89 223 1 PB PDF
89 223 1 PB PDF
Abstrak
Sejalan dengan kebijakan pemerintah terkait dengan kebutuhan energi listrik yang
terus meningkat khususnya di Kawasan Timur Indonesia, maka sesuai dengan
rencana PT PLN (Persero) sampai tahun 2019, telah dan akan dibangun
sejumlah PLTU dengan berbagai kapasitas diantaranya di Ambon, Amurang dan
Jayapura. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pada PLTU tersebut,
batubara sebagai bahan bakarnya direncanakan akan di datangkan dari
pelabuhan Sorong. Untuk menjaga ketersediaan kebutuhan batubara di sejumlah
PLTU tersebut tentunya diperlukan sejumlah sarana transportasi yang sesuai
dengan kondisi perairan dan kondisi sarana dan prasarana pelabuhannya.
Penelitian ini di dahului dengan study literature kemudian dilanjutkan dengan
kunjungn lapangan, baik ke Pelabuhan Sorong sebagai pelabuhan asal maupun
ke beberapa PLTU sebagai pelabuhan tujuan. Metode yang digunakan untuk
menentukan jenis kapal yaitu berdasarkan metode kapal pembanding, sedangkan
tonnage kapal ditentukan berdasarkan jumlah muatan yang akan diangkut. Hasil
kajian menunjukkan bahwa jenis sarana transportasi laut untuk mengangkut
batubara dari pelabuhan Sorong ke berbagai PLTU tersebut, sesuai jarak yang
akan ditempuh, kondisi cuaca dan perairan di Kawasan Timur Indonesia adalah
kapal jenis Self Propelled Barge, dengan tonnage 6000 Ton dan 12.000 Ton.
Kata Kunci : jenis kapal, ukuran kapal, angkutan, batubara, Sorong, PLTU KTI
Abstract
In line with government policy related to the addition of the electrical energy needs
continue to rise , especially in Eastern Indonesia, in accordance with the plan of
PT PLN ( Persero ) until 2019, and will have built a power plant with a variety of
capacities, including in Ambon, Tidore and Jayapura. To meet the fuel needs of
the power plant , coal as grilled planned to be supplied from the port of Sorong ,
and in 2014 the third power plant at that location will be operated . Ensuring the
availability of coal to remain secure in the power plant, of course, required a
number of marine transportation facilities in accordance with the amount of coal
supply to the power plant, through which water condition, and the condition of the
port facilities. This study is based on data obtained from the results of a field visit
to Sorong and supported by information and other data. Methods used to
determine the type and tonnage ships are based on ship method comparison .
The results showed that the type of marine transportation to transport coal from
the port of Sorong to the location of the power plant is Self Propelled Barge vessel
types with the tonnage of 6000 Tons and 12000 Tons
Keywords : ship type, ships size, transportation, coal , Sorong, PLTU KTI
ISSN 1410-3680 93
M.P.I. Vol.9, No 2, Agustus 2015, (93-104)
Diterima (recieved) : 11 Juni 2015, Direvisi (Revised) : 23 Juli 2015,
Disetujui (Accepted) : 30 Juli 2015
94 ISSN 1410-3680
Kajian Penentuan Jenis dan Ukuran Sarana Angkutan Batubara dari Pelabuhan Sorong ke PLTU KTI (Syafril Karana)
Menurut Handoyo (2015)8) hal yang juga kemungkinan terjadi pergeseran muatan
menjadikan alat transportasi ini digunakan pada permukaan kearah samping dan
karena biaya murah dalam pemuatan dan kemungkinan tidak balik ke posisi semula
pengoperasiannya. Mempertimbangkan akibat pengaruh olah gerak kapal, sehingga
keadaan perubahan kondisi alam yang akan mempengaruhi stabilitas kapal10).
semakin tidak bersahabat sehingga banyak Kapal bulk carrier ini juga dilengkapi
terjadi perubahan waktu pengangkutan, dengan berbagai peralatan pencegahan
karenanya pemilihan tongkang menjadi tidak kebakaran, karena penempatan muatan di
menarik. Disamping itu bila dibandingkan dalam ruang tertutup, sedangkan diketahui
dengan kapal pada umumnya, olah gerak batubara mudah terbakar, kondisi ini tentu
towing barge sangat terbatas apalagi di area akan sangat membahayakan bila tidak
yang sempit seperti belokan di sungai, diantisipasi dengan alat pencegah kebakaran,
sehingga mudah terjadi kecelakaan akibat kapal ini juga mempunyai kecepatan dinas
tabrakan. Skema olah gerak kapal ditikungan berkisar 15 sampai 15,75 knots11). Menurut
alur dapat dilihat pada Gambar 2. Samuel (2014) kapal bulk carrier mempunyai
stabilitas yang baik karena titik M berada
diatas titik G pada semua kondisi, selain itu
kapal jenis ini tergolong khusus karena
memiliki perlakuan khusus dalam perawatan,
reparasi maupun survey yang dilakukan
surveyor terhadapnya12).
Gambar 1
Pengangkutan Batubara dengan
Towing Barge
Gambar 3
Kapal Bulk Carrier
ISSN 1410-3680 95
M.P.I. Vol.9, No 2, Agustus 2015, (93-104)
knots lebih menguntungkan dibanding Tug- memperlancar transportasi antar pulau
Barge System dengan kapasitas angkut yang yang berujung pada peningkatan
sama15). pembangunan, sehingga pada rute-rute
tertentu walau secara ekonomis kurang
menguntungkan tetapi tetap dioperasikan
dengan dukungan subsidi pemerintah.
b. Lokasi dan jarak antar pelabuhan
Penentuan lokasi dan jarak antar
pelabuhan diperlukan untuk aspek
ekonomis yaitu penentuan tarif terhadap
barang dan jasa, dan aspek teknis yaitu
penentuan kapasitas consumable kapal
yang berujung pada dimensi dan kapasitas
total kapal.
c. Jalur pelayaran dan panduan navigasi
Gambar 4 Jalur pelayaran dan kondisi navigasi
Pengangkutan Batubara dengan SPB menentukan karasteristik bangunan kapal
dan perlengkapan kapal, termasuk
Rute Pelayaran perlengkapan keselamatan. Untuk kapal
Proses pemilihan rute bertujuan dengan jalur pelayaran yang ramai atau
memetakan pergerakan kapal dalam rawan kecelakaan tentu akan berbeda
mendistribusikan barang/ penumpang dengan kapal yang beroperasi pada jalur
sehingga diperoleh rute terbaik. Ada beberapa pelayaran yang sepi, demikian juga dengan
faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan kondisi alam sekitar jalur pelayaran.
rute pada saat melakukan perjalanan, untuk d. Keandalan dari Pelayanan Pelabuhan
transporatasi laut, waktu tempuh, jarak dan Pelayanan yang diberikan pelabuhan pada
biaya pergerakan. Menurut Tamin, (2000), kapal mempengaruhi waktu sandar dan
faktor-faktor tersebut merupakan parameter operasional kapal di pelabuhan, sehingga
yang sangat mempengaruhi pemelihan rute16). perencanaan kapal perlu
Biaya pergerakan dianggap proporsional mempertimbangkan karakteristik pelayanan
dengan jarak tempuh, sedangkan waktu pelabuhan yang akan disinggahi agar kapal
pelayaran sangat dominan karena semakin dapat memberi kemudahan bagi pelayanan
banyak waktu pelayaran semakin besar pula pelabuhan.
biaya yang harus dikeluarkan oleh pengguna e. Fasilitas Pelabuhan
jasa maupun oleh pihak penyedia jasa Fasilitas yang dimiliki pelabuhan sangat
pelayaran (kapal), biaya operasional kapal berpengaruh terhadap perencanaan
akan meningkat seiring dengan meningkatnya perlengkapan kapal, seperti penyediaan
waktu yang dihabiskan kapal untuk berlayar. alat untuk mengangkat/ memindahkan
Dengan demikian, pemilihan rute pelayaran barang (material handling) seperti derek
perlu didasarkan pada perbandingan (crane), dan lain sebagainya, dimana hal ini
karakteristik operasional setiap moda/ sarana bisa berpengaruh terhadap desain kapal
di setiap alternatif rute pelayaran, karena hal secara keseluruhan, semakin lengkap
ini berkaitan dengan upaya menekan biaya material handling yang tersedia di
transportasi. Oleh sebab itu dalam pelabuhan semakin sedikit peralatan yang
menentukan jenis dan kapasitas angkut kapal, harus ada di kapal. Disamping itu menurut
seperti halnya kapal untuk angkutan batubara Amiron (2009), daerah yang digunakan
antar pulau menurut Stian (1989) perlu untuk pelabuhan tergantung pada
memperhatikan hal-hal berikut17): karakteristik kapal yang akan berlabuh18)
a. Besaran, fluktuasi, estimasi durasi dan arus
muatan
Informasi mengenai potensi arus barang BAHAN DAN METODE
dan penumpang lengkap dengan proyeksi
mendatang pada trayek yang direncanakan Penelitian ini menggunakan metode
perlu diketahui agar dapat ditentukan deskriptif; yaitu untuk memaparkan situasi dan
kelayakan pengadaan kapal serta dimensi kondisi dilapangan. Kegiatan diawali dengan
dan jenis kapalnya. Kapal yang akan studi pustaka dilanjutkan dengan kunjungan
dioperasikan harus memiliki nilai ekonomis lapangan untuk melakukan pengamatan guna
berupa pendapatan yang akan digunakan mendapatkan data dan informasi primer. Data
untuk membiayai biaya investasi, biaya yang diperoleh meliputi, kondisi perairan
operasional dan keuntungan bagi operator Sorong, kondisi alur pelayaran, kondisi sarana
untuk menjamin kelangsungan kapal dan dan prasarana pelabuhan Sorong, potensi
operator. Dalam prakteknya kapal juga batubara, kondisi cuaca, karakteristik kapal
memiliki nilai sosial, yaitu ikut dalam
96 ISSN 1410-3680
Kajian Penentuan Jenis dan Ukuran Sarana Angkutan Batubara dari Pelabuhan Sorong ke PLTU KTI (Syafril Karana)
pembanding yang sudah proven, serta yang digunakan adalah melalui pendekatan
kebijakan pemerintah. “metode kapal pembanding”.
Data yang telah tersedia selanjutnya diolah,
dalam hal ini data kebutuhan batubara disetiap HASIL DAN PEMBAHASAN
PLTU dan posisi letak setiap PLTU digunakan
untuk menentukan ukuran atau tonnage Sumber Pasokan Batubara
sarana transportasi laut (kapal) yang akan Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan
digunakan, selanjutnya data kebutuhan tenaga listrik yang terus meningkat setiap
batubara disetiap PLTU dikaitkan dengan data tahun, maka untuk mengantisipasinya PLN
kondisi perairan dan kondisi cuaca digunakan melalui RUPTL 2010 – 2019 PT PLN
untuk menentukan kecepatan kapal yang akan (Persero), akan membangun sejumlah
digunakan. Sedangkan kondisi sarana dan pembangkit listrik, dimana untuk KTI berjumlah
prasarana pelabuhan asal dan tujuan sebesar ± 6,7 GW. Sebagian besar yaitu 3,5
digunakan untuk mendapatkan jenis kapal. GW (53,7%) dari kebutuhan listrik tersebut
Dalam menentukan jenis dan kapasitas diusahakan oleh PT PLN, dan yang lainnya
sarana /kapal yang digunakan, secara umum akan dibangun oleh pihak swasta sebagai
terdapat beberapa metode pendekatan yaitu proyek Independent Power Producer. Sebagai
iteratif methode aproach, parametic ratio langkah awal dalam rangka meningkatkan
design aproach, dan metode kapal produksi energi listrik tersebut akan dibangun
pembanding. Dalam penelitian ini sesuai sejumlah PLTU dengan berbagai kapasitas,
dengan judulnya yaitu penentuan alternatif dimana sampai tahun 2015 ini lokasinya
jenis dan kapasitas sarana transportasi laut tersebar di 13 daerah. Sebaran lokasi PLTU
yang sesuai dioperasikan di KTI, maka metode ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5
Sebaran Lokasi PLTU di KTI
ISSN 1410-3680 97
M.P.I. Vol.9, No 2, Agustus 2015, (93-104)
Dalam usaha meningkatkan efisiensi cukup banyak dan tersebar dibeberapa
operasional dari PLTU tersebut, terutama yang daerah, sebagian dari cadangan tersebut yang
di kelola oleh PT PLN (Persero), kedepannya terletak di sebelah selatan Kabupaten Sorong
kebutuhan batubara dari sejumlah PLTU dekat lokasi pelabuhan Logging. Lokasi
tersebut akan didatangkan dari Sorong – tambang Batubara di Papua Barat ditunjukkan
Provinsi Papua Barat. pada Gambar 68). Tahap pertama di produksi
Sebagaimana diketahui Papua Barat oleh salah satu perusahaan tambang dengan
adalah sebuah provinsi terletak di bagian barat nilai produksi awal sebesar 10 juta ton,
Pulau Papua, secara geografis provinsi ini sedangkan jaraknya ke stockpile Pelabuhan
mencakup kawasan kepala burung pulau Petikemas (Sorong) ± 32 Km.
Papua yang dikelilingi oleh sejumlah pulau. Di
provinsi ini terdapat cadangan batubara yang
Table 1
Rencana Pasokan Batubara ke PLTU di KTI2)
Kap/ Unit Kalori Pasokan PLN
No PLTU Unit
(MW) (Kkal/Kg) BB/Th Ton
1 Anggrek (Gorontalo) 2 25 4000 118.000
2 Amurang (Sulut 2) 2 25 4000 34.200
3 Kendari (Sultra) 2 10 4000 21.200
4 Tidore (Maluku Utara) 2 7 4000 20.100
5 Ambon/Waai ( Maluku) 2 15 4000 72.500
6 Sofifi (Maluku) 2 3 4000 17.000
7 Timika (Papua 1) 4 7 4000 147.000
8 Jayapura (Papua 2) 2 10 4000 48.000
9 Ampena (Palu) 2 3 4000 17.000
10 Raha (Sultra) 2 3 4000 17.000
11 Talaud (Sulawesi Utara) 2 3 4000 17.000
12 Wangi-wangi (Sultra) 2 3 4000 17.000
13 Toli-Toli (Sulteng) 2 15 4000 63.750
609.000
Pelabuhan
Petikemas DEPOSIT
BATUBARA
Pelabuhan
logging
TAMBANG BB
( YANG DIPRODUKSI
DEPOSIT
BATUBARA
Gambar 6
Lokasi Tambang Batubara di Papua Barat
98 ISSN 1410-3680
Kajian Penentuan Jenis dan Ukuran Sarana Angkutan Batubara dari Pelabuhan Sorong ke PLTU KTI (Syafril Karana)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai bulan September 2013. Prakiraan rata-rata
kalori rata-rata dari batubara tesebut adalah tinggi gelombang laut mingguan di wilayah
3.700 kkal/kg, nilai ini relatif lebih kecil jika Timur Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
dibandingkan dengan kalori batubara yang Dari tabel terlihat gelombang tertinggi terjadi di
berasal dari Kalimantan yang berkalori antara perairan Selat Makasar bagian selatan, Laut
4.000 kkal/kg s.d 5.000 kkal/kg. Meskipun Maluku, perairan Sangihe Talaud dan Laut
kandungan kalorinya lebih rendah dari Arafuru dengan ketinggian ombak mencapai >
batubara Kalimantan, tetapi nilai kalorinya 2 meter. Sedangkan kondisi angin yang
masih masuk dalam kriteria, khususnya untuk terkencang terjadi di perairan selat Makasar,
kebutuhan batubara PLTU jenis stoker yang Laut Maluku dan laut Arafuru dengan
ada di KTI. Dengan di eksploitasinya sebagian kecepatan sampai dengan 17 knots, serta
deposit batubara tersebut, rencananya PT. tersebar kesemua arah.
PLN Batubara akan memanfaatkannya untuk Dengan diketahuinya kondisi dan
memasok kebutuhan batubara di 13 lokasi pergerakan angin di wilayah perairan Sorong,
PLTU tersebut. maka keadaan kecepatan angin ini perlu
menjadi bahan pertimbangan dalam memilih
Penentuan Jenis Sarana Angkutan jenis dan kecepatan sarana angkutan laut/
a. Kondisi Cuaca kapal yang akan digunakan, karena kondisi
Kondisi cuaca di wilayah KTI dapat angin sangat berpengaruh terhadap gerakan
digambarkan dengan keadaan tinggi kapal.
gelombang laut dengan kondisi prakiraan
rata-rata mingguan, seperti prakiraan pada
Tabel 2
Prakiraan Rata-rata Tinggi Gelombang Laut (Mingguan)19)
Di Wilayah Indonesia Timur
Tinggi Tinggi
Angin 10 M Frekuensi
No Lokasi Signifikan Maximum
Rata2 (Knot) Gel. > 3 M
Rata2 ( M) Rata2 (M)
1 Laut Flores 3 - 11 0.4 - 1.25 0.5 - 1.4 0-5%
2 Selat Makassar bag. Selatan 8 - 17 0.5 - 2.0 0.75 - 2.5 0-5%
3 Perairan selatan Sulawesi 5 - 10 0.5 - 1.25 0.75 - 1.3 0-5%
4 Laut Maluku 5 - 17 0.75 - 1.75 1.0 - 2.25 0-5%
5 Laut Buru - Laut Seram 3 - 12 0.25 - 1.25 0.4 - 1.75 0-5%
6 Laut Sulawesi 2 - 12 0.3 - 1.25 0.5 - 1.5 0-5%
7 Perairan Kep. Sangihe Talaud 5 - 15 0.6 - 1.75 1.0 - 2.25 0-5%
8 Laut Halmahera 5 - 12 0.5 - 1.0 0.75 - 1.3 0-5%
9 Perairan utara Papua 2-7 0.25 - 1.0 0.4 - 1.25 0-5%
10 Laut Banda 5 - 15 0.6 - 1.25 1.0 - 2.0 0-5%
11 Perairan Kepulauan Aru 5 - 15 0.4 - 1.4 0.75 - 2.0 0-5%
12 Laut Arafuru 5 - 17 0.75 - 2.0 1.25 - 2.5 0-5%
ISSN 1410-3680 99
M.P.I. Vol.9, No 2, Agustus 2015, (93-104)
arus laut cukup deras berupa Ship Unloader type grab dan
terdapat banyak pulau kecil ditunjukkan pada Gambar 10.
lebar alur perairan cukup sempit.
Bila melewati jalur laut selatan ini, maka
dari pelabuhan Sorong ke laut lepas jaraknya
± 47 miles, sehingga bila kapal bergerak
dengan kecepatan 8 knots akan mencapai laut
lepas setelah menempuh perjalanan ± 6 jam.
Mengingat kondisi alur laut di perairan Sorong
ini kondisi arus lautnya kuat dan alurnya yang
sempit serta banyaknya pulau-pulau kecil, hal
ini tentunya menjadi kendala tersendiri bagi
pelayaran kapal. Oleh karena itu untuk route
ke arah selatan perlu diperhatikan posisi
rambu laut dan jadwal arus, pasang surut dan Gambar 8
arah angin ketika akan berlayar. Pelabuhan Petikemas Sorong
Gambar 7 Gambar 9
Rute Pelayaran melalui jalur Laut Utara Sistem Loading Batubara ke Kapal
pelabuhan asal Sorong ke sejumlah PLTU di yang banyak. Oleh sebab itu perlu dibuat
KTI adalah sarana/kapal jenis Self Propelled suatu pola distribusi yang efektif sehingga
Barge. dalam waktu yang cepat serta biaya seminim
mungkin, batubara bisa sampai di PLTU pada
Penentuan Kapasitas Angkut waktunya. Salah satu caranya adalah dengan
a. Pemetaan PLTU memetakan ke 13 PLTU tersebut ke dalam
Sebagaimana diketahui ke 13 PLTU yang beberapa kelompok didasarkan pada :
berada di KTI yang akan dipasok kebutuhan kedekatan jarak masing-masing PLTU
batubaranya dari pelabuhan Sorong, lokasinya terhadap pelabuhan Sorong,
menyebar seperti terlihat pada Gambar 4. Bila kedekatan jarak PLTU satu dengan
pengirimannya dilakukan secara langsung dari yang lainnya, dan
pelabuhan (asal) ke pelabuhan tujuan/PLTU jumlah kebutuhan batubara masing-
(point to point model), tentunya akan masing PLTU.
membutuhkan waktu yang lama serta biaya
Seperti telah dijelaskan rata-rata jumlah point model. Alternatif model ini ditunjukkan
kebutuhan batubara dari setiap PLTU pada Gambar 10. Dalam hal ini rute pelayaran
perbulannya relative sedikit, dimana yang kapal untuk PLTU bagian timur Sorong yaitu
terkecil sebanyak 1.416,67 Ton/ perbulan yaitu PLTU Jayapura dan PLTU Timika langsung
PLTU Wangi-Wangi, PLTU Raha, PLTU dikirim dari pelabuhan Sorong dengan point to
Talaud, dan PLTU Sofifi, sedangkan yang point model, sedangkan untuk PLTU yang
tersbesar adalah PLTU Timika sebanyak berada di bagian barat pelabuhan Sorong
12.250,00 Ton/bulan. Dari hasil pemetaan ke yaitu : PLTU Tidore, PLTU Sofifi, PLTU
13 PLTU tersebut, diperoleh 7 (tujuh) Talaud, PLTU Amurang, PLTU Anggrek, PLTU
kelompok PLTU seperti terdapat di dalam Toli-Toli, PLTU Ampena dan PLTU lainnya
Tabel 4. memakai multi point model kecuali PLTU
Ambon tetap dengan point to point model.
Kapasitas Angkut Sedangkan dengan multi point model, kapal
Dengan diperolehnya 7 kelompok PLTU, akan berlayar dan berhenti (untuk bongkar
maka model distribusi yang sesuai digunakan batubara) disetiap PLTU yang terdapat dalam
adalah gabungan point to point model + multi kelompok tersebut.
Tabel 4
Kelompok PLTU berdasarkan Kebutuhan Batubara / Bulan2)
Jumlah BB
Kapasitas Kebutuhan Batubara (Ton)
Kl Nama PLTU / Bulan
(MW)
Per tahun Per bulan
1 Jayapura 2x10 48000 4000.00 4000.00
2 Timika 4x7 147000 12250.00 12250.00
Talaud 2x3 17000 1416.67 4508.33
3 Tidore 2x7 20100 1675.00
Sofifi 2x3 17000 1416.67
Anggrek (Gorontalo) 2x25 118000 9833.33 12683.33
4
Amurang (Sulut2) 2x25 34200 2850.00
5 Toli-Toli (Sulteng) 2x15 63.750 5312.50 5312.50
Ampena (Palu) 2x3 17.500 1416.67 6016.68
Kendari (Sultra) 2x10 21200 1766.67
6
Wangi-Wangi (Sultra) 2x3 17000 1416.67
Raha 2x3 17000 1416.67
7 Ambon 2x15 72500 6041.67 6041.67
Berdasarkan hasil pertimbangan dan terlaksana atas pembiayaan dari DIPA BPPT
pemetaan dari ke 13 lokasi PLTU Tahun 2014. Penulis mengucapkan banyak
sebagaimana terdapat di dalam Tabel 3. terima kasih kepada rekan-rekan atas
Telah diketahui bahwa jumlah batubara yang bantuan dan kerjasamanya yang baik,
terbesar dalam satu kelompok terdiri dari 2 sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
(dua) bagian :
Bagian pertama kelompok 2 dan 4
dengan jumlah muatan/ batubara masing- DAFTAR PUSTAKA
masing jaringan berkisar 12.000 ton/bulan,
Bagian kedua kelompok 1, 3, 5, 6 & 7 1. ………, PT Perusahaan Listrik Negara
dengan jumlah muatan/ batubara masing- (Persero), Rencana Usaha Penyediaan
masing jaringan berkisar 4.000 s.d 6000 Tenaga Listrik (RUPTL 2010 – 2019).
ton/ bulan. 2. ………, PT Perusahaan Listrik Negara
Dengan demikian dapat disimpulkan Batubara Tahun 2013. (Rencana Pasokan
bahwa besaran kapasitas sarana/ kapal yang Batubara bagi Pusat Listrik Tenaga Uap).
cocok digunakan untuk mengangkut batubara 3. ………, Pemerintah Tetapkan 109 Proyek
dari pelabuhan asal (Sorong) ke pelabuhan Pembangkit 35 Ribu MW, (http://
tujuan PLTU tersebut diatas diambil nasional.republika.co.id/berita/nasional/um
berdasarkan kebutuhan batubara terbesar um/15/04/16/nmw13w-pemerintah-
yaitu terdiri atas 2 (dua) ukuran, yang tetapkan -109- proyek-pembangkit-35-
pertama sarana/kapal berukuran berkisar ± ribu-mw) tahun 2015
6.000 Ton, dan sarana/kapal yang lainnya 4. Alvi Habara, Setyo Nugroho, “Studi
berukuran ± 12.000 ton. Distribusi Pupuk Lewat Laut Studi Kasus :
Gresik – Bali dan Nusa Tenggara.” Jurnal
Teknik Pomits, Vol.1, No.2, 2012.
SIMPULAN 5. Tupper, E.C., Introduction to Naval
Architecture, Elsevier Butterworth-
Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan Heinemann Linerce House, Jordan Hill,
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan Oxford OX2 8DP, Fourth Edition 2004
barkaitan dengan penentuan jenis dan 6. D. J., Eyres, F.R.I.N.A. Formerly Lecturer
kapasitas sarana angkutan batubara dari in Naval Architecture Department of
pelabuhan Sorong ke ke sejumlah PLTU di Maritime Studies Plymouth Polytechnic
KTI, bahwa berdasarkan hasil pertimbangan (now University of Plymouth) Ship
dan pemetaan dari ke 13 lokasi PLTU, Construction : Fifth edition 2001.
didapat 2 (dua) bagian kelompok yaitu 7. Handoyo, Bayu, “Perancangan Self
Pertama kelompok 2 & 4 dengan jumlah Propelled Barge (spb) Sebagai Sarana
muatan/ batubara masing-masing jaringan Transportasi Angkutan Kayu Pengganti
berkisar 12.000 Ton/bulan, dan kedua Tongkang Rute Kalimantan-Semarang,”
kelompok 1, 3, 5, 6 & 7 dengan jumlah Jurnal Teknik Perkapalan, Vol 3, No 1,
muatan/ batubara masing-masing jaringan 2015. (http://ejournal-s1.undip.ac.id/
berkisar 4.000 s/d 6000Ton/ bulan. index.php/naval/article/view/7922/0)
Dengan demikian dapat pula disimpulkan 8. …., Rantai Pasokan Batubara Adaro (
bahwa besaran kapasitas sarana/ kapal yang http:// www.adaro.com/id/operasi/rantai-
cocok digunakan untuk mengangkut batubara pasokan-batubara-adaro/), diakses Juli
dari pelabuhan asal (Sorong) ke pelabuhan 2015.
tujuan PLTU tersebut diatas terdiri atas 2 9. ….., Bulk Carrier ( http://kapalmania.
(dua) ukuran, yang pertama sarana/kapal blogspot.com/2011/01/culk-cirrier.html ),
berukuran berkisar ± 6.000 Ton, dan yang diakses Juli 2015.
lainnya berukuran ± 12.000 Ton. Sedangkan 10.Barras, C.B., Ship Design and
jenis sarananya berdasarkan hasil kajian, Performance for Masters and Mates
dapat disimpulkan bahwa jenis sarana yang Elsevier Butterworth-Heinemann Linerce
cocok dioperasikan adalah berupa Self House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP, First
Propelled Barge. published 2004
11.LD Port & Logistics ( www. lpl.com
/Technology /Fleet / self-propelled.
UCAPAN TERIMA KASIH barges.html ), diakses Mei 2014.
12. Erzad Iskandar Putra, Tri Achmadi,
Penelitian ini merupakan bagian dari “Analisis Penerapan Continuous Coal
kegiatan Program Rekomendasi Teknologi Transport Mode Untuk Angkutan,” Jurnal
Logistik Batubara Untuk Mendukung Teknik Pomits, Vol. 1, No. 2, 2012,
Ketahanan Energi Tahun 2014. Program ini ISSN:2301-9271