Anda di halaman 1dari 3

FAKTOT-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM

BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB 1

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD
ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti (Infodatin, 2016).
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat
(Kemenkes.RI,2016).

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Soegijanto, 2004). Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan di
tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Hadinegoro & Satari, 2005). Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Vever (DHF) ialah penyakit akut yang di
sebabkan infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus betina
(Danendro, 2004). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan
penyebaranya semakin luas dan penyakit ini merupakan penyakit menular yang terutama
menyerang anak-anak (Widiyono, 2008). Menurut data WHO (2014) Penyakit demam
berdarah dengue pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina,
selanjutnya menyebar keberbagai negara.

DBD banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis termasuk di Indonesia, penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) dilaporkan pertama kali di Surabaya pada tahun 1968 dimana
sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Depkes RI, 2015).
Angka kejadian menurut Kemenkes RI (2016) mencatat di tahun 2015 pada bulan Oktober ada
3.219 kasus DBD dengan kematian mencapai 32 jiwa, sementara November ada 2.921 kasus
dengan 37 angka kematian, dan Desember 1.104 kasus dengan 31 kematian. Dibandingkan
dengan tahun 2014 pada Oktober tercatat 8.149 kasus dengan 81 kematian, November 7.877
kasus dengan 66 kematian, dan Desember 7.856 kasus dengan 50 kematian.

Menurut WHO populasi di dunia diperkiraan berisiko terhadap penyakit DBD


mencapai 2,5-3 miliar terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis.
Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun.
Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD) dan 500.000
kasus DHF mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya. Insiden penyakit
DBD dalam beberapa dekade terakhir telah tumbuh secara dramatis di seluruh dunia.
Diperkirakan rata-rata telah terjadi 390 juta infeksi penyakit DBD per tahunnya. Lebih dari
100 negara di seluruh dunia endemik penyakit DBD khususnya di wilayah Afrika, Amerika,
Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat melebihi 1,2 juta pada tahun 2008 dan
meningkat sebesar lebih dari 3 juta pada tahun 2013. Kasus DBD juga dilaporkan terjadi di
Jepang setelah selang lebih dari 70 tahun tidak pernah ada kasus DBD. Pada tahun 2015 terjadi
peningkatan jumlah kasus yang dilaporkan di Brazil. Diperkirakan DBD mengalami kenaikan
jumlah penderita setiap tahun dengan range antara 50-100 juta dan kematian kurang lebih
25.000 di seluruh dunia pada tahun 2013.

Pada tahun 2012 jumlah kasus DBD meningkat yakni 90.245 kasus dengan IR 37 per
100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) 0,9 %. Pada tahun 2013 jumlah penderita
DBD terus meningkat yaitu sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak
871 penderita atau CFR 0,7 %. Sementara pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan
Desember tercatat penderita DBD di 34 Provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641
di antaranya meninggal dunia atau dengan CFR 0,9%.

Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-


kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Pada saat
ini telah dikenal dengan istilah 3M plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD
dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan
serendah- rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Kemauan dan tingkat
kedisiplinan untuk menguras kontainer pada masyarakat memang perlu ditingkatkan,
mengingat bahwa kebersihan air selain untuk kesehatan manusia juga untuk menciptakan
kondisi bersih lingkungan. Dengan kebersihan lingkungan diharapkan dapat menekan
terjadinya berbagai penyakit yang timbul akibat dari lingkungan yang tidak bersih. Tempat
perindukan nyamuk Aedes Aegypti berupa genangan-genangan air yang tertampung di wadah
yang disebut kontainer dan bukan pada genangan air yang langsung di tanah. Tempat-tempat
yang digunakan untuk menampung air keperluan sehari-hari antara lain drum, tempayan, bak
mandi, bak WC, ember dan sebagainya. Penyakit DBD dapat dicegah penularannya dengan
melakukan pemberantasan nyamuk dewasa dan pemberantasan larva atau jentik Aedes
Aegypti. Pemberantasan Sarang Nyamuk dilakukan melalui pelaksanaan 3M Plus yang terdiri
dari menguras tempat penampungan air (TPA) seminggu sekali, menutup TPA, mengubur
barang bekas terutama saat musim penghujan
tiba, plus mengganti air vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, memperbaiki
talang air yang rusak, menutup lubang pohon dengan tanah. Oleh karena itu, masyarakat
diharapkan untuk mampu meningkatkan tindakan pencegahan penularan penyakit DBD
dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M Plus secara teratur.

Dari berbagai hasil penelitian diatas penulis menyimpulkan bahwa;

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae,
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh salah satu dari empat serotype virus yang berbeda
antigen. Virus ini adalah kelompok flavirus dan serotype adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3,
DEN-4 Angka insiden DBD secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya
pola epidemik terjadi setiap lima tahunan, namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir
mengalami perubahan dengan periode antara 2–5 tahunan,Tanda dan gejala Berdasarkan
kriteria WHO dalam Chen,dkk. (2015), diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal ini
terpenuhi: Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik. Terdapat
minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekie, ekimosis, atau purpura;
perdarahan mukosa; hematemesis dan melena, Komplikasi Penyakit DBD antara lain
: Perdarahan otak, Sindroma distress napas dewasa, Infeksi nosokomial seperti pneumonia,
tromboplebitis, sepsis dan shock sepsis Upaya pencegahan penyakit DBD dapat dilakukan
dengan cara: Pencegahan Primer, Pencegahan Sekunder dan Pencegahan Tersier, Pada
dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan untuk
mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi
komponen darah bilamana diperlukan.

Penulis menyarankan bahwa seharusnya;

Masyarakat lebih rutin dalam menguras bak mandi ataupun tempat penampungan air
lainnya secara teratur minimal 2x seminggu, Masyarakat menutup tempat- tempat yang
digunakan untuk menyimpan persediaan air, Masyarakat hendaknya untuk penanganan sampah
seperti botol-botol bekas lebih baik dibakar atau dikubur, jika masyarakat ingin merosokkan
lebih baik botol bekas tersebut dipastikan kering dan di taruh dalam kantong sampah.

Anda mungkin juga menyukai