Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326681792

Analisis Pengaruh Konsentrasi aktivator terhadap karakteristik pori karbon


aktif tempurung ketapang (Terminalia catappa) berdasarkan metode
pengolahan citra

Article · July 2018

CITATIONS READS

0 326

4 authors, including:

Herman Aldila Fitri Afriani


Bangka Belitung University Bangka Belitung University
8 PUBLICATIONS   9 CITATIONS    14 PUBLICATIONS   19 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Yuant Tiandho
Bangka Belitung University
40 PUBLICATIONS   35 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

cdsr shera View project

Black Hole Thermodynamics View project

All content following this page was uploaded by Herman Aldila on 30 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS PENGARUH KONSENTRASI AKTIVATOR TERHADAP
KARAKTERISTIK PORI KARBON AKTIF TEMPURUNG KETAPANG
(Terminalia catappa) BERDASARKAN METODE PENGOLAHAN CITRA

KODE: 1118-HA

Abstrak

Karbon aktif tempurung Ketapang (Terminalia catappa) telah berhasil disintesis dengan
menggunakan metode dehidrasi-karbonisasi. Aktivasi karbon aktif dilakukan dengan
menggunakan aktivator asam sulfat yang dilanjutkan dengan karbonisasi pada temperatur
600oC selama 2 jam. Karakteristik pori ditentukan menggunakan metode pengolahan citra
dari mikrograf karbon aktif berdasarkan parameter luas area dan panjang kaliper.
Berdasarkan metode pendekatan luas area diperoleh estimasi ukuran pori maksimum
sebesar 5,69 μm pada konsentrasi aktivator 3% dan minimum sebesar 4,88 μm pada
konsentrasi aktivator 11%. Sedangkan dengan metode pendekatan panjang kaliper
diperoleh estimasi ukuran pori maksimum sebesar 9,09 μm pada konsentrasi aktivator 3%
dan minimum sebesar 7,35 μm pada konsentrasi aktivator 7%. Porositas karbon aktif
tempurung ketapang semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi asam
sulfat dengan nilai tertinggi sebesar 24,96 %.

Kata kunci: Aktivator, analisis citra, karbon aktif

ANALYSIS OF INFLUENCE OF ACTIVATOR CONCENTRATION ON


CHARACTERISTICS OF ACTIVATED CARBON FROM KETAPANG SHELL
(Terminalia catappa) BASED ON IMAGE PROCESSING METHOD

Abstract

Activated carbon from ketapang shell (Terminalia catappa) has been successfully
synthesized using dehydration-carbonization method. Activated carbon was conducted by
immersing with sulphuric acid and followed by carbonization at 600oC for 2 hours. Pore
characteristics were determined using image-processing methods of activated carbon
micrographs based on parameters of area and caliper length. From the area approximation
method obtained that the maximum pore size estimate was 5,69 μm at activator
concentration 3% while the minimum was 4,88 μm at activator concentration 11%
activator concentration respectively. At the other hands, caliper length approximation
method obtained estimation of maximum pore size that was equal to 9,09 μm at activator
concentration 3% and its minimum that was equal to 7,35 μm at activator concentration
7%. The porosity of the activated carbon from ketapang shell increased with the increase
of sulfuric acid concentration and the highest value reached 24.96%.

Keywords: Activated carbon, activator, image processing


Pendahuluan menganalisis pengaruh konsentrasi
Tanaman ketapang (Terminalia aktivator terhadap karakteristik pori
catappa) banyak ditemukan disekitar karbon aktif tempurung ketapang.
kampus Universitas Bangka Belitung Karakteristik pori merupakan bagian
sebagai pohon peneduh disepanjang jalan terpenting dalam menentukan kualitas
maupun area parkir kampus. Hampir setiap suatu karbon aktif. Karakteristik pori suatu
hari dapat dijumpai buah ketapang yang karbon aktif meliputi: ukuran, bentuk
berguguran dan selalu dibuang sebagai geometris, distribusi, porositas dan lain
sampah dalam jumlah besar. Salah satu sebagainya. Beberapa metode yang telah
upaya agar sampah ketapang yang murah digunakan untuk menentukan karakteristik
dan berlimpah ini dapat menjadi produk pori antara lain melalui metode
yang berguna dan memiliki nilai ekonomis pengukuran langsung metode Brunauer,
dengan dibuat menjadi material karbon Emmet, and Teller (Goodman, et al., 2012)
aktif. Konversi sampah ketapang menjadi dan metode Archimedes (Moradi, et al.,
karbon aktif diharapkan dapat mengatasi 2014) dan metode pengolahan citra
permasalahan sampah yang disebabkan mikrograf (Tiandho, 2017) (Aldila, et al.,
oleh ketapang. Disisi lain dengan adanya 2017). Metode pengolahan citra lebih
konversi ini dapat diperoleh suatu produk efisien daripada dengan menggunakan
yang memiliki nilai guna dan ekonomis metode pengukuran langsung ditinjau dari
tinggi karena karbon aktif banyak aspek reproduktifitas, ekonomi,
digunakan dalam berbagai bidang industri kesederhanaan, dan fleksibilitasnya. Hal
secara luas. Beberapa penggunaan karbon ini didukung dengan pengembangan
aktif antara lain sebagai adsorben, instrumen pengukuran morfologi
katalisator, elektroda dan lain sebagainya. permukaan material dalam bentuk digital
Tantangan utama dalam sintesis karbon yang semakin maju (Tiandho, 2017).
aktif adalah mendapatkan produk yang Metode pengolahan citra telah
sangat spesifik sesuai dengan diaplikasikan dalam berbagai bidang
kegunaannya. Sintesis karbon aktif diantaranya untuk penentuan karakteristik
tempurung ketapang telah dilakukan oleh pori (Tiandho, 2017) (Aldila, et al., 2017),
beberapa peneliti sebelumnya (Surest, et klasifikasi sel darah merah (Jambhekar,
al., 2010) (Awitdrus, et al., 2016) (Megiyo, 2011), menghitung luas inti eritrosit
et al., 2017). Akan tetapi belum ada yang (Rifano, 2014), pendeteksi formalin pada
tahu (Hidayat.A, et al., 2013), penentuan pembersihan dan proses pengeringan.
porositas plasma - sprayed coatings (Du, Tempurung ketapang kering kemudian
et al., 2005) dan sebagainya. dibakar dalam tungku pembakaran hingga
Pada penelitian ini kami menganalisis menjadi arang (karbon). Arang tempurung
pengaruh konsentrasi aktivator terhadap ketapang kemudian digerus dengan
karakteristik pori yang meliputi: ukuran, menggunakan mortar kemudian ditapih
distribusi dan porositas pori karbon aktif dengan menggunakan ayakan ukuran 200
tempurung ketapang (Terminalia catappa) mesh. Serbuk karbon berukuran 200 mesh
dengan metode analisis citra yang kemudian direndam dengan asam sulfat
didasarkan pada parameter luas area dan dengan variasi konsentrasi masing-masing
panjang kaliper. 3%, 7% dan 11% selama satu hari dengan
rasio 1 gr karbon : 4 mL asam sulfat. Hasil
Bahan dan Metode Penelitian
rendaman ketiga sampel karbon dipisahkan
Bahan utama yang digunakan dalam
dengan filtratnya lalu diaktivasi dengan
penelitian ini adalah tempurung ketapang
cara dipanaskan dalam furnace pada suhu
(Terminalia catappa) yang diperoleh dari
600oC selama 2 jam. Karbon hasil aktivasi
kampus Universitas Bangka Belitung,
dicuci dengan menggunakan air suling
aktivator asam sulfat (H2SO4), dan air
hingga mencapai pH netral kemudian
suling.
dikeringkan dengan menggunakan oven.
Peralatan yang digunakan dalam
Identifikasi mikrostruktur karbon aktif
sintesis karbon aktif berbasis tempurung
hasil sintesis dilakukan dengan
ketapang terdiri dari tungku pembakaran,
menggunakan Scanning Electron
mortar, hot plate stirrer ciramec, magnetic
Microscope (SEM). Sedangkan untuk
stirrer bar, crucible porseline, ayakan 200
menentukan karakteristik pori meliputi:
mesh, pH meter, kertas saring, gelas ukur
estimasi ukuran, distribusi ukuran dan
dan gelas kimia. Alat untuk
porositas pori digunakan metode
mengkarakterisasi sampel digunakan
pengolahan citra dengan perangkat lunak
peralatan SEM Merk FEI tipe Inspect S50
ImageJ berdasarkan parameter luas area
serta perangkat lunak ImageJ.
dan panjang kaliper dari mikrograf sampel
Sintesis diawali dengan melakukan
karbon aktif tempurung ketapang yang
preparasi tempurung ketapang yang
telah disintesis.
meliputi dua tahap yaitu proses
Hasil dan Pembahasan

Mikrograf karbon aktif tempurung ketapang (Terminalia catappa) dan proses


pengolahan citra pada mikrograf ditampilkan pada Gambar 1.
A. Mikrograf Karbon Aktif Tempurung Ketapang
Konsentrasi Aktivator 3% Konsentrasi Aktivator 7% Konsentrasi Aktivator 11%

B. Proses Binerisasi pada Mikrograf

C. Proses Segmentasi pada Mikrograf

Gambar 1. Mikrograf karbon aktif tempurung ketapang, proses binerisasi dan segmentasi.

Proses pengolahan citra pada makalah dilakukan proses binerisasi, pori terlihat
ini meliputi proses binerisasi dan proses lebih gelap sedangkan matriks terlihat
segmentasi. Proses binerisasi bertujuan lebih terang sehingga perbedaan pori dan
untuk memperjelas perbedaan antara pori matriks tampak semakin jelas. Proses
dan matriks karbon aktif dengan segmentasi adalah proses mempartisi citra
menggunakan pola gelap-terang. Setelah digital menjadi beberapa segmen untuk
menyederhanakan penyajian data citra ke persamaan:
sesuatu yang lebih bermakna sehingga
dapat dianalisis. Pada proses ini dilakukan
pendeteksian pori sesuai dengan geometris
dengan A adalah luas area pori dan π
perimeter pori yang terdeteksi. Selanjutnya
adalah konstanta tak berdimensi yang
dilakukan perhitungan perimeter pori yang
nilainya 3,14.
terdeteksi pada masing-masing mikrograf.
Data hasil analisis estimasi ukuran pori
Dalam hal ini perimeter merupakan
berdasarkan parameter luas area disajikan
panjang garis batas antara masing-masing
pada Tabel 1. Dapat diamati bahwa karbon
pori dengan matriks yang dihitung
aktif tempurung ketapang yang berhasil
berdasarkan jumlah pixel yang terdapat
disintesis memiliki estimasi ukuran pori
pada daerah tersebut. Sedangkan area
yang masuk dalam kategori makropori
merupakan jumlah pixel penyusun dalam
(IUPAC, 1972). Sampel yang
suatu pori yang terdeteksi. Mikrograf yang
menggunakan konsentrasi aktivator asam
digunakan dalam makalah ini memiliki
sulfat 3% memiliki estimasi ukuran pori
faktor konversi skala piksel untuk
(diameter) rata-rata terbesar dari sampel
mikrograf konsentrasi aktivator 3% dan
lainnya yaitu sebesar 5,69 μm. Sedangkan
7% sebesar 10,10 μm/piksel dan untuk
ukuran pori (diameter) rata-rata terkecil
mikrograf konsentrasi aktivator 11%
terdapat pada penggunaan konsentrasi
sebesar 20,25 μm/piksel.
aktivator 11% yaitu sebesar 4,88 μm.
Metode pendekatan penentuan estimasi
ukuran pori menggunakan perangkat lunak Tabel 1. Hasil analisis estimasi ukuran pori
berdasarkan parameter luas area
ImageJ pada makalah ini didasarkan pada
dua parameter yaitu luas area dan panjang Parameter Konsentrasi Aktivator
kaliper. Penentuan estimasi ukuran pori 3% 7% 11%

menggunakan parameter luas area Estimasi


didasarkan pada jumlah pixel penyusun Ukuran Pori
5,69 4,90 4,88
Rata-rata
dalam suatu pori yang terdeteksi.
(μm)
Selanjutnya geometris pori yang terdeteksi 3,14
STDEV 2,21 2,88
didekati dengan bentuk geometris
Sphericity 0,58 0,67 0,59
lingkaran. Penentuan diameter pori (d)
berdasarkan parameter luas area digunakan
Ditinjau dari nilai standar deviasi rendah yaitu 2,21 dan secara statistik
(STDEV) pada masing-masing sampel menyebabkan estimasi ukuran pori
meningkat seiring dengan meningkatnya (diameter) rata-rata pada sampel menjadi
konsentrasi aktivator. Pada sampel yang paling besar dari sampel yang
menggunakan konsentrasi aktivator 3% menggunakan konsentrasi aktivator 7%
memiliki nilai standar deviasi paling dan 11%.

(a) (b) (c)


Gambar 2. Histogram distribusi estimasi ukuran pori berdasarkan parameter luas area pada
konsentrasi aktivator: (a) 3%, (b) 7% dan (c) 11%

Pada Tabel 1. terdapat data sphericity


yang mendeskripsikan geometris pori yang
dengan A adalah luas area pori, P adalah
terdeteksi. Sphericity memiliki rentang 0
panjang perimeter dan π adalah konstanta
hingga 1 dimana jika sphericity bernilai
tak berdimensi yang nilainya 3,14.
satu maka pori berbentuk lingkaran.
Data sphericity untuk masing-masing
Semakin besar nilai sphericity (mendekati
sampel memiliki kisaran rentang nilai
satu) maka geometris pori akan mendekati
sebesar 0,58 – 0,67. Hal ini menunjukkan
geometris lingkaran. Nilai sphericity
bahwa geometris pori tidak lingkaran.
sebanding dengan akar kuadrat jumlah
Nilai sphericity terbesar terdapat pada
pixel dalam pori (luas area) dan
sampel yang menggunakan konsentrasi
berbanding terbalik dengan jumlah pixel
aktivator 7% yaitu sebesar 0,67.
pada daerah batas antara pori dan matriks
Sebagai pembanding digunakan metode
(panjang perimeter). Penentuan nilai
pendekatan penentuan estimasi ukuran pori
sphericity ( ) digunakan persamaan:
yang didasarkan pada parameter panjang
kaliper. Berbeda dengan metode
pendekatan sebelumnya yang didasarkan standar deviasi meningkat seiring dengan
pada geometris lingkaran, metode peningkatan konsentrasi aktivator. Akan
pendekatan panjang kaliper ini didasarkan tetapi secara rata-rata nilai standart deviasi
pada panjang kaliper dari masing-masing dengan menggunakan metode panjang
pori yang terdeteksi. Panjang kaliper kaliper lebih besar daripada metode luas
merupakan jarak terjauh antara tepi-tepi area. Hal ini menunjukkan bahwa pada
suatu pori. Panjang kaliper setiap pori hasil penelitian ini metode panjang kaliper
secara otomatis telah dihitung oleh akan mendeteksi ragam ukuran pori lebih
komputer apabila morfologi dari perimeter banyak daripada metode luas area.
telah sesuai. Secara ringkas hasil analisis estimasi
ukuran pori dari kedua metode pendekatan
Tabel 2. Hasil analisis estimasi ukuran pori
berdasarkan parameter panjang kaliper yang telah dilakukan ditampilkan pada
tabel berikut:
Parameter Konsentrasi Aktivator
3% 7% 11% Tabel 3. Hasil analisis estimasi ukuran pori
dan porositas karbon aktif tempurung
Estimasi ketapang
Ukuran
9,09 7,35 7,45
Pori Rata- Konsentrasi Estimasi
rata (μm) Ukuran Pori Porositas
Aktivator
(%)
STDEV 3,20 4,13 5,81 (%) (μm)
MLA MPK
Estimasi ukuran pori rata-rata pada
3 5,69 9,09 5,62
sampel konsentrasi aktivator 3% memiliki
7 4,90 7,35 19,88
nilai terbesar dibandingkan dengan sampel
11 4,88 7,45 24,96
konsentrasi aktivator 7% dan 11% (Tabel
2). Sedangkan estimasi ukuran pori rata-
rata terkecil terdapat pada sampel Berdasarkan data hasil analisis ukuran

konsentrasi aktivator 7%. pori berdasarkan pada metode luas area

Histogram sebaran estimasi ukuran pori (MLA) dan metode panjang kaliper (MPK)

pada sampel (Gambar 3.) menunjukkan tersebut dapat diamati respon antara

bahwa pola sebaran estimasi ukuran pori. ukuran pori terhadap konsentrasi aktivator.

Pola yang sama ditunjukkan pada metode


parameter panjang kaliper bahwa nilai
(a) (b) (c)
Gambar 3. Histogram distribusi estimasi ukuran pori berdasarkan parameter panjang
kaliper pada konsentrasi aktivator: (a) 3%, (b) 7% dan (c) 11%

Pada metode pendekatan parameter luas masing metode yaitu 4,88 μm untuk
area menunjukkan bahwa semakin besar metode luas area pada penggunaan
konsentrasi aktivator asam sulfat yang konsentrasi aktivator 11% dan 7,35 μm
digunakan maka estimasi ukuran pori akan untuk metode panjang kaliper pada
semakin mengecil. Sedangkan pada penggunaan konsentrasi aktivator 7%.
metode pendekatan parameter panjang Terdapat perbedaan hasil analisis yang
kaliper menunjukkan pola yang fluktuatif cukup signifikan dari penggunaan dua
terhadap estimasi ukuran pori dimana metode tersebut dari sisi estimasi ukuran
penggunaan konsentrasi aktivator pada pori karbon aktif yang terdeteksi. Hal ini
rentang 3% hingga 7% mengalami dikarenakan pengambilan pendekatan
penurunan sedangkan pada rentang 7% geometris lingkaran pada metode luas area
hingga 11% mengalami kenaikan. kurang sesuai. Nilai sphericity
Estimasi ukuran pori maksimum yang menunjukkan bahwa ketiga sampel
diperoleh berdasarkan analisis kedua memiliki nilai yang tidak sama dengan
metode pendekatan tersebut tercapai pada satu. Jelas hal ini menyebabkan perbedaan
penggunaan konsentrasi aktivator 3% yaitu hasil antara kedua metode tersebut karena
untuk metode luas area sebesar 5,69 μm geometris pori tidak berupa lingkaran
dan metode panjang kaliper 9,09 μm. sempurna. Akan tetapi pola distribusi
Sedangkan estimasi ukuran pori minimum estimasi ukuran pori yang diperoleh dari
yang tercapai untuk masing-masing kedua metode tersebut mirip. Pada
metode pendekatan berbeda-beda. Estimasi konsentrasi aktivator 7% misalnya terdapat
ukuran pori minimum untuk masing- pemusatan distribusi estimasi ukuran pori
pada satu ukuran walaupun ukuran yang dalam penelitian yang dilakukan oleh
dimaksud tidak sama persis. Ditinjau dari Djeni Hendra dan Saptadi Darmawan
selisih estimasi ukuran pori hasil analisis menghasilkan hal yang sebaliknya.
kedua metode tersebut, nilai selisih terkecil Peningkatan konsentrasi aktivator H3PO4
terdapat pada sampel yang menggunakan (0% ; 2,5% ; 5% dan 7,5%) dalam sintesis
konsentrasi aktivator 7%. Hal ini karbon aktif tempurung kemiri
dikarenakan pada sampel ini memiliki nilai menghasilkan pola yang fluktuatif
sphericity yang paling besar dibandingkan terhadap uji daya serap pada uap
dengan sampel yang lainnya yaitu sebesar kloroform (Hendra & Darmawan, 2007).
0,67 sehingga memungkinkan pendekatan Pola daya serap karbon aktif kemiri
geometris morfologi pori dalam hal ini terhadap uap kloroform pada rentang 0%
luas area (MLK) dengan panjang kaliper hingga 5% mengalami peningkatan dan
(MPK) tidak jauh berbeda. pada penggunaan konsentrasi 7,5%
Pengaruh konsentrasi terhadap luas mengalami penurunan. Dalam penelitian
permukaan pori bergantung pada tersebut dijelaskan hubungan antara daya
temperatur karbonisasi, rasio perbandingan serap karbon aktif terhadap luas
antara aktivator terhadap karbon (arang) permukaan pori dimana semakin besar
yang akan diaktivasi dan lama waktu daya serapnya maka karbon aktif tersebut
perendaman karbon (arang) dengan memiliki luas permukaan pori yang besar.
aktivator (Kwaghger & Ibrahim, 2013). Dari hasil analisis ukuran pori dengan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh metode analisis citra pada penelitian ini
Kwaghger dkk terkait dengan optimasi dan kedua penelitian sebelumnya jelas
sintesis karbon aktif dari tempurung biji bahwa konsentrasi aktivator tidak memiliki
mangga diperoleh bahwa seiring dengan pola linier terhadap pembentukan luas
peningkatan konsentrasi aktivator HCl permukaan pori maksimum. Melainkan
(25% ; 50% ; 75% dan 100%) maka luas pembentukan luas permukaan pori
permukaan pori juga akan semakin maksimum akan tercapai pada suatu
meningkat. Akan tetapi dalam penelitian kondisi konsentrasi aktivator tertentu
tersebut disebutkan bahwa belum dicapai (kondisi optimum). Penentuan kondisi ini
kondisi maksimum. Hal ini ditandai akan menjadi sangat kompleks apabila
dengan peningkatan luas permukaan pori terdapat variabel-varibel lain dalam proses
yang relatif cukup rendah. Disisi lain sintesis seperti jenis bahan baku, ukuran
bahan baku (powdered, granular, maupun peningkatan konsentrasi asam
extruded), jenis aktivator, rasio mengakibatkan peningkatan aktivitas
perendaman, konsentrasi aktivator, devolatilisasi pada arang sehingga struktur
temperatur dan lama waktu karbonisasi. pori awal yang sebelumnya tertutup
Perhitungan presentase pori didasarkan komponen-komponen volatil akan terbuka.
pada perbedaan warna antara pori dengan
Kesimpulan
matriks karbon pada proses binerisasi
Penentuan estimasi ukuran pori
mikrograf. Warna pori tampak lebih gelap
menggunakan metode pengolahan citra
dibandingkan dengan warna matriks
dengan parameter luas area dan panjang
karbon aktif. Presentase pori diperoleh dari
kaliper menghasilkan estimasi ukuran pori
perbandingan jumlah piksel pori yang
karbon aktif tempurung ketapang rata-rata
terdeteksi (Ngelap) dengan jumlah piksel
yang berbeda. Pendekatan geometris
total mikrograf (Ntotal)
lingkaran pada metode pendekatan luas
area kurang tepat dikarenakan nilai
sphericity yang diperoleh tidak sama
Porositas pori karbon aktif meningkat dengan satu. Nilai sphericity maksimum
seiring peningkatan konsentrasi aktivator terdapat pada sampel dengan konsentrasi
yang digunakan dengan presentase aktivator 7% yaitu sebesar 0,67.
porositas terbesar 24,96% (Tabel 3). Hal Konsentrasi aktivator asam sulfat
ini kemungkinan disebabkan oleh reaksi berpengaruh terhadap ukuran pori karbon
antara lignoselulosa dalam arang aktif tempurung ketapang (Terminalia
tempurung ketapang dengan asam sulfat catappa). Analisis estimasi ukuran pori
sesaat setelah dicampurkan. Asam akan dengan metode pendekatan luas area
mengurai hemiselulosa dan lignin karena diperoleh estimasi ukuran pori maksimum
selulosa lebih tahan terhadap hidrolisis sebesar 5,69 μm pada konsentrasi aktivator
asam (Jagtoyen & Derbyshire, 1998). 3% dan minimum sebesar 4,88 μm pada
Asam akan menghidrolisis rantai konsentrasi aktivator 11%. Sedangkan
glikosidik pada lignoselulosa dan memutus dengan metode pendekatan panjang kaliper
ikatan eril eter pada lignin yang disertai diperoleh estimasi ukuran pori maksimum
oleh transformasi kimia yang sebesar 9,09 μm pada konsentrasi aktivator
menyebabkan terbentuknya pori baru 3% dan minimum sebesar 7,35 μm pada
(Kwaghger & Ibrahim, 2013). Selain itu konsentrasi aktivator 7%. Estimasi ukuran
pori karbon aktif tempurung ketapang Du, H., Shin, J. & Lee, S., 2005. Study on
(Terminalia catappa) yang diperoleh porosity of plasma-sprayed
termasuk dalam kategori makropori. coatings by digital image analysis
Porositas pori karbon aktif meningkat method. Journal of thermal spray
seiring dengan peningkatan konsentrasi technology, Volume 14, pp. 453-
aktivator dengan persentase tertinggi 461.
sebesar 24,96%. Hidayat, A., Alfitri, N., Hendrick, Ramiati.
& Bahtiar, B., 2013. Aplikasi
DAFTAR PUSTAKA
pengolahan citra mikroskop untuk
Adel, A., Abd El-Wahab, Z., Ibrahim, A. pendeteksi formalin pada tahu
& Al-Shemy, M., 2010. menggunakan kamera CCD
Characterization of (Charge Couple Device). Padang,
Microcrystalline Cellulose Politeknik Negeri Padang.
Prepared from Lignocellulosic Hendra, D. & Darmawan, S., 2007. Sifat
Materials. Bioresource Technology, Arang Aktif dari Tempurung
Volume 101, pp. 4446-4455. Kemiri. Forest Product Research,
Aldila, H., Indriawati, A., Tiandho, Y., Volume 86, pp. 1-18.
Afriani, F., Megiyo., 2017. Analisis IUPAC, 1972. Manual of Symbols and
Karakteristik Pori berdasarkan Terminology for Physicochemichal
Pengolahan Citra menggunakan quantities and Units. London:
Wolfram Mathematica dan ImageJ. Butterworths.
Palembang, AVoER IX Fakultas Jagtoyen, M. & Derbyshire, F., 1998.
Teknik Universitas Sriwijaya. Activated Carbon from Yellow
Awitdrus, Rukmana, D. V., Farma, R. & Poplar and White Oak by H3PO4
Iwantono, 2016. Pengaruh Waktu Activation. Carbon, Volume 36,
Perendaman dalam Pembuatan pp. 1085-1097.
Karbon Aktif Cangkang Buah Jambhekar, N., 2011. Red blood
Ketapang dengan Pengaktifan classification using image
Kimia Berbantuan Iradiasi processing. Science Research,
Gelombang Mikro. Komunikasi Volume 3, pp. 151-154.
Fisika Indonesia, pp. 870-875. Kwaghger, A. & Ibrahim, J. S., 2013.
Optimization of Condition for the
Preparation of Activated Carbon J., 2012. Preparation and
from Mango Nuts using HCl. characterization of high surface
American Journal of Engineering area, high porosity carbon
Research, 2(7), pp. 74-85. monoliths from pyrolyzed bovine
Megiyo, Aldila, H., Afriani, F., Mahardika, bone and their performance as
R. G. & Enggiwanto, S., 2017. supercapacitor electrodes. Carbon,
Sintesis Karbon Aktif Tempurung Volume 55, pp. 291-298.
Ketapang (Terminalia catappa) Rifano, R., 2014. Aplikasi ImageJ untuk
Sebagai Adsorben Minyak menghitung perubahan luas inti
Jelantah. Surakarta, SNFA eritrosit bebek akibat larutan
Universitas Sebelas Maret. hipotonis , Bandung: IPB.
Moradi, A., Pramanik, S., Ataollahi, F., Surest, A. H., Permana, I. & Wibisono, R.
Kamarul, T. & Murphy, B., 2014. G., 2010. Pembuatan Karbon Aktif
Archimedes revisited: computer dari Cangkang Biji Ketapang.
assisted micro-volumetric Jurnal Teknik Kimia, Volume 17,
modification of the liquid pp. 1-11.
displacement method for porosity Tiandho, Y., 2017. Analisis kuantitatif pori
measurement of highly porous light berdasarkan pengolahan citra
materials. Analytical Methods, pp. menggunakan Wolfram
4396-4401. Mathematica. Kumpulan Jurnal
Goodman, P., Li, H., Gao, Y., Lu, Y., Ilmu Komputer, Volume 4, pp. 15-
Stenger-Smith, J. & Redepenning, 23.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai