Anda di halaman 1dari 40

BUKU MODUL PRAKTEK

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK II

Oleh
Rani Fitriani Arifin, S.Kep.,Ns.,M.kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN AJARAN 2019/2020
PENDAHULUAN
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Visi
Menghasilkan Lulusan keperawatan yang unggul dalam pengembangan praktik keperawatan
profesional berdasarkan nilai-nilai IMTAQ untuk kebutuhan masyarakat ditingkat regional
Kalimantan pada tahun 2027.
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan ners yang profesional berdasarkan nilai-nilai IMTAQ
2. Mengembangkan penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan praktik keperawatan.
3. Menerapkan ilmu keperawatan sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat untuk
kemaslahatan umat.
Tujuan Pendidikan :
1. Menghasilkan ners yang memiliki kemampuan klinik dan mampu menerapkan nilai-nilai
IMTAQ dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Menghasilkan produk penelitian yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
meningkatkan ilmu keperawatan.
3. Menghasilkan kegiatan pelayanan berbasis hasil penelitian untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
KATA PENGANTAR

Puji syukur disampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena pada akhirnya Buku
Panduan Praktikum laboratorium Mata Ajaran Keperawatan Anak II ini dapat terselesaikan.
Panduan ini fokus pada keterampilan pengukuran pertumbuhan anak, kebutuhan nutrisi dan
imunisasi pada anak. Kegiatan pembelajaran meliputi praktik laboratorium terbimbing dan mandiri.
Pedoman ini berisi tentang gambaran umum mata ajaran, kompetensi, ringkasan materi, serta
kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh mahasiswa dan atau dosen.
Penulis mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima
kasih kepada rekan-rekan dosen yang telah memberikan masukan, mahasiswa yang telah
berpartisipasi dalam penulisan, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Pedoman ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan. Masukan dan saran yang membangun
diharapkan demi perbaikan modul ini.

Semoga Bermanfaat
Penyusun

Rani Fitriani Arifin


KEGIATAN PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN ANAK II

A. Deskripsi Mata Ajar


Mata kuliah Keperawatan Anak II membahas tentang keterampilan pengukuran
pertumbuhan anak, kebutuhan nutrisi dan imunisasi pada anak. Kegiatan pembelajaran meliputi
kuliah, diskusi, pembahasan kasus dan praktik laboratorium. Pemahaman tentang cabang ilmu
ini dapat dijadikan dasar dalam pelayanan asuhan keperawatan.
B. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan anak
yang diperlukan dalam praktik keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan dan memodifikasinya sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatan
C. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan dapat mempraktekkan keterampilan:
1) Pengukuran Perkembangan Anak
2) Imunisasi Dasar
3) Pemenuhan Nutrisi Pada Anak
D. Keterampilan yang Dipelajari
1) Pengukuran Tinggi Badan
2) Pengukuran Berat Badan
3) Pengukuran Lingkar Kepala
4) Pengukuran Lingkar Lengan Atas
5) Pemberian makan lewat NGT pada anak
6) Imunisasi BCG
7) Imunisasi Polio
8) Imunisasi Campak
9) Imunisasi DPT
10) Imunisasi Hepatitis

E. Pelaksanaan Praktikum
Sesuai jadwal
F. Metode Evaluasi
Kehadiran : 10%
Sikap dan Penampilan : 20%
Ujian Praktik Lab : 70%
G. Tata tertib
Dalam melaksanakan praktikum mahasiswa harus mematuhi ketentuan yang ada dalam
pelaksanaan praktikum dilaboratorium.
1. Selama berada di Laboratorium mahasiswa harus :
a. Berpakaian rapi sesuai dengan praktikum yang dilakukan (memakai jas untuk praktikum
dan masker yang berhubungan dengan bahan kimia)
b. Mengisi daftar hadir dan daftar kunjungan laboratorium.
c. Tas, jaket dan alat komunikasi dan barang berharga di simpan di locher yang sudah
disediakan.
d. Memperhatikan instruksi dari pembimbing praktikum
e. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
f. Tidak diperkenankan menggunakan perhiasan yang berlebihan.
g. Jam tangan harus dilepas
h. Berjilbab harus rapi dalam menggunakan jiblab yang sudah ditentukan.
i. Tidak diperkenankan makan di dalam laboratorium.
j. Mahasiswa wajib menjaga kebersihan ruangan laboratorium dan dilarang merokok.
k. Mahasiswa dapat mengambil dan menyiapkan sendiri alat/bahan praktikum yang ada
dilaboratorium atas ijin dan pengawasan petugas laboratorium.
l. Segala urusan mahasiswa yang berkaitan dengan administrasi, berhubungan langsung
dengan petugas laboratorium.
m. Mahasiswa wajib melaksanakan praktikum sesuai prosedur/penuntun praktikum
H. Sanksi Terhadap Pelanggaran Tata Tertib Praktek Laboratorium
Mahasiswa yang tidak mematuhi dan atau dengan sengaja melanggar tata tertib praktek
laboratorium akan dikenakan sanksi sbb :
1. Tidak diperbolehkan mengikuti praktikum sampai dengan mahasiswa yang bersangkutan
memenuhi tata tertib paktik laboratorium.
2. Keterlambatan kurang dari 15 menit setelah praktikum dimulai, mahasiswa diperbolehkan
mengikuti praktikum dengan persyaratan menyelesaikan penugasan pribadi dari dosen
pembimbing praktikum.
3. Keterlambatan lebih dari 15 menit, mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
4. Kehadiran dalam praktikum kurang dari 90%, mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti
kegiatan ujian praktikum kecuali telah menyelesaikan penugasan dari dosen pembimbing.
5. Mahasiswa wajib mengganti peralatan laboratorium yang rusak akibat kelalaian mahasiswa.
PROSEDUR PELAKSANAAN
PENGUKURAN TINGGI BADAN

1. Pengertian
Mengukur tinggi badan merupakan prosedur mengkaji tinggi badan anak menggunakan alat
pengukur. Pengukuran Panjang badan atau tinggi badan dapat dilakukan dengan dua cara.
2. Tujuan
a. Mengkaji tinggi badan dan perkembangan anak
b. Menentukan status nutrisi anak
3. Prosedur pemeriksaan tinggi badan
a. Cara mengukur dengan posisi berbaring ini dilakukan untuk anak sampai 24 bulan oleh 2
orang tenaga kesehatan.
Peralatan dan Perlengkapan
1. Infatometer
2. Alat tulis
Prosedur Kerja:
1. Bayi dibaringkan supine (telentang) pada alas yang datar.
2. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
3. Petugas 1, memegang kepala bayi dengan kedua tangan agar kepala bayi tetap menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
4. Petugas 2, menekan lutut bayi dengan lengan kiri agar lutut bayi lurus, sedangkan tangan
kiri menjaga agar posisi kaki tetap lurus (tidak fleksi ataupun ekstensi). Tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
5. Baca angka pengukuran yang telah dilakukan.

Gambar 1. Pengukuran Panjang badan bayi


b. Cara mengukur dengan posisi berdiri dilakukan pada anak yang berusia 24 bulan atau anak
yang sudah dapat berdiri.
Peralatan dan Perlengkapan
1. Microtoice
2. Alat tulis
Prosedur Kerja:
1. Pada saat pengukuran minta anak untuk melepaskan alas kaki dan melepas hiasan atau
dandanan rambut yang mungkin dapat mempengaruhi hasil pengukuran TB anak.
2. Mintalah anak untuk berdiri tegak menghadap lurus ke arah depan dengan kedua mata
kaki rapat.
3. Pastikan kepala, tulang bahu, pantat dan tumit menempel di papan pengukur/dinding.
4. Mintalah anak untuk mengambil nafas panjang.
5. Dengan tangan kanan Anda, turunkan meteran alat pengukur hingga pas di atas kepala si
anak. Pastikan Anda menekan rambut anak (menempel di ubun-ubun).
6. Jika posisi anak sudah betul, baca dan catatlah hasil pengukuran.

Gambar 2. Cara Mengukur Tinggi Badan


PROSEDUR PELAKSANAAN
PENGUKURAN BERAT BADAN

1. Pengertian
Berat badan merupakan salah satu indikator untuk menilai keadaan gizi anak serta pertumbuhan
anak. Pengukuran berat badan pada anak dapat menggunakan beberapa alat timbangan seperti
timbangan bayi untuk bayi yang belum bisa berdiri atau bayi usia 24 bulan dengan BB maksimal
20 kg, timbangan injak serta timbangan dacin yang biasa digunakan di posyandu.
2. Tujuan
a. Mengkaji berat badan anak dan perkembangannya
b. Membantu menentukan program pengobatan (dosis)
c. Membantu status nutrisi anak
d. Menentukan status cairan anak
3. Prosedur pemeriksaan tinggi badan
a. Cara mengukur berat badan bayi. Timbangan ini digunakan untuk menimbang anak sampai
usia 2 tahun dengan maksimal BB 20 Kg.
Peralatan dan Perlengkapan
1. Timbangan bayi (baby scale)
2. Alat tulis
Prosedur Kerja:
1. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
2. Lihat jarum atau angka harus menunjukkan ke angka 0.

Gambar 3. Timbangan baby scale menunjukkan angka 0


3. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaos kaki dan sarung tangan.
4. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan. Bila ingin menggunakan alas pada
timbangan, ingat untuk kurangi pengukuran berat badan dengan beratnya alas.
5. Lihat sampai jarum timbangan berhenti.
6. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan. Usahakan bayi dalam keadaan tenang
sehingga jarum timbangan dapat menunjukkan angka yang akurat.
b. Timbangan injak
Peralatan dan Perlengkapan
 Timbangan injak detecto atau timbangan injak pegas
 Alat tulis
Prosedur Kerja:
1. Letakkan alat timbangan di lantai yang datar/keras sehingga tidak mudah bergerak.
2. Pastikan posisi jarum harus menunjukkan ke angka 0.

Gambar 4. Timbangan injak detecto menunjukkan angka 0

Gambar 5. Timbangan injak


3. Sebaiknya anak memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi,
jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu.
4. Setelah dilakukan persiapan alat dan persiapan anak maka lakukan pengukuran pada anak.
Cara pengukuran berat badan anak menggunakan timbangan injak dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
a) Anak bisa berdiri.
 Ketika alat timbangan sudah menunjukkan angka 0 mintalah anak tersebut untuk
berdiri di tengah-tengah alat timbangan.
 Pastikan posisi badan anak dalam keadaan berdiri tegak, mata/kepala lurus ke arah
depan, kaki tidak menekuk. Anda dapat membantu anak tersebut berdiri dengan baik
di atas timbangan dan anjurkan anak untuk mengurangi gerakan yang tidak perlu
sehingga tidak mempengaruhi hasil penimbangan.
 Setelah anak berdiri dengan benar, lihat jarum petunjuk angka di timbangan dan catat
hasilnya.
 Kemudian minta anak tersebut untuk turun dari timbangan.
b) Bayi/anak belum bisa berdiri.
 Jika anak belum bisa berdiri, maka minta ibu/pengasuh untuk menggendong anak
tanpa selendang dan alas kaki.
 Ketika alat timbangan menunjukkan angka 0 mintalah ibu dengan menggendong
sang anak untuk berdiri di tengah-tengah alat timbangan.
 Pastikan posisi ibu, badan tegak, mata lurus ke depan, kaki tidak menekuk dan kepala
tidak menunduk ke bawah. Sebisa mungkin bayi/anak dalam keadaan tenang ketika
ditimbang.
 Setelah ibu berdiri dengan benar, lihat jarum petunjuk angka di timbangan dan catat
hasilnya.
 Kemudian mintalah ibu untuk turun dari timbangan.
 Ulangi pengukuran, kali ini hanya ibu saja yang ditimbang tanpa menggendong
anaknya.
 Setelah penimbangan selesai maka kurangi hasil timbangan ibu saat menggendong
anaknya dengan hasil timbangan berat badan ibu. Hasil tersebut merupakan berat
badan bayinya.
c. Timbangan Dacin
Peralatan dan Perlengkapan
1. Timbangan dacin
2. Alat tulis
Prosedur Kerja:
Persiapkan dacin dengan menggantungnya pada tempat
yang kokoh seperti pelana rumah atau kusen pintu atau
dahan pohon atau penyangga kaki tiga yang kuat.

Atur posisi angka pada batang dacin sejajar dengan mata


penimbang.

Letakkan bandul bergeser pada angka nol, jika ujung


kedua paku timbang dalam posisi lurus, maka timbangan
perlu ditera atau diganti dengan yang baru.

Pastikan bandul geser berada pada angka 0.

Pasang sarung timbangan/celana timbangan/kotak


timbanganan yang kosong pada dacin.

Seimbangkan dacin yang telah dibebani dengan sarung


timbang/celana timbang/kotak timbang dengan memberi
kantung plastik berisikan pasir/batu diujung batang
dacin, sampai kedua jarum di atas tegak lurus.
PROSEDUR PELAKSANAAN
PENGUKURAN LINGKAR KEPALA

1. Pengertian
Pengukuran lingkar kepala sangat penting dilakukan pada anak usia dibawah 5 tahun.
2. Tujuan
Tujuan pemantauan adalah untuk menilai pertumbuhan dan ukuran otak anak serta dapat
mendeteksi sejak dini adanya gangguan perkembangan otak
3. Prosedur pemeriksaan Lingkar Kepala
Peralatan dan Perlengkapan
1. Pita ukur (meteran)
2. Alat tulis
Prosedur Kerja:
1. Lingkarkan pita pengukur pada kepala anak melewati dahi, di atas kedua telinga
dan bagian belakang kepala yag menonjol (tulang oksiput) tarik agak kencang
sampai kedua ujung meteran bertemu diangka 0.

Gambar 6. Mengukur Kepala


2. Terakhir cantumkan hasil pengukuran kepala dan lihat pada kurva lingkar kepala
untuk menilai hasil yang di dapatkan. (kurva dapat dilihat di Grafik 2)
3. Apabila titik pertemuan ukuran lingkar kepala dan usia anak berada di antara dua
titik putus-putus (-2 SD +2) maka termasuk lingkar kepala normal. Bila hasilnya
di bawah - 2 SD disebut mikrosefali sedangkan bila di atas +2SD disebut
makrosefali.
PROSEDUR PELAKSANAAN
PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS

1. Pengertian
Mengukur lingkar lengan atas merupakan prosedur mengkaji gambaran tentang keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit anak menggunakan alat pengukur
2. Tujuan
a. Penentuan status gizi anak
b. Menggambarkan keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit
c. Mencerminkan cadangan energy sehingga dapat mengetahui status KEP pada anak
3. Prosedur Pemeriksaan Lingkar Lengan Atas
Peralatan dan Perlengkapan
1. Pita ukur LILA atau metline
2. Alat tulis
Prosedur Kerja:
Pengukuran lingkar lengan atas dapat dilakukan baik pada lengan kanan atau kiri, sesuai
dengan lengan mana yang tidak aktif. Jika pasien kidal (left-handed)maka LILA diukur
pada lengan kanan; begitu pula sebaliknya, jika pasien tidak kidal (right-handed) maka
pengukuran dilakukan di lengan kiri.
1. Lakukan pengukuran pada posisi antropometri, yaitu subjek berdiri pada posisi tegak
lurus, kepala menghadap kedepan.
2. Persiapkan pita pengukur, pastikan tidak kusut atau terlipat-lipat. Pastikan angka yang
menunjukkan hasil pengukuran masih jelas terbaca sehingga tidak mengacaukan
interpretasi.
3. Persiapkan lengan pasien dengan cara membebaskan medan pengukuran dari berbagai
macam gangguan seperti lengan pakaian atau asesoris lainnya.
4. Tentukan titik-titik antropometri yang digunakan dalam pengukuran LILA yaitu
acromion dan radiale.
5. Ukur jarak acromion-radiale tangan pada posisi lengan ditekuk 900 dan beri tanda
pada titik tengah acromion-radiale.
6. Luruskan lengan dan dalam posisi relaks lilitkan pita pengukur melewati titik tengah
lengan.
7. Tarikan pita pengukur harus cukup erat, tidak menekan dan posisi lurus segaris.

Gambar 7. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)


8. Bacalah hasil pengukuran dengan posisi mata sejajar dengan jendela pengukuran pada
pita pengukur. Bacalah hingga ketelitian 0,1 cm. Lakukan pengukuran sebanyak tiga
kali dan diambil reratanya
PROSEDUR PELAKSANAAN
PEMBERIAN MAKAN LEWAT NGT

1. Pengertian
Memberikan makan lewat selang sonde (nasogastritik) adalah memasukkan makanan cair
atau obat melalui selang nasogastritik
2. Tujuan
Mempertahankan statur nutrisi
3. Prosedur pemeriksaan Lingkar Kepala
Peralatan dan Perlengkapan
1. Air matang
2. Makanan cair/susu
3. Corong
4. Spuit 5 cc atau 10 cc
5. Tisu
6. Perlak atau pengalas
7. Bengkok
8. Handschoon
Prosedur Kerja:
1. Atur posisi pasien dalam posisi semi fowler atau fowler (jika tidak ada kontra
indikasi)
2. Pakai handschoon
3. Pasang penglas di atas dada
4. Pastikan letak nasogastrik tube dengn cara mengaspirasi sekresi lambung dan cek
residu lambung
5. Pasang corong atau spuit
6. Masukkan makanan cair atau susu, buka klem, tinggikan selang 30 cm dari hidung,
klem kembali sebelum makanan habis atau isi kembali sebelum habis. Jika makanan
sulit masuk, bantu dengan mendorong plunger spuit secara perlahan
7. Masukkan air matang, buka klem, tinggikan selang 30 cm dari hidung, klem kembali
sebelum air habis. Jika air sulit masuk, bantu dengan mendorong plunger spuit secara
perlahan.
8. Tutup kembali ujung nasogastrik
9. Bersihkan sisa makanan pada pasien
10. Rapikan pasien
PROSEDUR PELAKSANAAN
IMUNISASI

Imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu
penyakit dengan cara memberikan mikroorganisme bibit penyakit berbahaya yang
telah dilemahkan (vaksin) ke dalam tubuh sehingga merangsang sistem kekebalan
tubuh terhadap jenis antigen itu dimasa yang akan datang. Saat ini di Indonesia ada
lima imunisasi dasar yang wajib diberikan sesuai program imunisasi pemerintah
yaitu hepatitis B, BCG, DPT, polio dan campak. Sedangkan imunisasi MMR, HiB,
Hepatitis A dan cacar air adalah imunisasi yang dianjurkan.

Tabel 1. Jadwal Pemberian dan Jenis Imunisasi


UMUR BAYI JENIS IMUNISASI
0 – 7 Hari HB 0
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT-HB-Hib1, Polio 2
3 Bulan DPT-HB-Hib2, Polio 3
4 Bulan DPT-HBHib3, Polio 4
9 Bulan Campak

Gambar 8. Vaksin BCG, Campak dan Polio


Tabel 2. Lima Imunisasi Dasar Untuk Bayi

Cara Pemberian
Jenis Imunisasi Kegunaan dan Dosis Kontra Indikasi Efek Samping

BCG Memberikan Di suntikkan 1. Anak yang sakit 1. Reaksi normal


(Bacillus Calmette kekebalan terhadap secara Intrakutan kulit atau a. Setelah 2-3 minggu
Guerin) Penyakit pada lengan infeksi kulit pada tempat
tuberculosis (TBC). kanan atas ditempat penyuntikan akan
Kekebalan yang (deltoid kanan) penyuntikkan. terjadi
diperoleh oleh anak dengan dosis 0,05 2. Anak yang pembengkakan kecil
tidak menjadi Cc telah berwarna merah
mutlak 100%, jadi menderita kemudian akan
kemungkinan anak penyakit TBC menjadi luka dengan
anak menderita diameter 10 mm.
penyakit TBC ringan, b. Luka tersebut akan
akan tetapi sembuh sendiri dan
terhindar dari TBC meninggalkan
berat. jaringan parut (scar)
dengan diameter 5-7
mm. Ingatkan ibu
agar tidak
memberikan apapun
pada luka tersebut.

2. Reaksi berat
a. Kadang-kadang
terjadi peradangan
setempat yang agak
berat/abses yang
lebih luas.
b. Pembengkakan pada
kelenjar limfe pada
leher atau ketiak
DPT (Diphteri, Memberikan Disuntikkan 1. Panas diatas 1. Reaksi lokal
Pertusis, Tetanus)- kekebalan terhadap Secara 38 C Terjadi
HB rekombinan penyakit dipteri, Intramuskular 2. Reaksi pembengkakan dan
(Hepatitis B) – pertusis dan dipaha bagian berlebihan rasa nyeri pada
Hib(Haemophylus tetanus, Hepatitis B luar dengan dosis setelah tempat penyuntikkan
influenzaetipe B) rekombinan dan 0,5 CC pemberian disertai demam ringan
Haemophylus imunisasi 1-2 hari. Ibu tidak
influenza tipe B Pentabio perlu panik karena
sebelumnya panas akan sembuh
seperti panas dan menandakan
tinggi dengan bahwa bayi sudah
kejang, memiliki kekebalan
penurunan 2. Reaksi Berat
kesadaran dan Demam tinggi, kejang
syok dan syok berat. Bila
3. Terdapat hal tersebut terjadi
kelainan otak sebaiknya ibu segera
ataupun konsultasi ke dokter
kelainan syaraf atau pelayanan
serius. kesehatan terdekat.
Cara Pemberian
Jenis Imunisasi Kegunaan Kontra Indikasi Efek Samping
dan Dosis
Hepatitis B Memberikan Disuntikkan Tidak ada Pada umumnya tidak ada
kekebalan aktif Secara
terhadap penyakit intramuskular
Hepatitis dipaha bagian
luar dengan dosis
0,5 cc
Polio Memberikan Diteteskan 1. Anak 1. Reaksi yang timbul
kekebalan terhadap langsung kedalam menderita biasanya hampir tidak
Penyakit mulut dengan diare berat ada, kalaupun ada
Poliomyelitis dosis 2 tetes 2. Anak sakit hanya diare ringan
panas atau kelumpuhan
anggota gerak akibat
tertular polio orang
dewasa.
2. Kekebalan yang
diperoleh dari
vaksinasi polio adalah
45 – 100%
Campak Memberikan Disuntikkan 1. Panas > 38 C 1. Panas > 38 C
kekebalan terhadap secara subkutan 2. Anak sakit 2. Kejang yang ringan
penyakit campak pada lengan kiri parah dan tidak berbahaya
atas dengan dosis 3. Anak yang pada hari ke 10 – 12
0,5 cc menderita TBC 3. Dapat terjadi radang
tanpa otak dalam 30 hari
pengobatan setelah penyuntikan
4. Anak yang tetapi kejadian ini
defisiensi gizi jarang terjadi.
derajat berat
5. Riwayat kejang
Demam

Gambar 9. Vaksin Hepatitis dan DPT


1. Prosedur pemberian imunisasi BCG
No Langkah-langkah Gambar
1. Menyiapkan alat-alat secara ergonomis
- Spuit dispossible 5 cc
- Alat suntik
- Vaksin BCG dan pelarutnya dalam termos es
- Kapas DTT dalam tempatnya
- Bengkok
- Safety Box
- Buku KIA
- Handschoon
- Larutan klorin dalam tempatnya
- Tempat sampah
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada ibu
bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan

3. Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah air


mengalir

4. Menggunakan sarung tangan

5. Membuka tutup metal pada vaksin dengan


menggunakan pengait jika vaksin berbentuk vial
6. Menghisap pelarut dengan menggunakan spuit 5 cc.
Pastikan seluruh terisap
7. Memasukkan pelarut ke dalam vial vaksin BCG lalu
dikocok sehingga campuran menjadi homogeny
8. Memasukkan spuit yang digunakan untuk melarutkan
vaksin ke dalam safety box
9. Mengambil spuit baru kemudian menghisap vaksin
dari vial sebanyak 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk
anak

10 Mengatur posisi bayi miring di atas pangkuan ibu dan


lepas baju bayi dari lengan dan bahu.
Ibu memegang bayi dekat dengan tubuhnya,
menyangga kepala bayi dan memegang lengan dekat
dengan tubuh

11 Membersihkan area penyuntikan dengan kapas DTT

12 Memegang lengan bayi dengan tangan kiri dan tangan


kanan memegang syringe dengan lubang jarum
menghadap ke depan

13 Memegang lengan sehingga permukaan kulit


mendatar dengan menggunakan ibu jari kiri dan jari
telunjuk, letakkan syringe dan jarum dengan posisi
hamper datar dengan kulit bayi

14 Memasukkan ujung jarum di bawah permukaan kulit,


cukup masukkan bevel (lubang di ujung jarum).
Untuk memegang jarum dengan posisi yang tepat,
lakukan ibu jari kiri anda pada ujung bawah alat
suntuk dekat jarum, tetapi jangan menyentuh jarum

15 Memegang ujung penyedot antara jari telunjuk dan


jari tengah tangan kanan anda. Tekan penyedot
dengan ibu jari tangan anda.
Menyuntikan 0,05 ml vaksin dan memastikan semua
vaksin sudah masuk ke dalam kulit. Lihat apakah
muncul gelembung.
16 Mencabut jarum suntik apabila vaksin sudah habis
17 Bereskan semua peralatan yang sudah digunakan
18 Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin dan
lepaskan secara terbalik, masukan dalam ember berisi
larutan klorin
19 Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
20 Menjelaskan reaksi yang timbul setelah penyuntikan
dan cara mengatasi reaksi tersebut
21 Dokumentasikan dan beritahukan hasil pada ibu bayi
dan kunjungan ulang
2. Prosedur pemberian imunisasi Polio
No Langkah-langkah Gambar
2. Menyiapkan alat-alat secara ergonomis
- Vaksin polio dalam termos es
- pipet
- Bengkok
- Buku KIA
- Tempat sampah
-
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada
ibu bayi mengenai prosedur yang akan
dilakukan

3. Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah


air mengalir

4. Membuka tutup metal pada vaksin dengan


menggunakan pengait dan memasang pipet
(dropper)

5. Mengatur posisi ibu dalam menggendong bayi


dengan meminta ibu memegang bayi dengan
kepala disangga dan ditengadahkan ke
belakang

6. Membuka mulut bayi secara berhati-hati


dengan ibu jari pada dagu (untuk bayi kecil)
atau menekan pipi bayi dengan jari-jari anda
7. Meneteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke
dalam lidah jangan sampai alat tetes
menyentuk bayi

8. Bereskan semua peralatan yang sudah


digunakan
9. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
10 Menjelaskan reaksi yang timbul setelah
penyuntikan dan cara mengatasi reaksi tersebut
11 Dokumentsikan dan beritahukan hasil kepada
ibu bayi dan kunjungan ulang
3. Prosedur pemberian imunisasi Campak
No Langkah-langkah Gambar
1. Menyiapkan alat-alat secara ergonomis
- Handschoon bersih 1 pasang
- Vaksin campak dan pelarutnya
- Kapas DTT
- Bak isntrumen
- Spuit 5 cc
- Jarum steril
- Bengkok
- Safety box
- Tempat sampah
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada
ibu bayi mengenai prosedur yang akan
dilakukan

3. Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah


air mengalir

4. Menggunakan sarung tangan

5. Membuka tutup metal pada vaksin dengan


menggunakan pengait
6. Menghisap pelarut dengan menggunakan spuit 5
cc. Pastikan seluruh terisap

7. Memasukkan pelarut ke dalam vial vaksin


campak lalu dikocok sehingga campuran
menjadi homogeny

8. Memasukkan spuit yang digunakan untuk


melarutkan vaksin ke dalam safety box

9. Mengambil spuit baru kemudian menghisap


vaksin dari vial sebanyak 0,5 ml

10 Mengatur posisi bayi


- Bayi dipangku ibunya di sisi sebelah kiri
- Tangan kanan bayi melingkar ke badan ibu
- Tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga
kepala, bahu dan memegang sisi luar tangan
kiri bayi
- Tangan kanan ibu memegang kaki bayi
dengan kuat
11 Menyiapkan bagian yang akan diinjeksi
musculus deltoideus (1/3 bagian lateral lengan
kiri atas)

12 Membersihkan daerah yang akan diinjeksi


dengan kapas DTT dari tengah ke luar, secara
melingkar sekitar 5 cm.
Tunggu hingga kering

13 Mengangkat kulit daerah suntikan dengan ibu


jari dan telunjuk

14 Memasukkan jarim ke dalam kulit dengan sudut


450 (injeksi subkutan dalam)

15 Melakukan aspirasi kemudian mendorong


pangkal piston dengan ibu jari tangan kanan dan
memasukkan vaksin secara perlahan

16 Menarik jarum suntuk dengan cepat setelah


semua vaksin masuk

17 Menekan daerah suntikan dengan kapas DTT


18 Merapikan alat-alat dan membuang spuit ke
dalam safety box
19 Mengevaluasi keadaan tubuh bayi dan
merapikan pakaian bayi
20 Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin
dan lepaskan secara terbalik, masukkan dalam
ember berisi larutan klorin
21 Memberikan penjelasan kepada orangtua
sehubungan dengan hasil imunisasi, efek
samping, dan obat penurun panas untuk
mengantisipasi efek samping berupa panas, serta
kapan jadwal imunisasi selanjutnya.
22 Mendokumentasikan (waktu, nama , vaksin,
dosis, rute pemberian, dan reaksi pasien)
4. Prosedur pemberian imunisasi DPT
No Langkah-langkah Gambar
1. Menyiapkan alat-alat secara ergonomis
- Handschoon bersih 1 pasang
- Vaksin DPT
- Kapas DTT
- Bak instrumen
- Jarum steril
- Bengkok
- Safety box
- Tempat sampah

2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada


ibu bayi mengenai prosedur yang akan
dilakukan

3. Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah


air mengalir

4. Menggunakan sarung tangan

5. Membuka tutup metal pada vaksin dengan


menggunakan pengait
6. Menghisap vaksin dari vial dengan
menggunakan spuit sebanyak 0,5 ml

7. Meminta ibu untuk menggendong bayi di atas


pangkuan ibu dengan posisi menghadap ke
depan, seluruh kaki telanjang, ibu sebaiknya
memegang kaki bayi

8. Bersihkan kulit dengan kapas DTT, tunggu


hingga kering

9. Menentukan lokasi penyuntikan, yaitu di paha


anterolateral, pegang paha bayi dengan ibu jari
dan jari telunjuk, suntikkan jarum dengan
sudut 900 (intra muscular). Suntikkan pelan-
pelan untuk mengurangi rasa sakit
10 Cabut jarum dengan cepat dan tekan bekas
suntukan dengan kapas kering, jangan
melakukan pemijatan pada daerah bekas
suntukan

11 Masukkan alat suntik ke dalam safery box


tanpa ditutup kembali
12 Bereskan semua peralatan yang sudah
digunakan
13 Lepaskan sarung tangan secara terbalik,
masukkan ke dalam bengkok
14 Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
15 Menjelaskan reaksi yang timbul setelah
penyuntikan dan cara mengatasi reaksi tersebut
16 Dokumentasikan dan beritahukan hasil kepada
ibu bayi dan kunjungan ulang
5. Prosedur pemberian imunisasi Hepatitis
No Langkah-langkah Gambar
1. Menyiapkan alat-alat secara ergonomis
- Handschoon bersih 1 pasang
- Vaksin Hepatitis
- Kapas DTT
- Bak instrumen
- Jarum steril
- Bengkok
- Safety box
- Tempat sampah

2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada


ibu bayi mengenai prosedur yang akan
dilakukan

3. Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah


air mengalir

4. Menggunakan sarung tangan

5. Membuka tutup metal pada vaksin dengan


menggunakan pengait
6. Menghisap vaksin dari vial dengan
menggunakan spuit sebanyak 0,5 ml

7. Meminta ibu untuk menggendong bayi di atas


pangkuan ibu dengan posisi menghadap ke
depan, seluruh kaki telanjang, ibu sebaiknya
memegang kaki bayi

8. Bersihkan kulit dengan kapas DTT, tunggu


hingga kering

9. Menentukan lokasi penyuntikan, yaitu di paha


anterolateral kiri atau kanan, pegang paha bayi
dengan ibu jari dan jari telunjuk, suntikkan
jarum dengan sudut 900 (intra muscular).
Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa
sakit
10 Cabut jarum dengan cepat dan tekan bekas
suntukan dengan kapas kering, jangan
melakukan pemijatan pada daerah bekas
suntukan

11 Masukkan alat suntik ke dalam safery box


tanpa ditutup kembali
12 Bereskan semua peralatan yang sudah
digunakan
13 Lepaskan sarung tangan secara terbalik,
masukkan ke dalam bengkok
14 Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
15 Menjelaskan reaksi yang timbul setelah
penyuntikan dan cara mengatasi reaksi tersebut
16 Dokumentasikan dan beritahukan hasil kepada
ibu bayi dan kunjungan ulang
CHECK LIST PEMBERIAN IMUNISASI DPT
Nama Mahasiswa : ……………………
NIM :………………….....
No Aspek yang dievaluasi 1 2 3 4
Menyiapkan alat-alat secara ergonomis
- Handschoon bersih 1 pasang
- Vaksin DPT
- Kapas DTT
1 - Bak instrumen
- Jarum steril
- Bengkok
- Safety box
- Tempat sampah
Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada ibu bayi mengenai prosedur
2
yang akan dilakukan
3 Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir
4 Menggunakan sarung tangan
5 Membuka tutup metal pada vaksin dengan menggunakan pengait
6 Menghisap vaksin dari vial dengan menggunakan spuit sebanyak 0,5 ml
Meminta ibu untuk menggendong bayi di atas pangkuan ibu dengan posisi
7 menghadap ke depan, seluruh kaki telanjang, ibu sebaiknya memegang kaki
bayi
8 Bersihkan kulit dengan kapas DTT, tunggu hingga kering
Menentukan lokasi penyuntikan, yaitu di paha anterolateral, pegang paha
9 bayi dengan ibu jari dan jari telunjuk, suntikkan jarum dengan sudut 900
(intra muscular). Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit
Cabut jarum dengan cepat dan tekan bekas suntukan dengan kapas kering,
10
jangan melakukan pemijatan pada daerah bekas suntukan
11 Masukkan alat suntik ke dalam safery box tanpa ditutup kembali
12 Bereskan semua peralatan yang sudah digunakan
13 Lepaskan sarung tangan secara terbalik, masukkan ke dalam bengkok
14 Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
Menjelaskan reaksi yang timbul setelah penyuntikan dan cara mengatasi
15
reaksi tersebut
Dokumentasikan dan beritahukan hasil kepada ibu bayi dan kunjungan
16
ulang
Keterangan :
Nilai 1 : Dilakukan salah Nilai 2 : Dilakukan Kurang Tepat
Nilai 3 : Dilakukan dengan tepat Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna

Nilai : (1x….)+(2x….)+(3x…..)+(4x…..) =……………..


16
CHECK LIST PEMBERIAN IMUNISASI POLIO
Nama Mahasiswa : ……………………
NIM :………………….....
No Aspek yang dievaluasi 1 2 3 4
Menyiapkan alat-alat secara ergonomis
- Vaksin polio dalam termos es
- pipet
1
- Bengkok
- Buku KIA
- Tempat sampah
Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada ibu bayi mengenai
2
prosedur yang akan dilakukan
3 Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir
Membuka tutup metal pada vaksin dengan menggunakan pengait
4
dan memasang pipet (dropper)
Mengatur posisi ibu dalam menggendong bayi dengan meminta ibu
5 memegang bayi dengan kepala disangga dan ditengadahkan ke
belakang
Membuka mulut bayi secara berhati-hati dengan ibu jari pada dagu
6
(untuk bayi kecil) atau menekan pipi bayi dengan jari-jari anda
Meneteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah jangan
7
sampai alat tetes menyentuk bayi
8 Bereskan semua peralatan yang sudah digunakan
9 Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
Menjelaskan reaksi yang timbul setelah penyuntikan dan cara
10
mengatasi reaksi tersebut
Dokumentsikan dan beritahukan hasil kepada ibu bayi dan
11
kunjungan ulang
Keterangan :
Nilai 1 : Dilakukan salah Nilai 2 : Dilakukan Kurang Tepat
Nilai 3 : Dilakukan dengan tepat Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna

Nilai : (1x….)+(2x….)+(3x…..)+(4x…..) =……………..


11
KASUS IMUNISASI

KASUS 1
Seorang bayi perempuan usia 2 bulan datang ke posyandu balita digendong ibunya, ibu
bermaksud akan mengimunisasi anaknya. Saat petugas kesehatan melihat buku KIA, bayi
tersebut sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B 1, Polio 0 & 1 dan DPT 1. Bayi tersebut
terlihat sedang tertidur, suhu 36,9oC, ibu bayi tersebut mengatakan bayinya tidak memiliki
riwayat penyakit keturunan, dan 2 minggu yang lalu bayinya batuk. Ibu cemas bayinya akan
demam apabila dilakukan imunisasi.
Pertanyaan soal :
1. Imunisasi apa yang harus diberikan pada bayi tersebut?
2. Apa kemungkinan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada kasus tersebut?
3. Bagaimana penjelasan penkes yang harus diberikan kepada ibu bayi tersebut?

KASUS 2
Seorang bayi laki-laki usia 9 bulan datang ke posyandu balita digendong ibunya, ibu
bermaksud akan menimbang anaknya. Saat petugas kesehatan melihat buku KIA, bayi
tersebut sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B 1,2,3,4, Polio 0,1,2 dan DPT 1,2,3. Ibu
bayi tersebut mengatakan bayinya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan, dan 2 bulan
terakhir bayinya sering sakit flu dan demam, suhu suhu 37,5oC. Ibu cemas bayinya akan
demam lagi apabila dilakukan imunisasi.
Pertanyaan soal :
1. Imunisasi apa yang harus diberikan pada bayi tersebut?
2. Apa kemungkinan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada kasus tersebut?
3. Bagaimana penjelasan penkes yang harus diberikan kepada ibu bayi tersebut?

Anda mungkin juga menyukai