Anda di halaman 1dari 4

Atasi Polusi dengan Plasma

Selama ini teknologi pengolahan limbah kurang mendapatkan perhatian serius di Indonesia.
Padahal, tidak sedikit permasalahan limbah cair maupun gas terbentur pada permasalahan
penggunaan teknologi. Dengan semakin berkembangnya perindustrian di Indonesia, sudah
selayaknya pemilihan serta penggunaan teknologi yang tepat dalam mengatasi masalah limbah
segera diterapkan.
Melalui artikel ini penulis ingin memperkenalkan sebuah teknologi yang kerap disebut teknologi
plasma. Di berbagai negara maju termasuk Jepang, teknologi plasma mulai banyak dipergunakan
untuk mengolah limbah gas dan cair dari berbagai kegiatan industri domestik, serta dari asap
kendaraan bermotor. Sedangkan di negara Eropa dan Amerika berbagai penelitiaan dari
penggunaan teknologi plasma untuk mengolah limbah juga banyak dikembangkan.

Plasma

Plasma adalah zat keempat di samping zat klasik: padat, cair, dan gas. Zat plasma ini bukanlah
plasma seperti pada kata plasma darah, kata yang paling umum digunakan berkaitan dengan
plasma dalam bidang Biologi. Plasma zat keempat ini ditemukan pada tahun 1928 oleh ilmuwan
Amerika, Irving Langmuir (1881-1957) dalam eksperimennya melalui lampu tungsten filament.

Plasma ini sangat mudah dibuat, caranya dengan pemanfaatan tegangan listrik. Contoh,
hadapkan dua electrode di udara bebas. Seperti kita ketahui udara adalah isolator, materi yang
tidak menghantarkan listrik. Namun, apabila pada dua electrode tadi diberikan tegangan listrik
yang cukup tinggi (10 kV<), sifat konduktor akan muncul pada udara tersebut, yang bersamaan
dengan itu pula arus listrik mulai mengalir (electrical discharge), fenomena ini disebut eletrical
breakdown.

Mengalirnya arus listrik menunjukkan akan adanya ionisasi yang mengakibatkan terbentuknya
ion serta elektron pada udara di antara dua elektrode tadi. Semakin besar tegangan listrik yang
diberikan pada elektrode, semakin banyak jumlah ion dan elektron yang terbentuk. Aksi-reaksi
yang terjadi antara ion dan elektron dalam jumlah banyak ini menimbulkan kondisi udara di
antara dua electrode ini netral, inilah plasma. Singkat kata plasma adalah kumpulan dari electron
bebas, ion dan atom bebas.

Polusi udara

Mengatasi polusi dengan plasma sebenarnya bukan sebuah hal yang baru. Pada tahun 1907
Frederick Cottrell memperkenalkan electrostatic precipitator (EP) untuk mengatasi polusi akibat
aerosol (sampah udara) dari asap pabrik hasil pembakaran. EP dapat digunakan untuk
mengumpulkan aerosol. Prinsip kerja dari EP adalah perpaduan dari medan electrostatic dan
aliran ion yang dihasilkan oleh corona discharge. Mekanisme kerjanya adalah partikel aerosol
ditangkap atau dikumpulkan oleh aliran ion, kemudian kumpulan partikel tadi diangkut oleh
medan electrostatic lalu dipisahkan. Sekarang EP banyak digunakan untuk mengatasi aerosol
dari asap pabrik termasuk di antaranya, di Indonesia.
Namun, asap hasil pembakaran dari pabrik maupun kendaraan bermotor tidak hanya
mengandung aerosol saja, tetapi didapati juga gas NOx, SOx, CO, dan Dioxin yang diketahui
sangat berbahaya pada kesehatan. Kita mengenal hujan asam (HNO3 dan H2SO4) yang dapat
mengakibatkan kanker. Juga gas CO yang dapat mematikan apabila kita menghirupnya secara
langsung. Kita juga dapat merasakan bertambah suhu bumi akibat pertambahan CO2.

Baru-baru ini kita mendengar Dioxin yang muncul dari pembakaran sampah plastik, yang
walaupun kadarnya sedikit namun berbahaya bagi kesehatan kita. Hal ini mendorong Dr Seiichi
Masuda dari Tokyo University untuk mencari teknologi yang dapat mengatasi gas beracun hasil
pembakaran pabrik. Pada tahun 1986 Seiichi Masuda mempublikasikan teknologi plasma
sebagai teknologi untuk mengatasi kandungan gas NOx, SOx dari asap pembakaran pabrik.

Prinsip dari teknologi plasma dalam mengatasi kandungan gas NOx atau SOx sangatlah mudah.
Seperti di jelaskan pada penjelasan di atas, plasma terbentuk dari kumpulan electron bebas, ion
serta atom. Aksi-reaksi pada ion dan electron dalam plasma seperti reaksi ionisasi, excitasi, dan
dissociasi dengan udara bebas disekitarnya berlanjut dengan terbentuk species aktif (ion,
electron, molekul yang mudah bereaksi) seperti Ozone, OH, O, NH3 yang memiliki sifat radikal
sangat mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa yang ada disekitarnya. Species aktif yang
terbentuk ini kemudian bereaksi dengan gas NOx atau SOx kemudian mengubah serta
menguraikannya.

Dewasa ini di Jepang teknologi plasma berkembang sangat pesat. Di mana teknologi plasma
memiliki beberapa kelebihan yaitu pembuatan peralatan dan maintenance yang sangat mudah,
namun memiliki efektivitas penguraian yang cukup tinggi. Struktur yang mudah dari peralatan
teknologi plasma memungkinkan untuk dipasang langsung pada kendaraan bermotor, untuk
mengurangi kadar NOx yang timbul pada asap kendaraan hasil dari pembakaran bensin atau
solar. Selain untuk mengatasi NOx dan SOx teknologi plasma dapat dipergunakan juga untuk
menguraikan berbagai macam senyawa beracun seperti Dioxin, gas VOC (Volatile organic
compounds) seperti, CFC, trichloroethylene, toluene, benzene, serta gas dari hasil pembakaran
lainnya.

Mengatasi polusi

Seperti halnya pencemaran udara, pencemaran air sangatlah kompleks. Dalam proses produksi
sebuah industri pada umumnya dipergunakan berbagai bahan material dari berbagai jenis dan
bentuk. Limbah cair industri, pertanian, perkotaan dan rumah tangga selain mengandung
senyawa berat (Cd, Cu, Hg, Zn dll.), juga mengandung berbagai macam senyawa organik, seperti
dioxin, phenol, benzene, PCB, dan DDT.

Sistem pengolahan limbah cair yang ada sekarang umumnya mempergunakan cara kombinasi
antara pemakaian chlorine serta sistem condensasi, sedimentasi, dan filtrasi. Sedangkan untuk
pengolahan limbah organik banyak mempergunakan microbiologi, karbon aktif atau membran
filtrasi.

Namun, limbah organik semakin banyak yang sulit untuk diuraikan dengan microbiologi atau
membran filtrasi, serta membahayakan keselamatan makhluk hidup, meskipun dalam kandungan
konsentrasi yang sangat kecil (ppm/ppb) seperti, senyawa dioxin, furan, dan atrazine. Sehingga
sistem pengolahan limbah cair yang ada sekarang tidaklah cukup. Apabila hal ini kita biarkan,
tanpa kita sadari, air minum yang dipergunakan akan banyak mengandung senyawa organik,
yang selain membahayakan kesehatan manusia juga dapat merusak ekosistem makhluk hidup
lainnya.

Untuk mengatasi masalah limbah organik ini, teknologi ozone mulai dipergunakan dalam proses
pengolahan limbah cair. Teknologi ini dikenal dapat membersihkan limbah cair hingga
mendekati 100 persen (Japan Engineering newspaper, 1996). Ozone yang dikenal sebagai
oksidant kuat, selain dapat menghancurkan senyawa-senyawa organik, juga sekaligus dapat
membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah tadi. Meskipun demikian masih ada beberapa
kendala yang harus diselesaikan pada teknologi ozone ini, seperti tingginya biaya operasional
serta adanya sisa ozone yang tertinggal dalam air setelah proses pengolahan berlangsung. Sisa
ozone yang memiliki kadar cukup tinggi, akan dapat membahayakan manusia.

Teknologi yang kemudian diperkenalkan untuk mengatasi limbah cair setelah teknologi ozone
ini adalah teknologi plasma. Sebelum kita jelaskan lebih lanjut tentang teknologi plasma, perlu
disampaikan disini bahwa ozone sendiri dapat dibuat dengan mempergunakan teknologi plasma
(Siemens 1857). Dewasa ini teknologi plasmalah yang paling banyak dipergunakan untuk
membuat ozone. Jadi, secara tidak langsung teknologi ozone adalah pemanfaatan dari teknologi
plasma itu sendiri.

Selanjutnya, teknologi plasma juga dapat dipergunakan secara langsung dalam proses
pengolahan limbah cair. Salah satu cara adalah dengan membuat plasma dalam air. Seperti
halnya plasma di udara, plasma dapat juga dibuat dalam air. Proses pembuatannya sendiri hampir
sama, hanya saja pembuatan plasma dalam air memerlukan energi sedikit lebih besar
dibandingkan pembuatan plasma di udara, mengingat air adalah materi yang dapat mengalirkan
arus listrik.

Plasma dalam air dapat menyebabkan timbulnya berbagai proses reaksi fisika dan kimia, seperti
sinar ultraviolet, shockwave, species aktif (OH, O, H, H2O2), serta thermal proses.

Banyaknya reaksi fisika dan kimia yang dihasilkan oleh plasma dalam air, membuat teknologi ini
dapat merangkum beberapa proses yang dibutuhkan dalam pengolahan air limbah. Sinar
ultraviolet yang dihasilkan mampu mengoksidasi senyawa organik sekaligus membunuh bakteri
yang terkandung dalam limbah cair. Shockwave yang ditimbulkan mampu menghasilkan proses
super critical water yang juga berperan dalam proses pengoksidasian senyawa organik. Dan,
yang paling penting banyak dihasilkan species aktif seperti OH, O, H, dan H2O2 yang merupakan
beberapa oksidant kuat yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik sekaligus juga
membunuh bakteri dalam limbah cair tersebut. Dan, tidak ketinggalan panas yang dihasilkan
oleh plasma ini pun berperan dalam berbagai proses pengoksidasian.

Dari berbagai kelebihan proses yang dimilikinya, teknologi plasma dalam air mulai mendapat
perhatian khusus terutama untuk mengolah limbah organik yang umumnya mengandung
berbagai macam jenis senyawa organik. Dari berbagai percobaan laboratorium, teknologi plasma
dalam air sangat efektif untuk menguraikan senyawa organik seperti TNT, phenol,
trichloroethylene, atrazine, dan berbagai jenis zat warna (dye).

Teknologi plasma untuk mengolah limbah cair baik dengan teknologi ozone maupun dengan
teknologi plasma dalam air memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional,
microbiologi maupun membran filtrasi. Di antaranya proses penguraian senyawa organik
berlangsung sangat cepat, pembuatan peralatan serta maintenance yang mudah, serta species
aktif yang dihasilkan dapat menguraikan hampir seluruh senyawa organik.

Di Jepang dalam sepuluh tahun terakhir, penggunaan teknologi ozone maupun teknologi plasma
berkembang sangat pesat. Terlebih lagi setelah ditetapkannya perundangan tentang Dioxin dan
sejenisnya (January 2001). Di mana dioxin dapat diuraikan dengan mempergunakan kombinasi
dari ozone dan sinar ultraviolet atau ozone dan hydrogen peroxide.

https://karieeen.wordpress.com/2007/06/18/atasi-polusi-dengan-
plasma/

Anda mungkin juga menyukai