Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN

PATOLOGI ORGANISASI DAN ORGANISASI

A. Definisi Patologi Organisasi

Patologi merupakan bahasa kedokteran yang secara etimologi memiliki arti “ilmu
tentang penyakit”.Risman K. Umar (2002) mendefinisikan bahwa patologi organisasi adalah
penyakit atau bentuk perilaku organisasi yang menyimpang dari nilai-nilai etis, aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan perundang-undangan serta norma-norma yang berlaku
dalam organisasi. Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA., (1988) mengatakan bahwa pentingnya
patologi ialah agar diketahui berbagai jenis penyakit yang mungkin diderita oleh manusia.
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama. Organisasi juga
dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, akan tetapi organisasi lebih dari sekedar alat untuk
menyediakan barang-barang dan jasa. [1]Untuk mengatur pencapaian tujuan maka perlu diatur
mekanisme pembagian tugas, pembagian wewenang, dan siapa yang bertanggung jawab, agar
setiap organ atau alat di dalam organisasi itu bertindak dan berperilaku yang sejalan dengan misi,
maksud, dan tujuan organisasi. Menjalankan roda organisasi tentunya akan menemui halangan
dan rintangan. Sebuah organisasi yang matang dan berpengalaman, membekali para kadernya
dengan cara-cara menghindari, menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemui.
Untuk itulah, organisasi yang sehat tentunya memiliki sistem (aturan main) yang berguna
sebagai pedoman ketika menjalankan program dan kegiatan, dan ketika menyelesaikan konflik.
Sehingga, sistem atau peraturan itu dibuat tidak saja sekedar untuk mengikat para anggota untuk
patuh, namun juga menawarkan solusi (penyelesaian) apabila terjadi konflik. Ada beberapa
penyakit dalam organisasi yang apabila penyakit ini berkembang dan meluas akan menjadi
penghambat organisasi. Mulanya penyakit- penyakit ini ditunjukkan lewat gejala-gejala yang
bisa langsung terdeteksi maupun tidak. Namun apabila penyakit ini sudah mengidap di tubuh
organisasi maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada organisasi, bahkan kematian. Penyakit-
penyakit ini harus dihindarkan sehingga bisa meminimalisir biaya dan kerugian yang mesti
ditanggung apabila penyakit-penyakit ini sudah menular.
B. Jenis-Jenis Patologi Organisasi
1. Tujuan organisasi telah ditetapkan, namun tidak dirumuskan secara jelas dan rinci (tidak
membumi).
2. Aturan dan tujuan telah ditetapkan, namun individu masa bodoh atau tidak patuh pada aturan.
3. Pembagian tugas dan wewenang yang tidak tuntas, atau tidak jelas.
4. Para pengambil keputusan yang tidak memahami aturan dan tujuan Organisasi
5. Mekanisme pengambilan keputusan yang tidak matang, masih bersifat subyektif.
6. Perasaan bahwa bidang atau divisinya yang paling penting.
7. Tidak seimbangnya tanggung jawab dg wewenangnya.
8. Semata-mata bekerja sesuai dengan tugasnya saja tanpa kerjasama antar
9. Divisi atau bidang.
10. Merasa pintar alias sok tahu, hanya menjadi penonton
11. Bukannya ikut berpartisipasi dan memberi contoh yang lebih baik, tetapi
12. malah menjadi penonton dan komentator
13. Terlalu banyak anggota atau bawahan hingga sulit diawasi
14. Bawahan diberi satu tugas dari atasan yang berbeda dengan perintah yg berbeda
C. Jenis Patologi Pelaku Organisasi
a. Penyakit Nepotisme
Penyakit nepotisme pada mulanya lebih banyak di terjadi di organisasi, kemudian
berkembang lebih lanjut kedalam berbagai aspek kehidupan pada manusia lainnya. Mengapa
terjadi nepotisme dalam organisasi, karena tidak tercapainya kepuasan yang diharapkan semula
yang dikarena tidak terpenuhinya kebutuhan karyawan dalam organisasi.[2]
Penyakit nepotisme dalam administrasi juga menciptakan suatu perubahan dalam sebuah
bentuk kerja sama, tetapi perubahan yang diciptakan tersebut berorientasi kepada perubahan
negative. Penyakit nepotsime dalam administrasi sangat berpengaruh negative dalam
pengembangan konseptual teoritis, actual empiris, dan etika administrasi sehingga wawasan
keilmuan untuk menciptakan kecerdasan beripikir dan keterampilan untuk menciptakan
kemahiran bertindak akan menjadi kabur serta suatu saat akan terkubur.
Penanganan virus penyakit nepotisme dalam administrasi seharusnya dilakukan secara
terus menerus, karena kemungkinan akan berkembang apabila kita tidak waspada. Tindakan
yang dilakukan itu merupakan suatu permulaan karena diawali oleh pemikiran yang dilandasi
wawasan keilmuan, ketangguhan moralitas, dan keteguhan iman. Oleh sebab itu kita semua
harus senantiasa menjunjung tinggi niali kebenaran sehingga virus-virus penyakit nepotisme itu
tidak akan mengancam kehidupan kita setiap saat. Sebaikanya semua manusia yang terlibat
dalam kerja sama untuk melakukan aktivitas adminsitrasi saling mengontorol dan mengingatkan
antara satu dengan yang lainnya tentang bahanya virus penyakit nepotisme.
b. Penyakit Korupsi
penyakit atau patologi korupsi dalam organisasi merupakan suatu penyakit yang sangat
ditakuti oleh semua ikatan bentuk kerjasama manusia melalui organisasi internasional , Negara,
pemerintah, sampai kepada organisasi swasta pun, semuanya ketakutan bila terjangkit virus-virus
penyakit atau patologi korupsi yang dapat mematikan aktivitas administrasi. Penyakit korupsi
yang begitu ditakuti oleh semua pihak mulai dari anggota ikatan kerjasama yang terendah sampai
kepada anggota yang tertinggi, atau mulai dari anggota masyarakat terendah sampai kepada
anggota masyarakat yang tertinggi.
Korupsi adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang atau beberapa orang baik
statusnya sebagai bawahan maupun pejabat dalam suatu organisasi yang melakukan pelanggaran
etika, moralitas, rasionalitas, keyakinan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
mendapatkan sesuatu keuntungan dalam rangka memenuhi keinginan dan kebutuhan seseorang
atau beberapa orang yang dapat berakibat merugikan orang lain atau Negara.
c. Penyakit Stres
Stres merupakan suatu respons adoptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang
atau mengancam kesehatan seseorang.[3] Stres juga merupakan penderitaan jasmani, mental,
atau emosional yang diakibatkan interpretasi atau suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi
agenda seorang individu.[4] Kita sering mendengar bahwa stres merupakan akibat negatif dari
kehidupan modern. Orang-orang merasa stres karena terlalu banyak pekerjaan, ketidakpahaman
terhadap pekerjaan, beban informasi yang terlalu bserat atau karena mengikuti pekerbangan
zaman.
Penyebab stres Stresor adalah penyebab stres, yakni apa saja kondisi lingkungan tempat
penampungan fisik dan emosional pada seseorang. Terdapat banyak stressor dalam organisasi
dan aktifitas hidup lainnya. Stresor yang berhubungan pekerjaan terbagi menjadi beberapa tipe
salah satunya organisasi, banyak sekali ragam penyebab stress yang bersumber dari organisasi
pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stres yang tidak hanya untuk
mereka kehilangan pekerjaan, namun juga untuk mereka yang masih tinggal.[5] Secara khusus
mereka yang masih tinggal mengalami peningkatan beban kerja, peningkatan rasa tidak aman,
dan tidak nyaman dalam bekerja serta kehilangan rekan kerja. Restrukturisasi, privatisasi,
merger, dan bentuk-bentuk lainnya merupakan kebijakan perusahaan yang berpotensi
memunculkan stres. Para pekerja harus mengahadapi peningkatan ketidak amanan dalam
bekerja, bimbang dalam tuntunan pekerjaan yang semakin banyak dan bentuk-bentuk baru dari
konflik antar pribadi.
Akibat dari stres bisa dilihat pada 3 aspek yaitu: fisik, psikis, dan perilaku. Akibat stres
bisa dikenali dari perilaku, yaitu kinerja rendah, naiknya tingkat kecelakaan kerja, salah dalam
mengambil keputusan, tingkat absensi kerja tinggi, dan agresi ditempat kerja.
d. Penyakit Egoisme
penyakit atau patologi egois terhadap pelaksanaan kegiatan di organisasi adalah sifat-sifat
manusia yang terkait dalam bentuk kerjasama yang selalu ingin menang sendiri ketika
mendiskusikan sesuatu pemikiran, baik secara ilmiah maupun pemikiran terhadap suatu
penyelesaian permasalahan atau kegiatan. Egoisme sebenarnya adalah suatu virus penyakit atau
patologi dalam pelaksanaan organisasi. Jika terlalu kuat pengaruh manusia yang memiliki sifat
egoisme sangat memungkinkan aktivitas dalam organisasi yang dilakukan dalam bentuk
kerjasama itu akan bersifat negative dan tidak mustahil dapat mematikan atau membubarkan
suatu bentuk kerjasama yang dituntuk oleh administrasi.
Contohnya dalam penyakit emosi, penyakit emosi seseorang adalah keadaan yang
dicirikan oleh rangsangan psikologis dan perubahan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan perasaan
subjektif.[6] Kata emosi memiliki arti “bergerak”. Tubuh secara fisik dirangsang selama
pengerahan emosi.[7] Alasan yang mendasari pemeriksaan emosi adalah titik dimana emosi
saling dihubungkan dengan periaku adaktif dasar seperti membantu orang lain, mengasingkan
diri, mencari wilayah kerja yang nyaman, dan menyerang sesorang secara verbal karena memulai
rumor yang tidak benar. Akan tetapi emosi memiliki efek negatif. Rasa benci dan takut dapat
merusak perilaku dalam hubungan organisasi.
Dalam organisasi kerja emosional mungkin melibatkan dan meningkatkan, pemasukan,
atau menekan ke emosi untuk memodifikasi ekspresi emosional. Aturan atau norma berkenaan
dengan ekspektasi mengenai ekspresi emosional dapat diperoleh dengan mengamati rekan kerja
atau dinyatakan dalam seleksi atau pelatihan.
Dalam dunia kerja atau organisasi sering terjadi peristiwa negatif, terdapat kemungkinan
lebih banyak kerja emosional. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak peraturan-peraturan
kerja maka semakin besar stres. Walau kerja emosional bisa efektif secara organisasi, mungkin
terdapat efek terhadap karyawan. Untuk mengtasi emosional beberapa peneliti berasumsi bahwa
mengelola emosi memerlukan usaha, waktu, dan energi. Organisasi yang berusaha untuk
mengatur emosi, sesuatu yang sangat pribadi dan akan menimbulkan rasa tidak nyaman dalam
diri karyawan mereka.

e. Penyakit Keserakahan
penyakit atau patologi keserakahan dalam organisasi adalah suatu metode teknik dan taktik
yang dilakukan seseorang anggota yang terkait dalam ikatan bentuk kerjasama berpikir dan
bertindak untuk dapat menguasai sebagian atau bahkan kalau bisa keseluruhan factor-faktor
kenikmatan khususnya yang berupa material dengan mengorbankan orang lain.
Misalnya penyakit mata duitan pada pelaku organisasi, organisasi yang memiliki penyakit
mata duitan sering mendapat manfaat dari suatu pemahaman yang jelas akan tujuan serta
kemampuan untuk memobilisasi sumber daya dengan cepat untuk mencapai tujuan. Akan tetapi
penyakit mata duitan ini ada manfaatnya juga salah atunya dalam bisnis organisasi yang
beroperasi di dalam ekonomi pasar kompetitif adalah jelas.[9] Tetapi banyak sisi gelapnya lagi
dari penyakit mata duitan ini. Kcendrungan dari penyakit ini adalah hanya menfokuskan diri
pada kinerja yang dapat diukur dan mengabaikan hal-hal yang tidak dapat diukur. Solusi
terhadap penyakit mata duitan ini adalah menciptakan peluang untuk menghubungkan aktivitas,
memberikan imbalan secara terbuka, menganalisis strategik untuk masa depan, mengintrospeksi
diri, dan memberikan pelatihan kepada karyawan dalam ketrampilan menyelesaikan konflik.
Penyakit atau patologi keserakahan manusia sebenarnya adalah suatu penyakit yang sangat
kejam karena dapat menghancurkan ikatan kerjasama dan bahkan mematikannya. Penyakit atau
patologi keserakahan bukan semata mata hanya mengumpulkan harta benda yang melimpah
untuk memenuhi kebutuhan, tetapi lebih banyak diarahkan kepada pemenuhan keinginan.
Keinginan yang berlebihan hanya menimbun harta benda saja dengan memperolehnya tidak
wajar.
Penanganan virus patologi keserakahan dalam organisasi diperlukan ketegasan dan
kejujuran secara individual disamping harus pula diperlakukan atau dengan katalain
dispesialisasikan untuk dapat memahami bahwa keserakahan dengan merampas hak orang lain
disamping mendapat hukuman moral juga mendapatkan jeratan hukum yang berlaku.

D. Gejala, Sebab Akibat, dan Penyehatan Patologi Organisasi


1. Gejala Patologi Organisasi diantaranya adalah:
a. Ketiadaan struktur yang jelas dan pasti
b. Tidak adanya saling percaya
c. Kebiasaan mudah memecat anggota
d. Kebiasaan suka menipu klien/supplier
e. Membohongi pelanggan dan suka ingkar janji
f. Kelesuan yang dirasakan oleh seluruh anggota
g. Banyaknya korupsi, membudayanya kolusi dan nepotisme
h. Maraknya SARA di dalam organisasi
i. Adanya perlakuan deskriminasi di antara karyawan
j. Adanya kebiasaan menunda keputusan atau pekerjaan
k. Sulitnya memperoleh komitmen atasan
2. Penyehatan Patologi Organisasi
Dalam buku Dr. Sopiah mengatakan penyehatan organisasi dapat dilakukan dengan cara
yaitu sebagai berikut:
a. Melakukan seleksi karyawan organisasi yang objektif
b. Penempatan karyawan dalam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan bidangnya
c. Perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman dan
d. Pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai.[10]
Penyehatan adalah suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian
yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Hunsaker, 2005). Berikut
rinciannya:
1. Definisikan Masalah
a. Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif dipisahkan dari
b. persepsi
c. Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi
d. Masalah harus dinyatakan secara eksplisit/tegas.
e. Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya
f. ketidaksesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan
g. sebelumnya dan kenyataan yang terjadi
h. Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas, pihak-pihak yang
i. terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah
j. Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar
2. Buat alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif yang diusulkan perlu mempertimbangkan konsekuensi yang muncul dalam jangka
pendek maupun jangka panjang
3. Evaluasi alternatif-alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif yang dipilih bila tingkat kemungkinan untuk dapat menyelesaikan masalah tanpa
menimbulkan masalah lain, diterima oleh semua orang yang terlibat, tingkat kemungkinan
penerapannya dan tingkat kesesuaian dengan tujuan dan batasan yang ada di dalam organisasi.
4. Terapkan Solusi dan Tindak lanjuti
dengan strategi “sedikit demi sedikit” untuk meminimalkan terjadinya resistensi dan
meningkatkan dukungan, ada proses umpan balik berhasil tidaknya penerapan solusi, adanya
sistem monitoring untuk memantau secara berkesinambungan, dan adanya penilaian thd
keberhasilan penerapan solusi didasarkan atas terselesaikannya masalah yang dihadapi, bukan
karena manfaat lain yang diperoleh dengan adanya penerapan solusi ini.
Beberapa upaya juga yang dilakukan untuk penyehatan patologi organisasi yaitu:
1. Untuk mengatasi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme selain hal diatas diharapkan pemerintah
menetapkan perundangan dibidang infomatika (IT) sebagai bagian pengembangan dan
pemanfaatan untuk organisasi
2. Peran kualitas sumber daya aparatur sangat mempengaruhi kualitas suatu organisasi, untuk itu
kemampuan kognitif yang bersumber dari intelegensi dan pengalaman,skill atau ketrampilan,
yang didukung oleh sikap (attitude) merupakan faktor yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah patologi atau penyakit organisasi. Untuk itu pelatihan diharapkan mampu menjadi
program yang berkelanjutan agar sumber daya organisasi memeliki kecerdasan
inteltual,emosional dan spiritual sebagai landasan dalam pelayanan publik.
3. Participation. Melalui prinsip ini karyawan terlibat dalam pembuatan keputusan yang di bangun
atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartsipasi secara konstruktif, sehingga
dengan demikian maka menejer tidak menjadi otoriter dalam mengambil keputusan. Keputusan
yang dihasilakan merupakan representasi dari keinginan karyawan dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkan menejer.
4. Rule of law. Supremasi hukum merupakan langkah yang harus diambil untuk meminimalisir atau
menghilangkan praktek-praktek patologi dalam organisasi. Dengan penegakan hukum yang baik
maka indikasi untuk melakukan kesalahan akan terhapus karena para karyawan akan merasa
takut dengan ancaman hukum.
5. Transparansi :. Melalui prinsip transparansi maka segala hal yang dilakukan oleh menejer dan
karyawan dapat di kontrol melalui informasi yang terbuka dan bebas diakses. Transparansi ini
mendorong organisasi untuk senantiasa menjalankan aturan sesuai ketentuan dan perundang-
undangan, karena bila tidak sasuai masyarakat pasti mengetahui dan melakukan penututan.
6. Effectiveness and efficiency. Pemborosan yang terjadi dalam praktek pengelolaan organisasi
dapat diminimalisir oleh prinsip ini.
7. Accountability
8. Strategic vision. Melalui straegi visi maka akan tumbuh dalam setiap karyawan maupun menejer
akan nilai-nilai idealisme dan harapan-harapan organisasi untuk masa yang akan datang. Nilai-
nilai dan harapan-harapan ini akan memeberikan kesan praktek pelaksaan pekerjaan organisasi
9. Dan memberikan motivasi kepada karyawan.[11] Memberikan motivasi karyawan itu sangat
penting. Karena dengan motivasi yang tinggi karyawan akan lebih giat bekerja. Untuk itu, baik
anda sebagai bos atau pun sebagai karyawan sendiri, ada baiknya untuk selalu memotivasi diri.
Sebagaimana saya pernah menuliskan pentingnya motivasi itu sendiri. Memiliki motivasi bisa
membantu Anda mencapai keberhasilan dalam karir. Tidak hanya untuk pebisnis saja termasuk
juga untuk karyawan. Berikut ini adalah cara memberikan motivasi karyawan seperti dikutip dari
Forbes.
a. Menjadi atasan yang Dapat Dipercaya Jadilah atasan yang dapat dipercaya. Seorang
pemimpin yang memperlakukan para karyawannya dengan layak dan selalu mendukung para
karyawannya, bisa dipercaya dan dapat memotivasi karyawannya tersebut untuk memenuhi
harapan perusahaan. Menjadi pemimpin yang yang bersifat terbuka dengan bawahannya juga
bisa memicu mereka untuk berhasil.
b. Mengakui pekerjaan karyawan Mengakui pekerjaan yang dilakukan karyawan termasuk
cara memberikan motivasi karyawan. Dengan cara ini, pekerjanya pun akan berusaha untuk bisa
bekerja lebih baik lagi, baik itu untuk mencoba hal yang baru atau meningkatkan keterampilan
yang ada.
c. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk meningkatan Karir Dengan
memberikan kesempatan karyawan untuk meningkatkan karir, itu merupakan salah satu faktor
yang dapat memotivasi karyawan. Jadi, berikanlah karyawan kesempatan untuk meningkatkan
karir. Buatlah program-program peningkatan karir.
d. Buatlah Karyawan Bahagia Atasan yang baik akan membuat karyawannya bahagia dan puas
dengan pekerjaan mereka. Pekerja yang bahagia, juga akan memiliki rasa percaya diri, sehingga
mereka bisa menyelesaikan tugasnya dengan lebih baik. Cara membuat karyawan bahagia bisa
dengan memberikan bonus atau kejutan pada karyawan.
e. Kenaikan Gaji Uang tidak diragukan lagi merupakan cara yang terbaik untuk memotivasi siapa
saja yang bekerja. Tetapi jika uang tambahan menjadi satu-satunya motivator utama, itu tentu
tidak akan bertahan lama. Para pegawai pernah mengatakan usaha terbaik untuk membuat
mereka maju, jika pekerjaan menghasilkan beberapa tambahan uang. Lebih dari itu para pegawai
merasa harus ada sesuatu yang lebih yaitu perasaan bahwa mereka sedang melakukan pekerjaan
penting.
f. Memberikan rasa Takut Menakuti pegawai atau mencoba membuat mereka berada pada
keadaan yang paling sulit dengan memarahi atau mengancam, kadang-kadang bisa efektif untuk
sementara waktu. Tapi langkah ini lebih banyak kelemahannya. Anda tidak akan memiliki
loyalitas pegawai ketika sedang membutuhkan. Karyawan yang takut, bukanlah karyawan yang
inovatif. Lebih buruk lagi mereka memilih pindah ke perusahaan lain. Bisa jadi orang yang
paling berbakat ini kabur ke perusahaan pesaing Anda.
g. Mengadakan Kompetisi Sebagian tambahan untuk memberikan motivasi karyawan adalah
dengan mengadakan kompetisi. Namun, sebaiknya kompetisi ini harus di adakan dengan tepat
sebagai langkah untuk memotivasi karyawan saja, karena bisa saja ini malah akan membuat
perpecahan sebagai satu tim seharusnya saling membantu untuk mencapai tujuan bersama.
Pesaing sesungguhnya adalah perusahaan lain. Kompetisi tidak pernah ada di dalam tim Anda
sendiri.
SIMPULAN

Organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama. Organisasi juga
dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, akan tetapi organisasi lebih dari sekedar alat untuk
menyediakan barang-barang dan jasa. Untuk mengatur pencapaian tujuan maka perlu diatur
mekanisme pembagian tugas, pembagian wewenang, dan siapa yang bertanggung jawab, agar
setiap organ atau alat di dalam organisasi itu bertindak dan berperilaku yang sejalan dengan misi,
maksud, dan tujuan organisasi. Menjalankan roda organisasi tentunya akan menemui halangan
dan rintangan. Sebuah organisasi yang matang dan berpengalaman, membekali para kadernya
dengan cara-cara menghindari, menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemui.
Untuk itulah, organisasi yang sehat tentunya memiliki sistem (aturan main) yang berguna
sebagai pedoman ketika menjalankan program dan kegiatan, dan ketika menyelesaikan konflik.
Sehingga, sistem atau peraturan itu dibuat tidak saja sekedar untuk mengikat para anggota untuk
patuh, namun juga menawarkan solusi (penyelesaian) apabila terjadi konflik.
Ada beberapa penyakit dalam organisasi yang apabila penyakit ini berkembang dan
meluas akan menjadi penghambat organisasi. Mulanya penyakit- penyakit ini ditunjukkan lewat
gejala-gejala yang bisa langsung terdeteksi maupun tidak. Namun apabila penyakit ini sudah
mengidap di tubuh organisasi maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada organisasi, bahkan
kematian. Penyakit-penyakit ini harus dihindarkan sehingga bisa meminimalisir biaya dan
kerugian yang mesti ditanggung apabila penyakit-penyakit ini sudah menular. Banyak patologi
organisasi yaitu korupsi, nepotisme, keserakahan, stress, dan lainnya.
REFERENSI

H.Makmur, M.si Prof. 2011.Patologi Serta Terapinya Dal Ilmu Administrasi Dan Organisasi.
Jakarta: PT Gramedia.
Kusdi. 2011. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika

Hmiznthi.2015.Penyakit-Penyakit Organisasi http:// documents. tips/documents/ penyakit-


penyakit-organisasi.html. diakses pada 15 Desembar 2015
Parassetya,Aridha.2011.Prilakumanajemen(penyakitorganisasi).http://www.papanputih.
com/2011/01/penyakit-organisasi-psychological.html

Anda mungkin juga menyukai