Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDSANAN PADA BAYI DENGAN BBLR

DI INSTALASI RAWAT JALAN

RS UNIVERSITAS AIRLANGGA

Disusun oleh

DEVI FINGKY SAGITHA

2015.A.06.0545

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PALANGKARAYA

2016/2017
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan BBLR By.Ny. Y diruang IRJA Poli Obgyn Universitas Airlangga Surabaya
sebagai laporan pendahuluan praktik klinik kebidanan.

Disusun oleh :
DEVI FINGKY SAGITHA 2015.A.06.0545

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal : Juni 2017

Pembimbing Istitusi Pembimbing Lahan

Arum Dewi Sukowati, S.Keb.,bd Nika Susanti, S. Keb.,bd

Mengetahui
Kepala Ruangan

Diana Puji H.S.Keb, Bd


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………..
1.2.1 Tujuan umum……………………………………………………….
1.2.2 Tujuan khusus………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep BBLR…………………..……………………………………………….
2.1.1 Definisi…………………………………………………………………
2.1.2 Etiologi…………………………………………………….……………
2.1.3 Masalah yang bisa timbul pada BBLR…………………………………..
2.1.4 Gambaran Klinik Bayi Berat Lahir Rendah…………………………….
2.1.5 Pencegahan……………………………………………………………..
2.1.6 Penatalaksaan……………………………………………………………
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………...
2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan dengan BBLR
2.2.1 Varney …………………………………………………………………..
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………………….
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………..
5.2 Saran………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi dengan berat lahir rendah merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada
sebahagian mcasyarakat. Bayi Berat Lahir Rendah
( BBLR ) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Yulianti L,
2010).
Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada
masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada
masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan komsumsi makanan pun
kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi pada mereka yang status perekonomiannya
cukup, hal ini berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan
pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas dan morbilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan dimasa
depan (Yuri, 2009).

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 % dari seluruh kelahiran
didunia dengan batasan 33%-38% dan lebih sering terjadi dinegara- Negara berkembang atau
sosial ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan dinegara-
Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan
berat lahir lebih dari 2500 gram (Risna, 2008).

Menurut perkiraan World Health Organisation (WHO), pada tahun 1995 hampir semua ( 98
% ) dari 5 juta kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari
2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibanding
Negara-negara ASEAN lainnya. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2008 berkisar 248
per 100.000 kelahiran hidup. Kita bisa membandingkan dengan Malaysia yang tercatat angka
kematian 41 bayi per 100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 44 lahir mati per 100.000
kelahiran hidup dan Philiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain,
yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan
rentan 2,1%-17,2%, Berdasarkan analisa nasional, Bayi prematur atau BBLR mempunyai
masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Berdasarkan estimasi dari Survei
Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2007). Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar
9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. BBLR masih merupakan masalah di
seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir,
Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal saat bayi (Evariny,
2005).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan penatalaksanaan terahadap masalah yang mungkin terjadi pada bayi
dengan berat badan lahir rendah.
1.2.1 Tujuan Khusus
Dalam melaksanakan pembinaan terhadap BBLR, penulis diharapkan dapat menggunakan
manajemen kebidanan 7 langkah Varney yaitu:
a. Mampu melaksanakan pengkajian dan pengumpulan semua data untuk mengevaluasi
keadaan pasien
b. Mampu mengidentifikasi secara benar masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data tersebut.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial yang akan terjadi.
d. Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera baik secara mandiri, kolaborasi, atau
rujukan
e. Mampu merencanakan asuhan yang rasional sebagai dasar pengambilan keputusan
f. Mampu melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.
g. Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan
h. Dapat mendokumentasikan asuhan pada BBLR dengan asuhan manajemen 7 langkah
varney.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


2.1.1 Defenisi
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram.(pengantar kuliah Obstetri,IBG Manuaba,2007 : 421) Berat badan lahir rendah Adalah
semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau dengan 2.500 gr disebut Low Birth
Weight Infant ( Bayi Berat Lahir RendahPra, Prawirohardjo. S.2005 : 771 )
Berat badan lahir rendah Adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa kehamilan.(atikah proverawati, dkk. 2009) BBLR di bedakan
dalam :
a. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1000- 1500 gram
b. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLASR), berat lahir < 1000 gram
Bayi dengan BBLR dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Prematuritas Murni
Neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan
sesuai dengan berat untuk masa kehamilan, atau disebut bayi kurang bulan sesuai masa
kehamilan (BKB/SMK)
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan atau bisa disebut bayi cukup bulan kecil masa kehamilan (BCB/KMK)
( Wiknjosastro, H. 2007 )

2.1.2 Etiologi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor (dr. Arief ZR, dkk, 2009: 22-23), yaitu:
1. Faktor ibu:
a. Penyakit
Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam
kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia / Eklampsia
pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh
makanan dan oksigen dari placenta, dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai
makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang (Ilyas, 1995).

b. Perdarahan asntepartum
Perdarahan ante partum dapat menyebabkan ibu kehilangan Fe dan O2 sehingga dapat
menyebabkan ibu menderita anemia, yang akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh
sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke janin. Jika suplai berkurang, akibatnya pertumbuhan organ
janin pun akan terhambat dan menyebabkan BBLR. (Winkjosastro, 2006)

c. Trauma fisik dan psikologis


Trauma adalah benturan fisik yang berpengaruh terhadap janin dan kandungan. Sekitar
6% kehamilan mengalami komplikasi karena trauma.
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan kembali mempengaruhi
aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat
mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat,
sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma, stres, atau tekanan psikologis juga dapat
memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah, pening, mual atau merasa
malas.
Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek psikologis dan
sebaliknya, maka mudah bagi ibu hamil untuk mengalami trauma. Menurut Shinto, trauma ini
ternyata dapat dirasakan juga oleh janin. Bahkan, janin sudah menunjukkan reaksi terhadap
stimulasi yang berasal dari luar tubuh ibunya. Sementara dalam masa perkembangan janin, ada
masa-masa yang dianggap kritis yang menyangkut pembentukan organ tubuh. Oleh karena itu,
ibu hamil harus menjaga kondisi fisik maupun psikisnya agar bayinya dapat tumbuh sehat.

d. Diabetes mellitus
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa
berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita
perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun
antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan rutin.

2. Faktor janin
a. Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana
banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor
mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya.
Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan
ibu dan anak

b. Kehamilan ganda
Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gannguan dibandingkan janin tunggal
yang tampak pada ukuran sonografi dan berat lahir. Semakin banyak jumlah bayi semakin besar
derajat retardasi pertumbuhan (Klaus, 1998). Pengaruh kehamilan kembar pada janin dapat
menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil dari rata-rata dan malpresentasi. Mortalitas
janin meningkat hingga 4 kali dari pada kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh
prematuritas, berat lahir rendah, malpresentasi dan anomali kongenital. Kehamilan kembar juga
berpengaru terhadap peregangan uteerusyang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya partus
prematurus.(Oxorn, 2003)
Selain itu, kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi
defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin seperti BBLR.
(Manuaba, 1998)

c. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom pada janin bisa diturunkan dari salah satu orang tua yang membawa
kelainan kromosom, bisa juga terjadi secara spontan (dengan sendirinya) pada saat proses
reproduksi. Usia ibu pada saat hamil juga salah satu faktor penyebab kelainan kromosom. resiko
terjadinya kelainan kromosom pada janin adalah 4 kali lebih besar jika ibu berusia 35 tahun atau
lebih
d. Cacat bawaan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital,
umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-
kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.

3. Faktor lingkungan
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara
11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan makin
tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan
gejala putus obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan
alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental,
BBLR dan sindrom alkohol janin.

2.1.3 Masalah yang bisa timbul pada BBLR


Alat tubuh bayi premature belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab itu mengalami
lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus. Makin pendek masa kehamilan makin kurang
sempurna pertumbuhan alat- alat dalam tubuhnya.
Karena kurang sempurnanya alat- alat dalam tubuh baik anatomik maupun fisiologik maka
mudah timbul beberapa kelainan sebagai berkut :
a. Gangguan pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak dibawah
kulit,permukaan tubuh relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif,
produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat yang belum cukup serta pusat
pengaturan yang belum berfungsi secara sempurna.
b. Gangguan saluran pernapasan
Gangguan pernapasan sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini
disebabkan karena kurangnya surfaktan, pertumbuhan dan perkembangan paru yang belum
sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung. Penyakit
gangguan pernapasan yang sering diderita bayi prematur adalah penyakit membran hialin dan
aspirasi pneumonia. Disamping itu sering timbul pernapasan periodik dan apnea yang
disebabkan oleh pernapasan di medulla belum matur.
c. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi
Distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung bertambah, daya
untuk mencernakan dan mengabsorsi lemak laktosa dan vitamin yang larut dalam lemak dan
beberapa mineral tertentu berkurang, kerja dari spinter cardio oesofagusyang belum sempurna
dan mudah terjadi aspirasi.
d. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K.
e. Ginjal yang immatur baik secara anatonis maupun fungsinya
Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi
kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan asidosis
metabolik.
f. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh, kekurangan faktor
pembekuan seperti protrombin.
g. Gangguan imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma
globulin. Bayi prematur relative belum sanggup membentuk anti bodi dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan masih belum baik.
h. Perdarahan intraventrikuler
Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan
syndrome gangguan pernapasan.Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea.
Keadaan ini menyebabkan aliran darah keotak bertambah. Penambahan aliran darah keotak akan
lebih banyak lagi karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur, sehingga mudah
terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia dilapisan germinal yang
terletak didasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan ependim. Luasnya perdarahan
intraventrikuler ini dapat di diagnosis dengan ultrasonografi atau CT scan. (Sarwono
Prawirohardjo, 2007 )
2.1.4. Gambaran Klinik Bayi Berat Lahir Rendah
a. Karakteristik Prematuritas Murni
1) Berat badan kurang dari 2500 gram, PB : 45 cm, Lingkar Kepala kurang dari 33 cm,
Lingkar dada kurang dari 30 cm
2) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3) Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.
4) Kepala lebih besar dari badan
5) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
6) Lemak subkutan kurang
7) Ubun- ubun dan sutura lebar
8) Ramut tipis, halus
9) Tulang rawan dan daun telinga immature
10) Puting susu belum terbentuk dengan baik.
11) Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristatik usus dapat terlihat
12) Genetalia belum sempurna, labia, minora belum tertutup oleh labia mayora (pada
wanita ), testis belum turun ( pada laki- laki )
13) Bayi masih posisi fetal
14) Pergerakan kurang dan lemah
15) Otot masih posisi fetal
16) Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnu.
17) Refleks tonic neck lemah
18) Refleks menghisap dan menelan belum sempurna.
b. Adapun karasteristik bayi dismatur hampir sama dengan bayi prematur.
Penampilan fisik yag khas dari dismatur adalah :
1. Kulit pucat, keriput, tipis
2. Verniks caeosa tipis/ tidak ada
3. Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4. Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
5. Mekonium kering (dr.Arief ZR. 2009)
5. Penilaian Maturitas Neonatus
Mengetahui dengan tepat lamanya masa gestasi untuk tiap neonatus terutama BBLR
secara individu, faktor maturitas sangat berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas
perinatal, pengetahuan ini sangat penting untuk menilai tingkat pengembangan bayi
prematur.

Tabel 1. Ciri Kematangan Fisik Bayi Lahir Normal (Menurut Ballard)


0 1 2 3 4 5
Kulit Merah Merah Permukaan Daerah Seperti kertas Seperti
seperti muda/ licin, mengelupas pucat, retak- putih, retak, kulit
agak halus, dengan/ retak, venus lebih dalam, retak-
transparan tampak vena tanpa ruam, jarang tidak ada vena retak,
sedikit vena mengkerut
Lanugo Tidak ada Banyak Menipis Menghilang Umumnya
tidak ada
Lipatan Tidak ada Tanda Hanya Lipatan 2/3 Lipatan di
plantar merah lipatan anterior seluruh lipatan
sangat anterior
sedikit yang
menghilang
Payudara Hampir Areola Areola Areola lebih Areola penuh,
tidak ada datar, tidak seperti titik jelas tonjolan 5-10
ada tonjolan tonjolan tonjolan 3-4 mm
sampai 2 mm
mm
Daun Datar, Sedikit Bentuknya Bentuk Tulang rawan,
telinga tetap melengkung, lebih baik, sempurna telinga kaku
terlipat lunak lunak, kembali
lembut mudah seketika
membalik membalik
Kelamin Skrotum Testis turun, Testis Testis
laki-laki kosong, sedikit dibawah, bergantung dan
tidak ada rugae rugae bagus rugaenya
rugae dalam
Kelamin Klitoris Labia Labia Klitoris dan
perempuan dan labia minora dan mayora minora ditutupi
minora mayora besar, labia mayora
menonjol sama minora
menonjol kecil
(Wiknjosastro, 2006, Hal : 772)

2.1.5. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama
faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk
pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda
tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat
menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-
34 tahun)
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

2.1.6. Penatalaksanaan/ penanganan Bayi Berat Lahir Rendah


a. Pengaturan suhu badan bayi dengan berat lahir rendah:
1). Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan
dengan ketat. (Sarwono, Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006: 377)
Menurut (Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk Dokter, Bidan, dan Perawat,
di Rumah sakit),
Cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh ada lima cara yaitu:
1. Kontak kulit dengan kulit
2. Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL)
3. Pemancar panas
4. incubator
a) Inkubator tertutup
1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dapat dibuka apabila dalam
keadaan tertentu seperti apnea; dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat
dan oksigen harus selalu disediakan.
2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
3) Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan
observasi
4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh
5) Pengaturan oksigen selalu diobservasi
6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira
dengan suhu 27ºC
b) Inkubator terbuka
1) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian
perawatan pada bayi
2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu
normal dan kehangatan
3) Membungkus dengan selimut hangat
4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah
aliran udara.
5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala
6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan
ketentuan dibawah ini
Berat badan lahir 0 - 24 jam 2 – 3 hari 4-7 hari 8 hari
(gram) (oC) (oC) (oC) (oC)

<1500 34 – 36 33 – 35 33 – 34 32 – 33
1501-2000 33 – 34 33 32 – 34 32
2001-2500 33 32 – 34 32 32
> 2500 32 – 34 32 31 - 32 32

4. Ruangan yang hangat.


Suhu kamar untuk bayi dengan pakaian
BB Suhu ruangan
1500-2000 gram 28 – 30 oC
>2000 gram 26 – 28 oC
Catatan : jangan digunakan untuk bayi < 1500 gram

b. Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi
adalah sebagai berikut :
1). Berat lahir 1750 – 2500 gram
* Bayi Sehat
> Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila
perlu.
> Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui.
Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum:
> Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat
diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau
tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan
cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung
setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu).
> Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

2). Berat lahir 1250-1499 gram


Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan bayi < 2500
Kriteria
gram
Bayi berat lahir sangat Bayi berat lahir rendah
Kategori rendah ( BBLR )
( BBLSR )
Penilaian Berat lahir < 1500 gram Berat lahir 1500 – 2500 gram
1. Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
2. Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering
dan hangat.
Pertahankan tetap hangat
3. Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke
Penanganan kulit dan bungkus BBLSR dengan kain hangat
4. Beri lampu 50 watt dengan jarak minimal 60 cm dari
bayi
5. Kepala bayi ditutupi topi
6. Beri oksigen
7. Tali pusat dalam keadaan bersih
1. Teteki ASI bila dapat 1. Beri ASI
menelan . Bila tidak dapat Bila tidak dapat menghisap,
menelan, langsung rujuk bisa menelan langsung tetesi
Puskesmas
2. Rujuk ke rumah sakit langsung dari putting
2. Bila tidak dapat menelan
langsung dirujuk
1. Sama dengan diatas
2. Beri minum dengan sonde/ tetesi ASI ( lihat tabel I
BBLR )
3. Bila tidak mungkin, infus dekstrose 10% + Bicarbonas
Natricus 1,5%= 4:1
Rumah Sakit
Hari I : 60 cc/kg/hari Hari II : 70 cc/kg/hari
4. Antibiotika
Bila tidak dapat menghisap putting susu / tidak dapat
menelan langsung/sesak/biru/tanda-tanda hipotermi berat,
terangkan kemungkinan akan meninggal.
Sumber : Saifuddin AB, 2006

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :


a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan

2.2 Konsep Manajemen Kebidanan

2.2.1 Varney

1. Pengkajian
Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data subyektif maupun data obyektif
disertai hari/tanggal dan jam pada saat dilakukan pengkajian, tanggal masuk rumah sakit, jam
masuk rumah sakit, nomor register.
a. Data Subyektif
1) Biodata
- Data Anak
Nama anak : Nama anak untuk mengenal, memanggil, dan menghindari terjadinya
kekeliruan. (Christina, 1993: 41)
Umur : Berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan
tindakan yang dilakukan seperti pemberian/ terapi obat.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI: 10)
Jenis kelamin : Untuk mencocokkan identitas kelamin sesuai nama anak, serta
menghindari kekeliruan bila terjadi kesamaan nama anak dengan
pasien yang lain.
Anak ke : Untuk mengetahui paritas dari orang tua.

- Biodata Orang Tua


Nama : Untuk mengenal/memanggil klien, serta sebagai penanggung jawab
terhadap anak.
Umur : Untuk mengetahui umur dari ibu serta suami.
Agama : Perlu dicatat, karena hal ini sangat berpengaruh di dalam kehidupan
termasuk kesehatan, dan akan mudah dalam mengatasi masalah
kesehatan pasien.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI: 10)
Suku : Untuk mengetahui dari suku mana ibu dan suami berasal dan menentukan
cara pendekatan serta pemberian asuhan kepada anak.
Pendidikan : Tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya di dalam tindakan asuhan
kebidanan selain itu anak akan lebih terjamin pada orang tua pasien
(anak) yang tingkat pendidikannya tinggi.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI: 10)
Pekerjaan : Jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga
dan juga dapat mempengaruhi kesehatan.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI: 10)
Penghasilan : Mengetahui taraf hidup ekonomi dan berkaitan dengan status gizi pada
anak.
Alamat : Dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak dan dapat
memberi petunjuk keadaan tempat tinggal pasien. (Modul Pelatihan
Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI: 10)
2) Keluhan Utama
Diisi sesuai dengan apa yang dikeluhkan ibu tentang keadaan bayinya pada kasus
BBLR yang sering menjadi keluhan adalah
Ibu ingin mengetahui penambahan berat badan anaknya.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui kondisi bayinya
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :
- Anggota keluarga yang mempunayi penyakit tertentu terutama penyakit menular
seperti TBC, hepatitis dll.
- Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan pembekuan
darah, jiwa, asma dll.
- Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan kemungkinan hamil kembar
adalah faktor ras, keturunan, umur wanita, dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang
pernah melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai karena hal ini bisa
menurun pada ibu.
(Manuaba, 2000: 265)
5) Riwayat Prenatal, Natal, Postnatal dan Neonatal
- Prenatal
Untuk mengetahui kondisi Ibu selama hamil, adakah komplikasi/tidak, periksa
kehamilan dimana dan berapa kali, serta mandapatkan apa saja dari petugas kesehatan
selama hamil.
- Natal
Untuk mengetahui cara persalinan, ditolong oleh siapa, apakah ada penyulit/tidak selama
melahirkan seperti perdarahan
- Post Natal
Untuk mengetahui berapa lama Ibu mengalami masa nifas serta adakah komplikasi atau
tidak. Baik berhubungan dengan ibu maupun bayi.
- Neonatal
Untuk mengetahui apakah bayi minum ASI atau PASI, berapa berat badan lahir, panjang
badan lahir, apakah saat lahir bayi langsung menangis/tidak, serta adakah cacat/ tidak.
6) Pola Kebiasaan Sehari-hari
- Nutrisi
Kebiasaan minum ASI anak berapa 30-40cc/ 2 jam sekali minum dalam sehari dapat
diketahui dari status gizi anak tersebut
- Eliminasi
BAB ± 2- 3 kali/ hari dan BAK ± 8- 9 kali/ hari
- Istirahat
Istirahat siang ± 3- 4 jam/ hari dan isirahat malam ± 8-10 jam/ hari
- Personal Hygiene
Anak mandi 1 kali/ hari, ganti baju setiap kali mandi dan ganti popok setiap BAB/ BAK.
- Aktivitas
Gerak aktif anak seperti bereaksi terkejut terhadap suara keras
7) Riwayat Psikososial
Untuk mengetahui respon orang tua dan lingkungan maupun sebaliknya terhadap
kelahiran bayi.
8) Riwayat Budaya
Untuk mengetahui kebiasaan ibu/keluarga berobat jika sakit, serta dapat dijadikan
dasar dalam memberikan informasi yang disampaikan dapat sesuai dengan adat yang
dianut ibu.
9) Sosial
Untuk mengetahui kebiasaan anak dalam kepercayaan yang dianut oleh
keluarganya, adakah kebiasaan orang tua yang dianggap kurang baik menurut kesehatan.
10) Riwayat Spiritual
Untuk mengetahui kebiasaan ibu dan keluarga dalam beribadah, untuk
memudahkan petugas kesehatan dalam pendekatan terapeutik.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum bayi lemah, tidak menangis atau tangisan lemah, tonus otot lemas.
- Kesadaran pada umumnya cukup.
- Denyut jantung 80-120x/ menit

2) Pemeriksaan Fisik
> Inspeksi
- Kepala : Simetris, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada caput sucsedaneum
maupun cephal hematum, rambut hitam menyebar merata.
- Wajah : Simetris, kebiruan, tidak oedema.
- Mata : Simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva merah muda.
- Hidung : Simetris, tidak ada polip, ada pernafasan cuping hidung, terpasang
selang O2.
- Mulut : Simetris, agak kebiruan, tidak ada labioschisis, tidak ada
labiopalatoschisis.
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran limphe.
- Dada : Simetris, terlihat refraksi dada, puting susu menonjol.
- Perut : Tali pusat masih basah dan terbungkus kasa betadin.
- Punggung : Simetris, tidak ada spina bifida.
- Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak terdapat polydaktil maupun syndaktil, pergerakan
lemah, warna agak kebiruan, terlihat keringat dingin tangan kiri
terpasang infus dextrosa 10%.
Bawah : Simetris, tidak terdapat polydaktil maupun syndaktil, pergerakan
lemah, warna agak kebiruan, terlihat keringat.
- Integumen : Bersih, turgor cukup baik, pembuluh darah tampak dan kulit transparan.
- Genetalia : Bersih, testis belum turun ke skrotum, uretra berlubang.
- Anus : Bersih, tidak terdapat atresia ani dan tidak ada atresia rekti.
> Palpasi
- Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal.
- Leher : Tidak terabapembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe, dan tidak teraba pembesaran vena jugularis.
- Perut : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak terdapat pembesaran hepar.
- Ekstremitas :
Atas : Tidak teraba adanya retensi air (tidak edema).
Bawah : Tidak teraba adanya retensi air (tidak edema).
- Integumen : Bersih, turgor cukup baik, pembuluh darah tampak dan kulit transparan.
> Auskultasi
- Dada : Terdengar detak jantung 140 x/menit, tidak ada wheezing, terdengar
bunyi ronchi.
> Perkusi
- Abdomen : kembung/ tidak

3) Pemeriksaan lain
> Reflek
- Rooting : positif
- Morro : positif

2. Identifikasi Masalah/ Diagnosa


Dx : Bayi Ny.”.....” dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
Ds : Mencantumkan data subyektif yang mendukung adanya diagnosa
Do : Mencantumkan data obyektif yang mendukung adanya diagnosa

3. Antisipasi Masalah Potensial


Untuk mengetahui masalah yang dapat terjadi pada pasien disaat yang akan datang dan
sebagai deteksi dini jika terjadi penyulit maupun komplikasi pada saat masa nifas.
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Untuk memberikan tindakan yang harus segera dilakukan kepada pasien untuk
mengurangi angka kesakitan, kecacatan bahkan kematian pada klien.

5. Intervensi
Dx : Bayi Ny.”.....” dengan berat badan lahir rendah ( BBLR)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan berat badan lahir yang
sangat rendah dapat teratasi
Kriteria hasil : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Apgar score : 8 - 10
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Pernafasan : Normal (40 - 60x/ menit)
Suhu : Normal (36,5oC - 37,5oC)
Nadi : Normal (100 – 160 x/ menit)
Berat badan : Normal ( 2500 – 4000 )
Panjang badan : Normal ( 48 – 52 cm )
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya bahwa belum ada penambahan berat badan
R/ Ibu dan keluarga lebih kooperatif sehingga penanganan bayi baru lahir dengan imatur dan
berat badan rendah dapat diatasi.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi
R/ Menghindari infeksi nosokomial
3. Observasi tanda- tanda vital bayi
R/ sebagai parameter untuk mengetahui apakah ada infeksi
4. Lakukan perawatan tali pusat dengan kassa steril sesudah mandi dan apabila kotor
R/ mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat
5. Jaga suhu tubuh bayi untuk mencegah kehilangan panas pada tubuh bayi dengan
memberikan selimut hangat dan letakkan bayi pada incubator
R/Mengurangi terjadinya penguapan pada suhu tubuh untuk mengurangi terjadinya hipotermi
6. Lakukan pemantauan Intake dan Output
R/ Mengetahui adanya keseimbangan antara intake dan output
7. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk menentukan rencana selanjutnya
R/Bayi mendapatkan terapi yang tepat

6. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
7. Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari asuhan yang
telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.

Anda mungkin juga menyukai