Anda di halaman 1dari 23

Elemen

Penilaian :
BAB VII / 7.2.3 ep 1
Nomor :

Revisi ke :

Berlaku Tgl. :

PEDOMAN

PELAYANAN UNIT GAWAT DARURAT


DI PUSKESMAS BOBOTSARI

PENANGGUNG JAWAB

Disiapkan Diperiksa Disyahkan


Ketua Pokja UKP Ketua Mutu Kepala UPTD Puskesmas
Bobotsari

Dr Hammad Himmawan Arif Hidayah, S.Kep, Ns Dr. Kustiyah


NIP. 19700824200212 1 005 NIP.19820228 200312 1 007 NIP. 19690310 200312 2 005

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA


DINAS KESEHATAN

BLUD UPTD PUSKESMAS BOBOTSARI


Alamat : Jl. Yosomiharjo No.16Telp.(0281) 758678
Email: pusk.bobotsari@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain
ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan
terlaksananya sistem penanggulangan gawat darurat, karena bilamana keadaan
tersebut memerlukan waktu tanggap (respon time) yang sangat terbatas.

Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat


menimpa seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat
membahayakan jiwa sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar
dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang
tidak perlu.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka disusunlah Pedoman Pelayanan
Unit Gawat Darurat Puskesmas Bobotsari Kec. Bobotsari Kab. Purbalingga
Provinsi Jawa Tengah. Diharapkan dengan tersusunnya buku ini dapat
meningkatkan pelayanan gawat darurat, baik pra puskesmas maupun di dalam
puskesmas sesuai dengan standar yang ditentukan.

1.2.TUJUAN PEDOMAN
Tujuan dari tersusunnya buku Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
Puskesmas Bobotsari Kec. Bobotsari Kab. Purbalingga Provinsi Jawa Tengah ini
adalah menata Unit Gawat Darurat Puskesmas Bobotsari Kec. Bobotsari Kab.
Purbalingga Provinsi Jawa Tengah agar dapat meningkatkan kemampuan dan
mutu pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan yang
diberlakukan, dan harapan masyarakat.

1.3.RUANG LINGKUP
1. Pelayanan pendaftaran pasien
2. Informasi pelayanan gawat darurat
3. Pengaturan jaga
4. Pelayanan triase
5. Transportasi pasien
6. Sistem komunikasi
7. Pelayanan false emergency
8. Sistem rujukan
1.4. BATASAN OPERASIONAL

– Informasi pelayanan gawat darurat adalah semua keterangan


tentang pelayanan yang tersedia di Unit Gawat Darurat.

– Triase adalah sistem seleksi terhadap keluhan atau masalah penderita


dalam situasi sehari-hari dan seleksi terhadap penderita yang
memerlukan tindakan pertolongan pertama dalam kondisi
kegawatdaruratan.

– Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan


diagnostik dan/atau terapi maupun pasien yang dikirim untuk alih rawat.
Untuk hal-hal lain dalam keadaan tertentu, pemeriksaan spesimen juga
dapat termasuk dalam ketentuan rujukan ini.

– Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama,
tidak mengancam nyawa (false emergency).

– Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang
dilihat/diperiksa berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk
kepentingan peradilan.

– DOA (Death On Arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien


sampai di UGD .

– Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem di


mana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman.

– Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana puskesmas


membuat kerja/aktifitas karyawan lebih aman.

1.5.LANDASAN HUKUM
Unit Gawat Darurat disuatu puskesmas adalah merupakan bagian yang
harus terselenggara sesuai dengan :

a. Undang-undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek kedokteran


b. Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
c. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
d. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 037 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Puskesmas
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
h. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI Nomor
63/KEP/M.PAN/2003, tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik
i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 585/Menkes/SK/V/2007 tentang
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas
j. Kep Menkes RI Nomor : 828 Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1.KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Tabel 2.1.Kualifikasi SDM Bagian Gawat Darurat Puskesmas Bobotsari Kec.
Bobotsari Kab. Purbalingga Provinsi Jawa Tengah

Nama Kualifikasi Pengalaman Pelatihan


Jabatan Pendidikan Kerja
Kepala Unit Minimal dokter Minimal 2 BLS/PPGD/BTCLS/ATLS/ACLS
Gawat Darurat umum tahun
Kepala Minimal D3 Minimal 2 BLS/PPGD/BTCLS
Perawat Unit Keperawatan tahun
gawat darurat
Perawat D3 - BLS/PPGD/BTCLS
Pelaksana Keperawatan
Bidan D3 Kebidanan - BLS/PPGD/BTCLS/PONED
Pelaksana

Tabel 2.2. Pola Ketenagaan Unit Gawat Darurat Puskesmas Bobotsari Kec.
Bobotsari, Kab. Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah
No Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga
1 Dokter 2
2 S1 Keperawatan 2
3 D3 Keperawatan 8
4 D4 Keperawatan
5 D3 Kebidanan
6 D4 Kebidanan

2.2.DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan dilakukan sesuai dengan daftar dinas perawat per
bulan. Kebutuhan tenaga di peroleh berdasarkan perhitungan standar tenaga
perawat Puskesmas Bobotsari Kec. Bobotsari Kab. Purbalingga Provinsi Jawa
Tengah yang telah dibuat.

2.3.PENGATURAN JAGA
1. Dokter Konsulen

a. Pengaturan jadwal dokter jaga UGD terbagi 3 shift, yaitu


sebagai berikut :
– Shift pagi : jam 08.00 WIB – 14.00 WIB (Standby)
– Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB (on call )
– Shift malam : jam 21.00 WIB – 08.00 WIB (on call )

b. Jadwal dokter jaga UGD disusun setiap bulan oleh Kepala UGD dengan
sepengetahuan Koordinator UKP dan diperbanyak untuk didistribusikan
pada minggu terakhir setiap bulan kepada setiap dokter jaga UGD , Unit
Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, dan Unit / bagian lain
yang terkait.
c. Bila dokter jaga UGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Koordinator UGD .
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi UGD .

2. Perawat

a. Pengaturan jadwal jaga perawat UGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai
berikut :

– Shift pagi : jam 08.00 WIB – 14.00 WIB

– Shift siang : jam 14.00 WIB – 20.00 WIB

– Shift mlam : jam 20.00 WIB – 08.00 WIB (keesokan harinya)

b. Jadwal jaga perawat UGD disusun setiap bulan oleh Koordinator


Perawat UGD dengan sepengetahuan Koordinator UKP.
c. Bila perawat UGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Koordinator Perawat UGD .
d. Jadwal jaga perawat UGD terpasang di papan informasi UGD .
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1.DENAH LUAR

3.2.DENAH RUANG
S

4
2

Keterangan : 1. ; pintu masuk UGD


2. ; pintu keluar UGD
3; : Ruang perawat
4 ; Ruang tindakan bedah
5 ; Ruang transit pasien

3.3.STANDAR FASILITAS
1. Ruang Resusitasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan pertolongan
tindakan resusitasi segera dan memerlukan pengawasan ekstra, misalnya :
- Kasus henti nafas
- Kasus henti jantung
- Pasien yang dicurigai sakit jantung
- Pasien tak sadar karena berbagai penyebab (misalnya karena hipoglikemia,
stroke, syok, dan sebagainya)
- Kasus kejang demam
- Kasus cedera kepala berat
- Kasus tenggelam
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang resusitasi, antara lain :
- Tempat tidur
- Tensimeter
- Oksigen sentral dan selang O2
- Monitor set
- Oksimeter
- Defibrilator
- Suction set
- EKG
- Syringe pump set
- Nebulizer
- Lampu senter
– Stetoskop
– Papan keras
– Neck collar
– Catheter set (dengan berbagai ukuran)
– Nasigastric tube set (dengan berbagai ukuran)
– Tempat sampah
– Emergency trolley
– Ventilation bag dewasa
– Ventilation bag anak
– Ventilation bag bayi
– Laryngoscope + blade
– Endotracheal tube (dengan berbagai ukuran)
– Stilet
– Spuit (dengan berbagai ukuran)
– Jelly
– Sarung tangan
– Plester
– Gunting plester
– Oropharyngeal tube/guedel (dengan berbagai ukuran)
2. Infus Trolley
– Infusion set (microdrip, macrodrip, blood set)
– Intravenous catheter (dengan berbagai ukuran)
– Tourniquet
– Alkohol swab
– Plester
– Gunting plester
3. Cairan infus, obat dan alat kesehatan
a. Cairan infus
– RL
– NaCl 0,9%
– D 10% (500 cc)
– Asering
– Manitol
b. Obat
– Adrenalin injeksi
– Atropine sulfate injeksi
– Morphine injeksi
– Pethidine injeksi
– Diazepam injeksi
– Diazepam suppository
– Dexamethasone injeksi
– Aminophyline injeksi
– Dextrose 40%
– NaCL 0.9% 25 ml
– Aquadest 25 ml
– Natrium bicarbonate
– Lidocaine injeksi
– ISDN
– Asam asetilsalisilat
– MgSO4 20%
– Dopamin injeksi
– Furosemide injeksi
c. Spuit (dengan berbagai ukuran)
d. Jarum suntik (dengan berbagai ukuran)
e. Glucometer set
4. Ruang Administrasi
Kebutuhan kelengkapan administrasi yang diperlukan, antara lain:
a. Buku register UGD
b. Buku laporan UGD
c. Formulir pemeriksaan penunjang medis
d. Formulir dokumen keperawatan
e. Telepon dalam dan luar
f. Rak brosur
g. Meja komputer
h. Komputer
i. Printer
j. Kursi
Adapun kelengkapan alat kesehatan yang dperlukan, antara lain :
a. Stetoskop
b. Termometer
c. Tensimeter
d. Otoscope
e. Palu reflek
f. Lampu senter
5. Ruang Bedah Minor
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang membutuhkan tindakan bedah minor,
misalnya :
– Jahit luka karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, dan sebagainya.
– Pasien yang akan dilakukan tindakan incision and drainage.
– Pasien yang akan dilakukan tindakan plueral puncture (thoracentesis)
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang bedah minor, antara lain:
a. Tempat tidur
b. Tensimeter
c. O2 set
d. Surgery desk
– Berbagai macam cairan antiseptik (savlon, povidone iodine cair, H2O2,
alkohol 70%, NaCl 0,9%, aquadest)
– Tromol gauze + gauze steril
– Jarum kulit + benang (dengan berbagai ukuran)
– Jarum dalam + benang (dengan berbagai ukuran)
– Plester + gunting plester
– ABD, berbagai tampon
– Sofratulle
– Gauze gulung (dengan berbagai ukuran)
– Elastis bandage (dengan berbagai ukuran)
– Pisau aesculap
– Berbagai salep antibiotik
– Lidocaine injeksi + chlor ethyl spray
– Set pemasangan infus + berbagai cairan infus
– Set pemasangan nasogastric tube
– Set pemasangan foley catheter
– Berbagai ukuran spuit dan jarum suntik
– Spalk/bidai (berbagai ukuran)
– Operating lamp
– Tempat sampah
– Sarung tangan
– Korentang dan tempatnya
– Scoop strecher
– Skort plastik (apron)
e. Lemari instrumen set
– Sprei lobang
– Baskom kecil
– Cath kawat
– Alat buka jahit
– Alat jahit wajah
– Alat jahit isi 6, 7
– Haemostat bengkok
– Haemostat lurus
– Tangkai pisau
– Speculum hidung
– T. Jarum biasa
– T. Jarum besar
– Ring forcep
– Selang karet
– Gunting mets
– Catheter tray
– Tabung enema
– Baskom irigasi
– Hak bergigi
– Korentang klem
– Alat vena sectie
– Alat thoracentesis
– Alat umbilikel
– Alat THT
– Selang dubur
– Foley catheter (dengan berbagai ukuran)
– Tromol kasa
– Bak instrumen
– Sarung tangan steril (dengan berbagai ukuran)
f. Ruang Triase
Triase adalah sistem penyeleksian problem pasien untuk memberikan
pertolongan dengan tepat, efektif, dan efisien sesuai dengan tujuan utama
UGD , yaitu :
– Mencegah kematian dan cacat
– Menerima rujukan pasien gawat darurat
– Menanggulangi korban bencana
– Menanggulangi “false emergency” sebagai tujuan tambahan
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang triase, antara
lain :
– Tempat tidur
– Lembar status emergency
– Tensimeter
– Stetoskop
– Termometer
g. Ruang pemeriksaan (Kasus Bedah dan Non-Bedah) Ruang ini dapat
dipergunakan untuk pasien yang akan :
– Dilakukan pengukuran tanda-tanda vital
– Dilakukan pemeriksaan fisik
– Menunggu hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)
– Menunggu masuk ke ruang rawat inap
– Dilakukan tindakan keperawatan (pasang infus, pasang catheter), pasang
nasogastric tube, dan sebagainya)
– Menunggu obat
– Menunggu proses penyelesaian administrasi
– Observasi setelah dilakukan di ruang bedah minor Adapun kelengkapan
sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang pemeriksaan kasus
bedah maupun non-bedah, antara lain:
– Tempat tidur
– Tempat sampah
– O2 set (sentral)
– Tensimeter dinding
– Tongue spatel
– Sarung tangan
– Jelly
– Masker
7. Ruang Spool Hock
Ruang ini berfungsi untuk mencuci alat-alat keperawatan,
seperti pispot, urinal, dan baskom mandi.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di ruang
spool hock, antara lain :
a. Bak spool
b. Tempat sampah
c. Urinal, bed pan
d. Berbagai cairan (lysol, tepol)
e. Bak rendam alat
f. Bubuk detergent
g. Sikat
h. Sarung tangan on steril
i. Rak
j. Tempat jarum dan pisau bekas
k. Sapu
l. Alat pel + cairan
m. Tempat tenun kotor
n. Cikrak
8. Ruang Penyimpanan Oksigen
Ruang ini berfungsi untuk penempatan oksigen beserta
perangkatnya.
sarana
Kelengkapan dan peralatan yang diperlukan di gudang
antara lain :
besar, pipa saluran dan
– Tabung O2 kran
– Etiket O2
9. Gudang
Ruang ini berfungsi untuk penempatan
stock obat dan alat di
UGD . Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di
gudang, antara lain :
– Form Permintaan laborat
– Persetujuan tindakan medic
– Form cairan keluar masuk
– Surat persetujuan perawatan
– Data pasien
– Peraturan opname pasien
– Form pemeriksaan fisik
– Catatan/ Pesan-pesan dokter
– Plastik sampah
– Rinso
– Pipet
– Envelope uk. 95 x 152 mm
– Envelope uk. 110 x 230 mm
– Karet gelang
– Clear pembersih kaca
– Pengharum ruangan
– Tissue gulung
– Clips
– Batu baterai kecil
– Batu baterai sedang
– Batu baterai besar
– Lem
– Buku tulis biasa/quarto
– Buku folio kecil panjang
– Form permintaan pemeriksaan UGD
– Resep
– Surat rujukan
– Surat keterangan dokter
– Memo
– Pemeriksaan radiologi
– Form penolakan tindakan medis/opname
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di gudang medis, antara
lain :
– Inf. Cath 14 gr x 2’
– Inf. Cath 16 gr x 2’
– Inf. Cath 18 gr x 1¼’
– Inf. Cath 20 gr x 1¼’
– Inf. Cath 22 gr x 1¼’
– Inf. Cath 24 gr x ¾’
– Spuit 1 cc
– Spuit 3 cc
– Spuit 5 cc
– Spuit 10 cc
– Spuit 20 cc
– Spuit 50 cc
– Infus set pediatrik
– Infus set dewasa
– Infus set darah
– Jarum suntik 18
– Jarum suntik 20
– Jarum suntik 23
– Jarum suntik 25
– RL 500 cc
– NaCl 3% 500cc
– NaCl 500 cc
– NaCl 1000cc
– D5 500 cc
– Asering
– Kaen 3B
– D 10% 500cc
– Folleycath No. 8
– Folleycath No. 14
– Folleycath No. 16
– Folleycath No. 18
– Folleycath No. 20
– Slang lambung No. 4
– Slang lambung No. 16
– Slang lambung No. 18
– Jelly
– Sofratul
– Electroda
– Hansaplast
– Leukopon 2,5 cm x 9,2 m
– Leukocrefe 7,5 cm x 4,5 m
– Leukocrefe 10 cm x 4,5 m
– Leukocrefe 15 cm x 5 m
– Verband gulung 5 cm
– Verband gulung 10 cm
– Kondom cath
– Urine bag
– Endotracheal tube No. 6
– Endotracheal tube No. 7
– Endotracheal tube No. 7,5
– Endotracheal tube No. 8
– Meylon 84 25 cc
– Dextrose 40% 25 cc
– Spatel tongue
– Catheter tip
– Spinal needle No. 23
– Sarung tangan No. 6½
– Sarung tangan No. 7
– Sarung tangan No. 7½
– Alkohol
– Savlon
– Kapas
– H2O2
– Bethadine cair
– EKG rol
– Formalin 10%
10. Toilet
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain :
a. Kloset
b. Pegangan
c. Tissue gulung
d. Tempat sampah
e. Ember
f. Gayung
11.Ruang Istirahat Petugas
Kelengkapan sarana yang diperlukan di ruang istirahat, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Telepon dalam
c. Televisi
d. Kursi
12. Ruang Tunggu pasien
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang sedang :
– Menunggu pemeriksaan fisik/ukur tanda-tanda vital
– Menunggu hasil (laboratorium )
– Menunggu penyelesaian proses administrasi
– Menunggu proses masuk ke Unit Rawat Inap
Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang tunggu pasien, antara lain :
a. Kursi
b. Tempat sampah
c. Rak brosur
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1.PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN


Pasien datang ketempat penerimaan gawat darurat. Tempat pendaftaran
pasien jam 08.00 WIB – 14.00 WIB di loket rawat jalan, sedangkan jam 14.00
WIB – 08.00 WIB pendaftaran pasien di UGD . Pasien ditolong terlebih dahulu,
baru kemudian dilakukan penyelesaian administrasinya.

Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan


dari setiap pasien :
1. Pasien boleh langsung pulang
2. Pasien dirujuk/dikirim ke Rumah Sakit
3. Pasien harus dirawat
4. Pasien yang sudah diseleksi dan membawa surat pengantar untuk
dirawat dapat langsung dibawa ke ruangan perawatan sambil menungu
tempat tidur kosong dan disiapkan dari ruang perawatan.
5. Jika pasien sudah sadar dan dapat di wawancarai, petugas pendaftaran
mendatangi pasien/keluarga untuk mendapatkan identitas selengkapnya.
6. Bagian pendaftaran mengecek data identitas ke bagian rekam medis
untuk mengetahui apakah pasien pernah dirawat/berobat ke puskesmas .
7. Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya segera
dikirim ke ruang perawatan yang bersangkutan dan tetap memakai nomor
yang dimilikinya.
8. Bagi pasien yang pernah dirawat/berobat ke puskesmas maka diberikan
nomor rekam medis.
9. Petugas rawat inap harus senantiasa update ruang perawatan yang
kosong.

4.2.SISTEM KOMUNIKASI
Komunikasi sangat penting dalam penanggulangan penderita gawat
darurat “time saving is life limb saving”. Selain itu kondisi kegawat daruratan
yang mungkin terjadi sehari-hari atau bencana tertentu dapat menimbulkan
korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai subsistem penunjang penanggulangan penderita
gawat darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan kecepatan. Komunikasi Unit
Gawat Darurat Puskesmas siap 24 jam menggunakan sarana komunikasi intern
dan extern.
– Intern dengan aipon
– Extern dengan hotline 0281 758678
4.3.PELAYANAN TRIASE
Triase adalah sistem seleksi pasien untuk pengelompokkan korban dalam
menentukan tingkat kegawatan serta prioritas dan kecepatan penanganan serta
pemindahan. Pasien diseleksi berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya dengan
kategori :
1. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya serta anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat, misalnya penyakit kanker stadium lanjut.
3. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
4. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dll
5. Kecelakaan
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cidera (fisik, mental,
sosial).
6. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat/ dialami sebagai akibat kecelakaan.
7. Bencana
Peristiwa/ rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian, harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum, serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat serta pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Dalam pelaksanaan pelayanan di UGD diberlakukan kategori kasus
emergency dan false emergency. Dalam hal ini yang termasuk pasien emergency
adalah kasus :
1. Prioritas 1 (P1) yaitu pasien gawat darurat.
2. Prioritas 2 (P2) yaitu pasien gawat tidak darurat dan/ atau pasien darurat
tidak gawat.
Sedangkan yang termasuk pasien false mergency adalh kasus :
1. Prioritas 3 (P3) yaitu pasien tidak gawat tidak darurat dan kasus prioritas 0
(P0) yaitu pasien yang datang dalam keadaan sudah meninggal dunia (death
on arrival).

Kartu kode warna triase dapat digunakan sebagai cara pengklasifikasian


dalam triase setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan pasien.

Kartu warna yang digunakan adalah :


1. MERAH
Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya :
– Syok oleh berbagai kausa
– Gangguan pernafasan
– Trauma kepala dengan pupil anisokor
– Perdarahan eksternal masif
– Gangguan jantung yang mengancam
– Luka bakar >50% atau luka bakar di daerah terbakar
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang resusitasi.
2. KUNING
Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat
ditunda sementara, misalnya :
– Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma
abdomen berat)
– Fraktur multiple
– Fraktur femur/pelvis
– Luka bakar luas
– Gangguan kesadaran/ trauma kepala
– Korban dengan status tidak jelas
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang tindakan bedah.

3. HIJAU
Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, misalnya :
– Fraktur minor
– Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
- Pasien dengan kecelakaan disalurkan ke ruang tindakan bedah.
4. HITAM

Korban yang telah meninggal dunia disalurkan ke kamar jenazah.

4.4.TRANSPORTASI PASIEN
Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan
gawat darurat. Melalui transportasi kita dapat membantu penanganan
penderita gawat darurat. Dalam memberikan pelayanan transportasi kepada
penderita gawat darurat, perlu diperhatikan beberapa petunjuk di bawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda
c. Brankard
d. Alat-alat penunjang hidup yang diperlukan.
2. Cara kerja
a. Ke ruang perawatan, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
b. Ke Puskesmas lain :
– Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak diantar petugas dan
membawa surat rujukan.
– Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat
dengan membawa surat rujukan dan memakai ambulans.

4.5.PELAYANAN FALSE EMERGENCY


Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit
lama, tidak mengancam nyawa (false emergency). Langkah-langkah dalam
memberikan pelayanan false emergency adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan diberikan terlebih dahulu kepada pasien yang mengalami


penyakit akut dan gawat “True Emergency” bukan berdasarkan urutan
kedatangan pasien.
2. Kasus-kasus yang tidak tergolong akut dan gawat “False Emergency”
akan mendapatkan pelayanan setelah kasus gawat darurat terlayani.
3. Pada jam kerja (08.00-14.00) setiap hari Senin – Sabtu, kasus-kasus
false emergency akan dialihkan ke rawat jallan, atau
4. Dokter rawat jalan dimintakan bantuannya untuk melayani pasien false
emergency di UGD bila Dokter UGD sedang menangani pasien true
emergency.
4.6. PELAYANAN VISUM ET REPERTUM
Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter
atau permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang
dilihat/ diperiksa berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk
kepentingan peradilan.

Langkah-langkah dalam memberikan pelayanan visum et repertum


adalah sebagai berikut :
1. Penyidik (Polisi) membawa Surat Permintaan tertulis dari pihak yang
berwajib (Kepolisian) untuk pembuatan Visum Rt Repertum.
2. Identifikasi identitas pasien, apakah sesuai dengan subyek pada
permintaan Visum Et Repertum.
3. Dokter membuat Visum Et Repertum secara obyektif berdasarkan
pemeriksaan saat ini atau dari catatan pada Rekam Medik jika
kejadiannya sudah lampau.
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang
memintanya. Pasien atau keluarga pasien tidak berhak meminta atau
melihatnya.

4.7.PELAYANAN DOA (Death On Arrival)


DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat
pasien sampai di UGD . Pasien yang datang dalam keadaan DOA
langsung disalurkan/ ditempatkan di kamar jenazah.
Syarat pengambilan jenazah :
1. Pengambil jenazah menyerahkan foto copy bukti diri yang syah
kepada petugas.
2. Pengambil jenazah menyerahkan Surat Pengambil Jenazah kepada

petugas.

4.8. SISTEM INFORMASI PELAYANAN PRA PUSKESMAS


UGD Puskesmas Bobotsari Kec. Bobotsari Kab. Purbalingga
diklasifikasikan sebagai Unit Pelayanan Gawat Darurat kelas Dasar.
Sarana Penunjang pelayanan :
1. Penunjang medis : Pelayanan farmasi.
2. Penunjang non medis : Telepon dan ambulans.
Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas UGD melayani pasien
Gawat darurat via telp :
1. Nama pasien
2. Alamat pasien
3. Kondisi saat itu
4. Nomor telepon
Sebelum petugas UGD menjemput pasien yang meminta
ambulans, petugas UGD wajib memberitahukan keadaan pasien saat itu.
Adapun informasi pelayanan pra puskesmas diberikan dengan tata laksana
sebagai berikut :
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil ambulans
tidak menginformasikan apapun kepada petugas UGD di puskesmas .
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada dimobil ambulans
menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada petugas UGD di
puskesmas dengan menggunakan sarana telekomunikasi handphone.

4.9. SISTEM RUJUKAN


Rujukan pasien dari Puskesmas Bobotsari Kec. Bobotsari Kab.
Purbalingga hanya dapat dilakukan oleh dokter atau petugas paramedic
yang sudah mendapatkan delegasi wewenang. Adapun bentuk rujukan
yaitu :

1. Alih Rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
– Permintaan pasien
– Pelayanan medis tidak dapat dilakukan di puskesmas

2. Pemeriksaan diagnostik
– Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang tidak dapat
dilakukan di Puskesmas Bobotsari
3. Spesimen
– Darah
– Urin
– Jaringan
– Mukus/sekret
BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan obat dan alat kesehatan/alkes meliputi pemesanan,


pengambilan, penyimpanan dan pencatatan obat/alkes untuk pasien-pasien UGD
. Mekanisme pengadaan obat dan alat medis di UGD adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Alat
a. Lembaran stock obat
b. Buku keluar/masuk alat
c. Buku inventaris alat
d. Blanko pemesanan obat dan alkes
e. Buku laporan harian pemakaian obat
2. Setiap hari petugas shief pagi membereskan alat yang sudah terpakai
kemudian menginventarisasi alat untuk selanjutnya menyeteril di autoclaff yg
tersedia untuk disimpan pada almari penyimpanan alat alat yg sudah steril.
3. Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh perawat penanggung jawab dinas
pagi setiap hari Sabtu dengan mengisi blanko pemesanan alkes yang
ditandatangani Kepala Perawat/Kepala UGD dengan jumlah yang sesuai
pengeluaran/kebutuhan, kecuali bila jatuh pada hari libur, pemesanan
dilakukan sehari sebelumnya.
4. Pengadaan alat umum :
a. Petugas UGD membuat permintaan ke bagian Gudang, dengan
mengisi Formulir Pengambilan Barang yang ditandatangani oleh
penanggungjawab alat diketahui oleh Ka. UGD/Ka. perawat UGD .
b. Formulir diserahkan ke Bagian Gudang.
5. Pengadaan alat-alat kesehatan
a. Petugas UGD membuat permintaan ke bagian Farmasi, dengan
mengisi Formulir Pengambilan Obat yang ditandatangani oleh
penanggungjawab obat diketahui oleh Ka. UGD/Ka. perawat UGD .
b. Formulir diserahkan ke Bagian Farmasi.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1.PENGERTIAN
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

6.2.TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas .
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas .
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

6.3.TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam pelayanan UGD
2. Terdapat petugas UGD yang memahami mengenai keselamatan pasien.
3. Terdapat sistem pelayanan yang komprehensif, baik medis maupun keperawatan
sehingga meminimalkan terjadinya kasus yang tidak diharapkan (KTD).
harus
4. Setiap pasien yang masuk melalui UGD mendapat
penilaian langsung oleh dokter jaga, untuk menyatakan kondisi
kedaruratannya.
5. Pasien yang mengalami kondisi yang darurat, yaitu mengancam
keselamatan pasien, harus ditatalaksana dengan lengkap di UGD .
Konsultasi spesialistik dilakukan di UGD , kecuali bila penyakit
pasien dianggap tidak membahayakan.
6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa
status maupun gelang identitas.
7. Segala bentuk pemindahan pasien, baik ke ruang perawatan atau
kamar operasi harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan
diketahui oleh kepala perawat jaga saat itu.
8. Sarana da prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien
antara lain sterilitas alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong,
privacy, dan lain-lain.
9. Terdapat evaluasi kelengkapan sarana dan prasarana.
10.Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :
– Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
– Insidens pasien jatuh.
– Insidens kejadian infus blong.
– Insidens kesalahan pemberian obat.
– Insidens kesalahan cara pemberian obat.
– Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
11. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1. PENGERTIAN
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana puskesmas
membuat kerja/aktifitas keryawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun
puskesmas .

7.2. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Puskesmas Bobotsari Kec.
Bobotsari Kab Purbalingga Provinsi Jawa Tengah.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

7.3. TATA LAKSANA KESELAMATAN KARYAWAN


a. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip
pencegahan infeksi, yaitu :
– Mengganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat
menularkan infeksi.
– Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu
boot/alas kaki tertutup, celemek, masker, dll) terutama bila
terdapat kontak dengan spesimen pasien
yaitu urin, darah, muntah, sekret, dan lain-lain.
– Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien,
sesuai prosedur yang ada, misalnya memasang kateter,
menyuntik, menjahit luka, memasang infus, dan lain-lain.
– Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah
menangani pasien.
b. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas, yaitu :
– Dekontaminasi dengan larutan klorin.
– Pencucian dengan sabun
– Pengeringan.
d. Menggunakan baju kerja bersih.
e. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani
kasus :
– HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
– Flu burung
Kewaspadaan standar keryawan/petugas UGD dalam menghadapi
penderita dengan flu burung, adalah : Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan menggunakan sikat
selama ± 5 menit, yaitu dengan menyikat seluruh telapak tangan maupun
punggung tangan. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa
pasien.
Memakai masker N95 atau minimal masker badan. Menggunakan
pelindung wajah/ kacamata goggle (bila diperlukan.
Menggunakan apron/ gaun pelindung. Menggunakan
sarung tangan.
Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot).
– Hepatitis B/C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
BAB VIII
PENUTUP

Demikian buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ini disusun. Kami


mengajak semua pihak yang bekerja di Puskesmas Bobotsari untuk dapat bersama-
sama membina dan mengembangkan sistem pelayanan di UGD . Semua petugas
baik tenaga medis, paramedis, maupun non medis yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pelayanan gawat darurat hendaknya selalu menaati ketentuan
yang telah digariskan di dalam buku pedoman ini.

Bobotsari, 4 Januari 2019

Dr. Kustiyah
NIP.19690310 200312 2 005

Anda mungkin juga menyukai