Keterampilan Klinis Terkait
Keterampilan Klinis Terkait
Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan
1. Melakukan inspeksi dan palpasi aurikula, posisi telinga dan mastoid.
2. Melakukan pemeriksaan meatus auditorius eksternus (MAE) dengan
otoskop.
3. Melakukan pemeriksaan membran timpani dengan otoskop.
4. Menggunakan lampu kepala.
Alat pemeriksaan
1. Otoskop
2. Lampu kepala
3. Garpu tala 512 Hz
Teknik Pemeriksaan
1. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
2. Mencuci tangan sebelum melakukan prosedur pemeriksaan.
3. Lakukan inspeksi dan palpasi aurikula:
a. Pasien dipersilahkan duduk di kursi periksa.
b. Pemeriksa duduk di samping pasien dengan posisi mata pemeriksa
setinggi telinga pasien yang akan diperiksa.
c. Pemeriksa menggunakan lampu kepala. Pemeriksaan telinga dilakukan
satu per satu, dimulai dari telinga kanan.
d. Arahkan lampu kepala ke arah telinga yang akan diperiksa.
e. Lakukan pemeriksaan dimulai dari preaurikula, aurikula dan
retroaurikula.
f. Pada preaurikula lakukan inspeksi adanya kelainan kongenital, tanda-
tanda inflamasi atau kelainan patologis lain.
g. Lalu lakukan palpasi untuk menilai adakah nyeri tekan tragus atau
benjolan di depan tragus yang berhubungan dengan kelainan
kongenital.
h. Aurikula yang normal diliputi oleh kulit yang halus, tanpa adanya
kemerahan atau bengkak.
i. Bila didapatkan kelainan seperti diatas, pemeriksa mempalpasi daerah
kemerahan tersebut dengan punggung jari tangan untuk menilai
apakah area tersebut lebih hangat dibandingkan dengan kulit
sekitarnya.
j. Bila terdapat bengkak, maka pemeriksa menggunakan jempol dan
telunjuknya untuk menilai konsistensi dan batas benjolan. Saat
melakukan pemeriksaan ini, amati wajah pasien untuk menilai adanya
nyeri.
k. Bila didapatkan anting atau pearcing di aurikula atau MAE, palpasi
juga area tersebut.
l. Pemeriksa kemudian menginspeksi MAE. Normalnya bersih atau
mungkin didapatkan sedikit serumen berwarna kuning kecoklatan di
tepi MAE. Nilai pula adakah cairan atau pus yang keluar dari MAE.
m. Pemeriksa kemudian menekan tragus dan tanyakan kepada pasien
apakah terdapat nyeri.
n. Pegang puncak aurikula pasien dengan jempol dan jari telunjuk dan
tarik ke arah postero superior agar pars kartilago MAE dan pars oseus
MAE berada dalam satu garis lurus.
o. Nilai MAE. Normalnya terdapat sedikit rambut dan kadang serumen
kuning kecoklatan. Perhatikan bila ditemukan pembengkakan,
kemerahan, atau terdapat lapisan selain serumen pada MAE.
p. Tidak seperti pada pasien dewasa, pada anak, daun telinga ditarik ke
arah anteroinferior untuk melihat MAE karena adanya perbedaan
anatomi.
Referensi
1. Bickley. Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking. 8th
Edition. 2002-08.
2. Duijnhoven, Belle. Skills in Medicine: The Pulmonary Examination. 2009.
3. Douglas G, Nicol S, Robertson C. Macleod’s clinical examination. 13th ed.
Edinburg: Elsevier, 2013.
Tingkat keterampilan : 4A
Tujuan: Melakukan pemeriksaan:
1. Tes suara
2. Rinne
3. Weber
4. Swabach
Tes Suara:
a. Pemeriksaan dilakukan pada salah satu telinga secara bergantian dimulai
dari telinga kanan. Pasien diminta menutup telinga kirinya dengan tangan.
b. Gesekkan jari-jari pemeriksa di depan telinga pasien yang tidak ditutup
dengan cepat dan lembut. Tanyakan apakah pasien mendengar suara
tangan pemeriksa. Bandingkan kanan dan kiri.
c. Kemudian pemeriksa mengambil posisi di sisi pasien dengan jarak 1 meter
dari telinga pasien.
d. Pemeriksa mengucapkan kata-kata di depan telinga pasien yang tidak
ditutup, ketinggian mulut pemeriksa sejajar dengan telinga pasien.
Pastikan pasien tidak melihat gerakan bibir pemeriksa. Pilih kata yang
terdiri dari dua suku kata yang dikenal pasien, seperti "bola" atau "meja"
dan dapat diulang sampai 3 atau 4 kali.
e. Jika perlu, tingkatkan intensitas suara pemeriksa menjadi suara bisik,
suara biasa, suara keras, berteriak dan berteriak di depan aurikula
(penilaian semi kuantitatif)
f. Minta pasien mengulang kata yang disebutkan pemeriksa. Nilai apakah
jawaban pasien benar.
g. Lakukan prosedur yang sama untuk telinga yang lain.
Pemeriksaan Rinne:
a. Pemeriksa memegang garpu tala pada bagian pangkal (column handle).
b. Getarkan garpu tala (512 Hz) dan letakkan dasarnya di prosesus
mastoideus pasien.
c. Minta pasien memberi tanda (misal dengan mengangkat tangan) bila ia
sudah tidak lagi mendengar suara garpu tala.
d. Kemudian segera pindahkan garpu tala sehingga ujung garpu tala berada
di depan kanalis auditorius (tidak bersentuhan).
e. Tanyakan apakah pasien mendengar suara garpu tala.
f. Pemeriksa juga dapat memulai pemeriksaan ini dari lubang telinga
kemudian ke prosesus mastoideus.
g. Lakukan prosedur yang sama pada telinga lainnya.
h. Tes Rinne dikatakan abnormal bila konduksi tulang lebih baik dari
konduksi udara.
Pemeriksaan Webber:
a. Pemeriksa memegang garpu tala pada bagian pangkal (column handle).
b. Getarkan garpu tala (512 Hz) dan letakkan di tengah kening atau puncak
kepala pasien dengan perlahan.
c. Minta pasien menyebutkan dimana ia lebih baik mendengar suara (kanan
atau kiri).
Pemeriksaan Swabach:
a. Pemeriksa memegang garpu tala pada bagian pangkal (column handle).
b. Getarkan garpu tala (512 Hz) dan letakkan dasarnya pada prosesus
mastoideus pasien.
c. Minta pasien memberi tanda (misal dengan mengangkat tangan) bila ia
sudah tidak lagi mendengar suara garpu tala.
d. Pindahkan dasar garpu tala ke prosesus mastoideus pemeriksa. Bila
pemeriksa masih dapat mendengar suara, maka test Swabach abnormal.
Pemeriksaan Weber:
1. Tujuan pemeriksaan Weber adalah membandingkan hantaran tulang (bone
conduction) pada telinga kiri dan kanan.
2. Apabila pendengaran pasien baik, maka pada pemeriksaan ini tidak
ditemukan lateralisasi dimana pasien tidak dapat menentukan di mana ia
lebih baik mendengar suara (kanan atau kiri).
3. Pada pasien dengan tuli sensorineural, maka pasien mendengar lebih keras
pada telinga yang sehat (lateralisasi ke telinga yang sehat).
4. Pada pasien dengan tuli konduktif, maka pasien mendengar lebih keras
pada telinga yang mengalami kelainan (lateralisasi ke telinga yang sakit).
Pemeriksaan Swabach:
Tujuan pemeriksaan ini adalah membandingkan hantaran udara telinga
pasien dengan telinga normal (telinga pemeriksa= normal).
Referensi
1. Bickley, LS. Szilagyi PG: Bates’ Guide to Physical Examination and History
Taking, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins, China, 2009. P 265 –
266.
2. Douglas G, Nicol S, Robertson C. Macleod’s clinical examination. 13th ed.
Edinburg: Elsevier, 2013.
Tingkat keterampilan: 4A
Tujuan pemeriksaan: Melakukan pemeriksaan pendengaran pada anak
Alat dan Bahan
1. Otoskop
2. Bel atau alat penghasil suara
Teknik pemeriksaan
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Menjelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang
dilakukan.
3. Cuci tangan sebelum melakukan prosedur pemeriksaan.
4. Posisikan anak pada meja periksa atau kursi periksa.
Terdapat dua macam posisi yang sering digunakan: anak dibaringkan atau
dipangku oleh orang tua.
- Apabila anak dibaringkan dengan posisi terlentang, minta orang tua untuk
memegang kedua lengan anak baik direntangkan maupun diapit dekat
dengan tubuh untuk memfiksasi posisi anak. Pemeriksa dapat memegang
kepala dan menarik tragus dengan satu tangan dan tangan lain memegang
otoskop.
- Apabila anak berada di pangkuan orang tua, posisikan kedua tungkai
anak diantara tungkai orang tua. Orang tua dapat membantu memegangi
anak dengan cara memeluknya menggunakan salah satu tangan dan
tangan yang lain memegangi kepala anak.
Perinatal
- Prematuritas
- BBLR (< 2500 gram)
- Hiperbilirubinemia berat
- Asfiksia (lahir tidak menangis)
Postnatal
- Infeksi bakteri atau virus seperti rubela, campak, parotis
- Infeksi otak (meningitis dan ensefalitis)
- Perdarahan telinga tengah
- Trauma temporal
Referensi
Bickley, LS. Szilagyi PG: Bates’ Guide to Physical Examination and History
Taking, 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins, China, 2009. P 676-680.
Tingkat keterampilan: 4A
Tujuan: menilai kondisi bibir, mulut, lidah, gigi, gusi, palatum, mukosa pipi,
dan tonsil
Alat dan Bahan
1. Sarung tangan
2. Spatula
3. Kaca mulut
4. Kain kasa
Teknik Pemeriksaan
1. Minta pasien duduk dengan nyaman di kursi periksa.
2. Jelaskan kepada pasien prosedur dan tujuan pemeriksaan.
3. Lakukan cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
4. Jika pasien menggunakan gigi palsu, minta pasien untuk melepasnya
terlebih dahulu.
5. Lakukan inspeksi pada bibir, perhatikan warna, kelembaban, apakah
simetris, terdapat deformitas, luka atau penebalan.
6. Lakukan inspeksi pada mukosa oral dan gusi dengan pencahayaan yang
cukup dan spatula lidah. Perhatikan warna, ulserasi, bercak, dan nodul.
Jika pada inspeksi ditemukan adanya benjolan, perhatikan apakah
benjolan tunggal atau multipel, kemudianlakukan palpasi, perhatikan
ukuran, konsistensi, permukaan, mobilitas, batas dan nyeri tekan.
7. Lakukan inspeksi pada gigi, perhatikan apakah ada gigi yang tanggal,
warna gigi, disposisi, atau ada gigi yang patah. Gunakan kaca mulut
untuk melihat gigi belakang atau atas.
8. Minta pasien untuk menjulurkan lidah. Lakukan inspeksi pada lidah,
perhatikan warna dan tekstur lidah, apakah terdapat nodul, ulserasi,
atau lesi lainnya. Kemudian pegang lidah pasien menggunakan tangan
kanan, lakukan palpasi, perhatikan apakah terdapat indurasi atau
penebalan.
9. Minta pasien membuka mulut dengan lidah tidak terjulur. Kemudian
minta pasien untuk mengatakan ‘ahh’, perhatikan faring, uvula, dan
tonsil. Perhatikan perubahan warna dan apakah terdapat eksudat,
ulserasi, bengkak, atau pembesaran tonsil.
10. Pemeriksaan selesai, lepaskan sarung tangan dan lakukan cuci tangan.
Referensi
Bickley, LS & Szilagyi PG 2009, Bates’ Guide to Physical Examination and
History Taking, 10th edn, Lippincott Williams & Wilkins, China, hh. 160-162.
Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: Menilai kelenjar limfe
Alat dan bahan: -
Teknik Pemeriksaan
Referensi
Bickley, LS. Szilagyi PG: Bates’ Guide to Physical Examination and History
Taking, 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins, China, 2009, p 481-483