Anda di halaman 1dari 29

9

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus merupakan suatu

kondisi dimana kadar gula darah dalam tubuh mengalami peningkatan karena

ketidakmampuan tubuh membuat hormone insulin.

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

a. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengelami

defisiensi insulin secara absolut. Kondisi seperti itu disebabkan oleh penyakit

autoimun yang merusaksel beta pankreas. Diabetes mellitus tipe 1 sering disebut

juga sebagai diabetes bergantung insulin.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan sebuah kondisi dimana gula darah mengalami

kenaikan yang disebabkan oleh sel beta pancreas memproduksi insulin dalam

jumlah sedikit dan juga adanya gangguan pada fungsi insulin atau resistensi

insulin.

c. Diabetes Mellitus Tipe Khusus Lain

Diabetes mellitus ini disebabkan oleh kondisi seperti endokrinopati, penyakit

endokrin pancreas, sindrom genetic, dan lain-lain.

d. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes mellitus ini adalah diabetes yang terjadi pertama kali saat kehamilan.

(Rudy Bilous dan Richard Donelly, 2014:13)


10

3. Etiologi

Penyebab rusaknya sel beta pada pancreas yang menimbulkan diabetes mellitus tipe

1 pada tubuh belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada kemungkinan bahwa sebab

dari penyakit ini adalah faktor genetic dan faktor lingkungan.

Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan diabetes mellitus tipe 1 meliputi faktor

adanya infeksi dari virus tertentu yang menyerang tubuh, atau bisa juga dikarenakan

obat-obatan yang mengandung senyawa kimia yang dapat merusak sel-sel di

pancreas. Selain itu bisa juga dikarenakan oleh beberapa hal seperti rusaknya genetic

dari sel beta dan genetic dari aksi insulin, serta adanya penyakit di pancreas misalnya

pankreasitis, trauma, atau neoplasma.

Penyakit diabetes mellitus tipe 2 penyebab pasti yang dapat menyebabkan seseorang

mengembangkan diabetes tipe 2 hingga saat ini belum diketahui secara jelas. Meski

begitu berdasarkan beberapa kasus yang dilaporkan, ada beberapa faktor tertentu

yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap diabetes tipe 2. Faktor-faktor

tersebut meliputi:

a. Usia

b. Ras

c. Riwayat keluarga

d. Distribusi lemak

e. Jarang melakukan aktivitas fisik

f. Obesitas

g. Prediabetes

h. Diabetes gestasional
11

(Rudi Haryono & Brigitta Ayu Dwi Susanti, 2019:119)

4. Manifestasi Klinik

Sering kali gejala dan tanda-tanda yang muncul pada penderita diabetes mellitus tipe

1 dan 2 adalah sebagai berikut:

a. Keinginan buang air kecil di malam hari dengan intensitas tinggi dalam artian

sering.

b. Merasa haus dan lapar meski telah cukup minum dan makan.

c. Merasa lelah meski sudah istirahat cukup.

d. Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh adanya perubahan pada bentuk

lensa di mata.

e. Penurunan berat badan.

(Rudi Haryono & Brigitta Ayu Dwi Susanti, 2019:120)

5. Komplikasi pada Diabetes Mellitus

Komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah:

a. Luka sukar sembuh atau mongering

b. Kulit terasa panas

c. Disfungsi seksual

d. Kematian janin dalam kandungan

e. Kerusakan retina (Diabetes Retinopati)

f. Kerusakan saraf (Diabetes Neuropati)

g. Kerusakan ginjal (Diabetes Nefropati)

h. Stroke
12

i. Penyakit jantung

(Rudi Haryono & Brigitta Ayu Dwi Susanti, 2019:121)

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat diterapkan pada pasien penderita diabetes

mellitus tipe 1 adalah pemeriksaan laboratorium yang akan meliputi beberapa hal,

yaitu:

a. Pemeriksaan laboratorium darah

Pemeriksaan darah bertujuan untuk melihat berapa kadar gula darah sewaktu

(GDS), kada gula darah puasa, dan kadar gula darah dua jam post prandial. Pada

penderita diabetes mellitus tipe 1, umumnya akan ditemukan data seperti berikut:

1) Tes gula darah sewaktu >200 mg/dl

2) Tes gula darah puasa >120 mg/dl

3) Tes dua jam post prandial >200 mg/dl

b. Pemeriksaan urin

Umumnya pada tahapan tes ini akan didapatkan hasil dengan cara melihat adanya

perubahan warna pada urin penderita diabetes mellitus tipe 1 adalah:

1) Hijau (+)

2) Kuning (++)

3) Merah (+++)

4) Merah bata (++++)


13

c. Kultur pus

Pemeriksaan ini berguna untuk mencari tahu adanya jenis kuman pada luka, agar

dapat memberikan atau meresepkan antibiotic yang sesuai dengan jenis kuman

yang bersarang.

Pemeriksaan penunjang yang biasa diterapkan pada pasien diabetes mellitus tipe 2

meliputi empat hal, yaitu:

a. Tes glycated hemoglobin (A1C)

b. Tes gula darah acak

c. Tes gula darah puasa

d. Tes toleransi glukosa oral

(Rudi Haryono & Brigitta Ayu Dwi Susanti, 2019:163)

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis pada diabetes mellitus tipe 1 meliputi beberapa hal, yakni:

a. Gaya hidup sehat dan diet

b. Monitoring kadar gula darah

c. Terapi insulin

d. Mengkonsumsi obat

1) Obat hipertensi, seperti diuretic, CCB, vasodilator, dan lainnya.

2) Obat ginjal diabetic, seperti enalapril, Lisinopril, dan beberapa obat lainnya

yang masih termasuk dalam kalsifikasi obat ACE inhibitor.

3) Obat kolesterol tinggi, seperti statin.

4) Obat pencegah stroke, seperti aspirin yang dikonsumsi dalam dosis ringan.

e. Transplantasi
14

Penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada pasien diabetes mellitus tipe 2, yaitu:

a. Metformin

b. Pioglitazone

c. Nateglinide dan Repaglinide

d. Sulfonylurea

e. Meglitinid

f. Gliptin

(Rudi Haryono & Brigitta Ayu Dwi Susanti, 2019:167)

B. KONSEP TERAPI HERBAL

1. Definisi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012

tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, obat tradisional adalah bahan atau

ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik),

atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun digunakan untuk

pengobatan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Menurut World Health Organization (WHO, 2004), pengobatan tradisional adalah

jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada

teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya

yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan

serta pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga

mental.
15

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012

tentang Registrasi Obat Tradisional, bahan atau ramuan bahan yang dimaksud berasal

dari tumbuhan, hewan, mineral, dan sediaan sarian (galenik) dalam pengertian

kefarmasian merupakan bahan yang digunakan sebagai simplisia. Simplisia adalah

bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum

mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari

600°C. (http://eprints.uny.ac.id/21787/4/4.%20BAB%20II.pdf)

Menurut Kemenkes RI (2007), pemakaian herbal sebagai obat-obatan tradisional

telah diterima luas di negara-negara maju maupun berkembang sejak dahulu kala,

bahkan dalam 20 tahun terakhir perhatian dunia terhadap obat-obatan tradisional

meningkat, baik di negara yang sedang berkembang maupun negara-negara maju.

World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia menyebutkan

bahwa hingga 65% dari penduduk negara maju menggunakan pengobatan tradisional

dan obat-obat dari bahan alami. (http://eprints.ums.ac.id/18587/4/BAB_I.pdf)

2. Lidah Buaya

a. Uraian

Lidah buaya (Aloe Vera) merupakan tanaman yang biasa hidup di tanah kering

dan banyak mendapat sinar matahari. Tanaman ini begitu familiar karena

memiliki penampilan yang khas serta berkhasiat merawatn penampilan fisik.

Lidah buaya memiliki khasiat ampuh dalam mengatasi berbagai penyakit karena
16

ia telah lama dimanfaatkan, bahkan ribuan tahun sebelum masehi. (Andari Faiha

& Lastika Saraswati, 2019:111)

Menurut Rodiyah (2009) dalam Sabathino (2014), lidah buaya (Aloe vera)

merupakan tanaman yang fungsional karena semua bagian dari tanaman ini dapat

dimanfaatkan, baik untuk perawatan tubuh maupun untuk diolah menjadi

makanan hingga untuk mengobati berbagai penyakit, dan salah satunya adalah

untuk menurunkan kadar gula darah bagi penderita DM.

(http:eprints.umpo.ac.id/3375/2/BAB%201.pdf)

b. Kandungan Lidah Buaya

Dalam lidah buaya terkandung zat dan senyawa kimia antara lain aloin,

barbaolin, iso-barbaloin, aloenin, aloesin, dan aloe-imodin (Andari Faiha &

Lastika Saraswati, 2019:111).

Menurut Bansole (2014), daun lidah buaya (Aloe vera L.) mengandung lemak tak

jenuh Arachidonic acid dan Phosphatidylcholine dalam jumlah relatif besar.3,4

Daun dan akar mengandung saponin dan flavonoid, disamping itu daunnya juga

mengandung tanin dan polifenol. Kandungan yang lain barbaloin, iso barbaloin,

aloe-emodin, aloenin, aloesin, aloin, aloe emodin, antrakinon, resin, polisakarida,

kromium, inositol.5 Antrhroquinone dan anthrone dalam lateks aloe dapat

menghasilkan efek laksatif melalui peningkatan gerak peristaltik kolon. Gel Aloe

vera L. Mengandung mannosephosphate, beta-1,4 acetylated mannan,


17

glucomannans, alprogen glucoprotein dan Cglucosylchromone yang diduga

mengandung efek hipoglikemik.

(https://eprints.umpo.ac.id%2F3375%2F2%2FBAB%25201.pdf)

c. Manfaat Lidah Buaya

Lidah buaya dapat mengatasi dan menyembuhkan beberapa penyakit seperti

sembelit, pusing, kurang gizi (malnutrisi), kejang pada anak, batuk rejan, wasir,

diabetes mellitus, muntah darah, haid tidak lancar, luka bakar, dan luka

terpukul/luka dalam. (Andari Faiha & Lastika Saraswati, 2019:112)

Menurut Bansole (2014) salah satu tanaman yang dipercaya memiliki efek

antihiperglikemik adalah lidah buaya (Aloe vera). Diasumsikan pemberian Aloe

vera dapat melindungi dan mengembalikan fungsi sel β pankreas yang sudah

rusak. Kemudian kandungan Aloe vera dapat bekerja menyerupai insulin dan

menurunkan kadar glukosa darah sekalipun seluruh sel β pankreas telah

mengalami degenerasi.

(https://eprints.umpo.ac.id%2F3375%2F2%2FBAB%25201.pdf)

d. Cara kerja lidah buaya

Menurut Bansole (2014) salah satu tanaman yang dipercaya memiliki efek

antihiperglikemik adalah lidah buaya (Aloe vera). Diasumsikan pemberian Aloe

vera dapat melindungi dan mengembalikan fungsi sel β pankreas yang sudah

rusak. Kemudian kandungan Aloe vera dapat bekerja menyerupai insulin dan
18

menurunkan kadar glukosa darah sekalipun seluruh sel β pankreas telah

mengalami degenerasi.

(https://eprints.umpo.ac.id%2F3375%2F2%2FBAB%25201.pdf)

Menurut Apriadji (2006), kandungan lidah buaya (aloe vera) yang dapat

menstabilakan kadar gula darah yaitu kromium. Kromium dibutuhkan oleh tubuh

dalam metabolisme karbohidrat dan lemak. Bersama-sama dengan insulin,

kromium berfungsi untuk memudahkan masuknya glukosa kedalam tubuh.

Menurut Arisman (2008), kromium memfungsikan hormon insulin lebih efisien

menyebarkan glukosa ke aliran darah menuju ke dalam sel. Sehingga akan

menambah jumlah reseptor insulin pada membran sel akan memudahkan

pengikatan insulin pada sel.

(https://digilib.unisayogya.ac.id%2F470%2F1%2FNaskah%2520Publikasi.pdf)

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan data yang perlu dikaji pada proses perawatan keluarga

menurut Friedman (1998) meliputi:

a. Mengidentifikasi data

Data-data dasar yang menggambarkan keluarga dalam hal-hal dasar dicantumkan

dalam bagian ini:

1) Nama keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Komposisi keluarga
19

4) Tipe bentuk keluarga

5) Latar belakang kebudayaan (etnik)

6) Identitas religius

7) Status kelas sosial

8) Mobilitas kelas social

b. Tahap perkembangan dan riwayat keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

2) Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangan yang sesuai dengan

tahap perkembangan saat ini

3) Riwayat keluarga dari lahir hingga saat ini, termasuk riwayat perkembangan

dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau yang berkaitan

dengan kesehatan (perceraian, kematian, kehilangan, dll) yang terjadi dalam

kehidupan keluarga (menggunakan genogram untuk mengumpulkan data ini)

4) Keluarga kedua asal orang tua (seperti apa kehidupan asalnya; hubungan

masa silam dan saat dengan orang tua (nenek-kakek) dan orang tua mereka)

c. Data lingkungan

Data lingkungan keluarga meliput seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari

pertimbangan area yang terkecil seperti aspek dalam rumah hingga komunitas

yang lebih besar tempat keluarga tinggal.

1) Karakteristik rumah

Uraikan tipe tempat tinggal, apakah keluarga memiliki rumah sendiri atau

menyewa. Uraikan kondisi rumah (baik interior maupun ekserior).

Bagaimana penerangan, ventilasi dan pemanas memandai (panas matahari).


20

Di dapur amati suplai air minum, sanitasi, kamar mandi, amati keadaan umum

kebersihan dan sanitasi rumah. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.

2) Karakteristik lingkungan sekiar dan komunitas yang lebih besar

Tipe lingkungan/ komunitas, tipe tempat tinggal, kondisi hunian dan jalan,

sanitasi jalan raya (kebersihan, pengumpulan sampah dll) adanya dan jenis

industri di lingkungan. Bagaimana karakteristik demografi dari lingkungan

dan komunitas, karakteritik etnik dan kelas sosial penghuni, pekerjaan dan hbi

keluarga, kepadatan populasi, perubhan demografi baru-baru ini didalam

komunitas. Pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar apa yang ada dalam

komunitas, fasilitas pemasaran, institusi kesehatan, lembaga pelayanan sosial,

tempat beribadah keluarga. Bagaimana kemudahan akses sekolah

dilingkungan dan komunitas dan bagaimana kondisi sekolah tersebut, apakah

ada masalah integritas yang mempengaruhi keluarga, ada atau tidaknya

fasilitas rekreasi dilingkungan. Tersedianya transfortsi umum, bagaimana

keluarga dapat mengakses pelyanan dan fasilitas tersebut, bagaimana insiden

kejahatan dilingkungan dan komunitas.

3) Mobilitas geografis keluarga

Berapa lama keluarga tinggal diwilayah tersebut, bagaimana riwayat

mobilitas geografis dari keluarga, dari mana keluarga tersebut berpindah dan

bermigrasi.

4) Asosiasi transaksi keluarga dengan komunitas

Siapa anggota keluarga yang menggunakan pelayanan komunitas atau

lembaga pelayanan apa yang dikenal komunitas. Seberapa sering atau sejauh

mana mereka menggunakan pelayanan atau fasilitas ini. Apa pola teritorial
21

dari keluarga-komunitas atau wilayah yang sering dikunjungi. Apakah

keluarga menyadari pelayanan komunitas yang releven dengan

kebutuhannya, seperti transfortasi. Bagaimana perasan keluarga tentang

kelompok atau organisasi yang memberi bantuan kepada keluarga atau yang

berkaitan denga kelurga. Bagaimana cara keluarga memandang

komunitasnya.

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi

Seberasa sering komunkasi fungsional dan disfungsional digunakan.

Seberapa tegas dan jelas anggota keluarga mengutarakan kebutuhan dan

perasaan mereka. Sejauh mana anggota keluarga menggunakan klarifikasi

dan kualifikasi dalam berinteraksi. Apakah anggota keluarga memperoleh dan

memerikan repon dengan baik atau biasanya mereka menghalangi umpan

balik dan eksplorasi terhadap isu. Seberapa baik angota menjadi pendengar

dn mengikuti ketika berkomnukasi. Apakah anggota keluarga mencari

validasi orng lain. Sejauh mana anggota menggunakan asumsi dan pernyataan

yang bersifat menghakimi saat berinteraksi. Apakah anggota berinteraksi

dengan pesan dalam suatu sikap yang bersifat menyerang. Seberapa sering

diskulifikasi dilakukan. Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif)

disampaikan didalam keluarga dan subsistem keluarga. Seberapa sering peran

emosional disampaikan. Jenis-jenis emosional apa yang disampaikan dalam

subsistem keluarga, apakah emosi yang disampaikan bersifat negatif atau

positif. Apakah kebanyakan pesan yang disampaikan anggota keluarga sesuai

dengan konteks dan instruksi.


22

2) Struktur kekuasaan

Siapakah yang membuat keputusan. Seberapa penting keputusan bagi

keluarga. Tekhnik-tekhnik khusus apa yang digunakan untuk membuat

keputusan di dalam keluarga dan sejauh mana tekhnik-tekhnik ini digunakan.

Dengan kata lain bagaimana cara keluarga membuat keputusan. Atas dasar

apa anggota keluarga membuat keputusan. Apakah kekuasaan keluarga

tersebut dapat termasuk keluarga domoniasi isti atau suami, anak, nenek dll.

Jika dominasi ditemukan siapa yang dominan.

3) Struktur peran

a) Struktur peran formal, posisi dan peran formal apa yang dipengruhi setiap

anggota keluarga, apakah peran ini dapat diterima dan konsiste dengan

harapan keluarga, seberapa kompeten anggota merasa melakukan peran

terhormat mereka, apakah yerdapat fleksielitas dalam peran jika

dibutuhkan.

b) Struktur peran informal, peran informal atau peran samar apa yang tedapat

di keluarga, apa tujuan kehadiran peran-peran yang diidentifikasi sebagai

peran samar atau informal, apakah ada peran informal yang disfungsional

pada keluarga atau anggota keluarga dalam jangka waktu yang lama. Apa

pengaruh pada orang yang menjalankan peran tersebut.

c) Analisis model peran (kapan masalah peran muncul), siapa yang menjadi

model yang mempengaruhi seorang naggota keluarga dalam kehidupan

awalnya, siapa yang mmberikan perasaan da nilai-nilai tentang

pertumbungan, pengalaman baru, peran dan tekhnik komnukasi, siapa

yang secara spesifik bertindak sebagai model, jka peran informal


23

disfungsiona didalam keluarga, siapa yang menjalankan peran ini

digenerani yang sebelumnya.

d) Variabel mana yang mempengaruhi struktur peran, bagaimana latar

belakang peran sosial mempengaruhi struktur peran informal dan formal

didalam keluarga, bagaimana struktur keluarga dipengaruhi oleh latar

belakang keluarga agama dan etnik.

4) Nilai keluarga

a) Perbedaan dan sistem nilai, sejauh mana kesesuaian anatar nilai keluarga

dan kelompok rujuka keluarga dan atau sistem yang berinteraksi seperti

sistem pendidikan dan perawatan/pelayanan kesehatan serta komunikasi

yang lebih jelas.

b) Nilai keluarga, seberapa penting nilai-nilai yang diidentifkasi di dalam

keluarga, nilai apa yang dianut secara secara disadari ata tidak disadari,

apakah terdapat konflik nilai didalam keluarga, bagaimana nilai-nilai

keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga.

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif, saling asuh, keakraban da indentifikasi, keterpisahan dan

keterbukaan, pola kebutuhan-respon keluarga.

2) Fungsi sosialisasi, kaji praktik keluarga dalam membesarkan anak dalam isu,

seberapa adapif praktik keluarga dalam membesarkan anak, siapa yang

menerima tanggung jawab dalam membesarkan anak atau fungsi sosialisasi,

bagaimana anak-anak dihargai dalam keluarga, keyakinan budaya apa yang

mempengaruhi pola keluarga dalam membesarkan anak.


24

3) Fungsi perawatan keluarga, nilai apa yang dianut keluarga dalam kesehatan,

bagaimana keluarga mendefinisikan sehat dan sakit untuk masing-masing

anggota keluarga, bagaimana keluarga mengkaji status kesehatannya, apakah

keluarga mengetahui tentang sumber makanan dari piramida pedoman

makanan, apakah yang merupakan kebiasan tidur anggota keluarga, apakah

anggota keluarga menyadari bahwa rekreasi aktif dan olahraga secara teratur

penting untuk kesehatan. Apakah keluarga menggunakan alkohol, tembakau,

kopi, cola atau teh, apakah anggota keluarga menggunakan obat sebagai

penenang, apa yang dilakukan keluarga untuk memperbaiki status

kesehatannya, bagaimana riwayat dan perasaan keluarga tentang keadan fisik

ketika berada dalam keadaan sehat, apa praktik pelayanan/perawatan

kesehatan alternatif yang digunakan oleh anggota keluarga, bagaimana

keseluruhan kesehatan dari anggota keluarga dari hubungan pernikahan

selama tiga generasi, dri mana anggota keluarga menerima perawatan,

bagaimana perasaan keluarga tentang jenis pelayanan kesehatan yang tersedia

didalam masyarakat, apa lembaga atau doter yang memebrikan layanan

perawat memiliki pelayanan darurat, bagaimana keluarga membayar

pelayanan yang diterima, berapa jarak fasilitas perawatan dari rumah

keluarga, alat transfortasi apa yang digunakan keluarga untuk mencapai

fasilitas perawatan.

f. Stres, koping, dan adaptasi keluarga

Apa saya stresor yang pernah dialami keluarga, kekuatan apa yang mengimbangi

stresor itu, bagaimana kekuarga mendefinisikan situasi tersebut. Bagaimana

kelaurga bereaksi terhadap stresor yang sedang diamali, streategi apa yang
25

dilakukan. Sejauhmana keluarga mengunakan strategi koping internal, sejauh

mana keluarga mengunakan strategi koping eksternal strategi koping

disfungsional apa yang pernah digunakan keluarga atau apakah keluarga saat ini

menggunakannya. Bagaimana pengelolaan atau fungsi keluarga, apakah stresor

keluarga dikelola secara adekuat. Apakah keluarga berada dalam kritis. Ketika

perawat keluarga bekerja sengan keluarga sepanjang waktu, akan sangat

bermanfaat untuk melacak atau memantau bagaimana keluarga beraksi terhadap

stresor. (Marilyn M. Friedman, 2010: 539-547).

Fungsi perawatan kesehatan dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga,

hal yang perlu dikaji dalam penjajakan II meliputi;

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, data yang perlu dikaji,

pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan yang meliputi pengertian,

faktor penyebab, tanda dan gejala dan persepsi keluarga terhadap masalah.

2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat

untuk mengatasi masalah kesehatan, hal yang perlu dikaji adalah kemampuan

keluarga tentang pengertian, sifat dan luasnya masalah, apakah masalah

dirasakan keluarga. apakah keluarga pasrah terhadap masalah, apakah

keluarga akut dan akibat tindakan penyakitnya, apakah keluarga mempunyai

sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah ada informasi yang salah

terhadap tindakan dalam menghadapi masalah.

3) Untuk mengetahui kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

masalah kesehatan, data yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga

mengetahui keadaan penyakit, bagaimana sifat dan perkembangan perawatan


26

yang dibutuhkan, bagaimana pengetahuan keluarga tentang fasilitas yang

diperlukan untuk perawatan, apakah keluarga mengetahui sumber-sumber

yang ada, sikap keluarga terhadap sakit.

4) Kemampuan keluarga untuk memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal

yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang sumber-sumber yang

dimiliki keluarga, bagaimana keluarga melihat keuntungan atau manfaat

pemeliharaan lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya

hygiene sanitasi, keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit,

bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi, sejauh

mana kekompakan keluarga.

5) Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan, hal yang

perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

kesehatan, keuntungan-keuntungan dan fasilitas kesehatan, tingkat

kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan, ada

pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan, fasilitas kesehatan

yang terjangkau oleh keluarga. (Janny Erika, 2011)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan dari diagnosis ke sistem

keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan. Diagnosa

keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan

perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk

memanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman.


27

a. Diagnosa keperawatan: klasifikasi NANDA

NANDA mendifinisikan diagbosis keperawatan sebagai keputusan klinik tentang

respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses

kehidupan yang aktual atau potensial.

b. Diagnosa keperawatan: Sistem OMAHA

Sistem OMAHA merupakan sistem klasifikasi lain dari masalah klien yang sudh

menerima evaluasi memuaskan dari agensi kesehatan rumah. Sistem OMAHA ini

dikembangkan oleh Visiting Nurse Asocation (VNA) Omaha (1986). Martin dan

Scheet (1992) menguraikan tiga komponen dari sistem Omaha: skema klasifikasi

masalah, skema intervensi, skala penilaian hasil.

(Marilyn M. Friedman, 2010: 196-170)

Dalam menetapkan diagnosa keperawatan keluarga, ditetakan bersadarkan faktor

resiko dan faktor potensial terjadinya penyakti atau masalah kesehtan keluarga,

serta mempertimbangkan kemmpuan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatannya. Diagnosa keperawatan ditegaakkan dengan menggunakan

formulasi PES (Problem, Etilogi, Sign)

c. Problem (masalah)

Merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat

diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal

yang seharusnya tidak tejadi. Tujuanmya yaitu, menjelaskan status kesehatan

klien atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.
28

d. Etiologi (penyebab)

Keadaan ini menunjukan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang

memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi, perilaku,

lingkungan, interaksi, amtara perilaku dan lingkungan.

e. Sign/ Symtom (tanda dan gejala)

Adalah ciri, tanda dan gejala yang merupakan informasi yang diperlukan untuk

merumuskan diagnosa keperawatan.

Adapun macam-macam diagnosa keperawatan keluarga diantaranya:

1) Diagnosa keperawatan aktual

Diagnosa keperawatan aktual (NANDA) adalah diagnosa yang menyanjikan

keadaan klinis yang telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang

diidentifikasi. Diagnosa keperawatan mempunyai empat komponen: label,

definisi, batasan karakteistik dan faktor yang berhubungan.

2) Diagnosa keperawatan resiko

Adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang

sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok

lain pada siatuasi sama atau hampir sama.

Validasi untuk menunjang diagnosa resiko adalah faktor resiko yang

memperlihatkan keadaan diaman kerentanan meningkat terhadap klien atau

kelompok dan tidak menggunakan batasan karakteristik. Penulisan rumusan

diagnosa ini adalah: PE (Probem & etiologi).


29

3) Diagnosa keperawatan kemungkinan

Merupakan pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data

tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda

dan gejala utama adanaya faktor resiko.

4) Diagnosa keperawatan sejahtera

Adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau masyarakat

dalam tansisis dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih

baik. Cara pembuatan diagnosis ini adalah dengan menggabungkan

pernyataan fungsi posisitf dalam masing-masing pada kesehatan fungsional

sebagai alat pengakjian yang disahkan. Dalam menentukan diagnosis

keperawatan sejahtera, menunjukan terjadinya peningkatan fungsi kesehatan

menjadi fungsi yang positif.

Sebagai contoh pasangan muda yang kemudian menjadi orang tua telah

melapirkan fungsi positif dalam peran pola hubungan. Perawat dapat

memakain informasi dan lahirnya bayi baru sebagai tambahan dalam unit

keluarga, untuk membantu keluarga mempertahankan pola hubungan yang

efektif.

5) Diagnosa keperawatan sindrom

Menurut Healthcare (2015), merupakan diagnosa keperawatan yang terdiri

dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau resiko, yang diduga akan

muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

(http://www.academia.edu/12263150/Konsep_Askep_Keluarga)
30

3. Perencanaan

Intervesi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosa

keperawatan, pernyataan kekuatan, dan perancaan keluarga, dengan merumuskan,

tujuan, mengidentifkasi strategi intervensi alternatif dan sumber, serta menentukan

perioritas. Intervensi tidak bersifat rutin, acak, dan terstandar, tetapi dirancang bagi

keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja. Menteapkan tujuan

bersama dengan keluarga merupakan tonggak dari suatu perencanaan efektif. Salah

satu rumus dasar keperawatan keluarga adalah bahwa klien mempunyai tanggung

jawab mutlak untuk mengelola kehidupa mereka dan menhargai keyakinan mereka

(carey,1989). Menetapkan tujuan bersama dengan aggota keluarga secara konsisten

lebih utama dari pada menetapkan tujuan sepihak untuk beberapa alasan:

a. Proses menetapkan tujuan bersama mempunyai efek positif dalam interaksi

dengan keluarga.

b. Orang cenderung menolak untuk diperintah apa yang harus dilakukan, tetapi akan

lebih suka untuk bekerja terkait dengan tujuan yang mereka pilih dan dukung

sendiri.

c. Orang yang membuat keputusan cenderung merasa bertanggung jawab (Carey,

1989)

Klarifikasi hasil keperawatan, selama tahap perencanaan, kriteria hasil spesifik

ditetapkan, kriteria hasil ini diidentifikasi sebagai respon klien yang dapat dicapai dan

diinginkan oleh keluarga (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000). Kliarifikasi hasil

berhubungan dengan diagnosa dan intervensi keperawatan sudah diteliti dan

dikembangkan (Johnson, Maas & Moorhead, 2001).


31

Membuat pendekatan alternatif dan mengidentifikasi sumber, setelah mereapkan

tujuan, profesional kesehatan dan keluarga perlu untuk membuat cara alternatif guna

mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Setelah kebutuhan tersebut digambarkan,

sumber yang memungkin untuk memenuhi kebutuhan tersebut diidentifikasi. Sumber

tersebut mencakuo penggunaan kekuatan didalam keluarga yang meliputi sumber

perawatan diri mereka, sistem dukungan keluarga, sumber bantuan fisik dan

komunitas. Keterbatasan rencana perawatan dapat meliputi faktor seperti kebijakan

agensi dan waktu serta kendala uang. Keterbatasan dalam hal ketersediaan tenaga dan

sumber lain dapat juga mempengaruhi pemilihan pendekatan dan identifikasi sumber.

a. Indikasi intervensi keperawatn keluarga

Setelah melakukan pengakjian dan mambahas bersama permasalahan keluarga,

perawat keluarga dan anggota keluarga perlu memutuskan apakah ada indikasi

untuk intervensi keluarga. Kriteria untuk membuat keputusan ini meliputi minat

dan motivasi keluarga menerima bantuan dan mengatasi masalah tersebut, tingkat

fungsi keluarga, tingkat keterampilan perawat, dan sumber yang tersedia (Wright

& Leahey, 2000). Selain itu perawatan promotf dan preventif kesehatan rutin,

Wright & Leahey menyarankan bahwa intervensi keperwatan keluarga mungkin

diperlukan jika:

1) Anggota keluarga mengalami suatu penyakit yang menimbulkan gangguan

yang nyata terhadap anggota keluarga lain.

2) Anggota keluarga menyebabkan gejala atau masalah individu.

3) Perbaikan pada ssatu anggota keluarga menimbulkan gejala atau gangguan

pada anggota keluarga yang lain.

4) Anggota keluarga untuk pertama kali didiagnosis menerita penyakit.


32

5) Kondisi anggota keluarga terganggu secara nyata.

6) Anak atau remaja mengalami masalah emosi, perilaku, atau fisik dalam

konteks penyakit anggota keluarga.

7) Anggota keluarga yang mengalami penyakit kronik pindah dari rumah sakit

atau pusat rehabiltasi ke komunitas.

8) Pasien yang mengalami penyakit kronik meninggal dunia.

(Marilyn M. Friedman dkk, 2010: 172-175)

b. Penapisan Masalah

Dalam menyusun prioritas masalah keperawatan yang telah teridentifikasi perlu

dilakukan penapisan masalah keperawatan dengan menggunakan kriteria sebagai

berikut:
33

Tabel 2.1

Penghitungan Skoring

No Kriteria Skor Bobot

1. Sifat Masalah :

Aktual 3 1

Resiko 2

Potensial 1

2. Kemungkinan masalah

dapat diubah :

Mudah 2 2

Sebagian 1

Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk

dicegah :

Tinggi 3 1

Cukup 2

Rendah 1
34

4. Menonjolnya masalah :

Masalah harus segera 2 1

ditangani

Ada masalah tetapi tidak 1

perlu ditangani

Masalah tidak dirasakan 0

c. Perhitungan Skoring

Pertama tentukan skor untuk setiap kriteria, skor yang diperoleh dibagi dengan

skor tertinggi dan dikalikan dengan nilai bobot. Setelah mendapatkan hasil

jumlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5 sama dengan jumlah

seluruh bobot dan skor tertinggi menjadi prioritas masalah.

(http://www.academia.edu/34666408/B._Konsep_Asuhan_Keperawatan_Keluar

ga)

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan merupakan salah satu proses keperawatan keluarga dimana

perawatan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan minat dan mengadakan

perbaikan ke arah perilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan

ketidakmampuan dan kesulitan keluarga dapat menghadapi masalah kesehatannya.

Diharapkan perawat dapat memperhatikan beberapa prinsip motivasi yang

bermanfaat dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat yaitu: tingkah laku yang

berkaitan dengan masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh kemampuan keluarga

melihat akibat masalah kesehatan terhadap dirinya keyakinan keluarga terhadap


35

keberhasilan tindakan dalam menurunkan masalah. Dorongan yang berhubungan

dengan kesehatan tidak selalu menimbulkan tingkah laku sehat dan sebaliknya.

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan ada beberapa faktor penghambat baik

dan keluarga maupun petugas kesehatan. Faktor-faktor penghambat dan keluarga

adalah keluarga kurang memperoleh informasi, keluarga mendapat informasi yang

tidak lengkap sehingga melihat masalah hanya sebagian, keluarga tidak dapat

mengaitkan informasi dengan situasi yang dihadapinya, keluarga tidak mau

menghadapi tekanan sosial atau dan keluarga, keluarga ingin mempertahankan suatu

pola tingkah laku, keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga,

keluarga tidak percaya dengan tindakan yang diusulkan oleh perawat. Sedangkan

faktor penyulit yang berasal dari petugas adalah petugas atau perawat cenderung

menggunakan satu pola pendekatan (perawat kaku), petugas kurang

memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor-faktor sosial budaya.

petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan dan menggunakan berbagai

macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit.

(http://www.academia.edu/9700731/Konsep_Dasar_Asuhan_Keperawatan_Keluarg

a)

5. Evaluasi

Dalam perawatan kesehatan keluarga, evaluasi merupakan proses yang dilakukan

dalam menilai keberhasilan dan suatu tindakan keperawatan dan menentukan sejauh

mana tujuan sudah tercapai, bila tujuan tercapai ditentukan a1aannya apakah tujuan

realistis, mungkin tindakan tidak tepat karena mungkin ada faktor 1inkungan yang
36

tidak dapat teratasi. Tahap pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi

dua yaitu: evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah

pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah

evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu: evaluasi

struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam suatu

kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan selama kegiatan

berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil dan pemberian asuhan keperawatan.

Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dati tindakan

keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut:

a. Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid untuk

menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif dan

pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat dan tujuan

yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.

b. Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang menunjukkan

perubahan dalam status kesehatan klien dapat diperoleh dan kartu penderita.

c. Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang rumit,

wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan penting.

d. Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan untuk

mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi masalah dan

menganalisa masalah.

Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada

keluarga dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan perawat dalam melakukan

evaluasi adalah:
37

a. Subyektif : Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang

perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah diberikan

tindakan keperawatan.

b. Obyektif : Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik observasi,

palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan atau kemunduran

pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan.

c. Analisa : Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan

ditanggulangi.

d. Planning : Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana

tindakan hash evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga

diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.

(http://www.academia.edu/9700731/Konsep_Dasar_Asuhan_Keperawatan_Kel

uarga)

Anda mungkin juga menyukai