Anda di halaman 1dari 17

X

Kurikulum 2013

s
Kela
biologi
PERUBAHAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami tentang pencemaran udara dan tanah.
2. Memahami tentang pencemaran air dan suara.
3. Memahami tentang penanganan limbah cair dan limbah gas.
4. Memahami tentang penanganan limbah padat dan limbah B3.
5. Memahami tentang adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan lingkungan.
6. Memahami tentang pengelolaan lingkungan.

A. Perubahan Keseimbangan Lingkungan


Lingkungan yang merupakan tempat hidup berbagai organisme tersusun dari komponen
biotik dan abiotik. Jika komponen-komponen tersebut berada dalam keadaan stabil,
lingkungan juga akan stabil. Namun, jika terjadi perubahan pada sebagian atau seluruh
komponennya, lingkungan juga akan mengalami perubahan. Perubahan lingkungan
dapat mendorong terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan.
Keseimbangan lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mengatasi
tekanan dari alam maupun aktivitas manusia dalam menjaga stabilitas kehidupannya.
Keseimbangan lingkungan bersifat dinamis, artinya dapat mengalami perubahan.
Namun, perubahan tersebut bersifat menjaga keseimbangan komponen-komponennya,
serta tidak menghilangkan suatu komponen tertentu. Jika terjadi gangguan, lingkungan
akan memperbaiki diri agar kembali seimbang. Hal ini dapat terjadi karena adanya daya
lenting lingkungan. Daya lenting lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk
pulih kembali pada keadaan seimbang jika mengalami perubahan atau gangguan. Akan
tetapi, jika gangguan atau perubahan tersebut melebihi daya lentingnya, lingkungan
akan mengalami kerusakan.
Perubahan lingkungan dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan
faktor manusia.
1. Faktor alam berupa bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami,
angin puting beliung, kebakaran hutan, kekeringan, dan perubahan musim.
2. Faktor manusia berupa aktivitas manusia seperti berikut.
a. Pembukaan lahan untuk permukiman, industri, dan transportasi.
b. Kegiatan pertanian, seperti penggunaan pupuk kimia berlebihan atau
penggunaan pestisida.
c. Eksploitasi sumber daya laut yang tidak ramah lingkungan. Misalnya, pemakaian
bahan peledak yang dapat merusak terumbu karang atau penggunaan pukat
harimau.

B. Pencemaran Lingkungan
Perubahan lingkungan akibat aktivitas manusia dapat mendorong terjadinya pencemaran
lingkungan. Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan. Pencemaran lingkungan juga
berarti berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam.
Perubahan ini menyebabkan kualitas lingkungan menurun hingga ke tingkat tertentu,
sehingga lingkungan kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Zat-zat yang dapat mencemari lingkungan disebut polutan. Suatu zat disebut polutan
jika memenuhi kriteria berikut.
1. Jumlahnya melebihi batas normal.
2. Berada pada tempat yang tidak sesuai.
3. Berada pada waktu yang tidak tepat.
Berdasarkan zat pencemarnya, pencemaran lingkungan dibedakan menjadi
pencemaran kimiawi, pencemaran fisika, dan pencemaran biologis.
1. Pencemaran kimiawi disebabkan oleh polutan berupa zat kimia, baik organik
maupun anorganik. Contohnya logam berat (Pb, Hg, As, Cd, dan Cr), zat radioaktif,
atau detergen.
2. Pencemaran fisika disebabkan oleh polutan berupa kaleng, plastik, kaca, atau karet.
3. Pencemaran biologis disebabkan oleh polutan berupa berbagai macam
mikroorganisme penyebab penyakit. Contohnya Salmonella typhosa, Entamoeba
coli, atau cacing-cacing parasit seperti Ascaris, Ancylostoma, atau Taenia.

2
Berdasarkan tempat terjadinya, pencemaran lingkungan dibedakan menjadi
pencemaran udara, pencemaran tanah, pencemaran air, dan pencemaran suara.

1. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara
yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya.
Pencemaran udara disebabkan oleh adanya zat-zat pencemar atau polutan di udara,
sehingga kualitas udara menurun. Senyawa pencemar udara digolongkan menjadi dua,
yaitu senyawa pencemar primer dan senyawa pencemar sekunder. Senyawa pencemar
primer adalah senyawa pencemar yang langsung berasal dari sumber pencemar.
Sementara senyawa pencemar sekunder adalah senyawa pencemar yang berasal dari
reaksi senyawa-senyawa primer di udara. Beberapa zat pencemar yang dapat mencemari
udara dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Zat Pencemar (Polutan) Sumber Dampak

Pembakaran arang, gas,


dan pembakaran kayu, Kerusakan tanaman pada
Sulfur oksida (SOx), yaitu serta proses-proses kadar 0,5 ppm dan iritasi
SO2 dan SO3 industri seperti pemurnian tenggorokan pada kadar 5
petroleum dan peleburan ppm.
baja.

Gas CO dapat berikatan


dengan hemoglobin,
Hasil pembakaran tidak sehingga tubuh akan
sempurna dari mesin mobil kekurangan oksigen.
Karbon monoksida (CO)
dan mesin bahan bakar Akibatnya, akan terjadi
lainnya. keracunan, gangguan
metabolisme otot, sesak
napas, dan kematian.

Karbon dioksida yang


Pembakaran minyak
berlebihan akan
bumi, pengolahan batu
Karbon dioksida (CO2) menimbulkan efek rumah
bara menjadi semen, dan
kaca yang mengakibatkan
kebakaran hutan.
pemanasan global.

3
Zat Pencemar (Polutan) Sumber Dampak

Pembengkakan paru-
paru, bersifat karsinogen
Pembakaran pada mesin
yang dapat menimbulkan
Nitrogen oksida (NOx), yaitu kendaraan bermotor,
kanker, bahkan kematian.
NO dan NO2 produksi energi, dan
Selain itu, dapat
pembuangan sampah.
mengakibatkan hujan
asam.

Residu dari proses industri


yang diemisikan ke udara
(industri plastik, resin,
zat warna, dan pestisida),
Mengakibatkan penyakit
Hidrokarbon (HC) sarana transportasi,
leukemia dan kanker.
pemanfaatan gas alam dan
minyak bumi, serta proses
dekomposisi bahan organik
di permukaan tanah.

Industri plastik, industri


Iritasi mata dan saluran
Klorin (Cl2) pestisida, pabrik pencucian
pernapasan.
tekstil, dan industri kertas.

Penipisan lapisan ozon,


sehingga sinar UV dapat
Chlorofluorocarbon (CFC) Pendingin, spray, dan foam.
mencapai permukaan bumi
secara langsung.
Debu tanah kering, abu
Iritasi mata, iritasi saluran
letusan gunung berapi,
pernapasan, mengurangi
pembakaran batu bara
Partikel debu jarak pandang, dan
yang tidak sempurna, asap
mengurangi intensitas
kendaraan bermotor, dan
sinar matahari ke bumi.
sampah domestik.

Beberapa dampak pencemaran udara antara lain adalah sebagai berikut.


a. Hujan asam
Hujan asam terjadi karena polutan berupa sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida
(NO2) yang masing-masing mengalami oksidasi menjadi asam sulfat dan asam nitrit.

4
Reaksi antara air hujan dan senyawa-senyawa asam tersebut akan menghasilkan
hujan asam. Hujan asam dapat merusak sejumlah bangunan, menimbulkan kematian
tanaman, serta terganggunya organisme dalam tanah.
b. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca terjadi karena polutan berupa CO2 di udara. Efek rumah kaca
mendorong terjadinya pemanasan global yang berdampak pada kenaikan suhu
bumi dan perubahan cuaca yang tidak menentu.
c. Penipisan lapisan ozon
Penipisan lapisan ozon terjadi karena polutan berupa CFC yang banyak digunakan
dalam peralatan rumah tangga, seperti AC dan lemari es. Lapisan ozon yang menipis
dapat membahayakan kehidupan di bumi, karena sinar UV dari matahari dapat
mencapai permukaan bumi. Pada manusia, sinar UV dapat menyebabkan terjadinya
kanker kulit.

2. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah suatu kondisi masuknya beberapa benda kimia, fisika, atau
biologi ke dalam tanah. Masuknya benda-benda tersebut dapat merusak struktur tanah
dan membuat tanaman menjadi sulit untuk beradaptasi. Tanah merupakan tempat hidup
berbagai organisme. Jika tanah mengalami pencemaran, kehidupan organisme akan
terganggu. Pencemaran tanah dapat disebabkan oleh aktivitas rumah tangga, kegiatan
industri yang menghasilkan limbah pencemar, maupun kegiatan pertanian.
a. Aktivitas rumah tangga (limbah domestik)
Aktivitas rumah tangga akan menghasilkan berbagai limbah domestik, baik berupa
limbah padat maupun limbah cair. Limbah domestik berasal dari pemukiman
penduduk, perkantoran, tempat-tempat wisata, serta tempat-tempat usaha (pasar,
hotel, restoran, dan aktivitas perdagangan lainnya).
1.) Limbah padat berupa sampah anorganik, seperti aneka kantong plastik,
botol plastik, kaleng, serta peralatan rumah tangga berbahan plastik.
Sampah-sampah tersebut memiliki sifat sulit diuraikan oleh mikroorganisme
(nonbiodegradable).
2.) Limbah cair berupa cat, oli, tinja, dan detergen. Jika limbah cair ini dibuang ke
tanah, berbagai mikroorganisme tanah dapat terbunuh dan kualitas air tanah
akan menurun.
b. Kegiatan industri
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri juga dapat berupa limbah padat dan
limbah cair.

5
1.) Limbah padat berupa bubur atau lumpur yang berasal dari proses pengolahan.
Contohnya sisa pengolahan pabrik seperti pabrik gula, pulp, rayon, kertas, atau
plywood, dan sisa pengawetan buah, ikan, atau daging.
2.) Limbah cair berupa bahan-bahan kimia cair yang berasal dari proses produksi.
Contohnya sisa pengolahan industri pelapisan logam yang menggunakan
bahan kimia seperti tembaga, arsen, timbal, perak, atau boron yang berwujud
cair.
c. Kegiatan pertanian
Limbah yang berasal dari kegiatan pertanian antara lain adalah pestisida yang
digunakan untuk membunuh hama seperti DDT, serta pupuk sintetis penyubur
tanah seperti pupuk urea.

3. Pencemaran Air
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup.
Oleh sebab itu, jika sumber air mengalami pencemaran, kehidupan makhluk hidup akan
terganggu. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai polutan yang berasal dari
limbah rumah tangga (limbah domestik), industri, pertambangan, dan pertanian.
a. Limbah rumah tangga
Limbah rumah tangga dapat berupa limbah organik maupun limbah anorganik.
Limbah organik dapat berupa urine, tinja, dan sisa makanan. Sementara limbah
anorganik dapat berupa plastik, kertas, dan kaca. Jika limbah organik dibuang ke
sungai atau badan air lainnya, limbah tersebut akan mengalami pembusukan
yang dapat menurunkan ketersediaan oksigen. Keadaan ini dapat menyebabkan
organisme perairan mengalami kematian. Jika limbah anorganik dibuang ke sungai
atau badan air lainnya, limbah tersebut dapat menutupi permukaan air. Hal ini dapat
menghalangi masuknya sinar matahari ke perairan, sehingga proses fotosintesis
yang dilakukan oleh fitoplankton atau tanaman air lainnya akan terganggu.
b. Limbah industri
Limbah industri dapat berupa arsen, timah, krom, benzena, karbon tetraklorida,
atau beragam logam berat seperti merkuri, kadmium, timbal, dan seng. Jika
masuk ke dalam tubuh manusia, polutan ini dapat bersifat karsinogenik dan dapat
menimbulkan penyakit kanker.
c. Limbah pertambangan
Limbah pertambangan dapat berupa merkuri yang berasal dari pertambangan emas
atau asam sulfat dan senyawa besi yang berasal dari pertambangan batu bara.
1.) Merkuri yang dibuang ke badan air akan terakumulasi di dalam tubuh ikan. Jika

6
ikan tersebut termakan oleh manusia, dapat mengakibatkan keracunan seperti
pada kasus teluk Minamata di Jepang.
2.) Asam sulfat yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan air menjadi asam. Air
sungai yang asam akan membawa Ca dan Mg dari bebatuan yang dilewatinya.
Akibatnya, air sungai tersebut akan menjadi air sadah di daerah-daerah yang
lebih rendah.
d. Limbah pertanian
Limbah pertanian yang dapat mencemari perairan adalah pupuk anorganik dan
pestisida.
1.) Pupuk anorganik yang tersisa dan tercuci oleh hujan dapat masuk ke badan air.
Jika hal ini terjadi, badan air akan mengalami eutrofikasi. Eutrofikasi adalah
naiknya kesuburan perairan akibat penumpukan bahan anorganik dari sisa
pupuk. Hal ini dapat menyebabkan blooming, yaitu pertumbuhan ganggang
atau eceng gondok yang sangat cepat sehingga dapat menutupi permukaan
badan air. Blooming dapat menghalangi masuknya sinar matahari ke perairan
dan menurunkan kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Akibatnya,
banyak organisme air yang mati karena kekurangan oksigen.
2.) Pestisida yang terbawa air dapat menyebabkan kematian organisme air. Selain
itu, pestisida juga akan terakumulasi di dalam tubuh organisme dalam suatu
rantai makanan. Akumulasi pestisida (biomagnifikasi) terbesar berada pada
tingkat trofik tertinggi.

Terjadinya pencemaran air dapat diketahui melalui uji kualitas air yang menggunakan
tiga parameter, yaitu parameter kimia, fisika, dan biologi.
a. Parameter kimia meliputi COD, BOD, DO, pH, dan TTS.
1.) COD (Chemical Oxygen Demand) atau disebut juga Kebutuhan Oksigen
Kimiawi (KOK) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk menguraikan
seluruh bahan organik yang terkandung di dalam air melalui reaksi kimia.
2.) BOD (Biological Oxygen Demand) atau disebut juga Kebutuhan Oksigen
Biologis (KOB) adalah jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh
mikroorganisme dalam air untuk menguraikan bahan organik. Nilai BOD
diperoleh dari selisih antara oksigen terlarut awal dan oksigen terlarut akhir.
Semakin besar nilai BOD, tingkat pencemaran air semakin tinggi.
3.) DO (Dissolved Oxygen) adalah kadar oksigen yang terlarut dalam air. Semakin
besar nilai DO, tingkat pencemaran air semakin rendah.
4.) pH adalah ukuran keasaman suatu perairan. Air yang bersih memiliki pH 6,5
– 7,5. Jika pH perairan lebih kecil atau lebih besar dari pH air bersih, dapat
dipastikan bahwa perairan tersebut telah tercemar.

7
5.) TSS (Total Suspended Solid) atau disebut juga Padatan Tersuspensi Total
adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran
partikel maksimal 2 μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS meliputi
lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri, dan jamur. TSS
umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan.
b. Parameter fisika meliputi kandungan partikel padat, zat padat terlarut, kekeruhan,
warna, bau, dan suhu. Air yang dapat dikonsumsi merupakan air yang tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa.
c. Parameter biologi digunakan untuk mengetahui jumlah dan jenis mikroorganisme air
yang dapat menimbulkan penyakit. Contohnya Vibrio cholerae, Salmonella typhosa,
Entamoeba coli, atau Escherichia coli.

4. Pencemaran Suara
Suara yang bising dan mengganggu sangat tidak diinginkan. Apalagi jika sampai merusak
pendengaran. Keadaan ini dapat digolongkan sebagai pencemaran suara. Pencemaran
suara adalah suara yang tidak diinginkan, mengganggu, dan merusak pendengaran
manusia. Pencemaran suara dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu kebisingan impulsif,
kebisingan impulsif kontinu, kebisingan semikontinu, dan kebisingan kontinu.
a. Kebisingan impulsif adalah kebisingan yang terjadi dalam waktu singkat dan
biasanya sangat mengejutkan. Misalnya letusan petasan atau senjata api.
b. Kebisingan impulsif kontinu adalah kebisingan impulsif yang berlangsung terus-
menerus, tetapi terjadi sepotong-sepotong. Misalnya suara palu yang dipukulkan
berkali-kali.
c. Kebisingan semikontinu adalah kebisingan kontinu yang berlangsung sekejap,
kemudian hilang dan tak lama muncul lagi. Misalnya suara pesawat terbang yang
melintas.
d. Kebisingan kontinu adalah kebisingan yang datang terus-menerus dalam
waktu yang cukup lama. Misalnya suara mesin pabrik. Kebisingan jenis ini dapat
menimbulkan kerusakan pada alat pendengaran.

C. Penanganan Limbah
Berbagai kegiatan manusia dapat menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan tersebut
ada yang masih bermanfaat dan ada yang dapat mencemari lingkungan. Limbah yang
masih bermanfaat misalnya adalah air kelapa dari industri kopra yang dapat diolah
menjadi nata de coco, ampas tahu yang dapat diolah menjadi oncom, atau sisa sayuran
yang dapat dijadikan pupuk kompos. Berdasarkan wujudnya, limbah dibedakan menjadi
3 macam, yaitu limbah cair, limbah gas, dan limbah padat.

8
1. Penanganan Limbah Cair
Limbah cair dapat ditangani dengan cara menyediakan atau membangun sarana dan
prasarana untuk penanganan limbah, monitoring, dan evaluasi. Limbah cair dapat
dibedakan menjadi limbah cair domestik dan limbah cair industri.
a. Penanganan limbah cair domestik
Limbah cair domestik ada yang tidak berbahaya dan ada yang berbahaya. Limbah
yang tidak berbahaya misalnya adalah air cucian beras, sayur, atau daging. Limbah ini
dapat digunakan untuk menyiram tanaman. Sementara limbah yang berbahaya bagi
lingkungan adalah tinja manusia. Untuk menangani limbah berupa tinja manusia,
dapat dilakukan beberapa cara berikut ini.
1.) Pembuatan cubluk
Cubluk adalah lubang yang diberi dinding tidak kedap air di bagian atasnya,
serta diberi tutup. Limbah dari jamban langsung dialirkan ke cubluk. Jika satu
cubluk sudah penuh, limbah dialirkan ke cubluk lainnya. Cubluk sebaiknya
dibuat dengan jarak 15 m dari galian sumur agar limbah dari cubluk tidak
mencemari sumur.
2.) Pembuatan tangki septik konvensional
Tangki septik konvensional berupa bak kedap air yang dilengkapi dengan
pipa ventilasi dan lubang kontrol. Limbah cair disimpan selama 1 hari di dalam
tangki septik, kemudian dialirkan ke dalam sumur resapan. Partikel padatan
dalam limbah akan mengendap dan membentuk lumpur tinja. Di atas tangki
septik, diberi lubang pemeriksaan yang berfungsi sebagai lubang penyedot
tinja.
3.) Pembuatan tangki biofilter (up-flow-filter)
Sistem ini terdiri atas bak pengendap, ruang media filter, dan ruang resapan.
• Bak pengendap berfungsi mengendapkan partikel padat menjadi lumpur
tinja. Air luapan yang berasal dari bak pengendap dialirkan ke ruang
media filter.
• Ruang media filter berisi media filter yang terdiri atas pecahan batu, batu
apung, ijuk, dan kerikil. Pada permukaan media filter, tumbuh lapisan tipis
mikroorganisme berupa bakteri anaerob yang akan menguraikan bahan
organik dalam limbah cair. Air luapan dari ruang media filter dialirkan ke
ruang resapan.
• Ruang resapan berisi kerikil, pasir, dan ijuk.
4.) Pembuatan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Domestik (IPLCD)
Instalasi pengolahan limbah cair domestik biasanya dibangun untuk

9
perkantoran, restoran, hotel, dan rumah sakit. Pengolahan limbah cair pada
instalasi tersebut terdiri atas 3 proses, yaitu proses fisika, kimia, dan biologi.
Urutan dalam proses pengolahan ini adalah sebagai berikut.
• Pengolahan pendahuluan merupakan proses penyaringan benda-benda
kasar yang terbawa dalam limbah cair, mencampur limbah dalam bak
ekualisasi, dan mengatur agar aliran limbah yang menuju ke bak aerasi
selalu tetap (tidak berfluktuasi).
• Pengolahan pertama merupakan proses untuk mengendapkan pasir
dan partikel padatan lainnya.
• Pengolahan kedua merupakan proses secara biologis untuk mengurangi
bahan organik, pengendapan partikel padatan kedua, serta disinfeksi
(membunuh mikroba patogen). Pada limbah rumah sakit, diperlukan
proses disinfeksi dengan dosis khusus.
• Pengolahan ketiga merupakan pengolahan lumpur. Caranya adalah
dengan mengumpulkan lumpur dan mengurangi kadar air (pemekatan
lumpur), menstabilkan, dan mengeringkan lumpur.
b. Penanganan limbah cair industri
Limbah cair industri dapat ditangani dengan sistem setempat dan sistem terpusat.
1.) Penanganan sistem setempat
Pada sistem setempat, industri membuat instalasi pengolahan limbah sendiri.
Limbah yang dihasillkan diupayakan sesedikit mungkin dan dapat dimanfaatkan
kembali.
2.) Penanganan sistem terpusat
Sistem terpusat dikembangkan di daerah kawasan industri yang menghasilkan
berbagai jenis limbah yang berbeda. Oleh karena itu, setiap industri harus
mengolah limbahnya terlebih dahulu hingga efluen limbah memenuhi syarat
tertentu sebelum masuk ke jaringan air kotor dan IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah). Efluen adalah air buangan atau limbah buangan dari pengolahan
pangan dengan biological oxygen demand (BOD) tinggi dan mengandung
polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas, dan insektisida.

2. Penanganan Limbah Gas


Pada umumnya, limbah gas berasal dari kendaraan bermotor dan industri. Limbah gas
dapat berupa gas, embun, uap, kabut, debu, awan, asap, dan haze (partikel tersuspensi
dalam tetesan air). Penanganan limbah gas dapat dilakukan dengan menggunakan alat-
alat bantu seperti berikut ini.

10
a. Filter udara
Filter udara dapat dipasang pada cerobong untuk menyaring kotoran. Filter udara
harus dikontrol secara rutin. Jika filter sudah jenuh dengan debu, harus diganti
dengan yang baru.
b. Filter basah (scrubbers atau wet collector)
Prinsip kerjanya adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan
air. Debu akan turun ke bawah saat mengalami kontak dengan air.
c. Pengendap siklon (cyclon separator)
Pengendap siklon adalah alat untuk mengendapkan debu yang berasal dari
gas buangan atau ruangan pabrik yang berdebu. Prinsip kerja alat ini adalah
memanfaatkan gaya sentrifugal udara atau gas buangan yang sengaja diembuskan
melalui tepi dinding tabung siklon. Dengan begitu, partikel yang relatif berat akan
jatuh ke bawah.
d. Pengendap sistem gravitasi
Alat ini hanya dapat digunakan untuk mengendapkan partikel udara yang berukuran
relatif besar. Caranya adalah dengan mengalirkan udara kotor ke dalam alat yang
dibuat. Saat terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba, partikel akan jatuh
terkumpul ke bawah akibat gaya gravitasi.
e. Pengendap elektrostatik
Alat ini digunakan untuk membersihkan udara kotor dalam volume yang relatif besar,
dengan kandungan kotoran berupa aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan
udara dengan cepat dan hasilnya adalah udara yang relatif bersih.

3. Penanganan Limbah Padat


Limbah padat (sampah) dapat dipilah-pilah sebelum diproses lebih lanjut. Di negara maju,
sampah dikelompokkan menjadi lima, yaitu sampah organik, kertas, kaca (gelas), plastik,
dan logam. Sementara di negara berkembang, sampah hanya dikelompokkan menjadi
dua, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Untuk menangani limbah padat, dapat
dilakukan beberapa langkah berikut ini.
a. Penimbunan tanah (landfill)
Tumpukan sampah yang berasal dari rumah tangga dan industri dapat dimanfaatkan
untuk menimbun tanah yang agak rendah. Caranya adalah dengan meratakan dan
memadatkan sampah tersebut, kemudian menimbunnya dengan lapisan tanah
untuk mempercepat penguraian dan mengurangi bau yang ditimbulkan. Akan
tetapi, cara ini bisa membahayakan lingkungan jika air lindi (air rembesan sampah)
mencemari air tanah.

11
b. Penimbunan dengan tanah secara berlapis (sanitary landfill)
Penimbunan sampah dengan cara ini harus dilakukan secara terencana, serta
dilengkapi sistem pengaman agar tidak mencemari lingkungan. Cekungan untuk
pembuangan sampah dilapisi dinding yang kedap air. Selain itu, juga dipasang
pipa penyalur gas metana dan saluran drainase untuk air lindi yang dihasilkan dari
pembusukan sampah. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut.
1.) Tumpukan sampah dimasukkan ke dalam tempat yang sudah disiapkan.
2.) Setelah mencapai ketinggian tertentu, sampah dipadatkan dan ditutup
dengan lapisan tanah setebal 10–15% dari ketebalan sampah. Hal ini dilakukan
untuk mencegah berkembangnya vektor penyakit serta penyebaran debu dan
sampah ringan.
3.) Di atas lapisan tanah dihamparkan lagi sampah dan kemudian ditutup lagi
dengan tanah. Demikian seterusnya sampai lapisan tanah dan sampah
mencapai kapasitas maksimum.
4.) Langkah terakhir, lapisan teratas ditutup dengan tanah hingga ketinggian 60
cm atau lebih. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya polusi udara di
lingkungan sekitar.
c. Penghancuran (pulverisation)
Sampah dihancurkan dengan alat menjadi potongan-potongan yang lebih kecil.
Selanjutnya, sampah tersebut digunakan untuk menimbun tanah yang rendah.
d. Pembakaran (incineration)
Proses pembakaran sampah sebaiknya dilakukan di tempat yang jauh dari pemukiman
penduduk. Hal ini dikarenakan proses tersebut menghasilkan panas, abu, dan asap
yang dapat mengganggu kesehatan. Untuk sampah-sampah yang tidak bisa dibakar
dengan cara ini, misalnya kaleng, logam, kaca, atau besi, diperlukan alat pembakaran
khusus yang memiliki temperatur tinggi untuk menghancurkannya.
e. Pengomposan (composting)
Sampah organik seperti sisa sayuran, dedaunan, kulit buah, dan kotoran hewan
dapat diolah menjadi kompos.
f. Pemanfaatan untuk makanan ternak (hog feeding)
Sampah yang dapat digunakan untuk makanan ternak adalah ampas tahu, ampas
tapioka, atau sisa sayuran.

4. Penanganan Limbah B3
Limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) adalah bahan yang karena sifat, konsentrasi,
atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari atau

12
merusak lingkungan hidup. Limbah B3 juga dapat membahayakan kesehatan dan
kelangsungan hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya. Karakteristik yang dimiliki
oleh limbah B3 antara lain adalah mudah meledak, bersifat reaktif dan korosif, mudah
terbakar, mudah menyala, beracun, serta dapat menyebabkan infeksi. Limbah B3 dapat
berasal dari kegiatan industri, rumah sakit, pertanian, dan rumah tangga.
a. Limbah B3 dari kegiatan industri
Limbah dari kegiatan ini dapat berupa senyawa kimia yang terlepas ke lingkungan.
Proses ini dapat terjadi saat pengadaan, pengangkutan, penyimpanan, maupun
penggunaan bahan-bahan dalam industri. Contohnya adalah industri pupuk yang
menghasilkan limbah amonia.
b. Limbah B3 dari kegiatan rumah sakit
Banyak limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1.) Limbah radioaktif.
2.) Limbah farmasi, seperti obat-obatan kedaluwarsa.
3.) Limbah berupa benda-benda tajam, seperti gunting, jarum suntik bekas, atau
pisau yang terkontaminasi oleh kuman penyakit.
4.) Limbah patologis, seperti sisa-sisa jaringan, organ, plasenta, darah, dan cairan
tubuh.
5.) Limbah yang berpotensi menularkan penyakit.
c. Limbah B3 dari kegiatan pertanian berupa insektisida dan pupuk.
d. Limbah B3 dari kegiatan rumah tangga
Limbah B3 yang berasal dari rumah tangga dapat berupa sisa-sisa obat kedaluwarsa,
detergen, pemutih, sampo, baterai bekas, obat pembasmi tikus dan nyamuk, serta
kamper.
Limbah B3 harus ditangani secara khusus dan hati-hati daripada limbah non-B3.
Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisika, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak
berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah, limbah B3 masih memerlukan
metode pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadinya pencemaran.
Beberapa metode untuk menangani limbah B3 yang umum dilakukan adalah sebagai
berikut.
a. Metode pengolahan secara kimia, fisika, dan biologi
1.) Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisika yang umumnya dilakukan
adalah stabilisasi atau solidifikasi. Stabilisasi atau solidifikasi adalah proses
pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia suatu zat. Caranya adalah dengan
menambahkan bahan peningkat atau pereaksi tertentu untuk memperkecil

13
atau membatasi pelarutan, pergerakan, dan penyebaran daya racun limbah
sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi
atau solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.
2.) Proses pengolahan limbah B3 secara biologi dilakukan dengan bioremediasi
dan vitoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan
mikroorganisme lain untuk menguraikan limbah B3. Sementara vitoremediasi
adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi
bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam
mengatasi pencemaran oleh limbah B3. Selain itu, biayanya juga lebih murah
daripada dengan metode kimia atau fisika.
b. Metode pembuangan limbah B3
1.) Pembuatan sumur dalam atau sumur injeksi
Pembuangan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara memompa limbah
tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam. Lapisan batuan tersebut
terletak di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam.
2.) Pembuatan kolam penyimpanan
Limbah B3 juga dapat ditampung dalam kolam-kolam yang memang dibuat
untuk limbah B3. Kolam-kolam ini diberi lapisan pelindung yang dapat
mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan
terkosentrasi dan mengendap di dasar.
3.) Landfill untuk limbah B3 (secure landfill)
Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 ditempatkan dalam drum
atau tong-tong. Selanjutnya, limbah tersebut dikubur dalam landfill yang
didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landfill ini harus
dilengkapi peralatan monitoring yang lengkap agar kondisi limbah B3 selalu
terpantau.

D. Adaptasi dan Mitigasi terhadap Perubahan Lingkungan serta Pengelolaan Lingkungan


1. Adaptasi terhadap Perubahan Lingkungan
Adaptasi terhadap perubahan lingkungan merupakan penyesuaian diri terhadap
kondisi perubahan lingkungan yang terjadi. Kegiatan yang berhubungan dengan adaptasi
terhadap perubahan lingkungan adalah sebagai berikut.
a. Adaptasi terhadap bahaya tanah longsor, antara lain dengan merelokasi pemukiman,
membuat terasering pada lahan miring, serta memelihara dan merehabilitasi hutan
di daerah hulu.

14
b. Adaptasi terhadap kebakaran hutan, antara lain dengan melakukan pemadaman api,
mencegah penjalaran api ke area lain, serta menggunakan masker penutup hidung.
c. Adaptasi terhadap musim kemarau yang panjang, antara lain dengan melakukan
gerakan hemat air, menggunakan air bekas yang tidak mengandung detergen untuk
menyiram tanaman, atau memperdalam sumur untuk mendapatkan air.
d. Adaptasi terhadap naiknya permukaan air laut, antara lain dengan merelokasi
pemukiman penduduk agar jauh dari pinggir pantai, membangun sistem pemecah
ombak, serta memelihara hutan bakau.
e. Adaptasi terhadap banjir, antara lain adalah dengan membuat biopori, membersihkan
selokan, serta memelihara rumah pompa dan saluran drainase.

2. Mitigasi terhadap Perubahan Lingkungan


Mitigasi terhadap perubahan lingkungan merupakan rangkaian upaya untuk
menanggulangi, mengurangi, dan memperkecil risiko/dampak perubahan lingkungan,
serta memulihkan kondisi lingkungan yang telah berubah. Kegiatan yang berhubungan
dengan mitigasi terhadap perubahan lingkungan adalah sebagai berikut.
a. Sektor pendidikan, antara lain memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada
pelajar tentang pelestarian lingkungan hidup, serta mengadakan kampanye dan
gerakan peduli lingkungan.
b. Sektor pertanian, antara lain menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk, menanam
tanaman bervarietas unggul, serta mengurangi pemakaian pestisida dan pupuk
buatan.
c. Sektor pengelolaan sampah, antara lain mengurangi pemakaian kantong plastik,
melakukan pemilahan sampah untuk didaur ulang, serta mengurangi jumlah sampah.
d. Sektor transportasi, antara lain mengembangkan kebiasaan berjalan kaki atau
bersepeda untuk menempuh jarak yang dekat, serta mengurangi penggunaan
mobil pribadi.
e. Sektor kehutanan, antara lain mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan, serta
melakukan reboisasi di kawasan penyangga.
f. Sektor energi, antara lain menghemat pemakaian energi yang tidak terbarukan, serta
memanfaatkan energi yang terbarukan seperti panas bumi, angin, surya, mikrohidro,
dan biomassa.
g. Sektor tata kota, antara lain memperbaiki saluran-saluran air, melakukan penghijauan,
serta memperluas area resapan air.

15
3. Pengelolaan Lingkungan
Lingkungan yang merupakan tempat hidup berbagai makhluk hidup harus dijaga
agar tidak mengalami kerusakan. Berikut ini adalah berbagai upaya untuk mengelola
lingkungan.
a. Usaha-usaha untuk mencegah kerusakan hutan
Usaha-usaha untuk mencegah kerusakan hutan adalah sebagai berikut.
1.) Adanya keseriusan pemerintah dalam pemberian izin-izin baru pengusahaan
hutan, pemanfaatan kayu maupun perkebunan, serta adanya penegakan
hukum terhadap pelaku ekspor kayu bulat dan bahan baku serpih.
2.) Adanya sistem tebang pilih, yaitu seleksi terhadap pohon-pohon yang akan
ditebang dan penanaman pohon-pohon pengganti agar hutan tidak rusak.
3.) Pemberantasan illegal logging (penebangan hutan secara liar) dan
diberlakukannya rehabilitasi hutan melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan
dan Lahan (GNRHL).
4.) Melakukan gerakan reboisasi atau penghijauan di lahan-lahan yang rusak atau
hutan-hutan yang gundul.
b. Usaha-usaha untuk mencegah pencemaran lingkungan
1.) Pencemaran air
Usaha-usaha untuk mencegah pencemaran air adalah sebagai berikut.
• Membuat tangki resapan air untuk menampung limbah rumah tangga.
• Membuat instalasi pengolah limbah bagi industri.
• Memilih sabun, sampo, dan detergen yang berbahan ramah lingkungan.
2.) Pencemaran tanah
Usaha-usaha untuk mencegah pencemaran tanah adalah sebagai berikut.
• Melakukan bioremediasi, yaitu membersihkan tanah yang tercemar
dengan menggunakan mikroorganisme.
• Menerapkan prinsip 5R terhadap sampah-sampah padat, yaitu reduce
(mengurangi penggunaannya), reuse (menggunakan kembali), recycle
(mendaur ulang), replace (mengganti), dan repair (merawat). Contoh dari
prinsip 5R tersebut adalah sebagai berikut.
o Reduce: mengurangi penggunaan kantong plastik.
o Reuse: menggunakan kembali barang yang sama dan masih bisa
digunakan. Kantong plastik bisa digunakan lebih dari satu kali.
o Recycle: botol plastik dapat dipakai untuk pot atau kerajinan bunga,
atau dilebur untuk dijadikan barang yang lain.

16
o Replace: penggunaan tisu diganti dengan sapu tangan.
o Repair: merawat perabotan yang ada di rumah, sehingga tidak cepat
rusak dan tidak cepat membeli kembali.
• Mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh industri terutama yang
mengandung zat-zat kimia.
3.) Pencemaran udara
Usaha-usaha untuk mencegah pencemaran udara adalah sebagai berikut.
• Mengajak masyarakat untuk melakukan gerakan penghijauan.
• Melakukan gerakan reboisasi untuk menetralkan pencemaran udara.
• Memperluas areal terbuka hijau di perkotaan.
4.) Pencemaran suara
Usaha-usaha untuk mencegah pencemaran suara adalah sebagai berikut.
• Membangun dinding kedap suara di rumah-rumah atau di gedung-
gedung perkantoran.
• Menjauhkan atau memisahkan bangunan pabrik dari permukiman
penduduk.

17

Anda mungkin juga menyukai