
2) Menyoroti posisi pemegang jabatan yang akan dipromosikan, akan
pensiun atau akan diberhentikan
3) Menggambarkan pekerjaan yang spesifik atau jenis pekerjaan yang
mempunyai tingkat perputaran, pemecatan, ketidakhadiran, kinerja
dan masalah yang tinggi yang melebihi kadar normal
4) Mempelajari komposisi usia, suku, jenis kelamin, pendidikan, dll
5) Mengantisipasi kebutuhan rekrutmen, seleksi, pelatihan dan
pengembangan
6) Perencanaan SDM untuk mengantisipasi pergantian dan promosi
7) Laporan kompensasi untuk memperoleh informasi ttg pembayaran
pada karyawan

19
8) Riset SDM
9) Penilaian kebutuhan pelatihan
Sistem Informasi SDM dianggap berhasil bila memenuhi harapan-
harapan sebagai berikut :
a. Sistem ditetapkan dengan waktu yang baik
b. Biaya harus sejalan dengan ukuran dan kondisi financial
c. Harus mampu dimodifikasi dan diperluas
d. Penekanan pada aktivitas perencanaan harus terbukti
e. Umpan balik harus berkelanjutan
f. Arsip terintegrasi pada berbagai departemen
g. Data kritis harus tersedia saat dibutuhkan
h. Informasi kritis mencakup karyawan kunci, keahlian, dll

3.2 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dari “Gambaran Pengembangan Sumber Daya


Manusia di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Barat”
sebagai berikut :
PROSES OUTPUT
INPUT
Peningkatan
Pendidikan & kualitas
Sumber Daya
Pelatihan SDM di
Manusia (SDM)
(DikLat) Rumah Sakit
Struktur
Pengembangan Anak &
Organisasi &
Karir ditempat Bunda
Tupoksi
kerja Harapan Kita
Organisasi
Jakarta Barat
Standar
Operasional
Prosedur (SOP) 20
Sarana & Fasilitas
BAB III

RENCANA KEGIATAN

3.3 Persiapan
Peserta magang mengajukan judul magang kepada jurusan untuk
selanjutnya ditetapkan Dosen Pembimbing sesuai dengan topik yang dipilih,
kemudian peserta magang membuat proposal magang dan pencarian lahan
magang. Setelah itu peserta magang mengajukan dan mengurus surat
perijinan tempat magang yang dibuat oleh pihak fakultas yang disetujui oleh

21
ketua jurusan serta judul yang sudah disetujui oleh Dosen Pembimbing.
Setelah mendapat surat pengantar untuk kegiatan magang barulah peserta
magang menyebarkan surat pengantar dan proposal magang kepada pihak
Rumah Sakit tempat magang. Kegiatan magang baru dimulai jika peserta
magang sudah mendapatkan persetujuan proses magang dan Pembimbing
Lapangan dari pihak rumah sakit tempat magang.

3.4 Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan mahasiswa selama magang adalah sebagai berikut :
1. Peserta magang melaksanakan magang selama 20 hari kerja di lahan
magang sesuai dengan jam kerja rumah sakit saat magang, diluar jadwal
persiapan dan evaluasi. Dosen Pembimbing dapat melakukan kunjungan
ke lahan magang untuk mendiskusikan pelaksanaan teknis magang jika
diperlukan.
2. Pelaksanaan magang harus mengikuti pedoman magang dan proposal
magang, serta disesuaikan dengan tata cara dan aturan yang berlaku di
lahan magang.
3. Peserta magang harus menempatkan diri sebagai mahasiswa yang sedang
menjalani tugas belajar dengan memperhatikan mekanisme yang berlaku
di lahan magang dengan mematuhi etika yang berlaku.
4. Peserta magang harus mengisi formulir pemantauan magang. Formulir
diisi oleh mahasiswa dengan tulisan tangan dan langsung ditanda tangani
atau diparaf oleh Pembimbing Lapangan.
5. Penilaian terhadap pelaksanaan magang di lahan magang dilakukan oleh
Pembimbing Lapangan dengan menggunakan formulir yang tersedia.

3.5 Materi yang dipelajari


Adapun materi yang harus dipelajari oleh mahasiswa yaitu gambaran
pengembangan sumber daya manusia, gambaran input dalam pengembangan
sumber daya manusia yang terdiri Sumber Daya Manusia, Struktur Organisasi
& Tupoksi setiap Unit Organisasi, Standar Operasional Prosedur (SOP), serta
Sarana & Fasilitas, kemudian gambaran proses dalam pengembangan sumber
daya manusia yang terdiri dari Pendidikan & Pelatihan serta Pengembangan
Karir ditempat kerja, kemudian gambaran output dalam pengembangan
sumber daya manusia di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat sehingga terdapat
peningkatan kualitas sumber daya manusia di rumah sakit. Dan penulis

22
mengharapkan dapat memperoleh beberapa hal yang akan nantinya dapat
membantu dalam penulisan laporan magang.

3.6 Jadwal Kegiatan Magang


1. Waktu dan Tempat Magang
Kegiatan magang ini dilakukan selama 20 (dua puluh) hari kerja
dan bertempat di Rumah Sakit Anak & Bunda (RSAB) Harapan Kita,
berlangsung mulai dari tanggal 23 September 2013 sampai 18 Oktober
2013. Kegiatan magang ini disesuaikan dengan jam kerja RSAB Harapan
Kita.

2. Bentuk Kegiatan Magang


Bentuk kegiatan magang ini akan dilaksanakan yaitu dengan
mengikuti kegiatan rutin rumah sakit, pengambilan data sekunder rumah
sakit, dan melakukan pengamatan langsung di unit terkait dengan jadwal
kegiatan yang telah disesuaikan oleh pembimbing lapangan RSAB
Harapan Kita.

23
Jadwal Kegiatan Magang
Bulan Agustus Bulan Bulan Oktober Bulan
No. Jenis Kegiatan 2013 September 2013 2013 November 2013
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
PERSIAPAN
1. Membuat Judul Magang
2. Kosultasi Judul dengan Pembimbing Magang
3. Membuat Surat Izin Magang
4. Membuat Proposal Magang
Menyerahkan Proposal Magang ke Lahan
5.
Magang (Rumah Sakit)
PELAKSANAAN
1. Perkenalan atau orientasi di lahan magang
2. Mengetahui Sejarah RSAB Harapan Kita
Mengetahui Sumber Daya Manusia dalam
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia di RSAB
Harapan Kita
Mengetahui Struktur & Tupoksi Organisasi
4.
Rumah Sakit
Mengetahui Standar Operasional Prosedur (SOP)
5. Pengembangan Sumber Daya Manusia di RSAB
Harapan Kita

24
Bulan Agustus Bulan Bulan Oktober Bulan
No. Jenis Kegiatan 2013 September 2013 2013 November 2013
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Mengetahui Gambaran Program Pengembangan
6.
Sumber Daya Manusia di RSAB Harapan Kita
Mengetahui Sarana & Fasilitas dalam
7. Pengembangan Sumber Daya Manusia di RSAB
Harapan Kita
Mengetahui Gambaran Pendidikan dan Pelatihan
8. dari hal perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian
Mengetahui Gambaran Pengembangan karir
9.
sumber daya manusia di RSAB Harapan Kita
Mengetahui Kendala-kendala yang ditemui dalam
10. pengembangan sumber daya manusia di RSAB
Harapan Kita

11. Mengakhiri program magang

PENYELESAIAN
1. Membuat laporan magang
2. Sidang Magang

25
DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Melayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan, cetakan kelima. Bandung: PT Remaja Roskdakarya.

Rivai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Aditama

Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Ed. 1, cet. 15.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Subekhi, Akhmad dan Mohammad Jauhar. 2012. Pengantar Manajemen Sumber

Daya Manusia (MSDM). Jakarta: Prestasi Pustaka.

Zainun, Buchari. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia, PT Gunung

Agung, Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai