Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. PERMASALAHAN

Skenario 4

Carpal Tunel Syndrom

Pasien perempuan 45 tahun masuk dengan keluhan nyeri pada ibu jari dan jari
telunjuk kanan, nyeri sejak tiga bulan lalu.nyeri semakin memberat dan terasa
kram terutama saat malam hari. Tidak ada riwayat trauma dan infeksi.

Step I:
Identifikasi kata sukar : -
Identifikasi kata kunci :
1. perempuan 45 tahun
2. keluhan nyeri pada ibu jari dan jari telunjuk kanan
3. nyeri sejak tiga bulan lalu
4. semakin memberat dan terasa kram terutama saat malam hari
5. Tidak ada riwayat trauma dan infeksi

Step II :
Identifikasi masalah :
1. Penyebab nyeri pada ibu jari dan jari telunjuk kanan!
2. Jenis nyeri yang termasuk dalam kasus ini!
3. Apa yang menyebabkan myeri semakin memberat pada malam hari?
4. Mekanisme nyeri!
5. Alur penegakan diagnosis terkait skenario!

1
6. Tatalaksana terkait skenrio!
7. Diagnosis diferensial!

B. PEMECAHAN MASALAH
Step III :
Jawaban dari pertanyaan terhadap step II:
1. Dapat dilihat bahwa pada ibu jari dan jari telunjuk yang mempersarafi adalah
nervus medianus yang mengalami penyempitan atau terjepit sehingga
merasakan nyeri.
2. Ada terdapat 3 jenis nyeri:
 Nyeri nosiseptik
 Nyeri campuran
 Nyeri neuropati.
3. Biasanya nyeri dapat memeberat pada malam hari karena biasanya posisi tidur
yang kurang baik. Serta bisanya untuk kasus ini sering dialami pada wanita
karena memiliki jalur perjalanan saraf yang kecil.

4. Mekanisme nyeri tersebut muncul karena badan meissner yang berfungsi


sebagai pendeteksi rasa nyeri terganggu sehingga rasa nyeri muncul.
5. Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan pada fungsi motorik: Phalen's
test, Tinel's sign, Flick's sign, Thenar wasting, Wrist extension test, Luthy's
sign (bottle's sign)
6. Penatalaksanaan terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Konservatif : kompresi aligment pergelanga tangan pada pisisi fleksi
b. Operatif : pemberian NSAID serta injeksi steroid.
7. Untuk diagnosis diferensial adalah : carpal tunel syndrom

2
Step IV :
Klarifikasi : -
Mind mapping :
Semakin meningkat
Perempuan 45 tahun pada malam hari

Keluhan : nyeri ibu Tidak ada riwayat


jari dan telunjuk trauma dan infeksi
kanan (3 bulan lalu)

Anamnesis : Pemeriksaan
Identitas pasien penunjang:
Pemeriksaan fisik:
Riwayat penyakit 1. Elektrokardiog
Inspeksi dan palpasi
sekarang rafi
2. LED
Riwayat penyakit
dahulu

carpal tunnel edukasi


syndrome

Koperatif Non kooperatif

3
STEP V :
Learning Objectives :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang anatomi anatomi carpal!
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi terkait dengan skenario!
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patomekanisme terkait dengan
skenario!
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang gambaran klinis terkait skenario!
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor resiko terkait skenario!
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentangpemeriksaan fisik sesuai dengan
skenario!
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pentalaksanaan terkait dengan
skenario!

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Anatomi Carpal


Pergelangan tangan dibentuk oleh beberapa tulang,otot,struktur persendian
dan diinervasi oleh beberapa saraf.

A. Tulang pembentuk sendi pergelangan tangan


Tulang-tulang pada sendi pergelangan tangan yaitu ada dua deretan.
Daratan pertama yaitu dari tulang Radius dan Ulna. Deretan yang kedua
terdiri atas delapan tulang carpalia yang tersusun dalam dua deretan.
Tulang carpal dextran proximal antara scapoideum,
lunatum,triquetrum,pisiforme. Sedangkan bagian distal terdiri atas tulang
trapesium, trapesoideum,capitatum, dan hamatum.

Gambar 1. Struktur anatomi carpal tunnel syndrome


Sumber : Jagga, V. Lehri, A et al. Occupation and its association with Carpal Tunnel
syndrome-A Review. Journal of Exercise Science and Physiotherapy.

5
1. Tulang scapoideum
Tulang ini berbentuk perahu dengan dataran yang proximal konveksi
bersendi dengan tulang radius. Yulang ini memiliki dataran sendi yaitu ke
arah ulnar bersendi dengan tulang hamatum, ke arah distal bersendi
dengan tulang tulang trapesium, capitatum, dan trapesoideum dan pada
permukaaan volar memiliki tonjolan yang disebut tuberositas scapoideum

2. Tulang Lunatum
Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah radial
dengan tulang Scapoideum, ke arah ulnar dengan Triquetrum, ke arah
distal dengan tulang capitatum. Tulang ini memiliki dataran proximal
yang konvek yang bersendi dengan tulang radius, dan berbentuk kecil,
seperti bulan sabit.

3. Tulang Triquetrum
Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah proximal dengan
tulang radius, ke arah radial dengan tulang Lunatum, ke arah ulnar dan
polar berhubungan dengan tulang pisiforme yang melekat pada
permukaan polar tulang triquetrum dan arah distal dengan tulang
hamatum.

4. Tulang Pisiforme
Tulang yang berbentuk kecil,agak bulat seperti biji kacang ini melekat di
dataran polar pada tulang triquetrum.

5. Tulang Trapesium
Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah polar
dengan trapesoideum dan terdapat tonjolan tulang yang disebut

6
tuberositas osis trapesium, ke arah proximal dengan tulang scapoideum,
ke arah distal dengan tulang metacarpal satu dan dua

6. Tulang Trapezoideum
Tulang ini ke arah radial mempunyai hubungan dengan tulang trapesium
ke arah ulnar dengan tulang capitatum, ke arah distal dengan tulang
metacarpal dua, dan ke arah proximal berhubungan dengan tulang
scapoideum.

7. Tulang Capitatum
Memiliki bangunan bangunan bulat dan panjang sebagai caputnya.
Mempunyai hubungan dengan tulang lain yaitu kearah radial
berhubungan dengan tulang trapesoideum, ke arah proximal dengan
tulang scapoideum dan lunatum. Ke arah ulnar dengan tulang hamatum
dan ke arah distal dengan tulang metacarpal dua, tiga, dan empat.

8. Tulang Hamatum
Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah proximal dengan
tulang triquetrum ke arah radial dengan tulang capitatum ke arah distal
dengan tulang metacarpal empat dan lima. Dan ke arah polar memliki
bangunan seperti lidah yang disebut hamalus ossis hamati.

B. Ligamen
Ligamen colateral capri ulnar yang membentang dari procesus
styloideus ulna menuju ke tulang triquetrum ligamen colateral carpi
radialis yang membentang dari prossesus stiloideus radii menuju tulang
scapoideum dan ligamen intercarpal yang terdiri dari ligamen interlaveum
collare dan dorsale, ligamen interseum dan ligamen carpiarquetrum

7
C. Otot
Otot merupakan stabilitas aktif dan penggerak tulang pembentuk
sentral. Otot pergelangan tangan secara umum dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu otot fleksor dan ekstensor yang masing-masing
terbagi dua bagian superfisialis dan profunda.
Otot fleksor superficialis yaitu otot fleksor carpi ulnaris, fleksor carpi
radialis, fleksor digitorum sublimes dan palmaris longus. Otot fleksor
carpi radialis dan fleksor carpi ulnaris berfungsi fleksi di pergelanagan
tangan, dan otot ekstensi ekstensor carpi radialis longus brevis dan
ekstensor carpi ulnaris berfungsi ekstensi pergelangan tangan. Pada
gerakan ulnar deviasi dilakukan oleh m.ekstensor carpi ulnaris dan fleksor
carpi ulnaris. Sedangkan gerakan radial deviasi dilakukan oleh
m,ekstensor carpi radialis, fleksor carpi radialis, ekstensor pollicis brevis
dan abduktor pollicis longus.

D. Nerves Medianus
Berasal dari pleksus brakhialis dengan dua buah caput yaitu caput
medial dari pasikulus medialis dan caput lateral. Dari pasikulus lateralis
kedua caput tersebut ersatu pada tepi bawah otot pectoralis minor, jadi
serabut dalam truncus berasal dari tiga atau empat segmen medula spinalis
(C6-8, Th 1). Dalam lengan serabut saraf ini tidak bercabang. Truncus
berjalan turun sepanjang arteri brachialis dan melewati sisi polar lengan
bawah dna bercabang masuk ke tengah dan berakhir dengan cabang
muscular kutaneus.
Otot-otot yang mensarafi nerves medianus antara lain : m. pronator
teres, m. fleksor carpi radialis, m.palmaris longus, m.fleksor digitorum
profundus, m,fleksor pollicis longus dan pronator quadratus. Apabila ada
lesi yang mengenai nerves medianus akan mengakibatkan terjadinya

8
pengurangan sensoris pada bagian polar lengan bawah, daerah palmar
tangan jari satu,dua,tiga,dan setengah jari empat.

Gambar 2. Struktur anatomi carpal tunnel syndrome


Sumber : Jagga, V. Lehri, A et al. Occupation and its association with Carpal Tunnel
syndrome-A Review. Journal of Exercise Science and Physiotherapy.

2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Etiologi Terkait Dengan


Skenario
Kawasan sensorik N. Medianus bervariasi terutama pada permukaan
volar. Dan pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari
keempat sisi radial telapak tangan. Pada permukaan dorsum manus, kawasan
sensorik N. Medianus bervariasi antara dua sampai tiga palang distal jari
kedua, ketiga dan keempat. Di terowongan karpal N. Medianus sering terjepit.
N. Medianus adalah saraf yang paling sering mengalami cedera oleh trauma
langsung, sering disertai dengan luka di pergelangan tangan. Tekanan dari

9
nervus median sehingga menghasilkan rasa kesemutan yang menyakiti juga.
Itulah parestesia atau hipestesia dari Carpal Tunnel Sydrome.3

Etiologi dari Carpal Tunnel Syndrome sebagian besar idiopatik atau


disebut CTS primer. Apabila berhubungan dengan penyakit lain disebut
dengan CTS sekunder. CTS idiopatik banyak terjadi pada perempuan, pada
umur 40 – 60 tahun, dan bilateral.4
CTS idopatik berhubungan dengan hipertrofi membrana sinovial dari
tendo otot fleksor yang dikarenakan degenerasi jaringan ikat, dengan sclerosis
vaskuler, edema, dan fragmentasi kolagen. CTS sekunder dapat disebabkan
oleh abnormalitas penampung ataupun isinya. Gangguan pada penampung
dapat disebabkan oleh kelainan bentuk atau posisi tulang karpal, tulang radius,
gangguan sendi pergelangan tangan, dan akromegali. Gangguan pada isi dapat
disebabkan oleh hipertrofi tenosinovial, tenosinovitis, gangguan cairan seperti
pada kehamilan dan hipotiroidisme, gangguan otot, tumor di dalam
terowongan, hematoma, dan obesitas.3,5
Terdapat bebrapa kunci co-morbiditas atau human faktor yang
berpotensi meningkatkan faktor resiko carpal tunel syndrome.. Pertimbangan
utama meliputi usia lanjut, jenis kelaminperempuan, dan adanya diabetes dan
obesitas. Fakor resiko lain termasuk kehamilamn, pekerjaan yang spesifik,
cedera karena gerakan berulang yang kumulatif, sejarah keluarga yang kuat,
gangguan medis tertentu seperti hipertiroidisme, penyakit autoimun, penyakit
rematologi, predesposisi anatomidi pergelangan tangan dan tangan. Orang
yang terlihat dalam kerja manual di beberapa pekerjaan memiliki insiden dan
tingkat keparahan yang lebih besar.
Beberapa penyebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian carpal tunel syndrome4:

1. herediter :neuropati herediter yang cenderung menjadi presure palsy,


misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies)

10
2. trauma : dislokasi, fraktur atau hematoma pada lengan bawah, pergelangan
tangan dan tangan

3. pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan


Yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik,
pekerja kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain
musik terutama pemain piano dan pemain gitar yang banyak
menggunakan tangannya.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan patomekanisme Carpal Tunnel


Syndrome
Secara anatomi terowongan karpal terdapat dibagian sentral dari
pergelangan tangan tepat dimana tulang dan ligamentum membentuk
terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus.
Dasar struktur tersebut dibentuk oleh tulang-tulang karpal dan sisi terowongan
yang keras dan kaku, sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum
(transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan
melengkung di atas tulang-tulang karpal.6
Pada bagian dalam terowongan tersebut terdapat nervus medianus
yang berfungsi menyalurkan saraf sensoris ke ibu jari, telunjuk dan jari manis
serta mempersarafi otot tenar. Selain nervus medianus, pada bagian dalam
terowongan tersebut terdapat tendon-tendon yang berfungsi untuk
menggerakkan jari-jari. Proses inflamasi yang disebabkan oleh stress
berulang, cedera fisik, atau keadaan lain pada pergelangan tangan, dapat
menyebabkan jaringan di sekeliling nervus medianus membengkak. Lapisan
pelindung tendon pada bagian dalam terowongan karpal dapat meradang dan
membengkak. Bentuk ligamen pada bagian atas terowongan karpal menebal
dan membesar. Keadaan tersebut dapat menimbulkan tekanan pada
serabutserabut saraf medianus sehingga akan memperlambat pengiriman

11
impuls saraf melalui terowongan karpal. Akibatnya timbul manifestasi nyeri,
kebas, rasa geli di pergelangan tangan, tangan dan jari-jari selain kelingking.6

Patogenesis CTS masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan


untuk menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf. Yang paling
populer adalah kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori
getaran.7
Menurut teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena kompresi
nervus medianus di terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori ini adalah
bahwa ia menjelaskan konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak
menjelaskan etiologi yang mendasari kompresi mekanik. Kompresi diyakini
dimediasi oleh beberapa faktor seperti ketegangan, tenaga berlebihan,
hyperfunction, ekstensi pergelangan tangan berkepanjangan atau berulang.6,7
Teori insufisiensi mikro - vaskular mennyatakan bahwa kurangnya
pasokan darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang
menyebabkan ia perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk mengirimkan
impuls saraf.6,7
Menurut teori getaran gejala CTS bisa disebabkan oleh efek dari
penggunaan jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median di karpal
tunnel. Edema epineural pada saraf median dalam beberapa hari berikut
paparan alat getar genggam. Terjadi perubahan serupa mengikuti mekanik,
iskemik, dan trauma kimia.7
CTS berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskular memegang
peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara kronis
dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan
terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah
vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu
nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel.

12
Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi
edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan
sembab yang timbul terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang
setelah tangan yang terlibat digerakgerakkan atau diurut, mungkin akibat
terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus
berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-
kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang
mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh.6,7

4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Gambaran Klinis Carpal


Tunel Syndrome
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal
biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti
terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4
sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang
dirasakan mengenai seluruh jari-jari.8

Komar dan Ford membahas dua bentuk CTS yaitu akut dan kronis.
Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan
tangan atau tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan
gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk
kronis mempunyai gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau
kehilangan motorik dengan perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin ada
dalam carpal tunnel syndrome (Pecina, 2010).9

Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala


lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam
hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini
umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan

13
tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi.
Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan
tangannya10

Apabila tidak segera ditangani dengan baik maka jari-jari menjadi


kurang terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan
pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi
otot-otot thenar (oppones pollicis dan abductor pollicis brevis) dan otot-otot
lainya yang diinervasi oleh nervus medianus.11

5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Faktor Resiko Carpal Tunel


Syndrome.
Faktor resiko yang menyebabkan CTS12 :
 Gerakan pergelangan atau jari tangan yang berulang.
 Kontraksi yang kuat pada tendon.
 Gerakan pergelangan tangan yang menekuk ke bawah (flexi) atau
menekuk ke atas (extensi).
 Tekanan mekanik pada saraf medianus.
Adapun faktor yang terkontrol dari perkembangan yaitu12 :

 Jenis kelamin.
 Usia.
 Index masa tubuh (IMT).

14
6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang pemeriksaan Fisik Sesuai
Dengan Skenario
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan pada fungsi motorik, sensorik
dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat
membantu menegakkan diagnosa CTS adalah sebagai berikut.13,14
1. Phalen's test
Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk
menegakkan diagnosa CTS

2. Tinel's sign
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah
distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

3. Flick's sign
Penderita diminta mengibasibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-
jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong
diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada
penyakit Raynaud.

4. Thenar wasting
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.

5. Wrist extension test


Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila

15
dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong
diagnosa CTS.

6. Torniquet test.
Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter di atas
siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit
timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa
7. Pressure test
Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu
jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CTS, tes
ini menyokong diagnosa.

8. Luthy's sign (bottle's sign)


Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol
atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya
dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosis.

9. Pemeriksaan sensibilitas
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus,
tes dianggap positif dan menyokong diagnosis.

10. Pemeriksaan fungsi otonom


Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang
kering atau licin yang terbatas pada daerah inervasi nervus medianus. Bila
ada akan mendukung diagnosis CTS.

16
7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Pentalaksanaan Terkait
Dengan Skenario!
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi,
durasi gejala, dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu
penyakit sekunder untuk penyakit endokrin, hematologi, atau penyakit
sistemik lain, penyakit primer harus diobati. Kasus ringan bisa diobati dengan
obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan penjepit
pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama
minimal 2 bulan, terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang.
Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi steroid lokal yang mengurangi
peradangan. Jika tidak efektif, dan gejala yang cukup mengganggu, operasi
sering dianjurkan untuk meringankan kompresi.1,2
Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu:1,2
1) Terapi langsung terhadap CTS
Terapi konservatif
 Istirahatkan pergelangan tangan.
 Obat anti inflamasi non steroid.
 Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3
minggu.
 Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM)
latihan dari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan ketegangan
dan gerakan membujur sepanjang saraf median dan lain dari
ekstremitas atas. Latihan-latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa
jaringan dari sistem saraf perifer dirancang untuk gerakan, dan bahwa
ketegangan dan meluncur saraf mungkin memiliki efek pada
neurofisiologi melalui perubahan dalam aliran pembuluh darah dan

17
axoplasmic. Latihan dilakukan sederhana dan dapat dilakukan oleh
pasien setelah instruksi singkat.
 Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Sementara suntikan dapat
diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga atau empat suntikan,.
Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum
memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan. Suntikan harus digunakan
dengan hati-hati untuk pasien di bawah usia 30 tahun.
 Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah
satu penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan.
Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar. Namun pemberian dapat berfungsi untuk
mengurangi rasa nyeri.
 Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.

Terapi operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami
perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik
yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS bilateral
biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri
walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain
menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan bila terapi

18
konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi
relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten.1,2
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan anestesi
lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik.
Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan
jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi
tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada
saraf. Beberapa penyebab CTS seperti adanya massa atau anomaly maupun
tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka.15,16

2) Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS


Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CTS harus
ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan CTS
kembali. Pada keadaan di mana CTS terjadi akibat gerakan tangan yang
repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya CTS atau
mencegah kekambuhannya antara lain:15,16
 Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan repetitif,
getaran peralatan tangan pada saat bekerja.
 Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat kerja.
 Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi gerakan.
 Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek serta
mengupayakan rotasi kerja.
 Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala dini CTS
sehingga pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS lebih dini.

Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering


mendasari terjadinya CTS seperti : trauma akut maupun kronik pada
pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang

19
sering dihemodialisa, myxedema akibat hipotiroidi, akromegali akibat
tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit
kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan,
obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau
menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.15,16

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tulang-tulang pada sendi pergelangan tangan yaitu ada dua deretan. Daratan
pertama yaitu dari tulang Radius dan Ulna. Deretan yang kedua terdiri atas
delapan tulang carpalia yang tersusun dalam dua deretan. Etiologi dari Carpal
Tunnel Syndrome sebagian besar idiopatik atau disebut carpal tunnel syndrome
primer. Apabila berhubungan dengan penyakit lain disebut dengan carpal tunnel
syndrome sekunder. Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan pada fungsi
motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi
yang dapat membantu menegakkan diagnosa carpal tunnel syndrome.
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi, durasi gejala,
dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder untuk
penyakit endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain, penyakit primer harus
diobati. Kasus ringan bisa diobati dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
dan menggunakan penjepit pergelangan tangan yang mempertahankan tangan
dalam posisi netral selama minimal 2 bulan, terutama pada malam hari atau
selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi steroid
lokal yang mengurangi peradangan.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Jeffrey n. Katz, et al. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med. Vol. 346, No. 23,
2002.
2. Wilkinson, Maureen. Ultrasound of the Carpal Tunnel and Median Nerve: A
Reproducibility Study. Journal of Diagnostic Medical Sonography. Vol. 17, No.
6.2001
3. Kurniawan, Bina. et al. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia. 2008. Vol. 3, No. 1.
4. Mardjono M dan Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat.
2009.
5. Burton, C., et al. Diagnosing and managing carpal tunnel syndrome in primary
care. The British journal of general practice: the journal of the Royal College of
General Practitioners. 2014, 64 (622): 262–3

6. Prakoso TD, Kurniawaty E. Perempuan Berusia 65 Tahun dengan Carpal Tunnel


Syndrome. J Medula Unila. April 2017: 7(2). 144-145

7. Huldani. Carpal tunnel Syndrome[Internet]. Banjarmasin : Fakultas Kedokteran


Banjarmasin; 2013[Cited 2018 Sept 28]. available from :
http://eprints.unlam.ac.id/205/1/huldani%20%20carpal%20tunnel%20syndrom.pd
f
8. Salter,R.B.2009. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
System. 2nd ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co; p. 274-275.
9. Pecina, Marko M. Markiewitz, Andrew D. 2010. Tunnel Syndromes: Peripheral
Nerve Compression Syndromes Third Edition. New York: CRC PRESS.
10. Rambe, Aldi S. 2008. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU.

22
11. Mumenthaler, Mark. Et al. 2006. Fundamentals of Neurologic Disease.
Stuttgard: Thieme.
12. Armstrong BS, Dale MA,Franzblau A, Evanoff BA, 2008, Risk Factor Carpal
Tunnel Syndrom and Median Neurophaty in a Working Population. JOEM;50
(12): 1355-1364.

13. Dwi Prakoso TN, Kurniawaty E. Perempuan Berusia 65 Tahun dengan Carpal
Tunnel Syndrome. J Medula Unila. 2017 : 7(2) : 144-49.

14. Salawati L, Syahrul. Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
2014 : 14 (1) : 29-37.

15. Huldani D. Carpal tunel syndrome. [online]. 2013. [cited on 2018 29 September].
Available on : http://eprints.unlam.ac.id/205/1/HULDANI%20-
%20CARPAL%20TUNNEL%20SYNDROM.pdf

16. Salawati L, Syahrul. Carpal tunel syndrome. Vol.4. No. 1 [online]. 2014. [cited on
2018 29 September]. Available on :
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=373393&val=3947&title=Ca
rpal%20Tunel

23

Anda mungkin juga menyukai