PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan jenis ternak yang memiliki prospek pengembangan yang baik dalam
kambing di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2016 sebanyak 631.114 ekor.
dilihat dari populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas.Peternakan kambing
dapat dilakukan melalui perbaikan pakan serta manajemen pemeliharaan dan yang
karakteristik yang khas, baik ukuran dan tubuh (Adrianiet al., 2003).
dengan ternak sapi karena mudah dalam pemeliharaan dan mudah beradaptasi
2
menggunakan kambing jantan bakalan 8-12 bulan yang efektif dan efesien dalam
akan berdampak pada skala usaha yang dilakukannya”. Peternak yang memiliki
perubahan tingkah laku, misalnya berupa mempelajari ilmu dan teknologi guna
motivasi rendah akan lamban mengubah tingkah laku sehingga lamban pula
mempelajari ilmu dan teknologi ketidak seriusan dan kurang terarah dapat
Kecamatan Kota Bangun. Oleh karena itu maka dilakukan penelitian tentang
3
B. Rumusan Masalah
badan, lingkar dada, tinggi badan dan bobot badan) di Kabupaten Kutai
C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan fenotipe kambing lokal Indonesia di Kabupaten
D. Manfaat
1. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori pengetahuan terutama
yang berhubungan dengan fenotipe dan peternak kambing lokal Kalimantan
Timur.
2. Memberikan informasi kepada pemangku kepentingan (stakeholders)dan
Kutai Kartanegara.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kambing
luas oleh masyarakat sebagai ternak yang hidup di daerah tropis seperti di
dan susu, selain itu kulitnya memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi serta
merupakan jenis ternak yang pertama kali dibudidayakan oleh manusia untuk
keperluan sumber daging, susu, kulit dan bulu. Penjinakan kambing yang
dipelihara (Capra aegagrus hicrus) berasal dari tiga kelompok kambing yaitu
bezoar goat atau kambing liar eropa (Copra aegagrus), kambing liar India (Capra
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Subfamili : Caprinae
Genus : Capra
Spesiaes : C. Aegagrus
Subspesies : Copra aegagrus hircus
6
Malaysia”. Kegunaan umum dari kambing kacang ialah sebagai ternak penghasil
daging. Menurut Pamungkas et al., (2008) “kambing kacang merupakan ras yang
kecil tinggi gumba pada kambing jantan 60-65 cm, sedangkan yang betina 56 cm.
Bobot pada kambing jantan bisa mencapai 25 kg, sedang kambing betina seberat
20 kg. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek, serta kambing betina maupun
kambing Etawah termasuk kambing tipe dwiguna, yaitu sebagai penghasil susu
dan daging. Kambing Etawah memiliki postur tubuh besar, telinga panjang
menggantung, bentuk muka cembung serta bulu dibagian paha belakang sangat
kambing Etawah dari India dengan kambing kacang yang penampilannya mirip
Etawah tapi lebih kecil. Kambing (PE) memiliki dua kegunaan, yaitu sebagai
penghasil susu (perah) dan kambing potong (Mulyono dan Sarwono, 2005).
B. Karakteristik Fenotipe
Rumpun ternak kambing lokal yang dominan di Indonesia ada dua yaitu
karena perkembangan zaman dan dalam kurun waktu yang lama serta pengaruh
dengan lingkungan setempat, dan akibat persilangan dengan kambing dari luar
sifat, yaitu sifat kuantitatif dan kualitatif”. Sifat kuantitatif sifat yang dapat diukur
atau diamati pada seekor ternak dan memiliki ekonomi yang tinggi maka sifat
1. Sifat Kualitatif
“warna bulu dominasi warna tunggal putih, hitam, cokelat, atau kombinasi
ketiganya, bulu pendek khusus yang jantan berbulu surai panjang dan kasar
sepanjang garis leher sampai ekor, kepala kecil dan ramping dengan profil lurus,
bulu coklat, putih hitam atau kombinasinya bagian belakang tubuh memiliki
serta memiliki telinga panjang menggantung terkulai dan memiliki tanduk kecil.
8
2. Sifat Kuantitatif
Sifat kuantitatif kambing Peranakan Etawah dapat dilihat pada tabel 1 dan
Umur
Parameter Satuan Persyaratan (minimum)
(bulan)
Tinggi Pundak cm 60
Panjang Badan cm 54
8-12 Lingkar Dada cm 60
Panjang Telinga cm 22
Bobot Badan kg 20
Lingkar Scrotum cm 20
Sumber: (Badan Standarisasi Nasional, 7352.1.2015)
C. Sistem Pemeliharaan
menjadi tiga, yaitu sistem pemeliharaan ekstensif, semi intensif dan intensif.
dan di kandang.
D. Karateristik Peternak
dimiliki oleh seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola
yaitu antara 15 -55 tahun sedangkan umur yang tidak produktif berada di bawah
produktivitas kerja akan tercermin dari tingkat pendidikan dan penghasilan yang
tinggi, menyebabkan produktivitas kerja yang lebih baik pula dan penghasilan
yang diperoleh juga tinggi. Tingkat pendidikan yang tinggi, produktivitasnya juga
akan tinggi karena rasional dalam berfikir dibanding dengan yang tingkat
pendidikan rendah karena sulit untuk mengadopsi inovasi baru dan relatif
hal yang sangat mendasari seseorang dalam mengembangkan usahanya dan sangat
10
tersebut dikarenakan peternak yang memiliki ternak lebih sedikit masih sulit
untuk menerima suatu inovasi, sebab semakin luas usaha tani biasanya semakin
(Mardikanto, 2009).
E. Motivasi Peternak
perilaku seseorang dalam aktivitas budidaya atau usaha ternak, motif mengandung
atau kecilnya skala usaha yang sedang dilakukannya. Terdapat tiga aspek dalam
motivasi, yaitu:
11
1. keadaan yang mendorong dan ada dalam organisme yang muncul, karena
3. tujuan yang menjadi arah dari tingkah laku, maksudnya motif membangkitkan
tingkah laku serta mengarahkannya pada tujuan yang sesuai (Winardi, 2002).
3. Pengalaman Beternak
4. Jumlah kepemilikan
A. Kerangka Pemikiran
8.450 ekor, dan untuk populasi kambing di Kecamatan Kota Bangun pada tahun
pada kambing dan karateristik peternak tersebut.Fenotip kambing terdiri dari sifat
kualitatif dan kuantitatif, pada sifat kualitatif dilihat melalui warna bulu, bentuk
seperti tinggi gumba, panjang badan, lingkar dada dan bobot badan.
pendorong moral, kedisiplinan dan prestasi kerja dalam berusaha, serta tingkat
melalui fenotip kambing yang terdiri sifat kuantitatif, karateristik peternak dan
berikut:
Peternakan Kambing
di Kecamatan Kota Bangun
Kabupaten Kutai
Kartanegara
Kambing Peternak
Karateristik Peternak
1. Umur
Profil Fenotipe 2. Tingkat Pendidikan
3. Pengalaman Peternak
4. Jumlah Kepemilikan
Motivasi Beternak
1. Kebutuhan Keberadaan
Kualitatif & Kuantitatif 2. Kebutuhan Berhubungan
3. Kebutuhan Berkembang
Analisis Data
&
Analisis Deskriptif
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder:
ternak.
2. Data sekunder diperoleh dari dinas peternak yang berada di Kecamatan Kota
Bangun.
mengunakan metode survai dan dibantu dengan kuesioner. Survai awal akan
Adapun populasi kambing di Kecamatan Kota Bangun dapat dilihat pada table 3:
Tabel 3.Populasi Kambing Menurut Desa di Kecamatan Kota Bangun Tahun 2016
Populasi (ekor)
No Desa Induk Anak
♀ ♂ ♀ ♂
1. Kota Bangun Ulu - - - -
2. Kota Bangun Ilir - - - -
3. Kedang Murung - - - -
4. Kota Bangun Seberang - - - -
5. Kota Bangun I 38 78 54 56
6 Kota Bangun II 115 272 137 335
7. Kota Bangun III 21 43 56 68
8. Sumber Sari 52 81 46 55
9. Sari Nadi 33 26 - 4
10. Suka Bumi 8 1 6 10
11. Wono Sari 9 31 14 25
12. Kedang Ipil 0 0 0 0
13. Sedulang 0 0 0 0
14. Pela 0 0 0 0
15. Liang Ulu 6 21 2 5
16. Lilang Ilir 0 0 0 0
17. Loleng 31 73 58 49
18. Benua Baru 0 0 0 0
19. Muhuran 0 0 0 0
20 Sebelimbingan 1 7 0 2
21 Sangkuliman 0 0 0 0
Jumlah 316 633 373 609
Sumber: UPT Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kecamatan Kota Bangun, 2016
Bangun pada tahun 2016, ada empat desa yang akan menjadi lokasi penelitian
yaitu: Kota Bangun II, Kota Bangun I, Sumber Sari dan Loleng. Penentuan
19
dengan kriteria 2 ekor kambing pejantan atau betina dengan umur 8-12 bulan
dan Pengambilan besar sampel ternak yang akan digunakan dalam penelitian
Keterangan:
n = besaran sampel
N =besaran populasi
e = presentasi kelonggaran(15%)
740
n= 2
1+740 (0,0225)
740
n=
17,65
n = 42
lokasi penelitian.
populasi, untuk populasi yang relatif kecil minimal 20%, sedangkan untuk
E. Definisi Variabel
panjang badan (PB), lingkar dada (LD), tinggi gumba (TG) dan bobot badan
(BB):
a) Panjang badan dilakukan dari dada bagian depan sampai pangkal ekor
c) Tinggi gumba dalam cm, diukur dengat tongat ukur, pengukuran tinggi
badan dilakukan dari dasar tanah sampai tinggi pundak pada ruas punggung
kg(Prahadian, 2011).
(diatas 50 tahun).
kambing.
responden.
darimorfometrik (panjang badan, lingkar dada, tinggi badan dan bobot badan)
lingkar dada, dan bobot badanyang kemudian data tersebut disajikan dalam
bentuk tabel dan dianalisis statistik yang dilakukan dengan menghitung nilai
𝛴𝑥𝑖
𝑋̅ =
𝑛
Keterangan:
X = Nilai rata-rata sampel
Σ = Penjumlahan
i = Nilai pengamatan sampel
n = Jumlah sampel
22
Penggunaan rumus skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator yang dapat diukur berupa pernyataan atau pertanyaan yang
sebagai berikut:
4 X 15 = 60
1 X 15 = 15
1. Keadaan Geografis
Kecamatan Kota Bangun merupakan salah satu kecamatan yang terletak di
dan 0º07’– 0º36’ Lintang Selatan dengan luas wilayah mencapai 897.9 km2 .
Kota Bangun III, Desa Kota Bangun II, Desa Kota Bangun I, Desa Wonosari,
Desa Kedang Ipil, Desa Benua Baru, Desa Sedulang, Desa Sukabumi, Desa
Sarinadi, Desa Sumber Sari, Desa Kota Bangun Ulu, Desa Loleng, Desa Liang
Ilir, Desa Kota Bangun Ilir, Desa Pela, Desa Muhuran, Desa Kota Bangun
Seberang, Kedang Murung, Desa Liang Ulu, Desa Sebelimbingan dan Desa
Sangkuliman.
batas Timur: Kecamatan Muara Kaman dan Kecamatan Sebulu, batas Selatan:
3. Keadaan Penduduk
Penduduk Kecamatan Kota Bangun pada tahun 2017 tercatat sebanyak 37.555
orang yang terdiri dari 19.250 laki-laki (52%) dan 18.035 perempuan (48%) yang
penduduk antar desa tidak merata. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa
Kota Bangun Ulu dengan jumlah penduduk mencapai 5.747 orang (16,85%),
kemudian di Desa Kota Bangun Ilir dengan jumlah penduduk sebanyak 3425
orang (10,04%), sedangkan yang paling sedikit penduduknya adalah Desa Benua
Baru dengan jumlah penduduk sebanyak 318 orang (0,93%) dapat dilihat pada
Tabel
No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kota Bangun III 1541 1428 2969
2 Kota Bangun II 1261 1177 2438
3 Kota Bangun I 605 545 1150
4 Wonosari 288 232 520
5 Kedang Ipil 763 655 1418
6 Benua Baru 173 145 318
7 Sedulang 203 164 367
8 Suka Bumi 710 671 1381
9 Sarinadi 873 781 1654
10 Sumber Sari 722 644 1366
11 Kota Bangun Ulu 2907 2840 5747
12 Loleng 1168 1071 2239
13 Liang 1213 1133 2346
14 Kota Bangun Ilir 1772 1653 3425
15 Pela 294 262 556
16 Muhuran 355 312 667
17 Kota Bangun Sebrang 1308 1230 2538
18 Kedang Murung 1349 1286 2635
19 Liang Ulu 1240 1113 2353
20 Sebelimbingan 295 288 583
21 Sangkuliman 480 405 885
Sumber: Kantor Camat Kota Bangun
4. Pendidikan
Untuk menyukseskan program wajib belajar 12 tahun seperti yang
sebagian lagi belum merata ke seluruh desa. Pada tahun 2017, di Kecamatan Kota
27
Bangun terdapat 38 taman kanak-kanak (TK) yang tersebar di hampir semua desa.
Jumlah sekolah dasar (SD) negeri mencapai 36 buah yang tersebar di seluruh
desa. Untuk madrasah ibtidaiyah (MI) negeri, jumlahnya hanya ada satu yang
pertama (SMP) negeri, 1 SMP swasta dan 1 madrasah tsanawiyah (MTs) negeri.
SMP Negeri terdapat di Desa Kota Bangun II, Sukabumi, Sarinadi, Kota Bangun
Ulu, Loleng, dan Liang Ulu. SMP swasta terletak di Desa Kedang Ipil, dan Desa
Kota Bangun Seberang, sedangkan MTs negeri hanya terdapat di Desa Kota
Bangun Ulu.
Sekolah menengah atas (SMA) negeri di Kecamatan Kota Bangun ada dua
yang terletak di Desa Kota Bangun III dan Kota Bangun Ulu. Selain itu, terdapat
pula madrasah aliyah (MA) negeri di Desa Kota Bangun Ulu sebanyak satu
sebanyak satu sekolah, dan SMK swasta di Desa Kota Bangun Ulu sebanyak satu
sekolah.
1. Umur Responden
yang di hitung dalam satuan tahun. Umur merupakan salah satu faktor yang dapat
pekerjaan yang berat, karena terjadi peningkatan kemampuan fisik seiring dengan
28
meningkatnya umur dan pada umur tertentu akan terjadi penurunan produktivitas.
Berdasarkan Tabel (). maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berumur 15-55 tahun, sebanyak 31 orang (77,5%). Hal ini menunjukan bahwa
mayoritas responden di Kecamatan Kota Bangun masih berada pada kelompok usia
produktif. Sesuai dengan pendapat Kasim dan Sirajuddin (2008), usia non produktif
berada pada rentan umur 0 - 14 tahun, usia produktif 15 – 55 tahun dan usia lanjut 56
Dengan ini sesuia pendapat Kasim dan Sirajuddin (2008), Semakin tinggi umur
seseorang maka akan lebih cenderung untuk berpikir lebih matang dan bertindak
lebih bijaksana. Secara fisik akan mempengaruhi produktifitas usaha ternak, dimana
2. Tingkat Pendidikan
yang digeluti. Adapun tingkat pendidikan peternak yang ada di Kecamatan Kota
Berdasarkan Tabel (), dapat dilihat sebagian besar ternak memiliki tingkat
dengan presentase 11,90% dimana tingkat pendidikan SD dan SMP ini merupakan
tingkat penndidikan yang masih rendah. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat
rendah dan relatif sama. Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
responden sangat berpengaruh dengan tingkat kemampuan dan cara berfikir yang
mereka miliki hal ini sesuai dengan pendapat Lestraningsih dan Basuki (2006)
menghadapi masalah dan dapat segera diatasi. Apabila pendidikan rendah maka
daya pikirnya sempit maka kemampuan menalarkan suatu inovasi baru akan
terbatas, sehingga wawasan untuk maju lebih rendah dibanding dengan peternak
yang berpendidikan tinggi. Peternak yang mempunyai daya pikir lebih tinggi dan
fleksibel dalam menanggapi suatu masalah, mereka akan selalu berusaha untuk
30
3. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan responden yang berada di Kecamatan kota Bangun dapat dilihat
pada Tabel()
pekerjaan yang beragam dari pekerjaan petani atau peternak, wiraswasta,pns dan
swasta. Dapat dilihat bahwa pekerjaan yang banyak diminati oleh responden yang
4. Pengalaman Beternak
yang dimiliki oleh peternak maka akan semakin terampil dalam mengelola suatu
merupakan faktor yang paling penting yang harus dimiliki oleh seseorang
dimiliki masyarakat di Kecamatan Kota Bangun, bisa di katakan rendah. Hal ini
tahun adalah yang terbanyak yaitu 20 dengan persentase 47%. Hal ini
meningkat.
dimiliki oleh responden. Jumlah kepemilikan ternak pada tiap responden berbeda-
kepemilikan ternak yang ada di Kecamatan Kota Bangun dapat dilihat pada Tabel
() berikut :
32
di Kecamatan Kota Bangun adalah peternakan rakyat. Hal ini terlihat dari jumlah
kepemilikan ternak terbanyak adalah responden memiliki 1-8 ekor ternak sapi
sehingga mereka memiliki waktu untuk pertanian mereka. Hal ini sesuai dengan
yang banyak serta di dukung oleh produktivitas kerja yang tinggi akan
1. Sistem Pemeliharaan
cara selain memberikan pakan ternyata teknik pemeliharaan juga dapat pengaruh
yang berada di Kecamatan Kota Bangun dapat dilihat pada tabel (..)
33
1 Intensif 42 100
2 Ekstensif 0 0
3 Semi intensif 0 0
Jumlah 42 100
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa peternakan di Kecamatan Kota Bangun
sangat meminimalisir waktu dalam Pemeliharaan ternak, akan tetapi jika sistem
perkembangan ternak.
2. Morfometrik Kambing
parameter yang diukur. Hasil rata-rata tersebut dapat dilihat pada Tabel () berikut
ini :
Tabel (). Panjang Badan, Tinggi Pundak,dan Lingkar Dada kambing kacang
A. Panjang Badan
Sebaran data panjang badan dapat dilihat pada Tabel () dibawah ini :
Tabel (). Panjang badan Kambing Kacang (Cm)
34
Jumlah ternak
Kelas Panjang Badan
Ekor %
64-70 27 31.03
57-63 39 44.83
50-56 20 22.99
< 49 1 1.15
Total 87 100
Dapat dilihat bahwa panjang badan kambing Kacang di Kecamatan Kota bangun
Menurut subandriyo(1995) Hasil dari rata-rata ini lebih kecil hal ini
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya iklim, pakan dan lingkungan. Sistem
pemeliharaan yang dilakukan secara intensif, ternak hanya diberi pakan hijauan
sementara pakan tambahn yang diberikan tidak mencukupi untuk pertumbuhan ternak
tersebut.
B. Lingkar dada
Sebaran data lingkar dada dapat dilihat pada Tabel () dibawah ini
Jumlah ternak
Kelas Lingkar dada
Ekor %
77-85 1 1.15
68-76 40 45.98
59-67 44 50.57
< 58 2 2.30
Total 87 100.00
Dari hasil tabel diatas lingkar dada pada kambing kacang di Kecamatan Kota
35
Bangun adalah 59cm-67cm (50,57) teknik pengukuran lingkar dada pada saat
penelitian dapat dilihat pada lampiran.
C. Tinggi pundak
Sebaran data tinggi pundak dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini:
Jumlah ternak
Kelas Tinggi Pundak
Ekor %
64-69 36 41.38
59-63 46 52.87
53-58 3 3.45
< 52 2 2.30
Total 87 100.00
Hasil pengukuran tinggi pundak pada kambing kacang yang berada di Kota
Bangun adalah 59cm-63 (52.87 Dari populasi) taknik pengukuran tinggi pundak
DAFTAR PUSTAKA