Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komponen bioaktif merupakan hal yang paling penting yang terkandung dalam
ekstrak tanaman berkaitan dengan aktivitas fisiologisnya baik sebagai antiokidan,
antibakteri, antidiabet, antikanker, antiinflamasi, dan lain-lain. Pada umumnya
tingginya komponen bioaktif suatu ekstrak tanaman berkorelasi positif dengan
tingginya aktivitas fisiologis yang dimiliki tanaman ersebut. Beberapa komponen
bioaktif yang dianalisis di antaranya toal fenolik, total flavonoid, dan total karotenoid
(Sukandar, Dkk, 2019)
Tanaman merupakan salah satu sumber senyawa kimia yang peting dalam
pengobatan. Umumnya senyawa kimia ini berupa senyawa metabolit sekunder berupa
seperti alkaloid, flavonoid, fenolik, terpenoid, steroid, dan lain-lain yang memiliki
aktivitas biologis yang beragam. Hal ini mendorong para ahli kimia untuk megisolasi
zat aktif biologis yang terdapat dalam tanaman. Diharapkan nantinya dapat
menghasilkan berbagai zat kimia yang dapat digunakan sebagai obat, baik untuk
kesehatan manusia maupun agronomi (Astriani, 2014; Departemen Kesehatan, 1979)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengujian terkait kandungan komponen bioaktif dalam ekstrak
tanaman gandaria?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui kandungan komponen bioaktif dalam ekstrak tanaman gandari
dengan pelarut n-Hexana secara kuantitatif
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman merupakan salah satu sumber senyawa kimia yang peting dalam
pengobatan. Umumnya senyawa kimia ini berupa senyawa metabolit sekunder berupa
seperti alkaloid, flavonoid, fenolik, terpenoid, steroid, dan lain-lain yang memiliki
aktivitas biologis yang beragam. Hal ini mendorong para ahli kimia untuk megisolasi zat
aktif biologis yang terdapat dalam tanaman. Diharapkan nantinya dapat menghasilkan
berbagai zat kimia yang dapat digunakan sebagai obat, baik untuk kesehatan manusia
maupun agronomi (Astriani, 2014; Departemen Kesehatan, 1979)

Gandaria (Bouea macrophylla Griffith) atau nama lokal lainnya jatake adalah
tanaman yang berasal dari kepulauan Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini tumbuh di
daerah tropis, dan banyak dibudidayakan di Sumatera dan Thailand. Gandaria
dimanfaatkan buah, daun, dan batangnya. Buah gandaria berwarna hijau saat masih
muda, dan sering dikonsumsi sebagai rujak atau campuran sambal gandaria. Buah
gandaria yang matang berwarna kuning, memiliki rasa kecut-manis dan dapat dimakan
langsung. Daunnya digunakan sebagai lalap. Batang gandaria dapat digunakan sebagai
papan. Gandaria adalah flora identitas Jawa Barat (Kurniawan, M.B. dan Pratama, 2010).

Senyawa fenolik di alam terdapat sangat luas mempunyai variasi struktur yang
luas, mudah ditemukan di semua tanaman, daun, bunga dan buah. Ribuan senyawa
fenolik di alam telah diketahui strukturnya antara lain flavonoid, fenol monosiklik
sederhana, fenil propanoid, polifenol (lignin, melanin, tanin), dan kuinon fenolik
(Fauziah, 2008).

Asam galat adalah senyawa golongan asam fenolik C6-C1 (phenolic acid) atau
hidroksibenzoat, yaitu asam 3,4,5-trihidroksibenzoat (Salisbury FB, 1995). Asal kata
galat adalah kata galle dalam bahasa prancis yang berarti pembengkakan pada jaringan
tanaman setelah terserang serangga parasit (Crozier A, Clifford MN, 2006). Senyawa ini
dapat ditemukan pada daun dan anggur dan memiliki aktivitas sebagai antioksidan atau
sebagai penangkal radikal bebas (Golumbic C, 2007). Asam galat adalah subunit
dari galotanin, yaitu polimer heterogen yang mengandung berbagai molekul asam galat
yang saling terkait dengan asam galat lain serta dengan sukrosa dan gula lainnya. Banyak
galotanin yang menghambat pertumbuhan tanaman karena dapat
merombak enzim sitoplasma dengan cara mendenaturasi protein (enzim adalah protein),
dan ketahanan tumbuhan yang mengandungnya kemungkinan disebabkan karena
galatonin diangkut ke vakuola sehingga terpisah dari enzim di sitoplasma (Salisbury FB,
1995)

Gambar 3. Struktur Asam Galat

Flavonoid merupakan golongan fenol tersebar yang senyawanya terdiri dari C6-
C3-C6 dan sering ditemukan diberbagai macam tumbuhan dalam bentuk glikosida atau
gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik. Pemeriksaan
golongan-golongan flavonoid dapat dilakukan dengan uji warna yaitu fitokimia untuk
menentukan keberadaan senyawa golongan flavonoid dan adanya senyawa polifenol. Uji
keberadaan senyawa flavonoid dari dalam sampel digunakan uji wilstatter, uji Bate-
Smith, dan uji dengan NaOH 10%. Sedangkan uji adanya senyawa polifenol dilakukan
dengan larutan penambahan FeCl3 (Achmad, 1986; Harbone, 1987)

Flavonoid hampir terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk buah, akar,
daun dan kulit luar batang. Sejumlah tanaman obat yang mengandung flavonoid telah
dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang, antialergi,
dan antikanker (Miller, 1996).

Kuersetin adalah salah satu zat aktif flavonoid yang terdapat di alam dan banyak
terkandung dalam buah-buahan, sayuran, teh, dan kopi. Kuersetin dapat digunakan
sebagai bahan suplemen, minuman, atau makanan. Nama Kuersetin digunakan semenjak
tahun 1857, dan berasal dari kata quercetum (hutan ). Flavonol ini merupakan
inhibitor pengangkut auksin polar yang muncul secara alami (Fischer, Dkk, 1997). Pada
bawang merah, konsetrasi Kuersetin terbesar ada pada cincin paling luar dan di bagian
yang paling dekat dengan akar (Smith, Dkk, 2003). Menurut satu penelitian, tomat yang
tumbuh secara organik memiliki 79% lebih banyak quercetin daripada yang tumbuh
secara kimiawi (Mitchell, Dkk, 2007). Quercetin ada pada berbagai jenis madu dari
berbagai jenis tanaman (Petrus K, Schwartz H, 2011)

Kuersetin merupakan senyawa polifenol yang memiliki lima gugus hidroksi (-


OH), yang mengakibatkan senyawa ini memiliki kepolaran tinggi, dengan demikian
kuersetin sangat sulit menembus membran sel, sehingga fungsinya sebagai antioksidan
dan anti tumor berkurang. Kepolaran dari kuersetin dapat dikurangi dengan cara reaksi
asilasi untuk diperoleh esternya. Ester kuersetin dapat diperoleh dengan mereaksikan
kuersetin dengan senyawa golongan asam karboksilat, asil halida dan anhidrida asam
karboksilat, oleh karena itu dalam penelitian ini bertujuan untuk mensintesis senyawa
ester kuersetin yaitu kuersetin stearat melalui reaksi esterifikasi kuersetin dan anhidrida
asetat (Nurrochman, 2012)
BAB 3
METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan ini yang berjudul analisis total komponen bioaktif dalam ekstrak
tanaman telah dilaksanakan pada Rabu, 13 November 2019 pukul 13.30- 16.00 WIB.
Percobaan ini dilakukan di dalam Laboratorium Kimia Bahan Alam Lantai 3 Pusat
Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut :

1. Alat
 Tabung reaksi
 Pipet ukur
 Labu ukur 25 mL

2. Bahan

 Metanol
 Reagen Folin Ciocalteu (50%) 50 mL
 Na2CO3 20% 50 mL
 NaNO3 5% 50 mL
 AlCl3 10% 50 mL

3.3 Prosedur Kerja

Pembuatan Larutan Sampel


Dilarutkan 0,001 gram sampel dalam 10 mL Metanol
Total Fenolik
0,5 mL sampel ditambahkan 2,5 mL air destilasi, dan 0,5 mL reagen Folin-Cioceltau (1:1)
dan diinkubasi selama 3 menit

Ditambahkan 2 mL larutan Na2O3 20% dan dibiarkan pada water bath yang mendidih
selama 1 menit

Didinginkan pada ice bath dan diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 750 nm

Digunakan larutan asam galat 0 ppm sampai 100 ppm sebagai larutan standar. Dimana
kandungan fenolik sebanding dengan jumlah mg ekuivalen asam galat dalam 100 mL
sampel

Total Flavonoid

1 mL sampel ditambahkan 3 mL air destilasi dan 0,3 mL larutan NaNO3 5%. Kemudian
diinkubasi selama 5 menit

Ditambahkan 0,3 mL larutan AlCl3 10%, larutan yang dihasilkan disentrifugasi dan
diinkubasi selama 5 menit dan ditambahkan aquadest hingga volume 10 mL

Diukur nilai absorbansi pada panjang gelombang 430 nm. Digunakan larutan kuersetin
sebagai larutan standar. Dimana kandungan flavonoid dianggap sebagai jumlah ekuivalen
mg kuersetin dalam 100 mL sampel
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji kuantitatif dilakukan penentuan kadar fenolik total pada ekstrak n-Hexana
daun gandaria (Bouea macrophylla Griffith) yang merujuk pada prosedur Chun, Dkk
(2003) menggunakan metode Folin-Ciocalteau. Metode ini merupakan metode yang
paling umum digunakan untuk menentukan kandungan fenolik total dalam tanaman
dengan pertimbangan bahwa dengan teknik ini proses perlakuan lebih sederhana dan
reagen Folin-Ciocalteau digunakan karena senyawa fenolik dapat bereaksi dengan Folin
membentuk larutan yang dapat diukur absorbansinya.
Senyawa fenolik bereaksi dengan oksidator fosfomolibdat di bawah kondisi
alkalis menghasilkan senyawa fenolat dan kompleks molibdenum-tungsten berwarna
biru. Tingginya intensitas warna biru terbentuk setara dengan banyaknya kandungan
senyawa fenolik dalam bahan. Total fenolik dalam sampel diperoleh dengan memasukkan
nilai absorbansi sampel pada persamaan kurva kalibrasi standar asam galat (Rorong, J.A.,
Suryanto, 2010)
Sebagai larutan standar atau pembanding digunakan asam galat yang merupakan
salah satu fenolik alami dan stabil. Menurut Viranda (2009) asam galat termasuk dalam
senyawa fenolik turunan asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenolik sederhana.
Asam galat direaksikan dengan reagen Folin-Ciocalteau menghasilkan warna kuning
yang menandakan bahwa mengandung fenolik, setelah itu ditambahkan dengan larutan
Na2CO3 sebagai pemberi suasana basa. Selama reaksi berlangsung, gugus hidroksil pada
senyawa fenolik bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteau, membentuk kompleks
molibdenum-tungsten berwarna biru dengan struktur yang belum diketahui dan dapat
dideteksi dengan spektrofotometri UV-VIS. Warna biru yang terbetuk akan semakin
pekat, setara dengan konsentrasi ion fenolik yang terbentuk, artinya semakin besar
konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolik yang akan mereduksi asam
heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) menjadi kompleks molibdenum-tungsten
sehingga warna yang dihasilkan semakin pekat.

Untuk menentukan kadar fenolik totalnya, terlebih dahulu dilakukan pengukuran


absorbansi larutan standar asam galat dengan panjang gelombang 750 nm, dari beberapa
konsentrasi yang diukur pada panjang gelombang maksimal yang diperoleh. Hasil
pengukuran absorbansi larutan standar asam galat dibuat kurva kalibrasi hubungan antara
konsentrasi dengan absorbansi dan diperoleh persamaan garis linear. Adapun syarat
kelayakan untuk metode analisis yang diterima untuk koefisien korelasi (r) dari range
0,996–1 yang nantinya digunakan untuk penentuan kadar fenolik total ekstrak n-Hexana
daun gandaria (Bouea macrophylla Griffith). Semakin mendekati nilai 1, maka semakin
linear uatu kurva. Berdasarkan hal tersebut diperoleh persamaan regresi linear yaitu y =
0.00306x + 0.0288 dengan koefisien korelasi (r) 0.9439 yang kurang memenuhi syarat
kelayakan metode analisis, yang dapat ditunjukkan pada Gambar 1.

Kurva Kaibrasi Standar Asam Galat


0.4

0.35 y = 0.0306x + 0.0288


R² = 0.9439
0.3

0.25
Absorbansi

0.2
Y-Values
0.15 Linear (Y-Values)
0.1

0.05

0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi Asam Galat

Gambar 1. Kurva kalibrasi asam galat pada panjang gelombang 750 nm

Kemudian dihitung kadar total feneolik dengan rumus sebagai berikut :

dimana : c = konsetrasi Fenolik (nilai x)


v = volume ekstrak yang digunakan (ml)
fp = Faktor pengenceran
g = Berat sampel yang digunakan (g)
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh rata-rata kadar fenolik total ekstrak n-Hexana
daun gandaria (Bouea macrophylla Griffith) sebesar 6.1824 mgGAE/ gram ekstrak,
artinya dalam setiap gram ekstrak n-Hexana daun gandaria (Bouea macrophylla Griffith)
terdapat fenolik yang setara dengan 6.1824 mg asam galat. Hasil tersebut bisa jadi
dikarenakan pengukuran pada spektrofotometri UV-VIS yang kurang baik sehingga hasil
kurva menjadi kurang linear yang mempengaruhi nilai kadar total fenolik diakhir
perhitungan. Senyawa fenolik yang terkandung dalam ekstrak n-Hexana daun gandaria
(Bouea macrophylla Griffith) merupakan hasil metabolit sekunder yang potensial sebagai
sumber bahan baku obat yang berperan sebagai antioksidan.
Uji kuantitatif yang kedua dilakukan penentuan kadar flavonoid total pada ekstrak
n-Hexana daun gandaria (Bouea macrophylla Griffith) dengan menggunakan reagen
Alumunium klorida (AlCl3). Gugus ortohidroksi dan gugus hidroksi keton dari senyawa
flavonoid akan bereaksi dengan alumunium klorida membentuk kompleks alumunium-
flavonoid yang absorbansinya diukur dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang 430 nm.
Pada uji kuaitatif flavonoid sebelumnya didapatkan hasil yang negatif karena
tidak membentuk busa dengan warna larutan bening-oranye melainkan terbentuk larutan
berwarna hijau dengan endapan berwarna hijau. Penambahan HCl pekat dalam uji
flavonoid digunakan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan
menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari asam karena sifatnya
yang elektrofilik. Reduksi dengan Mg dan HCl pekat ini menghasilkan senyawa
kompleks yang berwarna merah atau jingga pada flavonol, flavon, flavononol dan xantron
(Robinson, 1985). Menurut Robinson (1985), warna merah yang dihasilkan menandakan
adanya flavonoid akibat dari reduksi oleh asam klorida pekat dan magnesium.
Senyawa Flavonoid adalah golongan senyawa yang tidak tahan panas dan mudah
teroksidasi pada suhu tinggi. Menurut Harborne (1996), flavonoid mempunyai tipe yang
beragam dan terdapat dalam bentuk bebas (aglikon) maupun terikat sebagai glikosida.
Markham (1988) dalam Artini (2013) menyatakan bahwa flavonoid umumnya memiliki
ikatan dengan gugus gula yang menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air atau
pelarut polar. Hal ini yang menyebabkan tidak terdeteksinya senyawa flavonoid pada
daun gandaria secara kualitatif dengan menggunakan ekstrak n-Hexana. n-Hexana yang
bersifat non polar tidak dapat melarutkan senyawa flavonoid dalan daun gandaria
sehingga hasil identifikai menunjukan hasil yang negatif.
Adapun larutan standar yang digunakan adalah kuersetin, dimana kandungan
flavonoid dinggap sebagai jumlah ekuivalen mg kuersetin dalam 100 ml sampel.
Kuersetin digunakan sebagai larutan standar sebab kuersetin merupakan senyawa
golongan flavonoid yang dapat bereaksi membentuk kompleks dengan AlCl3. Untuk
menentukan kadar total flavonoid dengan menggunakan rmus sebagai berikut :
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑙𝑎𝑣𝑜𝑛𝑜𝑖𝑑 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑝𝑝𝑚)
𝑇𝐹 = 𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑝𝑝)
Dimana konsentrasi sampel dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
rata-rata kadar fenolik total ekstrak n-Hexana daun gandaria (Bouea
macrophylla Griffith) sebesar 6.1824 mgGAE/gram ekstrak. Pada ekstrak n-Hexana
daun gandaria (Bouea macrophylla Griffith) tidak terdeteksi adanya senyawa flavonoid
karena perbedaan kepolaran yang menyebabkan ketidakmampuan pelarut dalam
melarutkan senyawa flavonoid.

5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih banyak mengenai uji senyawa metabolit
sekunder seperti ini, terutama terhadap tumbuh-tumbuhan yang banyak hidup disekitar
kita. Hal ini dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai gizi yang terkandung
dalam tanaman tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S . (1986). Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Krnunika.


Artini, P. E. U. D1., Astuti, K. W. 1, Warditiani, N. K. (2013). Uji Fitokimia Ekstrak
Etil Asetat Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi
UDAYANA, 1–3.
Astriani. (2014). Ekstraksi Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.). Laporan Praktikum
Fakultas Farmasi. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Chun, O.K., Kim, D.O., dan Lee, C, Y. (2003). J Agric Food Chem,Superoxide Radical
Scavenging Activity of The Major Polyohenols in Fresh Plums.
Crozier A, Clifford MN, A. H. (2006). Plant Secondary Metabolites: Occurrence,
Structure and Role in the Human Diet. Oxford: Blackwell Publishing Ltd.
Departemen Kesehatan. (1979). Farmakope Indonesia (3rd ed.). Jakarta: Dirjen POM.
Fauziah, L. (2008). Studi Dimerisasi Asam. Depok: Universitas Indonesia.
Fischer C, Speth V, Fleig-Eberenz S, N. G. (1997). Induction of Zygotic Polyembryos in
Wheat: Influence of Auxin Polar Transport.
Golumbic C, M. H. (2007). The antioxidant properties of gallic acid and allied
compounds. America: J of the American Oil Chemists’ Society.
Harbone, J. (1987). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
(2nd ed.). Bandung: ITB.
Harborne, J. B. (1996). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung: ITB.
Kurniawan, M.B. dan Pratama, B. (2010). Mengenal Hewan dan Tumbuhan Asli
Indonesia. Jakarta: Cikal Aksara.
Markham, K. R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: ITB.
Miller, A. (1996). Antioxidant flavonoids: structure, function, and clinical usage. Alt
Med Rev1.
Mitchell AE, Hong YJ, Koh E, Barrett DM, Bryant DE, Denison RF, K. S. (2007). Ten-
year comparison of the influence of organic and conventional crop management
practices on the content of flavonoids in tomatoes. J. Agric. Food Chem.
Nurrochman, M. C. (2012). Sintesis dan Karakterisasi kuersetin asetat dari kuersetin
dan anhidrida asetat. Malang: Universitas Negeri Malang.
Petrus K, Schwartz H, S. G. (2011). Analysis of flavonoids in honey by HPLC coupled
with coulometric electrode array detection and electrospray ionization mass
spectrometry. Anal Bioanal Chem.
Robinson, T. (1985). Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB
press.
Rorong, J.A., Suryanto, E. (2010). Analisis Fitokimia Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes) dan Efeknya Sebagai Agen Fotoreduksi Fe3+. Chemisry Progress.
Salisbury FB, R. C. (1995). Fisiologi Tumbuhan (2nd ed.). Bandung: ITB.
Smith C, Lombard KA, Peffley EB, L. W. (2003). Genetic Analysis of Quercetin in
Onion (Allium cepa L.) Lady Raider. The Texas Journal of Agriculture and
Natural Resource.
Sukandar, D, Dkk. (2019). Pedoman Praktikum Kimia Bahan Alam. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Viranda, P. (2009). Pengujian kandungan Senyawa yang terdapat dalam Tomat.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Hassan, Muhammad N., Ainun Nikmati Laily. 2014. Uji Kandungan Flavonoid dan
Perbandingan Aktivitas Antioksidan Pada Ekstrak Etanol Simplisia Bunga
Pepaya Gantung Saat Kuncup dan Mekar. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Tahir, Masdiana, dkk. Penentuan Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Dengan Metode Sepktrofotometri UV-VIS.
Makassar: Universitas Muslim Indonesia.
LAMPIRAN

Perhitungan Total Fenolik


C. V. fp
TPC =
g

20 ppm
y = 0.0306x + 0.0288
0.095 = 0.0306x + 0.0288
x = 2.163

40 ppm
y = 0.0306x + 0.0288
0.197 = 0.0306x + 0.0288
x = 5.496

60 ppm
y = 0.0306x + 0.0288
0.198 = 0.0306x + 0.0288
x = 5.529

80 ppm
y = 0.0306x + 0.0288
0.288 = 0.0306x + 0.0288
x = 8.47

100 ppm
y = 0.0306x + 0.0288
0.312 = 0.0306x + 0.0288
x = 9.254
30.912
Rata-rata x = = 6.1824
5

6.1824 x 10 x 1
TPC = = 6.1824 mg GAE/ gram ekstrak
10
(Astriani, 2014; Chun, O.K., Kim, D.O., dan Lee, C, 2003; Crozier A, Clifford MN,
2006; Fauziah, 2008; Fischer C, Speth V, Fleig-Eberenz S, 1997; Golumbic C, 2007)

Anda mungkin juga menyukai