Bab 2 Pak

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

A.

PENYAKIT AKIBAT PAJANAN TIMBAL (Pb)

1. Pengenalan logam Timbal

 Timbal (Pb) atau timah hitam adalah logam berbentuk padat halus, war a biru kecoklatan dan
resisten korosi. Timbal (Pb) dapat menguap dan bereaksi dengan oksigen di udara.
 Sumber polusi Pb berasal dari emisi otomotif, bahan dasar cat dan pe bakaran batu bara.
 Pb apat dibedakan menjadi Pb inorganik dan Pb organik. Jenis ind tri pemakai Pb, antara lain:
baterai/aki, lead alloy, pipa & kabel, sold r elektrik, cat, plastik, keramik, herbal remedies,
kosmetik, pabrik gel , perhiasan, bahan kontruksi peredam suara & getaran, antiknock agent
bahan bakar (tetraetil lead, trietil lead). Selain itu sebagian kecil tim I terdapat di alam di pada
batu-batuan, tanah dan tumbuhtum uhan.
 Timbal masuk kedalam tubuh melalui pernafasan dan tertelan bersama ma nan atau minuman
yang terkontaminasi timbal. Timbal dalam tub h tidak dibutuhkan, sebagian akan dikeluarkan
lewat kemih (75- 80°/) dan feses (sekitar 15%), sebagian akan terakumulasi di dalam hati, ginjal,
jaringan lemak, kuku dan rambut.

2. Fakto risiko

 Pecandu Alkohol lebih berisiko menimbulkan gangguan saraf


 Wanita lebih rentan daripada pria
 Orang dengan sumbatan hidung berisiko lebih tinggi karena bernafas dengan mulut
 Pekerja dengan anemia memiliki kerentanan lebih tinggi
 Pekerja malnutrisi memiliki kerentanan lebih tinggi

3. Pekerja dengan risiko terpajan Timbal (Pb)

 Pekerja pada Industri Baterai


 Pekerja pembuatan Kabel
 Pekerja pembuat Keramik
 Pekerja industr Peleburan logam
 Pekerja industry bahan bakar
 Pekerja di jalan raya ( penjaga pintu tol, polisi lalu lintas, dll)
 Tukang Cat
 Penambang Timbal, dIl

4. Tatalaksana
a. Keracunan Akut (ICD.10 , T56.0) 1)
1. Efek terhadap kesehatan
Efek timbal inorganic meliputi Kolik abdomen, konstipasi, hepatitis, pankreatitis,
anemia haemolotik, encefalopati (kejangkejang, sakit kepala, oedema pupil, dll), akut
renal failure, insomnia.
2) Diagnosis
Anamnesis, riwayat pekerjaan dan pajanan saat ini dan sebelumnya, gejala dan faktor risiko

3) Penatalaksanaan
Bila aman memasuki area, segera pindahkan korban dari area pemaparan. Bila perlu,
gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Setelah berada di tempat yang aman, lakukan:
- Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.
- Memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen
dan pengeluaran karbon dioksida.
- Bila ada kejang, beri obat anti kejang

4) Prognosis
Bisa menyebabkan kematian karena peningkatan tekanan intrakranial

b. Keracunan kronis
b) Efekterhadap kesehatan
Hematologik anemia, gangguan gastro intestinal, SSP, polineuropati (ICD.10, G62.2),
nefropati (ICD.10, N14.3), kelumpuhan saraf lengan, gangguan paru pekerja tambang
(ICD.10, J63.8).

C) Diagnosis
Anamnesis Riwayat pekerjaan dan pajanan saat ini dan sebelumnya, gejala dan faktor
risiko.
Pemeriksaan Fisik
• Pigmentasi pada gusi berwarna biru keunguan disebut Lead Line/ Burton Line
• Sesuai dengan keluhan yang ada Pemeriksaan Penunjang Sesuai dengan keluhan dan
bila diperlukan.

d) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
 Pengobatan Simtomatis, rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan untuk
pengobatan lebih lanjut (chelating agent, seperti kalsium disodium
etilendiaminotetraasetat =CaNa2EDTA). Hati-hati pada penderita dengan gangguan
fungsi ginjal.

Penatalaksanaan non medis

 Jauhkan dari pajanan lebih lanjut


e) Prognosis
 Gagal ginjal kronik dan encefalopati akut dapat beralkibat fatal (Dubia ad malam).
 Neuropati perifer yang berat mengakibatkan paralisis yang permanen.

5. Pencegahan

 Jauhkan dari pajanan dan hindari kontak


 Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan meliputi riwayat medik, pemeriksaan
fisik dan perhatian khusus pada sistem hematopoetik, saraf dan ginjal
 Pemeriksaan secara berkala untuk mencari tanda dan gejala terpajan timbal, dapat juga
dilakukan uji laboratorium untuk mengukur absorpsi timbal yang berlebihan
 Merekomendasikan untuk pengawasan secara ketat terhadap sumber debu atau uap
timbal dan langkah pengendalian
 Tidak makan dan minum diruang kerja
 Tidak merokok pada waktu kerja.

B. PENYAKIT KIBAT PAJANAN ARSEN (As) (ICD 10, 1. Pengen Ian logam Arsen (As)

 Arse (As) adalah suatu metaloid berkilau seperti perak, tidak berbau, tidak emiliki rasa,
jika dipanaskan akan menyublim tanpa meleleh. As meru akan senyawa alami sebagai
bagian dari tanah, air dan batuan, terda at dalam biji besi dan batubara, tersebar luas
dialam dalam jumlari sedikit.
 Arsen elementar murni relatif tidak toksik. Kebanyakan bentuk yang digu akan dalam
industri adalah arsen trioksida dan arsen penta oksida
 Arsen masuk kedalam tubuh melalui per oral dari makanan atau minuman yang
terkontaminasi As, dan lewat pernafasan yang berasal dari ebu atau asap, kontak
dengan kulit, kontak dengan mata.
 Kebayakan kasus keracunan akut dan kronik disebabkan oleh Arsen triok da. Arsen juga
potensial bersifat karsinogenik dan koka sinogenik.
 Arsen dalam tubuh mahluk hidup, baik hewan maupun tanaman berg bung dengan
hidrogen membentuk arsen organik. Senyawa arse organik seperti arsenobetaine
ditemukan pada seafood dan tidak toksi
 Arsen diekskresi melalui kemih dan sedikit melalui feses. Ekskresi arse minimum terjadi
dalam 6 jam pertama, 25% dalam 24 jam dan 75% alam 7 hari setelah pajanan.
 Arsen tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau sehingga mudah dica purkan pada
makanan atau minuman tanpa dicurigai adanya arse
 Gejala keracunan sangat umum dan tidak spesifik seperti muntaber.
 Arsen mudah diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti pestisida, racu tikus, racun
semut, herbisida, dan obat-obatan homeopati.
2. Faktor isiko

Pekerja yang merokok akan rentan terkena dampak toksisitas arsen. Pekerja wanita yang
hamil rentan untuk terjadinya kelahiran bayi yang abnormaI.

3. Pekerjaan yang berisiko terpajan Arsen

 Pekerja peleburan timah hitam, tembaga, emas, dan logam non besi lainnya
 Pekerja yang terpajan dengan debu dari pembakaran batubara
 Pekerja industri pembuat pestisida, insektisida, herbisida, rodentisida, pupuk
Petani, peternak, tukang kebun
 Pekerja pest kontrol Industri mikro elektronik Industri gelas Industri pengawetan
kayu, dll

4. Tatalaksana

Arsen dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan yang bersifat akut (biasanya akibat
kecelakaan yang berakibat terhirup, tertelan, kontak dengan Arsen dalam jumlah besar) dan
bersifat kronis akibat pajanan Arsen dalam dosis kecil dalam waktu lama)

a. Keracunan akut ( ICD 10, T57.0)

1) Efek terhadap kesehatan

- Pajanan Arsen anorganik melalui alat pernafasan dalam dosis tinggi menyebabkan
iritasi tenggorokan dan paru. Gambaran klasik keracunan gas Arsen adanya masa laten
24 jam dilanjutkan adanya nyeri abdomen, hemolisis dan gaga) ginjal

 Gejala klasik berupa sakit kepala, pusing, malaise dan lemah mungkin
merupakan gejala yang muncul pertama kali.
 Gejala gastrointestinal berupa mual, muntah, nyeri abdomen.
 Pajanan berlanjut menyebabkan konfusion, disorientasi dan gagal jantung

- Pajanan Arsen organik yang tertelan dalam dosis besar bisa menimbulkan gejala
hebat pada gastrointestinal setelah 30 (tiga puluh) menit hingga 2 (dua) jam.
Gejala yang terlihat antara lain:
 Mual akibat iritasi lambung, muntah, sakit perut, diare dengan kotoran
seperti air cucian beras (kadang berdarah), kolik abdomen
 Mulut terasa kering dan berasa logam
 Napas berbau bawang putih
 Kerongkongan terasa terbakar dan keluhan sulit menelan.
 Terjadi sindrome paralitik akibat tertelan arsen yang cepa
diserap dalam jumlah besar seperti gelisah, sakit kepala kronis, pingsan, pening,
mengigau, somnolen, konvulsi, koma. Kematian dapat terjadi beberapa jam
setelah terpajan.

2)D iagnosis

Adanya riwayat terpajan Arsen dosis besar dalam waktu singkat.

3) Pertolongan pertama pada keracunan akut

- Terhirup
Untuk memberikan pertolongan, penolong menggunakan APD yang sesuai.
Segera pindahkan korban dari area pemaparan. Bila perlu memberikan nafas
buatan, gunakan kantong masker berkatup kemudian segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. ( Contoh gambar APD )
- Kontak dengan kulit
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci
dengan sabun atau detergen ringan dan air mengalir sampai dipastikan tidak
ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit). Bila perlu segera bawa
ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan mata Segera
cuci mata dengan air mengalir atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%),
selama 15-20 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan
sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada
lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
- Tertelan
Jangan sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien
yang tidak sadar/pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah
daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban pingsan, miringkan
kepala menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.

Setelah berada di tempat yang aman , lakukan:


 Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.
 Memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan
oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
 Jika ada kejang , beri diazepam dengan dosis

4)Prognosis

Pada pajanan akut bila ditangani dengan baik dan penderita dapat ertahan, akan pulih
kembali dalam 1(satu) minggu lebih.
5) Keracunan Kronik efek terhadap kesehatan

Dosis rendah dalam waktu lama bisa berpengaruh terhadap berbagai jenis jaringan
tubuh dan berbagai sistem tubuh. Beberapa organ yang dapat diserang akibat pajanan
Arsen antara lain :

 Kulit : hiperkeratosis simetris pada tangan dan telapak tangan, melanosis,


depigmentasi, Bowen's disease, karsinoma pada sel basal, karsinoma pada sel
skuamosa.
 Skin speckling : gambaran kulit seperti tetes hujan pada jalan berdebu , disebabkan
oleh Keracunan kronis Arsen
 Kerontokan rambut merupakan tanda keracunan kronis
 Kelainan kuku : garis Mees (garis putih melintang pada dasar kuku) dan kuku jadi
rapuh . (ICD 10, T57.0)
 Hati : terjadi pembengkakan, penyakit kuning, sirosis, nonsirosis portal hipertensi
 Sistem saraf : neuropati peripheral (ICD 10, G62.2), kehilangan pendengaran
Sistem kardiovaskuler: akrosianosis, Raynaud's Phenomenon.
 Sistem hemopoiesis
 Sistem pernafasan : kanker paru n Sistem endokrin : Diabetes melitus, Goiter

2) Diagnosis

- Anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai keluhan yang dialami, efek yang timbul,
riwayat penyakit sebelumnya, riwayat pekerjaan saat ini dan sebelumnya, riwayat
pajanan terhadap arsen.

- Pemeriksaan penunjang dilakukan pada keadaan khusus, antara lain:

 Darah tepi (anemia, leukopenia, hiperbilirubinemia)


 Pemeriksaan fungsi hati
 Pemeriksaan fungsi ginjal
 Pemeriksaan jantung
 Kadar Arsen dalam urin dan atau darah
 Apabila dilakukan bilas lambung, periksa kadar As dalam cairan lambung

3) Penatalaksanaan

Pengobatan simptomatis sesuai gejala yang timbul. Diberikan antidotum seperti pada
keracunan akut. Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal.

4) Prognosis

Pada keracunan kronis akan kembali normal dalam waktu 6 (enam) sampai 12 (duabelas)
bulan. Efek iritasi pada kulit prognosis baik, tetapi kematian pada bronchogenik sangat tinggi,
jarang terjadi kerusakan permanen pada jantung, paru, hati dan sistem saraf.
5) Pencegahan

Untuk mengurangi risiko pajanan Arsen, dapat dilakukan beberapa cara antara lain :

a. Hindari kontak dengan Arsen menggunakan masker, sarung tangan, kacamata


atau baju pelindung.
b. Bila diketahui air minum terkontaminasi Arsen perlu dilakukan tindakan seperti
berikut:
- Air minum yang terkontaminasi Arsen berhenti dikonsumsi
- Apabila tidak terdapat alternatif lain untuk mendapatkan air minum, maka air
ditampung dan dibiarkan selama 12- 24 jam. Kemudian 3/4 bagian atas air
disedot perlahan-lahan ketempat lain dan disaring 4 - 5 kali kemudian pada
tahap terakhir dilakukan filtrasi (pakai apa??)

c. Mengkonsumsi makanan bergizi, khususnya makanan yang kaya vitamin A, B dan


Konsumsi buah dan sayuran segar 5x/hari mampu mengurangi 50 % risiko terkena
kanker karena pajanan Arsen (Dhaka Community Hospital,2003)

d. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja/penempatan meliputi pemeriksaan fisik


foto thorax, pemeriksaan saluran hidung dan kulit.

e. Pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk memeriksa uji fungsi hati dan
ginjal. Untuk pajanan lebih 10 tahun perlu dilakukan foto thorax

f. Merekomendasikan untuk memperbaiki lingkungan kerja sehingga pajanan Arsen


seminimal mungkin (dibawah Nilai Ambang Batas/NAB)

g. Pada kasus keracunan akut perlu dilakukan investigasi terjadinya kecelakaan


sehingga dapat dicegah terulangnya kecelakaan yang sama

C. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN MERKURI (Hg)

1. Pengenalam logam Merkuri (Hg)

 Merkuri (Hg) merupakan cairan yang berwarna putih keperakan, mudah


menguap pada suhu ruangan, tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam
nitrat dan mudah larut dalam lemak
 Hg mudah larut dan bersenyawa dengan logam lain kecuali dengan besi dan
platinum.
 Memiliki waktu paruh (half life) adalah sekitar 50 s/d 70 hari.
 Merkuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru-paru, 80% di ab rbsi
oleh tubuh dan larut dalam lemak. Selain itu logam air raksa jug dapat
tertelan melalui saluran cerna. Beberapa merkuri organik da anorganik
dapat diabsorbsi melalui kulit.
 Efek kumulatif dan deposit terutama dalam otak, ginjal dan hepar. Eksresi
terutama melalui ginjal, tapi dapat melalui air susu ibu dan plasenta.

- Merkuri terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu:


a. Merkuri Elemental Merkuri elemental 80% masuk melalui saluran
pernafasan. Sumber merkuri jenis elemental antara lain: Amalgam,
Termometer, barometer, pekerja industri keramik, pekerja pabrik
chlorine, pekerja industry lampu mercury. Distribusi jaringan merkuri
elemental ke SSP, ginjal Ekskresi merkuri lebih banyak melalui urine
dari pada feces.
b. Merkuri Organik Merkuri Organik masuk melalui saluran pencernaan.
Sumber merkuri organic: pestisida, fungisida, antiseptic, bakterisida.
Distribusi merkuri organik dalam tubuh ke organ ginjal Ekskresi
merkuri lebih banyak melalui urine dari pada feces.
c. Merkuri anorganik Merkuri anorganik 7 - 15% masuk melalui saluran
pencernaan Sumber anorganik : pembuat pewarna, peledak,
kembang api, pembuat Vinyl chloride. Distribusi merkuri anorganik
melalui ginjal Ekskresi merkuri anorganik melalui ginjal dan saluran
pencernaan. Hampir 90% di ekskresikan melalui feces

2. Faktor Resiko

a. Pekerja yang mempunyai gangguan fungsi hati , ginjal dan pernafasan.


b. Pekerja perokok.
c. Pekerja dengan inssufisiensi dari Zinc, Gluthatione, Anti oksidant, atau
selenium.
d. Gangguan Gizi/Malnutrisi

3. Sumber pajanan

Penggunaan merkuri pada bidang medis dan industri

a. Pada bidang industri, digunakan pada pertambangan emas dan perak,


produk kulit binatang, cat, pigmen, tatoo, pestisida, fungisida,
insektisida, baterai, kembang api, peralatan scientific, peralatan listrik
(hampir 50% penggunaan).
b. Pajanan merkuri di bidang medis seperti laboratorium, rumah sakit
dan praktek dokter gigi. Pada bidang medis, banyak digunakan pada
peralatan medis, seperti tensimeter, thermometer, pacemakers, dll.
c. Pada bidang farmasi sebagai antiseptik
d. Pajanan merkuri selain dari tempat kerja juga dapat berasal dari alam.

4. Tatalaksana

a. Keracunan Akut ( ICD.10 , T56.1)


1) Efek Terhadap Kesehatan
- Keracunan akut terjadi akibat pajanan jangka pendek uap/debu
merkuri konsentrasi tinggi.
- Keracunan akut Merkuri Elemental dapat menyebabkan penyakit
Acute Interstitial Pneumonitis, Bronchitis dan Broncholitis.
- Umumnya penyakit ini disertai gejala rasa sesak, nyeri pada dada,
sulit bernafas & batuk, rasa logam, nausea, nyeri abdomen,
muntah, diare, sakit kepala, kadang-kadang albuminuria dan dapat
menyebabkan kematian.
- Biasanya setelah 3-4 hari, kelenjar saliva bengkak, ginggivitis dan
timbul garis merkuri, juga gejala gastroenteritis dan nephritis.

2) Diagnosis

- Diagnosis keracunan merkuri dapat ditegakkan dengan anamnesis untuk


mengetahui riwayat pajanan dan pemeriksaan fisik sesuai efek yang
ditimbulkan

- Pemeriksaan foto rontgen Abdomen bila merkuri tertelan lebih dari 2 jam

3) Penatalaksanaan

- Dekontaminasi:
Cuci lambung jika kurang dari 2 jam untuk merkuri organik dan an
organik. Dapat ditambahkan susu atau putih telur dalam cairan cuci
lambung. Jika merkuri teridentifikasi dalam usus besar (lebih dari 2 jam)
dilakukan irigasi usus.
- Khelasi:
• Dengan Meso-2,3-dimercaptosuccinic acid (DMSA) untuk semua
bentuk keracunan merkuri
• Dengan Dimercaprol (BAL) atau d-Penicillamine untuk keracunan
merkuri anorganik dan elemental.
• Hati-hati pada pasien dengan ganguan fungsi ginjal
4) Prognosis
Pada keracunan akut < 2 jam bila ditangani dengan tepat
prognosisnya baik

b) Keracunan kronik
Efek Terhadap Kesehatan
- Keracunan kronik dapat terjadi akibat pajanan melalui inhalasi atau
ingesti dan diperberat melalui absorpsi kulit. Gejala timbul beberapa
minggu-tahun setelah pajanan.
- Pajanan rendah akan menimbulkan gejala patoneurologik/
patopsikologik, berupa tremor, gangguan kepribadian, parkinsonism,
demensia dan kelainan gusi.
- Pada pajanan tinggi akan menyebabkan gangguan pada mulut
(stomatitis), neuropati perifer, ginjal, gastroenteritis dan sistem respirasi.

2) Diagnosis
- Diagnosis keracunan merkuri dapat ditegakkan dengan anamnesis
untuk mengetahui riwayat pajanan clan pemeriksaan fisik sesuai efek
yang ditimbulkan.
- Pemeriksaan penunjang untuk melihat kadar merkuri dalam darah.
• Normal adalah < 10 pg/It
• Absorpsi meningkat, bila > 50 pg/It
• Tanda bahaya, bila > 100 pg/It
• Pindahkan dari pajanan, bila > 200 pg/It
• Timbul gejala keracunan, bila > 300 pg/It

3) Penatalaksanaan.
• Metalik elemen pakai DMSA atau penisilamine
• Keracunan merkuri organik dengan BAL
• Hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi
hati, Defisiensi G6PD 4) Prognosis

Pada keracunan akut > 2 jam dan Keracunan kronis prognosisnya buruk
oleh karena dapat terjadi cacat hingga kematian.

5. Pencegahan
- Mengganti alat-alat medis yang menggunakan merkuri dengan
alatalat edis non merkuri.
- Meng unakan masker dengan catridge yang sesuai
D. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN CHROM (Cr).

1. Pengenalan logam Chrom /kromium (Cr)

- Chr (kromium) adalah suatu logam putih keras yang relatif tidak stabi dan
mudah teroksidasi, dapat dipoles menjadi mengkilap. Perpaduan Kromium
dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan kara .
- Merupakan unsur alami yang ditemukan dalam batuan, hewan, tum uhan,
tanah dan debu vulkanik. Kromium di lingkungan dalam bent k Cr°, Cr3, Cr6.
- Cr3 ecara alami terdapat di alam. Merupakan mikronutrien bagi mak luk hidup
untuk metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar gluk sa darah.
Kekurangan Cr3 menyebabkan Chromium deficiency, teta i dalam dosis tinggi
akan bersifat toksik.
- Sedangkan Cr° dan Cr6 pada umumnya berasal dari proses industri
(Pelapisan).

- Kromium banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan,


komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai
pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal
dengan sebutan emas putih.

2. Faktor risiko.

Pekerja dengan riwayat atopi

3. Pekerjaan yang berisiko terpajan Cr

 Pekerja pembuatan pewarna chromium.


 Pekerja penyamak kulit.
 Pekerja pelapis chromium (perhiasan, velg dan meubelair,dll)
 Pekerja Bengkel mobil dan motor
 Tukang cat semprot dengan pewarna chromium
 Pekerja yang menggunakan semen Teknisi fotografi
 Pekerja laundry bagian cuci Penggunaan tinta pada percetakan, dll

4. Tatalaksana

a. Keracunan Akut

1) Efek terhadap kesehatan

- Akibat tertelan; bisa menyebabkan perdarahan saluran cerna,


nekrosis hati, nekrosis tubuler ginjal sampai kematian.
- Bila terhirup menyebabkan reaksi alergi, kehilangan suara, dada
sesak/sesak nafas, wheezing, batuk, sakit kepala/pusing, bersin,
kongesti paru, kerusakan ginjal.
- Bila mengenai mata dapat terjadi konjungtivitis mata rasa terbakar,
kerusakan kornea sampai terjadi kebutaan.
- Kontak dengan kulit menimbulkan dermatitis kontak iritan (ICD.10,
L24.8), dermatitis kontak alergika (ICD.10, L23.0), mual, muntah,
kerusakan ginjal, koma.

2) Diagnosis

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan gejala


yang dialami serta riwayat terpajan Pemeriksaan penunjang

 Darah tepi
 Spirometri fungsi paru,
 Fungsi ginjal
 Fungsi hati
 Skin patch bila perlu

3) Penatalaksanaan

a) Terhirup

- Segera jauhkan dari pajanan, monitoring apakah ada gangguan pada


sistem pernafasan, berikan oksigen dan jika diperlukan ventilasi
buatan.
- Berikan N-acetylcysteine untuk mengurangi penyerapan cromium dari
alveolus.
b) Kontak melalui kulit
- Segera lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkontaminasi,
- cuci dengan cairan yang mengandung asam askorbat untuk
mengurangi penyerapan.
- Kemudian berikan garam kalsium disodium EDTA.
c) Bila mengenai mata
- Segera cuci/ bilas dengan air yang banyak atau lautan garam normal,
dengan sekali-kali mengedipkan mata sampai dipastikan tidak ada
bahan kimia yang tertinggal. Tutup dengan verban steril dan segera
dirujuk.
d) Tertelan
- Diberikan makanan atau susu untuk mengurangi penyerapan dari
cromium.
- Tidak boleh diberikan antasida atau bikarbonat karena membuat pH
tinggi yang mengakibatkan penyerapan cromium meningkat.
- Segera berikan asam askorbat (Vitamin C) untuk mengurangi
penyerapan cromium.
- Tidak boleh dilakukan perangsangan muntah karena dikhawatirkan
terjadi iritasi atau luka bakar pada esofagus.
- Bila terjadi muntah jaga agar kepala lebih rendah dari pada panggul
untuk mencegah aspirasi. Jika penderita tidak sadar miringkan kepala
ke samping.

e) Jika terjadi hemolisis dilakukan alkalinisasi urin dengan pemberian Sodium


Bicarbonate intravena.

4) Prognosis

Apabila didiagnosis dan ditangani dengan cepat prognosisnya baik

b. Keracunan Kronik

1) Efek terhadap kesehatan

- Ulkus, perdarahan dan erosi pada septum nasi.


- Iritasi pada saluran nafas dapat menyebabkan batuk, nyeri dada dan
sesak nafas (rhinitis, emfisema, bronkitis, faringitis, dll)
- Hemolisis
- Pada foto terlihat pembesaran daerah hilar dan kelenjar limfe
- Pneumokoniosis nodular dan nonnodular. Dermatitis alergik dan iritant,
ulkus kulit tanpa nyeri (Chrom Holes).
- Pada darah dapat terjadi; leukositosis, eosinofilia kadang terjadi
leukopenia.
- Rasa penciuman hilang Perubahan warna pada gigi Radang konjungtiva,
lakrimasi dan warns merah gelap disekitar kornea.
- Kanker paru, kanker pada mulut.

2) Diagnosis

Anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan efek yang ditimbulkan,


riwayat pajanan terhadap Chrom, dli Pemeriksaan penunjang

 Spirometri fungsi paru


 Darah tepi
 Fungsi ginjal
 Fungsi hati
3) Penatalaksanaan

Ulserasi nasal dan kulit diobati dengan salep yang mengandung 10% CaNa2 EDTA dan
ditutup dengan kassa steril.

a. Stabilisasi
- Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara, oksigen,
brokodilator bila diperlukan.
- Perhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi dengan tujuan untuk menurunkan
pemaparan terhadap racun, mencegah kerusakan dan mengurangi absorbsi.
Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit :
 Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke
sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
 Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan sejumlah air
bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
 Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
 Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
 Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
 Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera kirim/konsul ke dokter
mata.

Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku )

 Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.


 Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air dingin atau hangat yang
mengalir dan sabun minimal 10 menit.
 Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau
kertas secara lembut. Jangan digosok.
 Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang trkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup

Dekontaminasi gastrointestinal

Pertimbangan untuk bilas lambung. Bilas lambung efektif dilakukan 1-4 jam
pertama dan dengan teknik yang baik. Tindakan ini hanya boleh dilakukan di
rumah sakit oleh petugas yang berpengalaman dan pasien yang kooperatif

4) Prognosis.

- Prognosis tergantung berat ringannya gejala yang timbul dan


kecepatan dalam penanganan.
- Yang ringan jika ditangani dengan balk akan pulih kembali. Untuk
ulserasi kulit dapat sembuh sempurna bila pajanan dihentikan.
- Perforasi septum nasi dan rinitis atrofik merupakan keadaan yang
irreversibel Untuk kanker paru akibat chrom prognosis buruk.

5. Pencegahan

- Menggunakan alat pelindung diri seperti masker


- Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan dan secara
berkala
- Merekomendasikan pengendalian krom di lingkungan kerja

Anda mungkin juga menyukai