Anda di halaman 1dari 7

Analisis Pengaruh Gangguan Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem Krian-Gresik

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN BEBAN LEBIH PADA INTER BUS TRANSFORMER (IBT)
TERHADAP KINERJA OVER LOAD SHEDDING (OLS) DI SUBSISTEM KRIAN-GRESIK

Ilda Nurida
Teknik Elektro, Teknik, Universitas Negeri Surabaya
e-mail : ildanuridaa@gmail.com

Tri Wrahatnolo
Teknik Elektro, Teknik, Universitas Negeri Surabaya
e-mail : triwrahatnolo@unesa.ac.id

Abstrak
Inter Bus Transformer (IBT) sebagai unsur utama dalam sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik.
Penyaluran daya dapat terhambat akibat adanya gangguan yang mengakibatkan kerusakan dan
berkurangnya lifetime pada peralatan. Gangguan yang sering terjadi pada IBT yaitu gangguan beban lebih,
kondisi ini dapat diatasi dengan penerapan strategi pelepasan beban secara otomatis (Over Load Shedding).
Penerapan strategi OLS bertujuan untuk menghindari pemadaman yang meluas pada subsistem.
Penelitian ini menggunakan studi kasus subsistem Krian-Gresik yang merupakan salah satu sistem
kelistrikan Area Jawa Timur. Tujuan penelitian yaitu menganalisis pengaruh beban lebih pada IBT 1,2
Krian terhadap kinerja OLS untuk melakukan proses pelepasan beban.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis gangguan beban lebih pada IBT 1,2 Krian berdasarkan
contingency screening dengan menguji lima kontingensi diantaranya terdapat IBT yang mengalami
pembebanan >80%, sehingga memberikan pengaruh terhadap kinerja OLS serta tegangan bus mengalami
undervoltage pada sistem 150 kV yaitu 142,5 kV (-5% dari tegangan nominal) dan sistem 70 kV yaitu 63
kV (-10% dari tegangan nominal). Diketahui tingkat gangguan beban lebih tertinggi pada kontingensi ke-
20 dengan gangguan PLTU Gresik, PLTGU Block 3 dan IBT 2 Krian yang mengakibatkan IBT 1 Krian
mengalami pembebanan lebih sebesar 524,7 MW (124%) dengan nilai arus sebesar 2.793 A. Kondisi ini
dinyatakan ekstrim, sehingga menyebabkan OLS tahap kedua bekerja melepaskan beban sebesar 249,7
MW.
Kata Kunci: Beban Lebih, Inter Bus Transformer, Over Load Shedding.

Abstract
Inter Bus Transformer (IBT) as a key element in the distribution system and electrical power distribution.
The distribution of power may be hampered due to a disturbance resulting in damage and reduced lifetime
on the equipment. Disturbance that often occurs on the IBT is over load disturbance, this condition can be
overcome with the implementation strategy of automatically load shedding (Over Load Shedding).
Application of OLS strategy aims to avoid widespread outages in the subsystem.
This study uses a case study of Krian-Gresik subsystem which is one of the electrical system of the Area
Jawa Timur. The research objective is to analyze the effect of load on the 1st and 2nd IBT Krian on the
performance of OLS to perform load shedding process.
The results showed that over load interference analysis on the 1st and 2nd IBT Krian based on contingency
screening by testing five contingency, one of it have IBT experiencing loading >80%, so as to give effect
to the performance of OLS and bus voltage experiencing undervoltage at 150 kV system is 142.5 kV (-5%
of nominal voltage) and a system of 70 kV is 63 kV (-10% of nominal voltage). Discovered the highest
load disruption level on 20th contingency with disturbance of PLTU Gresik, PLTU Block 3 and 2nd IBT
Krian resulting 1st IBT Krian experiencing excess loading as 524,7 MW (124%) with a rated current as
2.793 A. This condition is declared extreme, causing the second stage OLS working off a load as 249,7
MW.
Keywords: Overload, Inter Bus Transformator, Over Load Shedding.

menyalurkan tenaga atau daya dari sisi pembangkit ke


PENDAHULUAN
pusat beban. Penyaluran energi listrik ke konsumen dapat
Inter Bus Transformer (IBT) merupakan peralatan terhambat akibat adanya gangguan yang mengakibatkan
gardu induk yang vital sebagai unsur utama dalam sistem kerusakan dan berkurangnya lifetime pada peralatan
penyaluran dan distribusi tenaga listrik. Dalam operasi sehingga peralatan tidak memenuhi kriteria single
penyaluran tenaga listrik, IBT berfungsi untuk contingensi (N-1).

23
Analisis Pengaruh Gangguan Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem Krian-Gresik
Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, 0 - 28

Gangguan yang sering terjadi pada pengoperasian sistem (1)


tenaga listrik dalam menyalurkan daya yaitu gangguan
arus lebih yang disebabkan oleh kelebihan beban Daya transformator dapat dirumuskan dengan persamaan
(overload) pada IBT maupun saluran. Untuk menghindari berikut :
terjadi gangguan overload, maka perlu dilakukan proses S= xVxI (2)
pelepasan beban secara otomatis yaitu Over Load Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load)
Shedding (OLS). Penerapan strategi dimaksudkan untuk dapat menggunakan persamaan berikut :
mendeteksi adanya arus lebih mengalir pada IBT maupun (3)
saluran transmisi bertujuan untuk melindungi sistem dari
gangguan arus lebih.
Rating dan Klasifikasi Transformator Daya
Pertumbuhan beban rata-rata sistem Jawa Bali pada
Rating transformator daya dibuat berdasar pada
tahun 2011 hingga 2014 mencapai 7,4% dan pertumbuhan
kemampuan transformator menyalurkan daya pada tingkat
instalasi mencapai 5,4%. Tingginya pertumbuhan beban
tegangan tertentu, dan frekuensi di bawah kondisi operasi
yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan instalasi
biasanya tanpa melebihi temperatur internal yang telah
menyebabkan pembebanan instalasi tersebut semakin
dibatasi. Umur transformator daya secara normal
meningkat, sehingga terdapat peralatan instalasi berupa
diharapkan berkisar 30 tahun ketika beroperasi dengan
IBT maupun penyaluran dengan kondisi yang sudah tidak
rating yang telah ditentukan. Namun dalam beberapa
memenuhi kriteria N-1 serta pembebanannya mencapai
kondisi tertentu, kemungkinan terjadi overload dan
lebih 60% (Fariz H,2016).
operasi melebihi rating yang ada sehingga menyebabkan
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, peneliti
memperpendek umur transformator.
bertujuan mengkaji tentang analisis pengaruh gangguan
beban lebih pada IBT terhadap kinerja OLS di subsistem
Krian - Gresik menggunakan software ETAP 12.6.

KAJIAN PUSTAKA
Transformator
Transformator atau trafo merupakan suatu peralatan
tenaga listrik yang berfungsi menyalurkan tenaga atau
daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
maupun sebaliknya. Dalam bentuknya yang paling
sederhana, transformator terdiri atas dua kumparan dan
satu induktansi mutual. Dua kumparan tersebut terdiri dari
kumparan primer dan kumparan sekunder yang dibelit Gambar 2. Transformator Daya
oleh inti besi.
Transformator terdapat tiga jenis, yaitu transformator
step up dengan tegangan 23,5 kV/500 kV kV dan 11,5
kV/150 kV, transformator sedang atau Inter Bus
Transformator dengan tegangan 500/150 kV dan 150/70
kV, transformator step down dengan tegangan 150/20 kV
dan 70/20kV.

Gangguan Beban Lebih Pada Transformator


Gangguan beban lebih bukan merupakan gangguan
Gambar 1. Konstruksi transformator
murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung
dapat merusak peralatan. Gangguan beban lebih sering
Prinsip kerja transformator menggunakan prinsip
terjadi terutama pada generator, transformator daya, dan
elektromagnetik yaitu hukum ampere dan induksi faraday,
saluran transmisi. Pada transformator daya bagian
dimana perubahan arus atau medan listrik dapat
sekunder yang menyalurkan energi listrik pada konsumen
membangkitkan medan magnet dan perubahan medan
akan memutuskan aliran beban melalui relai beban lebih
magnet atau fluks medan magnet dapat membangkitkan
jika konsumsi tenaga listrik oleh konsumen melebihi
tegangan induksi. Dalam menghitung arus nominal pada
kemampuan transformator tersebut. (Tobing, 2003) Hal-
transformator daya dapat ditentukan dengan persamaan,
hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi kondisi
sebagai berikut :
Analisis Pengaruh Gangguan Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem Krian-Gresik

gangguan beban lebih yaitu mengoptimalkan kapasitas Pada skema pelepasan beban menjelaskan apabila
pembangkit, pelepasan beban (load shedding), dan terjadi gangguan hingga menyebabkan trip maka OLS
pemisahan sistem (islanding). akan bekerja dan memberikan sinyal melalui teleproteksi
(TP). Kemudian akan membuat OCR tahap pertama
Dampak Gangguan Beban Lebih bekerja dan memutus beban terpilih, namun bila kondisi
Gangguan beban lebih dapat mempengaruhi antara tersebut tidak mengurangi gangguan beban lebih maka
daya yang dibangkitkan dan permintaan beban sehingga OCR tahap kedua akan bekerja.
dapat menyebabkan beberapa hal yang dapat
mengganggu kestabilan sistem, yaitu penurunan tegangan Penerapan Pola Over Load Shedding (OLS)
sistem (undervoltage) merupakan fenomena jatuhnya Penerapan pola pelepasan beban lebih ini
tegangan yang berkelanjutan akibat adanya gangguan dimaksudkan sebagai mengantisipasi untuk mengindari
beban lebih (overload), sehingga mengakibatkan sistem pemadaman yang meluas akibat terjadinya pembebanan
kelistrikan mengalami pemadaman total (blackout). lebih pada IBT atau saluran transmisi. Penerapan skema
Berdasarkan aturan jaringan sistem Jawa Bali tahun pelepasan beban dengan menggunakan OLS pada IBT
2007, tegangan operasi sistem harus dipertahankan dan merupakan pengaman agar tidak terjadi overload pada
diusahakan agar nilai tegangan masih dalam batasan IBT yang beroperasi yaitu dengan melepaskan sebagian
operasi sistem. beban atau memadamkan sebagian beban konsumen
sehingga pasokan daya yang melalui IBT dapat
Tabel 1. Batasan operasi tegangan sistem diturunkan hingga beban mencapai batas kemampuan
(Sumber : Permen ESDM No. 03 tahun 2007) IBT.

Tegangan Maksimal Minimal


No
Nominal kV % kV %
1 500 kV 525 + 5% 475 - 5%
2 150 kV 157.5 + 5% 135 -10%
3 70 kV 73.5 + 5% 63 -10%
4 20 kV 21 + 5% 18 -10%

Diperlukannya batasan operasi tegangan sistem


berkaitan dengan pengaruh ketidakstabilan sistem dan
kualitas tegangan yang dapat mengakibatkan kerusakan
pada peralatan.

Over Load Shedding (OLS)


Over Load Shedding (OLS) merupakan defene
scheme atau pertahanan sistem yang direncanakan khusus
untuk mengatasi kondisi sistem kritis dalam
mempertahankan integritas sistem dengan menggunakan
relai pengaman arus lebih (OCR). Pada prinsipnya OLS Gambar 4. Penerapan OLS pada IBT
bekerja atas dasar arus diatur pada suatu harga arus (a) Kondisi normal (b) Kondisi setelah gangguan tanpa OLS (c)
Kondisi setelah gangguan dengan OLS
dibawah arus nominalnya (In) dan kemudian akan
memberikan perintah terhadap PMT untuk melaksanakan
Penerapan OLS pada IBT (a) mengilustrasikan
pelepasan beban (Ivan S, 2013).
penerapan OLS pada IBT yang bekerja secara paralel.
Kedua IBT tersebut melayani beban sebesar 500 MW dan
diasumsikan bahwa kapasitas maksimum IBT adalah 400
MW (b) terlihat bahwa IBT 1 mengalami trip maka akan
terjadi overload pada IBT 2, jika IBT 2 tidak dilengkapi
dengan OLS maka IBT maka dalam waktu beberapa saat
IBT 2 akan ikut trip (c) Namun jika IBT 2 dilengkapi
dengan OLS maka IBT masih dapat beroperasi normal
ketika bebannya telah dikurangi dengan melepaskan
beban sesuai dengan kemampuan maksimummnya.
Gambar 3. Skema pelepasan beban

25
Analisis Pengaruh Gangguan Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem Krian-Gresik
Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, 0 - 28

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN


Pendekatan Penelitian Pada Penelitian tugas akhir ini, gangguan beban lebih
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan disimulasikan terjadi pada IBT 1,2 Krian yang
dengan melakukan pengamatan pada objek dalam diiringi dengan lepasnya pembangkit di tegangan sistem
mengumpulkan data parameter untuk menganalisis 150 kV. Untuk melakukan pengujian serta menganalisis
bagaimana pengaruh gangguan beban lebih pada IBT simulasi yang dilakukan berdasarkan hasil contingency
terhadap kinerja OLS dengan simulasi sistem screening diantaranya terdapat 5 kombinasi kontingensi
menggunakan software ETAP 12.6. Sistem yang yang terdiri dari kombinasi kontingensi ke-17 hingga ke-
digunakan sebagai objek penelitian yaitu subsistem Krian 21. Hasil pengujian gangguan beban lebih terhadap IBT
- Gresik yang memiliki IBT dengan pembebanan melebihi 1,2 Krian disubsistem Krian-Gresik yang telah dilakukan
batas rating nominalnya. dengan menggunakan software ETAP 12.6 memperoleh
hasil berupa pengaruh gangguan beban lebih, tingkat
Tempat dan Waktu Penelitian gangguan beban lebih, serta kinerja OLS pada IBT 1,2
Penelitian dilaksanakan di PT. PLN (Persero) APB Krian dalam melakukan tahapan pelepasan beban sesuai
Jawa Timur yang berlokasi di Jl. Suningrat No. 45 Taman skema OLS.
Sidoarjo, Jawa Timur. Waktu penelitian pada tanggal 08
Februari hingga Juni 2016. Tabel 2. Hasil pengujian gangguan beban lebih
terhadap IBT 1,2 Krian
Teknik Analisis Data IBT 1 Krian IBT 2 Krian
Kontingensi
Kondisi Subsistem MV MV Ket
Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini Ke - MW
A
A MW
A
A

Normal 166,8 185,4 713,6 166,8 185,4 713,6


bertujuan untuk menjawab permasalahan dalam rangka Kontingensi
IBT 2 Normal
ke-17 Gangguan 242,5 272,1 1,047 0 0 0
Krian
merumuskan kesimpulan, seperti dijelaskan pada diagram Normal 166,8 185,4 713,6 166,8 185,4 713,6
PLTU
alir sebagai berikut: Kontingensi
Gresik
314,8 399,3 1,536 314,8 399,3 1,536 OLS
ke-18 Gangguan Tahap 1
IBT 2
448,3 591 2,274 0 0 0
Krian
Normal 166,8 185,4 713,6 166,8 185,4 713,6
PLTGU
Kontingensi 222,8 262,6 1010 222,8 262,6 1010
Mulai ke-19
Block 3 Normal
Gangguan IBT 2
321 385,4 1,483 0 0 0
Krian
Normal 166,8 185,4 713,6 166,8 185,4 713,6
Pengumpulan data dan PLTU
314,8 399,3 1,536 314,8 399,3 1,536
Kontingensi Gresik OLS
studi literatur PLTGU
ke-20 Gangguan 370,3 486 1,870 370,3 486 1,870 Tahap 2
Block 3
IBT 2
524,7 725,9 2,793 0 0 0
Krian
Pemodelan Single Line Diagram sistem Normal 166,8 185,4 713,4 166,8 185,4 713,6
PLTGU
menggunakan software ETAP 12.6 Kontingensi Block 1
299,3 370,6 1,425 299,3 370,6 1,425 OLS
ke-21 Gangguan Tahap 1
IBT 2
427,8 547,3 2,106 0 0 0
Krian

Menginput data parameter

Dari hasil tersebut dapat diketahui kondisi IBT 1


Pemodelan basecase berdasarkan Krian mengalami pembebanan lebih yang akan
data realisasi operasi
memberikan pengaruh terhadap kinerja OLS pada IBT 1
Krian. Sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui
Analisis Kontingensi
kondisi IBT 1 seperti ditunjukkan pada grafik berikut.

Menentukan target pelepasan beban


PEMBEBANAN IBT 1 KRIAN
900
Melakukan 800
Simulasi Aliran daya Over Load Shedding 700
600
500
Ya 400
IBT mengalami
overload ? 300
200
100
Tidak
0 Kontingensi ke- Kont ingensi ke- Kont ingensi ke- Kontingensi ke- Kontingensi ke-
Normal
17 18 19 20 21
Sistem Aman
MW 166.8 244.5 448.3 321 524.7 427.8
MVA 185.4 272.1 591 385.4 725.9 547.3
Arus 214.1 314.2 682.4 445.1 838.2 632

Selesai

Gambar 6. Grafik tingkat pembebanan pada IBT 1 Krian


Gambar 5. Diagram alir tahapan penelitian
Analisis Pengaruh Gangguan Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem Krian-Gresik

Pengujian kontingensi menjelaskan tingkat beban


yang ditanggung oleh IBT 1 Krian serta arus yang 450
448.3
376.8
mengalir saat kondisi kontingensi. Sehingga didapatkan 375 314.8
presentase tingkat pembebanan pada IBT 1 Krian.

BEBAN IBT (MW)


300

225 166.8
PRESENTASE PEMBEBANAN IBT 1 KRIAN 150
150%
135% 75
BEBAN IBT 1 KRIAN ( %)

120% 0
105% Gangguan Gangguan
Normal OLS Tahap 1
PLTU Gresik IBT 2 krian
90%
75% IBT 2 166.8 314.8 448.3 376.8
60%
45%
30%
Gambar 8. Grafik pembebanan IBT 2 Krian pada
15% skenario kedua
0%
Kontingensi Kont ingensi Kontingensi Kont ingensi Kont ingensi
Normal
ke-17 ke-18 ke-19 ke-20 ke-21
Beban IBT 2 40% 57% 105% 75% 124% 100%
Skenario 3 (Kontingensi Ke-19)
Gambar 7. Grafik presentase tingkat pembebanan pada Subsistem mengalami gangguan pada PLTGU Block
IBT 1 Krian 3 dan IBT 2 Krian, gangguan ini menyebabkan subsistem
kekurangan pasokan daya tanpa adanya peningkatan daya
Selain mempengaruhi kinerja OLS pada IBT 1,2 mampu dari pembangkit. Dalam hal ini, IBT 1 akan
Krian, gangguan beban lebih memberikan pengaruh menanggung beban IBT 2 sebesar 321 MW (75%). Arus
terhadap perubahan tegangan bus pada subsistem. yang mengalir pada IBT 1 Krian disisi primer sebesar
Terdapat beberapa bus mengalami undervoltage, pada sebesar 445,01 A dan sekunder sebesar 1.483,44 A. Pada
sistem 150 kV mengalami kondisi marginal sebesar 142,5 kondisi ini arus yang mengalir disisi sekunder belum
kV (-5% nominal) dan bus 70 kV mengalami kondisi menyentuh batasan relai OLS sehingga kondisi masih
kritikal sebesar 63 kV (-10% nominal). normal.

Skenario 1 (Kontingensi Ke-17) Skenario 4 (Kontingensi Ke-20)


Subsistem mengalami gangguan pada IBT 2 Krian, Subsistem mengalami gangguan pada PLTU Gresik
kondisi dimana salah satu pemasok utama pada subsistem dan PLTGU block 3, kondisi dimana dua pembangkit
yaitu IBT 2 Krian terlepas dari sistem. Dalam hal ini, IBT pada subsistem mengalami gangguan yang disertai
1 Krian akan menanggung beban IBT 2 Krian sebesar dengan gangguan pada IBT 2 Krian. Gangguan ini
242,5 MW (57%). Arus yang mengalir pada IBT 1 Krian menyebabkan subsistem kekurangan pasokan daya tanpa
disisi primer sebesar sebesar 314,19 A dan sekunder adanya peningkatan daya mampu dari pembangkit.
sebesar 1.047,31 A. Pada kondisi ini arus yang mengalir Dalam hal ini, IBT 1 Krian akan menanggung beban IBT
disisi sekunder belum menyentuh batasan relai OLS 2 Krian sebesar 524,7 MW (124%). Arus yang mengalir
sehingga kondisi masih normal. pada IBT 1 Krian disisi primer sebesar sebesar 838,2 A
dan sekunder sebesar 2.793 A. Pada kondisi ini arus yang
Skenario 2 (Kontingensi Ke-18)
mengalir di sisi sekunder telah menyentuh batasan relai
Subsistem mengalami gangguan pada PLTU Gresik
OLS sehingga OLS bekerja melepas beban.
dan IBT 2 Krian, gangguan ini menyebabkan subsistem
Pelepasan beban pada skenario keempat dilakukan
kekurangan pasokan daya tanpa adanya peningkatan daya
dalam dua tahap. Pada tahap pertama OLS memutuskan
mampu dari pembangkit. Dalam hal ini, IBT 1 Krian
PMT 150 kV penghantar Driyorejo, PMT 150 kV
akan menanggung beban IBT 2 Krian sebesar 448,3 MW
penghantar Babadan, dan PMT 20 kV trafo 2,3 di GI
(105%). Arus yang mengalir pada IBT 1 Krian disisi
Tandes. Jumlah titik beban yang dilepas pada tahap
primer sebesar sebesar 682,42 A dan sekunder sebesar
pertama sebanyak 7 titik, dengan total beban yang dilepas
2.274,76 A. Pada kondisi ini arus yang mengalir di sisi
sebesar 136,9 MW namun kondisi IBT 2 Krian masih
sekunder telah menyentuh batasan relai OLS sehingga
mengalami overload. Pada tahap kedua OLS
OLS bekerja melepas beban.
memutuskan PMT 150 kV trafo 2 di GI Surabaya Barat,
Pelepasan beban pada skenario kedua dilakukan
PMT 150 kV penghantar Cerme, dan PMT 150 kV
dalam satu tahap, pada tahap pertama beban OLS
penghantar Kasih Jatim. Jumlah titik beban yang dilepas
memutuskan PMT 150 kV penghantar Driyorejo dan
pada tahap kedua sebanyak 5 titik, dengan total beban
PMT 150 kV penghantar Babadan. Jumlah titik beban
yang dilepas sebesar 112,8 MW. Setelah dilakukan OLS
yang dilepas pada tahap pertama sebanyak 7 titik, dengan
tahap kedua IBT 1 Krian telah melepaskan beban sebesar
total daya yang dilepas sebesar 142,3 MW.
249,7 MW.

27
Analisis Pengaruh Gangguan Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem Krian-Gresik
Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, 0 - 28

mengalami penurunan tegangan, pada sistem 150 kV


600
524.7 mengalami kondisi marginal sebesar 142,5 (-5% dari
525
444.3 tegangan nominal) dan bus 70 kV mengalami kondisi
BEBAN IBT (MW)

450 370.3 399.1


375 314.8 kritikal sebesar 63 kV (-10% dari tegangan nominal).
300
Dari hasil pengujian kontingensi ke-17 hingga ke-21
225
150 166.8 dapat diketahui bahwa tingkat gangguan beban lebih
75 tertinggi terjadi pada kontingensi ke-20 dengan gangguan
0
Norm al
Gangguan
PLT U Gre si k
Gangguan
PLT GU
Gangguan
IBT 2 Kria n
OLS Tahap 1 OLS Tahap 2 PLTU Gresik, PLTGU Block 3 serta lepasnya IBT 1 dari
Bl ock 3
IBT 1 166.8 314.8 3 70 .3 5 24 .7 4 44 .3 399.1 sistem mengakibatkan IBT 2 Krian mengalami
Gambar 8. Grafik pembebanan IBT 1 Krian pada
pembebanan lebih sebesar 524,7 MW (124%) kondisi ini
skenario keempat dinyatakan ekstrim. Sedangkan untuk tingkat gangguan
beban lebih terendah terjadi pada kontingensi ke-17
Skenario 5 (Kontingensi Ke-21) dengan gangguan lepasnya IBT 1 Krian dari sistem
Subsistem mengalami gangguan pada PLTGU Block mengakibatkan IBT 2 Krian mengalami pembebanan
1 dan IBT 2 Krian, gangguan ini menyebabkan subsistem lebih sebesar 242,5 MW (57%) kondisi ini masih
kekurangan pasokan daya tanpa adanya peningkatan daya dinyatakan normal.
mampu pembangkit. Dalam hal ini, IBT 1 akan Gangguan beban lebih pada IBT 1,2 Krian
menanggung beban IBT 2 sebesar 427,8 MW (101%). memberikan pengaruh terhadap kinerja OLS yang terjadi
Arus yang mengalir pada IBT 1 Krian disisi primer pada kontingensi ke-20, dimana nilai arus IBT 1 Krian
sebesar sebesar 631,9 A dan sekunder sebesar 2.106 A. dengan sebesar 2.793 A telah menyentuh batas relai OLS
Pada kondisi ini arus yang mengalir di sisi sekunder telah sehingga OLS tahap pertama dan kedua bekerja melepas
menyentuh batasan relai OLS sehingga OLS bekerja beban sebesar 125,6 MW. Berbeda dengan kontingensi
melepas beban. ke-21 nilai arus pada IBT 1 Krian sebesar 2.274 A telah
Pelepasan beban pada skenario kelima dilakukan menyentuh batas relai OLS sehingga OLS tahap pertama
dalam satu tahap, pada tahap pertama beban OLS bekerja dengan membuang beban sebesar 71,5 MW.
memutuskan PMT 150 kV penghantar Driyorejo dan Hasil tersebut menunjukkan kinerja OLS bekerja
PMT 150 kV penghantar Babadan. Jumlah titik beban berdasarkan IBT yang telah menyentuh nilai arus lebih
yang dilepas pada tahap pertama yaitu 6 titik, dengan dari 2.000 A.
total beban yang dilepas sebesar 123,6 MW.
Saran
Saran yang dapat diberikan berdarsakan kesimpulan,
450
427.8 sebagai berikut :
375
365.6 Untuk para peneliti diharapkan melakukan studi
299.3
300 secara berkala dalam menganalis dan mengevaluasi
MW

225 166.8 pengaruh gangguan beban lebih (overload) pada


150 subsistem Krian-Gresik dengan memperhatikan
75 pertumbuhan instalasi listrik serta beban dengan tujuan
0
Normal
Gangguan
PLTGU Block 1
Gangguan IBT
2 Krian
OLS Tahap 1 dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan
IBT 1 166.8 299.3 427.8 365.6 terulangnya gangguan serupa.
Analisis pengaruh gangguan beban lebih pada
Gambar 9. Grafik pembebanan IBT 1 Krian pada skenario
kelima subsistem Krian-Gresik perlu dilakukan menganalisis
kinerja OLS pada saluran untuk mengetahui kondisi OLS
keseluruhan pada subsistem Krian-Gresik.
PENUTUP Membuat Rencana Operasi dalam merencanakan dan
Simpulan melaksanakan pemeliharaan peralatan sesuai dengan
Dari hasil penelitian analisis pengaruh gangguan pada Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga dapat
IBT terhadap kinerja OLS di subsistem Krian-Gresik mencegah terjadinya forced outage yang menyebabkan
dapat disimpulkan sebagai berikut : instalasi listrik mengalami beban lebih.
Gangguan beban lebih yang terjadi pada IBT 1,2
Krian dengan menguji kontingensi ke-17 hingga ke-21
mengakibatkan salah satu dari kedua IBT tersebut
mengalami pembebanan >80% sehingga memberikan
pengaruh terhadap kinerja OLS serta tegangan bus
Analisis Pengaruh Gangguan Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem Krian-Gresik

DAFTAR PUSTAKA
Ahdiyat, Fariz. H. 2016. Studi Pelepasan Beban Akibat
Gangguan Beban Lebih Pada Jaringan PT. PLN
(Persero) APB Jakarta Dan Banten, Subsistem
Kembangan. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Tobing, B.L. 2003. Dasar Teknik Pengujian Tegangan
Tinggi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Seyedi. H. 2009. Design Of New Load Shedding Special
Protection Schemes For A Double Area Power
System. American Journal Of Applied Sciences Vol.
6, No.2.

29

Anda mungkin juga menyukai