Norm and Tenorm
Norm and Tenorm
Gambar 3. Pengendapan NORM dalam bentuk kerak air (scale) di dalam pipa
Secara umum konsentrasi NORM di lumpur masuk ke dalam tubuh pekerja dan orang lain
lebih rendah dibandingkan di kerak air. melalui jalur pernapasan dan pencernaan,
Konsentrasi 210Pb relatif rendah di kerak air, khususnya selama kegiatan perawatan, transport
namun tinggi diendapan Pb atau lumpur dengan limbah dan peralatan produksi yang
konsentrasi mencapai 1.000.000 Bq/kg. Isotop terkontaminasi, serta kegiatan pembersihan pipa
thorium tidak termobilisasi dari reservoir, hasil dan tangki menggunakan teknik “sand blasting”.
luruhan 228Th tumbuh dari pengendapan 228Ra Paparan radiasi juga mengalami peningkatan
setelah pengendapan berlangsung. Hasilnya, bila selama proses dekomisioning fasilitas produksi
kerak air mengandung 228Ra tumbuh lama, maka dan fasilitas yang menangani limbah.
konsentrasi 228Th dapat 150 % lebih tinggi
Paparan radiasi eksternal dapat berasal dari
dibandingkan 228Ra. NORM yang mengendap dalam bentuk kerak air
(scale) dan lumpur (sludge) dalam pipa, vessel
dan tangki yang dapat meningkatkan laju dosis
ASPEK KESELAMATAN RADIASI yang signifikan di dalam dan di luar komponen
TENORM TERHADAP PEKERJA DAN alat produksi. Hasil peluruhan 226Ra dan 228Ra
LINGKUNGAN yang berumur pendek seperti 214Pb, 214Bi, 212Pb,
212
Dalam kegiatan industri, TENORM yang Bi dan 208Th yang memancarkan radiasi
dihasilkan dapat mencemari kawasan kerja yang gamma dapat menembus dinding alat produksi
terlepas ke lingkungan. Keberadaan TENORM dan memberikan laju dosis yang cukup signifikan
yang tidak diketahui dengan pasti karena tidak bila kerak yang terakumulasi lebih dari beberapa
dilakukannya pemantauan, dapat memberikan bulan. Laju dosis bergantung kepada jumlah dan
paparan radiasi eksternal dan internal. Paparan konsentrasi NORM serta perisai dari dinding pipa
radiasi eksternal terjadi selama proses produksi atau vessel. Laju dosis pada alat produksi berkisar
berlangsung yang berasal dari akumulasi antara 200-30.000 μR/j, nilai ini 1000 kali lebih
radionuklida yang memancarkan radiasi gamma. tinggi dari paparan radiasi alamiah yang berasal
Paparan radiasi internal terjadi bila radionuklida dari radiasi teresterial dan kosmik.
146 Buletin Alara, Volume 6 Nomor 3, April 2005, 143 – 150
RUBRIK P3KRBiN
Paparan radiasi internal dari NORM dapat kerja. Paparan radiasi interna menjadi dominan
berasal dari radionuklida yang masuk tubuh apabila sarana keselamatan kerja seperti masker
melalui inhalasi (pernapasan) dan ingesi dan sarung tangan tidak digunakan secara benar.
(pencernaan). Ini dapat terjadi pada saat
Perlu diketahui bahwa bahan “sand
dilakukan kegiatan membuka plant dan peralatan; blasting” seperti kerak timah (tin slag), kerak
penggantian pipa, katup dan filter; penanganan tembaga (copper slag) dan garnel mengandung
limbah; serta pembersihan kerak air yang
radionuklida alam (NORM) 226Ra, 228Ra, 228Th,
menggunakan teknik “sand blasting” yang dapat 232
Th dan 238U yang cukup tinggi berkisar antara
menerbangkan partikel debu radioaktif ke udara.
1000 – 100.000 Bq/kg. Pembuangan kerak air
Masuknya radionuklida melalui pencernaan dapat
(scale) dan lumpur (sludge) yang mengandung
terjadi pada saat makan dan minum di tempat
Penentuan potensi risiko TENORM pada industri non nuklir 147
(Bunawas dan Syarbaini)
RUBRIK P3KRBiN
NORM dan dari plant dan peralatan seperti pipa, karena pesatnya pertumbuhan industri-industri
katup, vessel dan lain-lain pada saat perawatan tersebut. Limbah baik padat, cair, gas ataupun
dan dekomisioning perlu menerapkan tindakan partikulat yang mengandung NORM yang
proteksi radiasi untuk menjaga keselamatan, berpotensi memberikan dampak radiologi pada
manajemen limbah dan aspek lingkungan, pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan
apabila terlepas ke lingkungan. NORM yang
terkandung dalam komponen-komponen ini
BATAS TINDAKAN TERHADAP TENORM terdiri dari radionuklida alam yang mempunyai
umur paro sangat panjang maka dari itu
Pengukuran aktivitas setiap radionuklida
pengelolaan limbah NORM/TENORM perlu
yang terkandung di dalam NORM perlu
mendapat perhatian.
dilakukan untuk memastikan tingklat aktivitas
radionuklida tersebut. International Atomic Pengelolaan TENORM merupakan salah
Energy Agency (IAEA) dan juga beberapa negara satu aspek penting dalam keselamatan radiasi,
telah memberikan rekomendasi mengenai batasan bertujuan untuk membatasi pemaparan
(action level) aktivitas radionuklida NORM. masyarakat dan pekerja terhadap radiasi pengion
Apabila aktivitas radionuklida sudah memenuhi dan melindungi lingkungan dari pelepasan
batasan tersebut maka NORM harus dikendalikan radioaktivitas alam atau peningkatan konsentrasi
sebagaimana halnya limbah radioaktif. radioaktivitas alam.
Berdasarkan rekomendasi dari Basic Safety Pengelolaan Limbah TENORM adalah
Standard yang dikeluarkan oleh IAEA, batas langkah-langkah terintegrasi yang mencakup
tindakan penanganan TENORM apabila semua aspek atau simpul dari siklus peredaran
konsentrasinya ≥ 1000 – 10.000 Bq/kg atau limbah sejak produksi sampai penyimpanan atau
mempunyai paparan radiasi gamma ≥ 50 μR/jam. pembuangan. Satu hal penting harus diingat
dalam pengelolaan limbah TENORM adalah
Komisi Eropa pada tahun 1997 menerbitkan
bahwa strategi pengelolaan harus
panduan yang lebih rinci untuk implementasi titel
mempertimbangkan tidak hanya resiko dari
VII dari BSS Eropa dalam kasus keberadaan
radiasi atau bahan radioaktif tetapi juga resiko
radionuklida alam (NORM) karena termasuk
dari non radioasi, karena kedua resiko ini dimiliki
daerah Grey Area dengan rentang dosis 1 mSv/th
oleh TENORM sehingga dalam penetapan opsi
– 6mSv/th, karena diantara praktis dan intervensi
pengelolaannya kedua resiko tersebut harus jadi
dengan istilah pita dosis. Komisi Eropa juga
bahan kajian. Sebagai contoh sludge, untuk
menerbitkan dokumen khusus yang berhubungan
pemilihan opsi metode pembuangan atau opsi
dengan pembatasan NORM dalam bahan
pemrosesannya lebih mempertimbangkan aspek
bangunan dan tingkat acuan untuk tempat kerja
kontaminan non radioaktif daripada aspek
yang memproses bahan baku alam dengan
radioaktifnya.
radionuklida yang meningkat. Pada Tabel 2
ditampilkan konsentrasi radionuklida alam acuan Kajian terbaru oleh Asosiasi Perminyakan
disebut ”Tingkat Acuan” dari beberapa industri Amerika (API) merekomendasikan pembuangan
non-nuklir yang memberikan paparan kerja limbah TENORM dari industri minyak dengan
dengan dosis 1 mSv/tahun. teknik Landfill kelas I. Hal ini sesuai dengan
kebijakan Departemen Lingkungan Hidup dan
BAPETEN.
PENGELOLAAN LIMBAH TENORM Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Dalam beberapa tahun terakhir, produksi (BAPETEN) berdasarkan undang-undang No 10
TENORM di bidang industri telah meningkat tentang ketenaganukliran menerbitkan peraturan
pemerintah (PP) No. 27 tahun 2002 tentang untuk mengatur dan ada upaya memperkecil
penanganan limbah radioaktif dalam pasal 32 dampaknya terhadap pekerja melalui tindakan
ayat 1 disebutkan ”setiap orang atau badan yang ”Intervensi” misalnya pembatasan radon ditempat
melakukan penambangan bahan galian non-nuklir kerja 1000 Bq/m3, konsentrasi mineral dan bijih
yang dapat menghasilkan limbah radioaktif (Ore) 1000 – 10.000 Bq/kg dan kenaikan paparan
sebagai sebagai hasil samping penambangan gamma sebesar 50 μR/jam (0,5 μSv/jam).
wajib melakukan analisis keselamatan radiasi”.
Risiko radiasi TENORM dapat ditentukan
melalui tahapan sebagai berikut:
PENENTUAN RISIKO RADIASI TENORM 1. Screening survey untuk penentuan Hot Spot
Area
Pengkajian telah dilakukan oleh BAPETEN
bekerjasama dengan P3KRBiN-BATAN yang 2. Pengambilan sample TENORM dan
sampai saat ini pada lebih dari 15 industri non- komponen lingkungan
nuklir yang diduga berpotensi memberikan 3. Analisis laboratorium untuk penentuan jenis
paparan kerja dari sumber radiasi alam. Paparan dan konsentrasi radionuklida yang terkandung
kerja dari sumber radiasi alam pada industri non di dalam TENOR dan komponen lingkungan
nuklir di dunia pada umumnya dan khususnya di
Indonesia merupakan paparan kerja yang cukup 4. Perkiraan dosis yang diterima pekerja dan
potensial diterima oleh non pekerja radiasi, oleh masyarakat untuk penentuan risiko radiasi
karena itu beberapa organisasi internasional TENORM
seperti ICRP, IAEA, Komisi Eropa (EC) sepakat
Penentuan potensi risiko TENORM pada industri non nuklir 149
(Bunawas dan Syarbaini)
RUBRIK P3KRBiN
Panel pemeriksaan radiasi TENORM: 7. VAN DER HEIGDE, H. B., KLINJN, P. J.,
DUURSMA, K., EISMA, D., DE GROOT, D. J.,
• Pajanan radiasi gamma total HOGEL, P., KOSTER, H. W., and NOOYEN, J. L.,
Environmental Aspects of Phosphate Fertilizer
• Analisis radionuklida dalam TENORM dan Production in the Netherlands with Particular
komponen lingkungan meliputi 238U, 232Th, Reference in the Disposal of Phosphogypsum, Sci.
226
Ra, 228Th, 228Ra, 210Pb, dan 40K Total Environment, 90, 203 – 225. 1990.
• Pengukuran gas radioaktif dan luruhannya di 8. YENER, G., UYSAL, I., Low Energy Scintillation
udara meliputi radon (222Rn), thoron (220Rn), Spectrometry for Direct Determination of 238U and
210
Pb in Coal and Ash Samples, J. Appl. Radiat. Isot.,
working level radon dan working level 47 (1), 93 – 96. 1966
thoron.
9. TESTA, C., DESIDERI, D., MELI, M. A., ROSELLI,
C., BASSIGNAIRI, A., and FINOZZI, P. B., The
Determination of Radium, Uranium and Thorium in
Untuk memperoleh informasi lebih lanjut, dapat Low Specific Activity Scales and in Water of some Oil
menghubungi: and Gas Production Plants, Proced. IRPA, 8, 1286 –
Laboratorium Keselamatan Kesehatan dan 1289. 1992.
Lingkungan (KKL)
Puslitbang Keselamatan Radiasi dan
Biomedika Nuklir – BATAN
Jl. Cinere Pasar Jumat,
PO Box 7043 JKSKL, JAKARTA 12070
Telp: (021)751906 (hunting), 7654241
Faks : (021)7657950, 7654184
Email: lab.kkl.batan@mail.com
DAFTAR PUSTAKA
1. HIPKIN, J., and PAYTER, R. A., Radiation Exposures
to the Workforce from Natural Occurring Radioactivity
in Industrial Processes, Radiation Protection
Dosimetry, 36, 96 – 100. 1991.
2. HEATON, B. and LAMBLEY, J., Tenorm in the Oil,
Gas and Mineral Mining Industry, J. Appl. Radiation
and Isotop, 46, 577 – 581. 1995.
3. IAEA, Radiation Protection and the Management of
Radioactive Waste in the Oil and Gas Industry, Safety
Reports Series No. 34, IAEA, Vienna, 2003.
4. Undang-undang No. 10 Tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran.
5. BAPETEN, Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun
2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion.
6. IAEA, International Basic Safety Standards for
Protection against Ionizing Radiation and for the
Safety of Radiation Sources, Basic Safety Series 155,
IAEA, Vienna. 1996.