MENEMUKENALI
KARAKTERISTIK
MASYARAKAT DAN
KEHIDUPAN KOTA
KOTA DAN PEMUKIMAN 1
DWI PUTRI SIH PANGLIPUR (1615012008)
IMRANAH SIDIKAH AHMAD (1615012010)
RISKA RIANTA (1615012012)
OKTA SAPUTRA (1615012026)
Karena itu, untuk datang ke suatu kota perlu dibekali dengan latar belakang pendidikan
memadai yang diperlukan kota, keterampilan dan keahlian sebagai bekal hidup dan usaha di
kota, sehingga mereka inilah yang mengisi berbagai segi kehidupan kota.Para migran yang
datang ke perkotaan tidak semuanya mendapatkan tempat tinggal yang layak, bahkan tanpa
tempat tinggal sama sekali. Mereka seperti inidapat dikatakan se bagai orang-orang yang
kurang beruntung, akibatnya menjadi gelandangan. Kenapa mereka demikian ? menjadi
gelandangan bukanlah suatu keinginan tetapi disebabkan oleh beberapa faktor seperti
dikemukakan Alkostar
Faktor interen meliputi : sifat malas, tidak mau bekerja; mental yang tidak kuat;
adanyacacat-cacat fisik; adanya cacat-cacat psikis (jiwa).Sedangkan
Faktor eksteren terdiri dari faktor ekonomi, geografi, sosial, pendidikan, psikologis,
kultural, lingkungan, dan agama.
1) Faktor ekonomi : kurangnya lapangan pekerjaan; kemiskinan, akibat rendahnya pendapatan
perkapita; dan tidak mencukupi kebutuhan hidup;
2) Faktor geografi: daerah asal yang minus dan tandus, sehingga tidakmemungkinkan
mengolah tanahnya;
3) Faktor sosial : arus urbanisasi yang semakin meningkat, dan kurangnya partisipasi
masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosial;
4) Faktor pendidikan : relatif rendahnya pendidikan menyebabkan kurangnya bekal dan
keterampilan untuk hidup yang layak; kurangnya pendidikan informal dalam keluarga dan
masyarakat;
5) Faktor psikologis : adanya perpecahan/keretakan dalam keluarga, dan keinginan melupakan
pengalaman/kejadian masa lampau yang menyedihkan, serta kurangnya gairah kerja;
6) Faktor kultural : pasrah kepada nasib; dan adat istiadat yang merupakan rintangan dan
hambatan mental;
7) Faktor lingkungan : khususnya pada gelandangan yang sudah berkeluarga atau
mempunyai anak, secara tidak langsung sudah tampak adanya pembibitan gelandangan;
8) Faktor agama : kurangnya dasar-dasar ajaran agama, sehingga menyebabkan tipisnya
iman, membuat mereka tidak tahan menghadapi cobaan dan tidak mau berusaha.
Kondisi pemukiman yang padat dan tidak teratur sebagai ciri kota-kota di negara berkembang
yang disebut sebagai kampung di perkotaan, memerlukan penataan kembali agar menjadi
lingkungan yang asri dan sehat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yang dapat dilakukan
melalui Program Perbaikan Kampung (yang dimulai di Jakarta dari tahun 1969 s.d. 1978) seperti
oleh Pemerintah DKI sebagai berikut : 1) Pemenuhan kebutuhan pokok para penghuni
kampung dengan menyediakan ganggang, air minum bersih, jamban umum, perbaikan sarana
pembuangan sampah, pembuangan air, sekolah, dan klinik; 2) Pengadaan jenis-jenis jasa guna
membantu yang miskin dan mereka yang sudah lama menderita karena kondisi yang tidak
sehat; 3) Pemberian sebanyak mungkin kesempatan kepada rakyat, agar dapat mencapai
sumber-sumber yang ada; dan 4) Pengerahan potensi penduduk agar mampu berusaha
sendiri dan membantu kerjasama masyarakat. Apabila setiap perkotaan melakukan
perbaikan kampung di wilayah-wilayah kumuh niscaya penataan perkotaan akan
sesuai dengan yang diharapkan.
Perumahan bagi kaum miskin di perkotaan tidak mudah untuk dilaksanakan,
karena adanya kendala yang harus diatasi oleh pemerintah setempat, antara lain :
1)Lahan kosong di perkotaan sudah sulit untuk didapatkan;
2) Membangun Perumnas sulit dilaksanakan mengingat keterbatasan lahan yang ada;
3) Walaupun lahan kosong masih ada pasti harganya sudah sangat mahal;
4) Lahan kosong di pinggiran kota apabila dijadikan perumahan belum tentu akan terisi, karena
penghuni untuk menuju
tempat kerja memerlukan biaya transportasi yang tidak murah; dan
5) Tempat tinggal penduduk sulit untuk direlokasi, walaupun berada di lahan milik pemerintah
karenaberbagai alasan.
Gedung-gedung pemerintahan.
Alun-alun.
B. Klasifikasi Kota
Usaha perkebunan memerlukan tanah yang luas dan cukup subur dengan curah hujan
dan iklim yang sesuai dengan tanamannya. Di samping itu, usaha perkebunan banyak
memerlu kan tenaga kerja. Oleh karena itu, daerah perkebunan selalu didatangi tenaga
kerja. Para pekerja tersebut akhirnya bertempat tinggal di daerah sekitar perkebunan.
Banyaknya penduduk di sekitar perkebunan akhirnya berkembang menjadi desa dan jika
perkembangannya pesat akan menjadi wilayah kota. Kota-kota di Indonesia yang
berkembang dari pusat perkebunan, antara lain Pematangsiantar, Bengkulu, Lampung,
Bogor, Sabang, dan Bandung.
Selain perkebunan, usaha pertambangan juga banyak memerlukan tenaga kerja. Oleh
karena itu, daerah pertambangan juga banyak didatangi tenaga kerja. Para pekerja tersebut
akhirnya jugabertempat tinggal di daerah sekitar pertambangan. Banyaknya penduduk di
sekitar pertambangan berkembang menjadi desa dan akhirnya jika perkembangannya pesat
akan menjadi wilayah kota. Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari pusat
pertambangan, antara lain Plaju, Dumai, Langkat, Tarakan, Kutai, Bontang, Ombilin,
Sawahlunto, Tanjung Enim, Bukit Asam, Wonokromo, dan Cepu.
Berdasarkan jumlah penduduknya, kota dapat dibedakan dalam empat golongan, yaitu
sebagai berikut.
2) Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara 100.000– 1.000.000 jiwa.
3) Kota metropolitan, yaitu kota yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 jiwa.
Klasifikasi kota secara numerik berdasarakan jumlah penduduk juga dikemukakan oleh
NR. Saxena. Menurutnya, tahapan kota dilihat dari jumlah penduduknya adalah sebagai
berikut.
1) Infant Town dengan jumlah penduduk antara 5.000 sampai 10.000 orang.
2) Township yang terdiri atas adolescent township, mature township, dan specialized
township dengan jumlah penduduk berkisar antara 10.000 sampai 50.000 jiwa.
3) Town-City terdiri atas adolescent town, mature town, specialized town, dan
adolescent city dengan jumlah penduduk berkisar antara 100.000 sampai 1.000.000 jiwa.
c. Klasifikasi Kota Berdasarkan Kualitas Perkembangannya
Dilihat dari kualitas perkembangannya, tahapan kota dapat dibedakan menjadi enam
tingkatan, yaitu sebagai berikut.
1) Tahap Eopolis yaitu tahap perkembangan desa yang sudah teratur sehingga
organisasi masyarakat penghuni daerah tersebut sudah mulai memperlihatkan ciri-ciri
perkotaan. Tahapan ini merupakan peralihan dari pola kehidupan desa tradisional ke arah
kehidupan kota.
2) Tahap Polis yaitu tahapan suatu daerah kota yang masih bercirikan sifat-sifat agraris
atau berorientasi pada sector pertanian. Sebagian besar kota-kota di Indonesia masih
berada pada tahapan ini.
3) Tahap Metropolis merupakan kelanjutan dari tahap polis. Tahap ini ditandai oleh
sebagian besar orientasi kehidupan ekonomi penduduknya mengarah ke sektor industri.
Kota-kota di Indonesia yang berada pada tahap metropolis antara lain Jakarta, Surabaya,
Medan, dan Bandung.
4) Tahap Megalopolis yaitu suatu wilayah perkotaan yang ukurannya sangat besar,
biasanya terdiri atas beberapa kota metropolis yang menjadi satu membentuk jalur
perkotaan. Contohnya antara lain jalur Megalopolis Boston-Washington (BOSWASH) di
wilayah Amerika Serikat bagian timur, Randstaad di Belanda (mulai dari Doordrecht-
Arnhem), dan jalur Ruhr di Jerman sepanjang Sungai Rhein.
5) Tahap Tyranopolis yaitu tahapan kota yang kehidupannya sudah dikuasai oleh tirani,
kemacetan, kekacauan pelayanan, kejahatan, dan kriminalitas.
6) Tahap Nekropolis yaitu tahapan perkembangan kota yang menuju ke arah kota mati.
C. Kota Menurut Fungsinya
Kota yang berfungsi sebagai pusat kebudayaan memiliki potensi budaya yang lebih
dominan dibandingkan dengan potensi yang lainnya. Potensi budaya ini berkaitan dengan
adat/agama serta adanya pusat kerajaan di masa lalu. Contoh kota pusat kebudayaan di
Indonesia adalah Yogyakarta dan Solo.
Secara umum kota punya pusat pedagangan, namun tidak semua kota memiliki aktifitas
yang sangat dominan di bidang perdagangan. Kota pusat perdagangan ini dahulu bisa
dimulai dari adanya kegiatan pelabuhan. Pelabuhan menjadi pintu masuk barang dan
komoditas perdagangan sehingga daerah disekitarnya berkembang pesat. Namun dengan
jaringan jalan raya, penerbangan dan rel yang semakin modern saat ini kota pusat
perdagangan menyebar bukan hanya di dekat pelabuhan. Contoh kota pusat perdagangan
di Indonesia adalah Surabaya, Medan, Jakarta, Cirebon, dan Semarang
Kota berlabel pusat industri jika kegiatan industri di daerah tersebut lebih dominan
diantara kegiatan lain. Kota-kota industri ini biasanya memiliki pertumbuhan yang pesat dan
menjadi sasaran kaum urban. Contohnya adalah Karawang, Cikarang dan Bekasi.
Kota pusat pemerintahan dapat berkembang secara cepat karena perannya dalam
mengatur sistem pemerintahan. Kota pusat pemerintahan umumnya memiliki hubungan
luas dengan kota lain. Semua kegiatan juga banyak dilakukan di kota ini mulai dari
pendidikan, perdagangan, politik, hingga budaya. Contohnya Jakarta, Bangkok, Washington.
Kota sebagai pusat pariwisata karena didalamnya terdapat berbagai macam kegiatan
yang memiliki nilai jual pariwisata. Nilai jual pariwisata ini bisa berasal dari fenomena alam
atau buatan. Contoh kota pusat pariwisata adalah Bandung, Yogyakarta, Malang, Denpasar,
Singapura, Las Vegas dan Paris.
Kota sebagai pusat pendidikan karena didalamnya terdapat berbagai sekolah atau
perguruan tinggi berkualitas dan ternama. Contohnya Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.