Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MULTIPLE REPRESENTASI, INTERKONEKSI DAN MODEL MENTAL

OLEH:

KELOMPOK 2

Annisa Rahmah 17176001

Fefri Perrianty 17176003

Rika Julita 17176014

Retna Yenti 17176024

Dosen : Dr.Mawardi, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah Kapita Selekta Pendidikan Kimia yang berjudul

“Makalah Multipel Representasi, Interkoneksi dan Model Mental”.

Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas Kapita Selekta Pendidikan

Kimia pada Program Studi Pendidikan Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang. Selama penulisan makalah ini,

penulis banyak mendapat bantuan baik dukungan, ide atau arahan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Bapak Dr. Mawardi, M.Si sebagai

Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, dan

masukan dalam penulisan makalah ini.

Teriring Do’a semoga amal kebaikannya mendapat pahala dari Allah

SWT. Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Padang , 4 April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................. 3

C. Tujuan.................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Multiple Representasi............................................................................ 4

B. Interkoneksi Multiple Representasi....................................................... 10

C. Model Mental........................................................................................ 12

D. Hubungan Multiple Representasi, Interkoneksi dan Model Mental..... 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 19

B. Saran..................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Kimia mempelajari tentang sifat dan struktur zat, perubahan dan

reaksi kimia, hukum-hukum dan asas-asas yang menjelaskan tentang

perubahan zat, serta konsep-konsep dan teori-teori yang saling berkaitan

(Effendy, 2006:1). Konsep-konsep ini penting untuk dipelajari, karena

konsep-konsep kimia selanjutnya akan sulit dipahami jika konsep tersebut

tidak dapat dikuasai pebelajar dengan baik. Sifat keabstrakan konsep-konsep

kimia juga sejalan dengan konsep-konsep yang melibatkan perhitungan

matematis. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran kimia memerlukan

seperangkat keterampilan berpikir tingkat tinggi (Fensham dalam

Chittlebourough, & Treagust, 2007).

Pembelajaran kimia mencakup tiga level representasi, yaitu

makroskopik, submikroskopik dan simbolik dan hubungan antara ketiga level

ini harus secara eksplisit diajarkan (Treagust & Chandrasegaran, 2009).

Dalam pembelajaran kimia, penyelidikan pemahaman siswa tentang

representasi kimia bukanlah usaha baru (Gabel, 1998; Gabel et al., 1987;

Gilbert dan Treagust, 2009; Keig dan Rubba, 1993; Kozma et al., 2000;

Kozma dan Russell , 1997; Kozma dan Russell, 2005; Pribyl dan Bodner

1987; Tuckey et al., 1991; Wu et al., 2001; Wu dan Shah, 2004). Penelitian

telah banyak menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam

menafsirkan representasi karena bagi siswa, representasi tingkat molekuler

adalah abstrak dan tidak berasal dari pengalaman seperti demonstrasi

laboratorium atau teori (Wu dan Shah, 2004). Pembelajaran kimia yang

1
berlangsung selama ini cenderung memprioritaskan hanya pada level

representasi makroskopik dan simbolik secara verbal (Chittleborough &

Treagust, 2007; Liliasari, 2007; dan Sunyono, dkk., 2011). Representasi

submikroskopis umumnya hanya di represensikan secara verbal, dan model-

model molekul kurang mendapatkan apresiasi, padahal model-model molekul

tersebut dapat menjembatani pembelajaran kimia antara ketiga level tersebut.

Oleh sebab itu, tidak diapresiasikannya level submikroskopis dalam

pembelajaran merupakan salah satu penyebab pembelajar kesulitan dalam

upayanya meningkatkan kemampuan menginterpretasikan representasi

internal ke dalam representasi eksternal (Chittleborough & Treagust, 2007).

Dalam membangun pengetahuan konseptual yang lebih mendalam hendaknya

pembelajaran kimia dilakukan dengan melibatkan ketiga jenis representasi

tersebut. Pemahaman seseorang terhadap kimia ditunjukkan oleh

kemampuannya mentransfer dan menghubungkan antar representasi

fenomena makroskopik, dunia submiskroskopik dan simbolik atau disebut

juga interkoneksi multiple level representasi kimia (IMLR).

Ilmu kimia yang dipahami dengan menerapkan multiple representasi

dapat membantu pengembangan model mental siswa (Chittleborough, 2002).

Model mental siswa dapat dibangun melalui pengalaman, interpretasi, dan

penjelasan mereka ketika dilibatkan dalam proses pembelajaran.

Pengembangan model mental ini diperlukan untuk membuat prediksi,

menguji gagasan baru, dan menyelesaikan masalah dalam pembelajaran kimia

(Halim, 2013).

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Multiple Representasi?

2. Bagaimana hubungan tiga level representasi atau interkoneksi multiple

level representasi kimia?

3. Apa yang dimaksud dengan Model Mental?

4. Bagaimana hubungan Multiple Representasi, Interkoneksi dan Model

Mental?

C. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian multiple representasi.

2. Untuk mengetahui hubungan tiga level representasi atau interkoneksi

multiple level representasi kimia.

3. Untuk mengetahui pengertian model mental.

4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan multiple representasi,

interkoneksi dan model mental.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Multiple Representasi

Menurut The Australian Concise Oxford Dictionary (dalam

Chittleborough, 2004), representasi adalah sesuatu yang dapat

menggambarkan yang lain. McKendree dkk. (dalam Nakhleh, 2008),

representasi adalah struktur yang berarti dari sesuatu: suatu kata untuk suatu

benda, suatu kalimat untuk suatu keadaan hal, suatu diagram untuk suatu

susunan hal-hal, suatu gambar untuk suatu pemandangan. Kata menyajikan

(represents) memiliki sejumlah makna termasuk : mensimbolisasikan (to

symbolize); memanggil kembali pikiran melalui gambaran atau imajinasi (to

call up in the mind by description or portrayal or imagination) ; memberikan

suatu penggambaran ( to depict as). Makna istilah-istilah tersebut

memperkuat pentingnya suatu representasi untuk membantu mendeskripsikan

dan mensimbolisasikan dalam suatu eksplanasi.

Penggunaan representasi dengan berbagai cara atau mode representasi

untuk merepresentasikan suatu fenomena disebut multiple representasi.

Waldrip (2006) mendefinisikan multiple representasi sebagai praktik

merepresentasikan kembali (re-representing) konsep yang sama melalui

berbagai bentuk, yang mencakup mode-mode representasi deskriptif (verbal,

grafik, tabel), experimental, matematis, figuratif (piktorial, analogi dan

metafora), kinestetik, visual dan/atau mode aksional-operasional.

Representasi dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu representasi

internal dan eksternal. Representasi internal diartikan sebagai konfigurasi

kognitif individu yang diduga berasal dari perilaku yang menggambarkan

4
beberapa aspek dari proses fisik dan pemecahan masalah, sedangkan

representasi eksternal dapat di-gambarkan sebagai situasi fisik yang

terstruktur yang dapat dilihat sebagai perwujudan ide-ide fisik (Haveleun &

Zou, 2001). Menurut pandangan contructivist dalam Meltzer (2005),

representasi internal ada di dalam kepala siswa dan representasi eksternal

disituasikan oleh lingkungan siswa.

Ainsworth (2008) membuktikan bahwa banyak representasi dapat

memainkan tiga peranan utama. Pertama, mereka dapat saling melengkapi;

kedua, suatu representasi yang lazim dapat menjelaskan tafsiran tentang suatu

representasi yang lebih tidak lazim; dan ketiga, suatu kombinasi representasi

dapat bekerja bersama membantu siswa menyusun suatu pemahaman yang

lebih dalam tentang suatu topik yang dipelajari. Konsep representasi adalah

salah satu pondasi praktik ilmiah karena para ahli menggunakan representasi

sebagai cara utama berkomunikasi dan memecahkan masalah.

Johnstone (1993) mendeskrispsikan bahwa fenomena kimia dapat

dijelaskan dengan representasi tiga level fenomena yang berbeda yaitu

makroskopik, submikroskopik, dan simbolik.

5
Gambar 2. Tiga level representasi

1. Representasi Makroskopik

Representasi makroskopik yaitu representasi kimia yang diperoleh

melalui pengamatan nyata terhadap suatu fenomena yang dapat dilihat

dan dipersepsi oleh panca indra atau dapat berupa pengalaman sehari-hari

siswa. Contohnya: terjadinya perubahan warna, suhu, pH larutan,

pembentukan gas dan endapan yang dapat diobservasi ketika suatu reaksi

kimia berlangsung. Seorang siswa dapat merepresentasikan hasil

pengamatan dalam berbagai mode representasi, misalnya dalam bentuk

laporan tertulis, diskusi, presentasi oral, diagram vee, grafik dan

sebagainya (Johnstone, 2006; dan Ainsworth, 2008).

2. Representasi Submikroskopik

Representasi submikroskopik yaitu representasi kimia yang menjelaskan

mengenai struktur dan proses pada level partikel (atom/molekul) terhadap

fenomena makroskopik yang diamati. Representasi submikroskopik

sangat terkait erat dengan model teoritis yang melandasi eksplanasi

dinamika level partikel. Mode representasi pada level ini diekspresikan

secara simbolik mulai dari yang sederhana hingga menggunakan

6
teknologi komputer, yaitu menggunakan kata-kata, gambar dua dimensi,

gambar tiga dimensi baik diam maupun bergerak (animasi) atau simulasi.

3. Representasi Simbolik

Representasi simbolik yaitu representasi kimia secara kualitatif dan

kuantitatif, yaitu rumus kimia, diagram, gambar, persamaan reaksi,

stoikiometri dan perhitungan matematik (Johnstone, 2006, dan Ainsworth,

2008). Representasi simbolik merupakan bahasa kimia yang memiliki

aturan-aturan tertentu. Level representasi simbolik mencakup semua

abstraksi kualitatif yang digunakan untuk menyajikan setiap item pada

level submikroskopik, kesalahan penulisan akan mengakibatkan

interpretasi yang keliru dan menjadi sumber keraguan dan ketidakpastian

bagi pebelajar (Taber, 2009).

Oleh karena itu, strategi pembelajaran kimia perlu dilandasi prinsip-

prinsip berikut ini: level makroskopik disajikan melalui kegiatan laboratorium

(demonstrasi atau praktikum) atau memperlihatkan fenomena dengan

simulasi laboratorium, kemudian diintegrasikan dengan level submikroskopik

melalui visualisasi statik atau dinamik dengan menggunakan media komputer

(animasi, simulasi atau software molekular) ataupun media konvensional

dengan kit molekul. Selanjutnya dihubungkan dengan level simbolik (melalui

persamaan dan rumus kimia) yang direpresentasikan di kelas.

Chittleborough & Treagust (2007) menyatakan pebelajar tidak dapat

menggunakan representasi kimia, jika kurang mengapresiasi karakteristik

pemodelan. Istilah pemodelan seringkali digunakan secara luas mencakup

representasi ide, obyek, kejadian, proses atau sistem. Namun yang dimaksud

7
dengan pemodelan dalam kimia adalah representasi fisik atau komputasional

dari komposisi dan struktur suatu molekul atau partikel (level

submikroskopik). Representasi struktur suatu molekul atau model partikel

(submikroskopik) tersebut dapat berupa model fisik, animasi atau simulasi.

Kemampuan pemodelan tersebut sangat penting untuk mencapai

keberhasilan menggunakan representasi kimia. Contohnya : ketika pebelajar

memikirkan suatu model kimia, terbentuklah hubungan antara suatu analogi

dan target yang dianalogikan sebagai representasi simbolik (yang dapat

berbeda-beda jenisnya) dengan dua target real yaitu level submikroskopik

(target 1) dan level makroskopik (target 2). Dalam hal ini representasi

simbolik merupakan analogi dari level makro dan sub-mikroskopik yang

menjadi target (Treagust, 2008).

Berkaitan dengan ketiga representasi kimia, Gilbert dan Treagust

(2009) merangkum dari berbagai hasil penelitian mengenai masalah yang

dihadapi pebelajar, yaitu :

1) Lemahnya pengalaman pebelajar pada level makroskopik, karena tidak

tersedianya pengalaman praktik yang tepat atau tidak terdapatnya

kejelasan apa yang harus mereka pelajari melalui kerja lab (praktikum) ;

2) Terjadinya miskonsepsi pada level submikroskopik, karena kebingungan

pada sifat-sifat partikel materi dan ketidak-mampuan untuk

memvisualisasikan entitas dan proses pada level submikroskopik;

3) Lemahnya pemahaman terhadap kompleksitas konvensi yang digunakan

untuk merepresentasikan level simbolik;

4) Ketidak-mampuan untuk ‘bergerak’ antara ketiga level representasi.

8
Representasi pada general chemistry textbook

Informasi yang disajikan dengan cara yang lebih eksplisit dalam

bentuk kalimat sudah sangat umum. Pada halaman dengan representasi, teks

yang tertulis bertindak sebagai sumber informasi utama dengan representasi

yang menyediakan fungsi pendukung dalam mengkomunikasikan ide

(Corradi et al., 2012).

Peserta didik sangat memperhatikan teks karena itu adalah mode yang

lebih langsung menyajikan informasi, dan karena itu lebih mudah diakses

oleh peserta didik (Hubungan dan Ashkenazi, 2008). Namun, penelitian yang

dilakukan oleh Mayer (2001) menunjukkan bahwa ketika informasi disajikan

melalui teks saja, siswa mengalami kesulitan mengingat apa yang mereka

baca, mentransfer pengetahuan yang bersumber dari teks, dan juga sulit

memecahkan masalah. Di sisi lain, ketika menggunakan multimedia , peserta

didik berkinerja lebih baik dalam pemecahan masalah (Mayer, 2001).

Penelitian lain menemukan bahwa ketika peserta didik hanya diberi teks,

mereka lebih sulit untuk memahami materi dibandingkan ketika teks

dipasangkan dengan representasi (Carney dan Levin, 2002; Gyselinck et al.,

2008). Informasi ilmiah yang dikomunikasikan kepada peserta didik melalui

beberapa representasi dikenal untuk meningkatkan pemahaman konseptual

(Kozma, 2003; Seufert, 2003; Ainsworth, 2006).

Beberapa representasi membantu mengatur informasi, meningkatkan

pemahaman, dan mendukung mengingat informasi (Carney dan Levin, 2002;

Jagal, 2006; Homer dan Plass, 2010). Menggabungkan beberapa representasi

9
dari berbagai format telah ditemukan bermanfaat bagi peserta didik (Mayer,

1997; Kintsch, 2004; Sadoski dan Paivio, 2007; Schnotz, 2008).

Contoh:

Gambar 3. Larutan Perak Nitrat (AgNO3) dan larutan natrium kromat

dicampurkan membentuk endapan merah bata perak kromat

(Ag2CrO4) dan larutan natrium nitrat (NaNO3) (Silberberg,

2010: 118).

Pada Gambar 3 menunjukkan 3 level representasi dari reaksi larutan perak

nitrat dengan natrium kromat.

1. Foto yang ditampilkan merupakan perubahan yang terlihat di

laboratorium ketika larutan perak nitrat (AgNO3) di reaksikan dengan

larutan natrium kromat (Na2CrO4) membentuk endapan merah bata perak

10
kromat dan larutan natrium nitrat. Hal ini merupakan gambaran

makroskopik.

2. Pada level submikroskopik, merupakan representasi bagaimana seseorang

membayangkan perubahan yang terjadi pada skala atomik, yaitu ion-ion

dari larutan AgNO3, Na2CrO4, dan NaNO3.

3. Tiga persamaan reaksi, yaitu persamaan molekul, persamaan ion, dan

persamaan ion total merupakan level simbolik. Pada gambar, ion-ion yang

bereaksi ditulis dengan warna merah.

B. Interkoneksi Multiple Representasi

Kemampuan representasi merupakan aspek penting agar dapat

berhasil memecahkan masalah kimia. Pemahaman pebelajar ditunjukkan oleh

kemampuannya mentransfer dan menghubungkan multiple representasi

kimia, yaitu makroskopik, submiskroskopik dan simbolik dengan berbagai

mode representasi atau disebut juga interkoneksi multiple level representasi

kimia (IMLR).

Berbagai hasil penelitian melaporkan bahwa pebelajar mengalami

kesulitan dalam pemecahan masalah kimia akibat kurang mampu

menghubungkan tiga level representasi kimia., (Chittleborough & Treagust

,2007; Chandrasegaran, et.al, 2007, Michalchick,et,al, 2008). Menurut

Treagust & Chandrasegaran (2009) keberhasilan pebelajar memecahkan

masalah kimia melibatkan konstruksi asosiasi mental antara level-level

representasi makroskopik, submikroskopik dan simbolik dengan

menggunakan berbagai mode representasi berbeda.

11
Sirhan (2007) menyatakan bahwa interaksi dan perbedaan antara

multipel representasi (makroskopik, mikroskopik, dan simbolik) merupakan

karakteristik dalam pembelajaran Kimia yang sangat penting dan diperlukan

dalam memahami konsep-konsep dalam kimia. Jika siswa merasa kesulitan

pada satu tingkat maka dapat memengaruhi tingkat lainnya pada representasi

kimia. Hal inilah yang menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam

mempelajari Kimia. Hal ini didukung pula oleh pernyataan Gilbert dan

Treagust (2009) bahwa dengan menghubungkan ketiga level representasi

tersebut akan sangat membantu dalam meningkatkan penguasaan konsep-

konsep Kimia.

Pembelajaran dengan interkoneksi multipel representasi dapat

digunakan untuk memperbaiki kesalahan konsep yang terjadi pada siswa.

Selain dapat memperbaiki kesalahan konsep pada siswa, keuntungan lain

dalam menerapkan pembelajaran dengan interkoneksi multipel representasi

adalah adanya keterkaitan yang saling mendukung antar tingkat representasi

maka sangat mampu dalam meningkatkan pemahaman siswa dan memahami

konsep-konsep baru dalam Kimia. (Gilbert dan Treagust, 2009).

Pembelajaran Kimia yang umumnya hanya diajarkan pada tingkat

makroskopik dan simbolik, maka dengan menghubungkan ketiga representasi

Kimia dapat membantu dalam memperkuat daya ingat siswa karena informasi

yang diperoleh siswa menjadi lebih utuh (Devetak, et al, 2004).

C. Model Mental

Model mental merupakan suatu representasi internal yang

dipakai oleh seseorang untuk berpikir dan dengan demikian mempengaruhi

12
perkembangan kognitif pembelajar (Chittleborough, and Treagust, 2007;

Tasker & Dalton, 2006; Senge, 2004; Ben-Zvi, et al., 1987). Pakar psikologi

kognitif Johnson-Laird (dalam Solaz-Portolẻs and Lopez, 2007) merumuskan

suatu definisi model mental dalam upayanya untuk menjelaskan proses-

proses penalaran seseorang dalam mengerjakan tugas silogisme dan

membentuk representasi internal berupa model mental dalam suatu working

memory (memori kerja = MK) tentang dunia dan mengkombinasikan

informasi yang telah tersimpan dalam memori jangka panjang dengan

informasi yang ada pada karakteristik dari tugas tersebut, kemudian diekstrak

oleh proses-proses perseptual dalam memori. Senge (2004) mendefinisikan

model mental sebagai berikut “Mental models are deeply held internal

images of how the world works, images that limit us to familiar ways of

thinking and acting. Very often, we are not consciously aware of our mental

models or the effects they have on our behavior.” Definisi dari Senge tersebut

dapat diartikan bahwa model mental merupakan image (gambaran) internal

yang dipegang teguh tentang bagaimana dunia bekerja, gambaran yang

membatasi kita untuk berpikir dan bertindak.

Bower dan Morrow (dalam Strickland, et. al., 2010)) mendefinisikan

model mental dalam pernyataan berikut: “We build models that represent

significant aspects of our physical and social world, and we manipulate

elements of those models when we think, plan, and try to explain events of

that world”. Selanjutnya dikatakan bahwa “an individual’s mental models are

complex knowledge constructs representing the person’s experiences

regarding a particular phenomenon. The construction of mental models is not

13
limited to tangible objects; the phenomena may be as abstract as the notions

of ‘right’ and ‘wrong’’. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa

konstruksi model mental adalah inti dari suatu pembelajaran bermakna,

dimana dalam memahami dan menalar bagaimana suatu sistem bekerja,

pembelajar perlu menyusun suatu model mental di otaknya terhadap

sistem yang dihadapinya. Dalam hal ini, individu tersebut akan membangun

jaringan konsep-konsep terkait dan memahami hubungan fungsional dari

sejumlah aspek dan tingkatan yang berbeda dari sistem tersebut (Abdullah,

2006).

Norman (dalam Barsalou, 1992) membagi karakteristik model mental

menjadi 2 bagian, yaitu model mental struktural dan model mental

konseptual. Pada penelitian bidang pendidikan, umumnya para peneliti

mempelajari model mental dengan memfokuskan pada model konseptual.

Terkait dengan penelitian model mental dalam pendidikan, Wang (2007) dan

Jaber & Boujaoude (2012) mengklasifikasi karakteristik model mental

(konseptual) ke dalam tiga kategori berdasarkan skor perolehan jawaban

mahasiswa terhadap pertanyaan dalam tes model mental, yaitu: model

mental “tinggi” (jawaban mahasiswa mencapai ≥70% benar), model mental

“moderat” (jika 50% > jawaban mahasiswa benar < 70%), dan model

mental “rendah” (jawaban mahasiswa yang benar ≤ 50%). Sedangkan Park,

et al (2009) mengklasifikasi karakteristik model mental ke dalam 5 bagian,

yaitu:

1. Model mental awal yang tidak berbentuk atau tidak jelas adalah model

mental yang sudah dibawa oleh seseorang sejak lahir dan muncul akibat

14
informasi dari lingkungan yang salah atau konsep/penjelasan dan gambar

struktur yang dibuat sama sekali tidak dapat diterima secara keilmuan

atau pembelajar sama sekali tidak memiliki konsep.

2. Model mental intermediet 1 adalah model mental yang sudah mulai

terbentuk dan ditandai dengan konsep/penjelasan yang diberikan

mendekati kebenaran keilmuan dan gambar struktur yang dibuat tidak

dapat diterima atau sebaliknya

3. Model mental intermediet 2 adalah model mental pembelajar yang

ditandai dengan konsep/penjelasan yang dimiliki pembelajar benar

sebagian dan gambar struktur yang dibuat mendekati kebenaran

keilmuan

4. Model mental intermediet 3 merupakan model mental yang dapat

dikategorikan sebagai model mental konsensus, yaitu ditandai dengan

konsep/penjelasan yang dimiliki pembelajar dapat diterima secara

keilmuan dan gambar struktur yang dibuat mendekati kebenaran atau

sebaliknya penjelasan/konsep yang dimiliki belum dapat diterima dengan

baik secara keilmuan, tetapi gambar struktur yang dibuat tepat

5. Model mental target adalah model mental yang ditandai dengan

konsep/penjelasan dan gambar struktur yang dibuat pembelajar tepat

secara keilmuan.

Dalam pembelajaran dengan berbagai representasi kimia, model

mental pembelajar dapat dibangun melalui pemberian pertanyaan-

pertanyaan yang menggiring pembelajar agar menggunakan metakognisinya

dalam memecahkan masalah (Park, 2006; Wang., 2007; dan Davidowitz, et

15
al., 2010). Di samping itu, membangun model mental pembelajar sangat

dimungkinkan dilakukan melalui pembelajaran yang menekankan pada

transformasi ketiga level fenomena kimia.

Coll (2008) menyatakan bahwa kemampuan peserta didik untuk

mengoperasikan atau menggunakan model mental mereka dalam rangka

menjelaskan peristiwa-peristiwa yang melibatkan penggunaan representasi

submikro sangat terbatas, sehingga perlu adanya latihan dalam

menginterpretasikan gambar visual submikro melalui pembelajaran yang

melibatkan 3 level fenomena kimia. Selanjutnya Devetak, et al. (2009)

menemukan bahwa mahasiswa yang belum di latih dengan representasi

eksternal akan mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan struktur

submikro dari suatu molekul atau atom.

Model mental dan penguasaan konsep saling terkait satu sama lain,

model mental dapat mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep,

demikian pula penguasaan konsep dapat mempengaruhi pembentukan model

mental. Adanya ketergantungan model mental terhadap penguasaan konsep

dapat dipahami, mengingat pernyataan Norman, D. (dalam Barsalou, 1992)

bahwa “people form mental models through experience, training and

instruction“. Dengan demikian, penguasaan konsep yang diperoleh

dari pengalaman mahasiswa sebelumnya dapat mempengaruhi model

mentalnya. Keterkaitan antara model mental dengan penguasaan

konsep dapat digambarkan sebagai berikut.

Model-model mental tersebut digunakan oleh mahasiswa untuk

melakukan upaya memecahkan masalah melalui proses menalar,

16
menjelaskan, memprediksi fenomena, atau menghasilkan model yang

diekspresikan dalam berbagai bentuk (seperti, diagram, gambar, grafik,

simulasi atau pemodelan, aljabar/matematis, bahkan juga deskripsi verbal

dengan kata-kata atau bentuk tulisan cetak, dan lain-lain), kemudian dapat

dikomunikasikan pada orang lain (Borges and John K. Gilbert, 1999; dan

Greca and Moreira, 2001). Oleh sebab itu, model mental sangat penting

dibangun untuk memudahkan mahasiswa mempelajari dan memahami suatu

materi pembelajaran dan ada perbedaan tingkat penguasaan materi

pembelajaran antara mahasiswa yang mampu membangun model mental yang

baik dengan pelajar yang tidak mampu membangun model mental (Park,

E.J., 2006; Wang, C.Y., 2007; McBroom, R.A., 2011., dan L.Z. and

BouJaoude, S. 2012).

D. Hubungan Multiple Representasi, Interkoneksi dan Model Mental

Multipel representasi dapat digunakan dalam mempelajari suatu

konsep yang rumit dengan penggunaan diagram, grafik, dan persamaan

sehingga mempermudah proses pembelajaran (Ainsworth, 2008).

Interkoneksi dari ketiga level representasi tersebut adalah salah satu kunci

untuk pengajaran kimia (Gilbert and Treagust, 2009).

Memahami ilmu kimia dengan penerapan multiple representasi dapat

membantu pengembangan model mental siswa (Chittleborough, 2002). Model

mental siswa dapat dibangun melalui pengalaman, interpretasi, dan

penjelasan mereka ketika dilibatkan dalam proses pembelajaran.

Pengembangan model mental ini diperlukan untuk membuat prediksi,

menguji gagasan baru, dan menyelesaikan masalah dalam pembelajaran kimia

17
(Halim, 2013). Dengan melibatkan tiga jenis representasi kimia (fenomena

makro, submikro, dan simbolik) bertujuan agar mampu memberikan

eksplanasi dan memperoleh pengetahuan konseptual yang mendalam,

sehingga lebih mudah dalam menyelesaikan masalah-masalah kimia yang

terkait dengan konsep-konsep abstrak.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: multiple

representasi adalah penggunaan representasi dengan berbagai cara atau mode

representasi untuk merepresentasikan suatu fenomena. Representasi

dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu representasi internal dan

eksternal. Johnstone (1993) mendeskrispsikan bahwa fenomena kimia dapat

dijelaskan dengan representasi tiga level fenomena yang berbeda yaitu

makroskopik, submikroskopik, dan simbolik.

Kemampuan seseorang dalam mentransfer dan menghubungkan

multiple representasi kimia, yaitu makroskopik, submiskroskopik dan

simbolik dengan berbagai mode representasi atau disebut juga interkoneksi

multiple level representasi kimia (IMLR). Sedangkan, model mental

merupakan suatu representasi internal yang dipakai oleh seseorang untuk

berpikir dan dengan demikian mempengaruhi perkembangan kognitif

pembelajar (Chittleborough, and Treagust, 2007; Tasker & Dalton, 2006;

Senge, 2004; Ben-Zvi, et al., 1987).

Tiga jenis representasi kimia (fenomena makro, submikro, dan

simbolik) saling berhubungan satu sama lain yang bertujuan agar mampu

memberikan eksplanasi dan memperoleh pengetahuan konseptual yang

mendalam, sehingga lebih mudah dalam menyelesaikan masalah-masalah

kimia yang terkait dengan konsep-konsep abstrak.

19
B. Saran

Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui

tentang multipel representasi, interkoneksi dan model mental dalam

pembelajaran kimia, serta bisa menghubungkan ketiga level representasi

tersebut, sehingga akan berdampak terhadap pemahaman peserta didik.

Penulis menyadari adanya kesalahan dalam membuat makalh ini. Oleh

karna itu, bagi pembaca kritik dan saran yang membangun penulis harapkan.

Terimakasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Effendy. 2006. A-Level Chemistry for Senior High School Students Volume 1A.
Malang: Bayumedia.

Chittleborough G. and Treagust D. F., 2007. The Modelling Ability Of Non-


Major Chemistry Students And Their Understanding Of The Sub-
Microscopic Level, Chem. Educ. Res. Pract., 8(3): 274-292.

Chandrasegaran, A.L., Treagust, D.F. dan Mocerino, M. (2007). “The


Development of A Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument for
Evaluating Secondary School Students’ Ability to Describe and Explain
Chemical Reactions Using Multiple Levels of Representation”.
Chemistry Education Research and Practice,8, (3), 293-307.

21

Anda mungkin juga menyukai