BUKU MODUL Praktium Lab Kep Anak II PDF
BUKU MODUL Praktium Lab Kep Anak II PDF
Oleh
Rani Fitriani Arifin, S.Kep.,Ns.,M.kep
Visi
Menghasilkan Lulusan keperawatan yang unggul dalam pengembangan praktik keperawatan
profesional berdasarkan nilai-nilai IMTAQ untuk kebutuhan masyarakat ditingkat regional
Kalimantan pada tahun 2027.
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan ners yang profesional berdasarkan nilai-nilai IMTAQ
2. Mengembangkan penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan praktik keperawatan.
3. Menerapkan ilmu keperawatan sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat untuk
kemaslahatan umat.
Tujuan Pendidikan :
1. Menghasilkan ners yang memiliki kemampuan klinik dan mampu menerapkan nilai-nilai
IMTAQ dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Menghasilkan produk penelitian yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
meningkatkan ilmu keperawatan.
3. Menghasilkan kegiatan pelayanan berbasis hasil penelitian untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
KATA PENGANTAR
Puji syukur disampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena pada akhirnya Buku
Panduan Praktikum laboratorium Mata Ajaran Keperawatan Anak II ini dapat terselesaikan.
Panduan ini fokus pada keterampilan pengukuran pertumbuhan anak, kebutuhan nutrisi dan
imunisasi pada anak. Kegiatan pembelajaran meliputi praktik laboratorium terbimbing dan mandiri.
Pedoman ini berisi tentang gambaran umum mata ajaran, kompetensi, ringkasan materi, serta
kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh mahasiswa dan atau dosen.
Penulis mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima
kasih kepada rekan-rekan dosen yang telah memberikan masukan, mahasiswa yang telah
berpartisipasi dalam penulisan, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Pedoman ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan. Masukan dan saran yang membangun
diharapkan demi perbaikan modul ini.
Semoga Bermanfaat
Penyusun
E. Pelaksanaan Praktikum
Sesuai jadwal
F. Metode Evaluasi
Kehadiran : 10%
Sikap dan Penampilan : 20%
Ujian Praktik Lab : 70%
G. Tata tertib
Dalam melaksanakan praktikum mahasiswa harus mematuhi ketentuan yang ada dalam
pelaksanaan praktikum dilaboratorium.
1. Selama berada di Laboratorium mahasiswa harus :
a. Berpakaian rapi sesuai dengan praktikum yang dilakukan (memakai jas untuk praktikum
dan masker yang berhubungan dengan bahan kimia)
b. Mengisi daftar hadir dan daftar kunjungan laboratorium.
c. Tas, jaket dan alat komunikasi dan barang berharga di simpan di locher yang sudah
disediakan.
d. Memperhatikan instruksi dari pembimbing praktikum
e. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
f. Tidak diperkenankan menggunakan perhiasan yang berlebihan.
g. Jam tangan harus dilepas
h. Berjilbab harus rapi dalam menggunakan jiblab yang sudah ditentukan.
i. Tidak diperkenankan makan di dalam laboratorium.
j. Mahasiswa wajib menjaga kebersihan ruangan laboratorium dan dilarang merokok.
k. Mahasiswa dapat mengambil dan menyiapkan sendiri alat/bahan praktikum yang ada
dilaboratorium atas ijin dan pengawasan petugas laboratorium.
l. Segala urusan mahasiswa yang berkaitan dengan administrasi, berhubungan langsung
dengan petugas laboratorium.
m. Mahasiswa wajib melaksanakan praktikum sesuai prosedur/penuntun praktikum
H. Sanksi Terhadap Pelanggaran Tata Tertib Praktek Laboratorium
Mahasiswa yang tidak mematuhi dan atau dengan sengaja melanggar tata tertib praktek
laboratorium akan dikenakan sanksi sbb :
1. Tidak diperbolehkan mengikuti praktikum sampai dengan mahasiswa yang bersangkutan
memenuhi tata tertib paktik laboratorium.
2. Keterlambatan kurang dari 15 menit setelah praktikum dimulai, mahasiswa diperbolehkan
mengikuti praktikum dengan persyaratan menyelesaikan penugasan pribadi dari dosen
pembimbing praktikum.
3. Keterlambatan lebih dari 15 menit, mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
4. Kehadiran dalam praktikum kurang dari 90%, mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti
kegiatan ujian praktikum kecuali telah menyelesaikan penugasan dari dosen pembimbing.
5. Mahasiswa wajib mengganti peralatan laboratorium yang rusak akibat kelalaian mahasiswa.
PROSEDUR PELAKSANAAN
PENGUKURAN TINGGI BADAN
1. Pengertian
Mengukur tinggi badan merupakan prosedur mengkaji tinggi badan anak menggunakan alat
pengukur. Pengukuran Panjang badan atau tinggi badan dapat dilakukan dengan dua cara.
2. Tujuan
a. Mengkaji tinggi badan dan perkembangan anak
b. Menentukan status nutrisi anak
3. Prosedur pemeriksaan tinggi badan
a. Cara mengukur dengan posisi berbaring ini dilakukan untuk anak sampai 24 bulan oleh 2
orang tenaga kesehatan.
Peralatan dan Perlengkapan
1. Infatometer
2. Alat tulis
Prosedur Kerja:
1. Bayi dibaringkan supine (telentang) pada alas yang datar.
2. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
3. Petugas 1, memegang kepala bayi dengan kedua tangan agar kepala bayi tetap menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
4. Petugas 2, menekan lutut bayi dengan lengan kiri agar lutut bayi lurus, sedangkan tangan
kiri menjaga agar posisi kaki tetap lurus (tidak fleksi ataupun ekstensi). Tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
5. Baca angka pengukuran yang telah dilakukan.
1. Pengertian
Berat badan merupakan salah satu indikator untuk menilai keadaan gizi anak serta pertumbuhan
anak. Pengukuran berat badan pada anak dapat menggunakan beberapa alat timbangan seperti
timbangan bayi untuk bayi yang belum bisa berdiri atau bayi usia 24 bulan dengan BB maksimal
20 kg, timbangan injak serta timbangan dacin yang biasa digunakan di posyandu.
2. Tujuan
a. Mengkaji berat badan anak dan perkembangannya
b. Membantu menentukan program pengobatan (dosis)
c. Membantu status nutrisi anak
d. Menentukan status cairan anak
3. Prosedur pemeriksaan tinggi badan
a. Cara mengukur berat badan bayi. Timbangan ini digunakan untuk menimbang anak sampai
usia 2 tahun dengan maksimal BB 20 Kg.
Peralatan dan Perlengkapan
1. Timbangan bayi (baby scale)
2. Alat tulis
Prosedur Kerja:
1. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
2. Lihat jarum atau angka harus menunjukkan ke angka 0.
1. Pengertian
Pengukuran lingkar kepala sangat penting dilakukan pada anak usia dibawah 5 tahun.
2. Tujuan
Tujuan pemantauan adalah untuk menilai pertumbuhan dan ukuran otak anak serta dapat
mendeteksi sejak dini adanya gangguan perkembangan otak
3. Prosedur pemeriksaan Lingkar Kepala
Peralatan dan Perlengkapan
1. Pita ukur (meteran)
2. Alat tulis
Prosedur Kerja:
1. Lingkarkan pita pengukur pada kepala anak melewati dahi, di atas kedua telinga
dan bagian belakang kepala yag menonjol (tulang oksiput) tarik agak kencang
sampai kedua ujung meteran bertemu diangka 0.
1. Pengertian
Mengukur lingkar lengan atas merupakan prosedur mengkaji gambaran tentang keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit anak menggunakan alat pengukur
2. Tujuan
a. Penentuan status gizi anak
b. Menggambarkan keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit
c. Mencerminkan cadangan energy sehingga dapat mengetahui status KEP pada anak
3. Prosedur Pemeriksaan Lingkar Lengan Atas
Peralatan dan Perlengkapan
1. Pita ukur LILA atau metline
2. Alat tulis
Prosedur Kerja:
Pengukuran lingkar lengan atas dapat dilakukan baik pada lengan kanan atau kiri, sesuai
dengan lengan mana yang tidak aktif. Jika pasien kidal (left-handed)maka LILA diukur
pada lengan kanan; begitu pula sebaliknya, jika pasien tidak kidal (right-handed) maka
pengukuran dilakukan di lengan kiri.
1. Lakukan pengukuran pada posisi antropometri, yaitu subjek berdiri pada posisi tegak
lurus, kepala menghadap kedepan.
2. Persiapkan pita pengukur, pastikan tidak kusut atau terlipat-lipat. Pastikan angka yang
menunjukkan hasil pengukuran masih jelas terbaca sehingga tidak mengacaukan
interpretasi.
3. Persiapkan lengan pasien dengan cara membebaskan medan pengukuran dari berbagai
macam gangguan seperti lengan pakaian atau asesoris lainnya.
4. Tentukan titik-titik antropometri yang digunakan dalam pengukuran LILA yaitu
acromion dan radiale.
5. Ukur jarak acromion-radiale tangan pada posisi lengan ditekuk 900 dan beri tanda
pada titik tengah acromion-radiale.
6. Luruskan lengan dan dalam posisi relaks lilitkan pita pengukur melewati titik tengah
lengan.
7. Tarikan pita pengukur harus cukup erat, tidak menekan dan posisi lurus segaris.
1. Pengertian
Memberikan makan lewat selang sonde (nasogastritik) adalah memasukkan makanan cair
atau obat melalui selang nasogastritik
2. Tujuan
Mempertahankan statur nutrisi
3. Prosedur pemeriksaan Lingkar Kepala
Peralatan dan Perlengkapan
1. Air matang
2. Makanan cair/susu
3. Corong
4. Spuit 5 cc atau 10 cc
5. Tisu
6. Perlak atau pengalas
7. Bengkok
8. Handschoon
Prosedur Kerja:
1. Atur posisi pasien dalam posisi semi fowler atau fowler (jika tidak ada kontra
indikasi)
2. Pakai handschoon
3. Pasang penglas di atas dada
4. Pastikan letak nasogastrik tube dengn cara mengaspirasi sekresi lambung dan cek
residu lambung
5. Pasang corong atau spuit
6. Masukkan makanan cair atau susu, buka klem, tinggikan selang 30 cm dari hidung,
klem kembali sebelum makanan habis atau isi kembali sebelum habis. Jika makanan
sulit masuk, bantu dengan mendorong plunger spuit secara perlahan
7. Masukkan air matang, buka klem, tinggikan selang 30 cm dari hidung, klem kembali
sebelum air habis. Jika air sulit masuk, bantu dengan mendorong plunger spuit secara
perlahan.
8. Tutup kembali ujung nasogastrik
9. Bersihkan sisa makanan pada pasien
10. Rapikan pasien
PROSEDUR PELAKSANAAN
IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu
penyakit dengan cara memberikan mikroorganisme bibit penyakit berbahaya yang
telah dilemahkan (vaksin) ke dalam tubuh sehingga merangsang sistem kekebalan
tubuh terhadap jenis antigen itu dimasa yang akan datang. Saat ini di Indonesia ada
lima imunisasi dasar yang wajib diberikan sesuai program imunisasi pemerintah
yaitu hepatitis B, BCG, DPT, polio dan campak. Sedangkan imunisasi MMR, HiB,
Hepatitis A dan cacar air adalah imunisasi yang dianjurkan.
Cara Pemberian
Jenis Imunisasi Kegunaan dan Dosis Kontra Indikasi Efek Samping
2. Reaksi berat
a. Kadang-kadang
terjadi peradangan
setempat yang agak
berat/abses yang
lebih luas.
b. Pembengkakan pada
kelenjar limfe pada
leher atau ketiak
DPT (Diphteri, Memberikan Disuntikkan 1. Panas diatas 1. Reaksi lokal
Pertusis, Tetanus)- kekebalan terhadap Secara 38 C Terjadi
HB rekombinan penyakit dipteri, Intramuskular 2. Reaksi pembengkakan dan
(Hepatitis B) – pertusis dan dipaha bagian berlebihan rasa nyeri pada
Hib(Haemophylus tetanus, Hepatitis B luar dengan dosis setelah tempat penyuntikkan
influenzaetipe B) rekombinan dan 0,5 CC pemberian disertai demam ringan
Haemophylus imunisasi 1-2 hari. Ibu tidak
influenza tipe B Pentabio perlu panik karena
sebelumnya panas akan sembuh
seperti panas dan menandakan
tinggi dengan bahwa bayi sudah
kejang, memiliki kekebalan
penurunan 2. Reaksi Berat
kesadaran dan Demam tinggi, kejang
syok dan syok berat. Bila
3. Terdapat hal tersebut terjadi
kelainan otak sebaiknya ibu segera
ataupun konsultasi ke dokter
kelainan syaraf atau pelayanan
serius. kesehatan terdekat.
Cara Pemberian
Jenis Imunisasi Kegunaan Kontra Indikasi Efek Samping
dan Dosis
Hepatitis B Memberikan Disuntikkan Tidak ada Pada umumnya tidak ada
kekebalan aktif Secara
terhadap penyakit intramuskular
Hepatitis dipaha bagian
luar dengan dosis
0,5 cc
Polio Memberikan Diteteskan 1. Anak 1. Reaksi yang timbul
kekebalan terhadap langsung kedalam menderita biasanya hampir tidak
Penyakit mulut dengan diare berat ada, kalaupun ada
Poliomyelitis dosis 2 tetes 2. Anak sakit hanya diare ringan
panas atau kelumpuhan
anggota gerak akibat
tertular polio orang
dewasa.
2. Kekebalan yang
diperoleh dari
vaksinasi polio adalah
45 – 100%
Campak Memberikan Disuntikkan 1. Panas > 38 C 1. Panas > 38 C
kekebalan terhadap secara subkutan 2. Anak sakit 2. Kejang yang ringan
penyakit campak pada lengan kiri parah dan tidak berbahaya
atas dengan dosis 3. Anak yang pada hari ke 10 – 12
0,5 cc menderita TBC 3. Dapat terjadi radang
tanpa otak dalam 30 hari
pengobatan setelah penyuntikan
4. Anak yang tetapi kejadian ini
defisiensi gizi jarang terjadi.
derajat berat
5. Riwayat kejang
Demam
KASUS 1
Seorang bayi perempuan usia 2 bulan datang ke posyandu balita digendong ibunya, ibu
bermaksud akan mengimunisasi anaknya. Saat petugas kesehatan melihat buku KIA, bayi
tersebut sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B 1, Polio 0 & 1 dan DPT 1. Bayi tersebut
terlihat sedang tertidur, suhu 36,9oC, ibu bayi tersebut mengatakan bayinya tidak memiliki
riwayat penyakit keturunan, dan 2 minggu yang lalu bayinya batuk. Ibu cemas bayinya akan
demam apabila dilakukan imunisasi.
Pertanyaan soal :
1. Imunisasi apa yang harus diberikan pada bayi tersebut?
2. Apa kemungkinan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada kasus tersebut?
3. Bagaimana penjelasan penkes yang harus diberikan kepada ibu bayi tersebut?
KASUS 2
Seorang bayi laki-laki usia 9 bulan datang ke posyandu balita digendong ibunya, ibu
bermaksud akan menimbang anaknya. Saat petugas kesehatan melihat buku KIA, bayi
tersebut sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B 1,2,3,4, Polio 0,1,2 dan DPT 1,2,3. Ibu
bayi tersebut mengatakan bayinya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan, dan 2 bulan
terakhir bayinya sering sakit flu dan demam, suhu suhu 37,5oC. Ibu cemas bayinya akan
demam lagi apabila dilakukan imunisasi.
Pertanyaan soal :
1. Imunisasi apa yang harus diberikan pada bayi tersebut?
2. Apa kemungkinan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada kasus tersebut?
3. Bagaimana penjelasan penkes yang harus diberikan kepada ibu bayi tersebut?