Anda di halaman 1dari 10

2018

MENEMUKENALI
KARAKTERISTIK
MASYARAKAT DAN
KEHIDUPAN KOTA
KOTA DAN PEMUKIMAN 1
 DWI PUTRI SIH PANGLIPUR (1615012008)
 IMRANAH SIDIKAH AHMAD (1615012010)
 RISKA RIANTA (1615012012)
 OKTA SAPUTRA (1615012026)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
3/16/2018
1. Karekteristik masyarakat dan kehidupan kota (secara demografi, ekonomi, sosiologis dan
budaya)?
Pada kota- kota besar di Indonesia terjadi pertambahan penduduk dari hasil migran.
Para migran datang ke perkotaan sejak zaman kolonial tetapi akan tampak jelas saat
kemerdekaan. Beberapa pendatang dari hasil migran menggunakan lahan kosong untuk
pemukiman spontan atau pemukiman liar. Tetapi, beberapa orang tidak mendapatkan lahan.
Sehingga lama kelamaan lahan itu menjadi kumuh.Dari beberapa diantara mereka ada yang
kurang beruntung yang tidak mendapatkan lahan untuk tempat tinggal Sehingga mereka tidur
di mana saja. Akibat pemukiman yang padat penduduk menjadi kumuh dengan memerlukan
adanya perbaikan. diharapkan adanya perbaikan penduduk mendapat tempat tinggal yang
sehat dan manusiawi. Salah satu usaha yang dilakukan untuk perbaikan yaitu dibuat rumah
susun.
Kota- kota besar di indonesia lama kelamaan tumbuh. Tumbunya kota sebagai usaha
untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yag dibutuhkan penduduk. Munculnya fasilitas – fasilitas
itu karena adanya penduduk bukan adanya penduduk karena fasilitas.
Beberapa orang datang kekota untuk mendapatkan pekerjaan. Tetapi, tidak semua
berhasil. Ada sebagian yang berhasil sampai tingkat tiggi dan ada sebagian yang tidak sama
sekali beruntung sekalipun mereka membuat timpat tinggal d beberapa wilayah yang menurut
mereka bisa menghasilkan pekerjaan.
Pemukiman muncul untuk mendekati tempat kerja. Yang lama kelamaan banyak orang
datang untuk mendirikan tempat kerja. Tetapi tidak semua orang yang datang untuk
mendirikan tempat kerja. Ada yang mendirikan tanpa adanya tujuan yang jelas. Di pemukiman
tidak semua orang yang berada dikelas bawah. Tetapi, ada juga yang berada di kelas yang
memadai. Sehingga terlihat perbedaan diantara penduduk. Kedaan seperti ini saaat perlu
diadakan perbaikan penataan pemukiman. Atau cara lain tidak memunculkan pemukiman
kumuh.
Penduduk perkotaan itu adalah penduduk yang sah jika mereka memiliki kartu tanda
penduduk. Hanya saja keberuntungan diantra mereka tidaklah sama. Akhirnya penduduk
diantara mereka sangat lah kompleks sehingga perlu penaganan yang kompleks dari
pemerintah kota. Terutama dalam meneydiakan tempat tinggalyang memadai seperti rumah
susun.
Urbanisasi adalah tumbuhnya sesuatu kota banyak nya pendatang atau berpindah nya
penduduk atau mencari kerjaaan menetap di kota. Ditinjau dari konsep keruaga urbanisasi
merupakan gejala geografis. Pertama, karena adanya gerakan perpidahan penduduk dalam
suatu wilayahnya. Kedua, gerakan atau perpidahan pendudukterjadi sisebabkan oleh satu
komponen dari ekosistemnya kurang atau tidak berfungsi scara baik. Sehingga terjadi
ketimpangan dalam ekosistem setempat. Ketiga, terjadinya adaptasi ekologis yang baru bagi
penduduk yang dari daerah ke daerah yag baru dalam hal ini kota.
Urbanisasi terjadi karena ketimpangan wilayah untuk lapangan kerja. Yang menjadi
masalah penduduk pindah ke perkotaan adalah mereka yang berasal dari perdesaaan yang
mengandalkan kemauan degan melihat daya tarik walaupun pedidikan yang sangat rendah.
Penduduk desa yang pindah ke perkotaan biasanya orang – orang yang tidak memiliki jabatan
di tempat tinggal mereka. Mereka biasanya bukan orang – orang yang memiliki pengetahuan
atau keterampilan yang tinggi.
Beberapa migran tidak semuanya beruntung. Adakala nya mereka beruntung dan
mendapatkan posisi yang tinggi dan berkelas jika mereka dilatar belakangi dengan keahlian dan
kemampuan. Maka dari itu sangat perlu keahlian dan kemampuan untuk bekal migrasi ke kota
– kota. Makadari itu beberapa orang yang sukses di kota – kota bukan lah orang – orang asli
perkotaan. Sebagian adalah orag migrasi. Dapat dilihat saat acara hari idul fitri. Di beberapa
daerah perkotaan menjadi agak renggag karena mereka pulang ke desa masing – masing. Saat
waktu libur selesai mereka kembali ke kota untuk melanjutkan pekerjaan masing – masing.
Pemukiman liar awalnya menjadi dampak urbanisasi, mereka menempati lahan yang
kosong yang pemiliknya tidak tau. Awalnya hanya beberapa rumah yang ada di lahan yang tidak
tau pemiliknya. Lama kelmaan lahan tersebut menjadi penuh pendudukya. Sehingga disitu
tidak hanya penduduk miskin yang tinggal, melainkan orang yang memadai juga bisa tinggal
dilahan tersebut. Seiring berjalan nya waktu penduduk menjadi semakin padat sehingga
mwmbutuhkan tempat tinggal yang banyak. Pemerintah punmelakukan pengusuran bukan
karena ingin menghilangkan tempat tinggal mereka. Melainkan ingin membangun rusun yang
layak bagi mereka untuk ditinggali.
Keadaan seperti ini perlu sekali dilakukan penataan pemukiman melalui perbaikan
kampung, ataupun cara lain yang tidak memunculkan istilah pemukiman kumuh.Apa itu
permukiman kumuh? suatu lingkungan permukiman yang telah mengalami penurunan
kualitas. Dengan kata lain memburuk baik secara fisik, sosial ekonomi maupun sosial budaya.
Dan tidak memungkinkan dicapainya kehidupan yang layak bahkan cenderung membahayakan
bagi penghuninya

Pemukiman kumuh memiliki ciri sebagai berikut :


1) Perumahan yang sangat rapat dan tidak teratur;
2) Jalan-jalan sempit yang tidak dimasuki oleh kendaraan roda 4;
3) Rawan terjadinya kebakaran yang besar sebagai akibat sangat berdempetan antar rumah
penduduk; dan
4) Sanitasi lingkungan yang tidak lancar; dan lain-lain

Karena itu, untuk datang ke suatu kota perlu dibekali dengan latar belakang pendidikan
memadai yang diperlukan kota, keterampilan dan keahlian sebagai bekal hidup dan usaha di
kota, sehingga mereka inilah yang mengisi berbagai segi kehidupan kota.Para migran yang
datang ke perkotaan tidak semuanya mendapatkan tempat tinggal yang layak, bahkan tanpa
tempat tinggal sama sekali. Mereka seperti inidapat dikatakan se bagai orang-orang yang
kurang beruntung, akibatnya menjadi gelandangan. Kenapa mereka demikian ? menjadi
gelandangan bukanlah suatu keinginan tetapi disebabkan oleh beberapa faktor seperti
dikemukakan Alkostar
 Faktor interen meliputi : sifat malas, tidak mau bekerja; mental yang tidak kuat;
adanyacacat-cacat fisik; adanya cacat-cacat psikis (jiwa).Sedangkan
 Faktor eksteren terdiri dari faktor ekonomi, geografi, sosial, pendidikan, psikologis,
kultural, lingkungan, dan agama.
1) Faktor ekonomi : kurangnya lapangan pekerjaan; kemiskinan, akibat rendahnya pendapatan
perkapita; dan tidak mencukupi kebutuhan hidup;
2) Faktor geografi: daerah asal yang minus dan tandus, sehingga tidakmemungkinkan
mengolah tanahnya;
3) Faktor sosial : arus urbanisasi yang semakin meningkat, dan kurangnya partisipasi
masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosial;
4) Faktor pendidikan : relatif rendahnya pendidikan menyebabkan kurangnya bekal dan
keterampilan untuk hidup yang layak; kurangnya pendidikan informal dalam keluarga dan
masyarakat;
5) Faktor psikologis : adanya perpecahan/keretakan dalam keluarga, dan keinginan melupakan
pengalaman/kejadian masa lampau yang menyedihkan, serta kurangnya gairah kerja;
6) Faktor kultural : pasrah kepada nasib; dan adat istiadat yang merupakan rintangan dan
hambatan mental;
7) Faktor lingkungan : khususnya pada gelandangan yang sudah berkeluarga atau
mempunyai anak, secara tidak langsung sudah tampak adanya pembibitan gelandangan;
8) Faktor agama : kurangnya dasar-dasar ajaran agama, sehingga menyebabkan tipisnya
iman, membuat mereka tidak tahan menghadapi cobaan dan tidak mau berusaha.
Kondisi pemukiman yang padat dan tidak teratur sebagai ciri kota-kota di negara berkembang
yang disebut sebagai kampung di perkotaan, memerlukan penataan kembali agar menjadi
lingkungan yang asri dan sehat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yang dapat dilakukan
melalui Program Perbaikan Kampung (yang dimulai di Jakarta dari tahun 1969 s.d. 1978) seperti
oleh Pemerintah DKI sebagai berikut : 1) Pemenuhan kebutuhan pokok para penghuni
kampung dengan menyediakan ganggang, air minum bersih, jamban umum, perbaikan sarana
pembuangan sampah, pembuangan air, sekolah, dan klinik; 2) Pengadaan jenis-jenis jasa guna
membantu yang miskin dan mereka yang sudah lama menderita karena kondisi yang tidak
sehat; 3) Pemberian sebanyak mungkin kesempatan kepada rakyat, agar dapat mencapai
sumber-sumber yang ada; dan 4) Pengerahan potensi penduduk agar mampu berusaha
sendiri dan membantu kerjasama masyarakat. Apabila setiap perkotaan melakukan
perbaikan kampung di wilayah-wilayah kumuh niscaya penataan perkotaan akan
sesuai dengan yang diharapkan.
Perumahan bagi kaum miskin di perkotaan tidak mudah untuk dilaksanakan,
karena adanya kendala yang harus diatasi oleh pemerintah setempat, antara lain :
1)Lahan kosong di perkotaan sudah sulit untuk didapatkan;
2) Membangun Perumnas sulit dilaksanakan mengingat keterbatasan lahan yang ada;
3) Walaupun lahan kosong masih ada pasti harganya sudah sangat mahal;
4) Lahan kosong di pinggiran kota apabila dijadikan perumahan belum tentu akan terisi, karena
penghuni untuk menuju
tempat kerja memerlukan biaya transportasi yang tidak murah; dan
5) Tempat tinggal penduduk sulit untuk direlokasi, walaupun berada di lahan milik pemerintah
karenaberbagai alasan.

Beberapa cara untuk mengatasi pemukiman kumuh ini :

 Dengan membangun rumah susun


Mungkin dengan adanya rumah susun, masyarakat yang masih tinggal dipemukiman kumuh
ini dapat tinggal di rumah susun ini. Walaupun biayanya tidak begitu murah tetapi fasilitas dan
kelayakannya dapat di pertimbangkan. Apalagi dengan adanya rumah susun ini dapat
menghemat lahan pemukiman. Selain itu apabila terjadi campur tangan pemerinah, mungkin
saya rumah susun ini dapat menjadi lebih murah harga sewanya.Selain itu menurut data yang
saya dapatkan, pemerintah mencanangkan anggaran sebesar 220 miliar untuk menyelesaikan
masalah pemukiman kumuh ini. Nah mungkin saja dari dana sebesar itu kita dapat membangun
rumah susun yang layak bagi masyarat yang tinggal di pemukiman kumuh ini.

 Memberikan penyuluhan tentang dampak tinggal di pemukiman kumuh ini.


Tidak lepas dari dampak yang di timbulkan bagi masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh
ini. Karena kondisi pemukiman yang jauh dari layak ini menyebabkan banyak masalah. Salah
satunya adalah mewabahnya penyakit. Karena kebanyakkan pemukiman ini berada di pinggir
rel kereta api atau di bawah kolong jembatan. Sehingga tidak terlepas tentang penyakit.
Contonya saja penyakit kulit atau gangguan system pernapasan karena minimnya sanitasi
lingkungan tersebut. Maka dari itu pemerintah harus dapat memberikan penyuluhkan tentang
dampak yang di timbulkan dari pemukiman kumuh ini agar masyarakat bisa sadar dan peka
bahayanya tinggal di pemukiman kumuh.

 Program perbaikan kampung


Apabila cara ke 1 dan ke 2 ini gagal. Maka pemerintah bisa memperbaiki struktur atau fasilitas
di desa. Sehingga masyarakat ini dapat tertarik untuk kembali ke kampong halamannya. Salah
satu caranya bisa saja dengan memperbaikki fasilitas yang ada di desa seperti yang ada di kota.
Atau dapat juga membangun lapangan kerja yang banyak di desa atau memberikan program –
program bantuan untuk masyarakat desa seperti yang di rencanakan pemerintah pada
program transmigrasi.

2. Ciri fisik kota, klasifikasi kota, kota menurut fungsinya.


A. Ciri fisik kota meliputi hal sebagai berikut:
 Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan

 Tersedianya tempat-tempat untuk parkir yang memadai

 Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga

 Gedung-gedung pemerintahan.

 Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket.

 Alun-alun.

B. Klasifikasi Kota

a. Kota-Kota di Indonesia Berdasarkan Sejarah Pertumbuhannya

1) Perkembangan Kota dari Pusat Perdagangan

Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari pusat perdagangan adalah Jakarta,


Pontianak, Bagansiapiapi, Samarinda, Palembang, Jambi, dan Banjarmasin. Kota-kota
tersebut berada di pinggir sungai atau pantai dengan tujuan mempermudah pemasaran dan
tukar menukar barang dagangan.

2) Perkembangan Kota dari Pusat Perkebunan

Usaha perkebunan memerlukan tanah yang luas dan cukup subur dengan curah hujan
dan iklim yang sesuai dengan tanamannya. Di samping itu, usaha perkebunan banyak
memerlu kan tenaga kerja. Oleh karena itu, daerah perkebunan selalu didatangi tenaga
kerja. Para pekerja tersebut akhirnya bertempat tinggal di daerah sekitar perkebunan.
Banyaknya penduduk di sekitar perkebunan akhirnya berkembang menjadi desa dan jika
perkembangannya pesat akan menjadi wilayah kota. Kota-kota di Indonesia yang
berkembang dari pusat perkebunan, antara lain Pematangsiantar, Bengkulu, Lampung,
Bogor, Sabang, dan Bandung.

3) Perkembangan Kota dari Pusat Pertambangan

Selain perkebunan, usaha pertambangan juga banyak memerlukan tenaga kerja. Oleh
karena itu, daerah pertambangan juga banyak didatangi tenaga kerja. Para pekerja tersebut
akhirnya jugabertempat tinggal di daerah sekitar pertambangan. Banyaknya penduduk di
sekitar pertambangan berkembang menjadi desa dan akhirnya jika perkembangannya pesat
akan menjadi wilayah kota. Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari pusat
pertambangan, antara lain Plaju, Dumai, Langkat, Tarakan, Kutai, Bontang, Ombilin,
Sawahlunto, Tanjung Enim, Bukit Asam, Wonokromo, dan Cepu.

4) Perkembangan Kota dari Pusat Administrasi Pemerintahan


Perkembangan kota dari pusat administrasi pemerintahan kemajuannya banyak
bergantung pada campur tangan para penguasa atau pemerintah, seperti kota Jakarta dan
Yogyakarta.

b. Klasifikasi Kota Berdasarkan Jumlah Penduduknya

Berdasarkan jumlah penduduknya, kota dapat dibedakan dalam empat golongan, yaitu
sebagai berikut.

1) Kota kecil, yaitu kota yang berpenduduk antara 20.000–100.000 jiwa.

2) Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara 100.000– 1.000.000 jiwa.

3) Kota metropolitan, yaitu kota yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 jiwa.

4) Kota megalopolis dan Ekumenopolis.

Istilah megalopolis berasal dari seorang geograf bernama Gottmann untuk


menyebutkan gabungan raksasa metropolismetropolis, seperti yang terdapat di Amerika
Serikat, Eropa Barat Laut, dan Jepang. Penggabungan itu didefinisikan sebagai situasi
konsentrasi penduduk yang berjumlah lebih dari 25 juta jiwa yang berdesak-desakan di kota
untuk mencari kehidupan di perkotaan. Megalopolis di Amerika Serikat panjangnya
mencapai 650 km (dari Washington ke Boston), di Eropa Barat Laut mencapai 825 km (dari
London ke Hamburg), dan di Jepang mencapai 480 km (dari Tokyo ke Osaka).

Di negara-negara sedang berkembang karena lokasi metropolisnya tersebar berjauhan,


kemungkinan yang terjadi adalah ekumenopolis. Polanya, satu metropolis dikerumuni kota-
kota besar dan kecil yang tersebar di daerah agraris. Di Jawa, kota Jakarta dan Surabaya
merupakan dua kota metropolis. Sumbu Jakarta-Surabaya panjangnya mencapai 650 km.

Klasifikasi kota secara numerik berdasarakan jumlah penduduk juga dikemukakan oleh
NR. Saxena. Menurutnya, tahapan kota dilihat dari jumlah penduduknya adalah sebagai
berikut.

1) Infant Town dengan jumlah penduduk antara 5.000 sampai 10.000 orang.

2) Township yang terdiri atas adolescent township, mature township, dan specialized
township dengan jumlah penduduk berkisar antara 10.000 sampai 50.000 jiwa.

3) Town-City terdiri atas adolescent town, mature town, specialized town, dan
adolescent city dengan jumlah penduduk berkisar antara 100.000 sampai 1.000.000 jiwa.
c. Klasifikasi Kota Berdasarkan Kualitas Perkembangannya

Dilihat dari kualitas perkembangannya, tahapan kota dapat dibedakan menjadi enam
tingkatan, yaitu sebagai berikut.

1) Tahap Eopolis yaitu tahap perkembangan desa yang sudah teratur sehingga
organisasi masyarakat penghuni daerah tersebut sudah mulai memperlihatkan ciri-ciri
perkotaan. Tahapan ini merupakan peralihan dari pola kehidupan desa tradisional ke arah
kehidupan kota.

2) Tahap Polis yaitu tahapan suatu daerah kota yang masih bercirikan sifat-sifat agraris
atau berorientasi pada sector pertanian. Sebagian besar kota-kota di Indonesia masih
berada pada tahapan ini.

3) Tahap Metropolis merupakan kelanjutan dari tahap polis. Tahap ini ditandai oleh
sebagian besar orientasi kehidupan ekonomi penduduknya mengarah ke sektor industri.
Kota-kota di Indonesia yang berada pada tahap metropolis antara lain Jakarta, Surabaya,
Medan, dan Bandung.

4) Tahap Megalopolis yaitu suatu wilayah perkotaan yang ukurannya sangat besar,
biasanya terdiri atas beberapa kota metropolis yang menjadi satu membentuk jalur
perkotaan. Contohnya antara lain jalur Megalopolis Boston-Washington (BOSWASH) di
wilayah Amerika Serikat bagian timur, Randstaad di Belanda (mulai dari Doordrecht-
Arnhem), dan jalur Ruhr di Jerman sepanjang Sungai Rhein.

5) Tahap Tyranopolis yaitu tahapan kota yang kehidupannya sudah dikuasai oleh tirani,
kemacetan, kekacauan pelayanan, kejahatan, dan kriminalitas.

6) Tahap Nekropolis yaitu tahapan perkembangan kota yang menuju ke arah kota mati.
C. Kota Menurut Fungsinya

1. Kota sebagai pusat kebudayaan

Kota yang berfungsi sebagai pusat kebudayaan memiliki potensi budaya yang lebih
dominan dibandingkan dengan potensi yang lainnya. Potensi budaya ini berkaitan dengan
adat/agama serta adanya pusat kerajaan di masa lalu. Contoh kota pusat kebudayaan di
Indonesia adalah Yogyakarta dan Solo.

2. Kota sebagai pusat perdagangan

Secara umum kota punya pusat pedagangan, namun tidak semua kota memiliki aktifitas
yang sangat dominan di bidang perdagangan. Kota pusat perdagangan ini dahulu bisa
dimulai dari adanya kegiatan pelabuhan. Pelabuhan menjadi pintu masuk barang dan
komoditas perdagangan sehingga daerah disekitarnya berkembang pesat. Namun dengan
jaringan jalan raya, penerbangan dan rel yang semakin modern saat ini kota pusat
perdagangan menyebar bukan hanya di dekat pelabuhan. Contoh kota pusat perdagangan
di Indonesia adalah Surabaya, Medan, Jakarta, Cirebon, dan Semarang

3. Kota sebagai pusat industri

Kota berlabel pusat industri jika kegiatan industri di daerah tersebut lebih dominan
diantara kegiatan lain. Kota-kota industri ini biasanya memiliki pertumbuhan yang pesat dan
menjadi sasaran kaum urban. Contohnya adalah Karawang, Cikarang dan Bekasi.

4. Kota pusat pemerintahan

Kota pusat pemerintahan dapat berkembang secara cepat karena perannya dalam
mengatur sistem pemerintahan. Kota pusat pemerintahan umumnya memiliki hubungan
luas dengan kota lain. Semua kegiatan juga banyak dilakukan di kota ini mulai dari
pendidikan, perdagangan, politik, hingga budaya. Contohnya Jakarta, Bangkok, Washington.

5. Kota pusat pariwisata

Kota sebagai pusat pariwisata karena didalamnya terdapat berbagai macam kegiatan
yang memiliki nilai jual pariwisata. Nilai jual pariwisata ini bisa berasal dari fenomena alam
atau buatan. Contoh kota pusat pariwisata adalah Bandung, Yogyakarta, Malang, Denpasar,
Singapura, Las Vegas dan Paris.

6. Kota pusat pendidikan

Kota sebagai pusat pendidikan karena didalamnya terdapat berbagai sekolah atau
perguruan tinggi berkualitas dan ternama. Contohnya Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai