Anda di halaman 1dari 15

jenis koagulan dan flokulan

Koagulasi
Penambahan bahan kimia (koagulan) pada proses koagulasi dengan pengadukan cepat,
memberikan kesempatan kepada koagulan untuk membentuk inti flok yang berasal dari partikel
koloid yang ada dalam contoh air.

Faktor–faktor yang mempengaruhi koagulasi :

(1) Pemilihan bahan kimia

Pemilihan koagulan dan koagulan pembantu, merupakan suatu program lanjutan dari percobaan
dan evaluasi yang biasanya menggunakan Jar test. Seorang operator dalam pengetesan untuk
memilih bahan kimia, biasanya dilakukan di laboratorium. Untuk melaksanakan pemilihan bahan
kimia, perlu pemeriksaan terhadap karakteristik air baku yang akan diolah yaitu :

• Suhu
• pH
• Alkalinitas
• Kekeruhan
• Warna

(2) Penentuan dosis optimum koagulan

Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus ditentukan. Dosis
optimum mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan seluruh komposisi kimiawi di
dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu
dimana terjadi perubahan kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan
dosis optimum berulang-ulang.

(3) Penentuan pH optimum

Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air, disebabkan oleh reaksi
hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan di atas. Koagulasi optimum
bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai pH tertentu (pH optimum), dimana pH optimum
harus ditetapkan dengan jar-test.

Jenis Koagulan Dan Koagulan Aid

Koagulan merupakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk membantu proses pengendapan
partikel – partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya ( secara grafitasi ).
Kekeruhan dan warna dapat dihilangkan melalui penambahan koagulan atau sejenis bahan –
bahan kimia antara lain.

Jenis-jenis koagulan:

 Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)

Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar
karbonat. Tawas berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol,
tidak mudah terbakar, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan. Penggunaan tawas
memiliki keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal luas oleh operator water
treatment. Namun Ada juga kerugiannya, yaitu umumnya dipasok dalam bentuk padatan
sehingga perlu waktu yang lama untuk proses pelarutan.

Al2(SO4)3 → 2 Al+3 + 3SO4-2

Air akan mengalami

H2O → H+ + OH-

Selanjutnya

2 Al+3 + 6 OH- → 2 Al (OH)3

Selain itu akan dihasilkan asam

3SO4-2 + 6 H+ → 3H2SO4

 Sodium aluminate ( NaAlO2 )

Digunakan dalam kondisi khusus karena harganya yang relatif mahal. Biasanya digunakan
sebagai koagulan sekunder untuk menghilangkan warna dan dalam proses pelunakan air dengan
lime soda ash.

 Ferrous sulfate ( FeSO4.7H2O )

Dikenal sebagai Copperas, bentuk umumnya adalah granular. Ferrous Sulfate dan lime sangat
efektif untuk proses penjernihan air dengan pH tinggi (pH > 10).

 Chlorinated copperas

Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi Ferrous Sulfate. Keuntungan


penggunaan koagulan ini adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8 hingga 11.

 Ferrie sulfate ( Fe2(SO4)3)


Mampu untuk menghilangkan warna pada pH rendah dan tinggi serta dapat menghilangkan Fe
dan Mn.

 Ferrie chloride ( FeCl3.6H2O)

Dalam pengolahan air penggunaannya terbatas karena bersifat korosif dan tidak tahan untuk
penyimpanan yang terlalu lama.

Jenis Koagulan Aid

Kesulitan pada saat proses koagulasi kadang-kadang terjadi karena lamanya waktu pengendapan
dan flok yang terbentuk lunak sehingga akan mempersulit proses pemisahan. Koagulan Aid
menguntungkan proses koagulasi dengan mempersingkat waktu pengendapan dan memperkeras
flok yang terbentuk. Jadi difinisi koagulan aids adalah koagulan sekunder yang ditambahkan
setelah koagulan primer atau utama bertujuan untuk mempercepat pengendapan, pembentukan
dan pengerasan flok.

Jenis koagulan aid diantaranya:

 PAC ( poly alumunium chloride )

Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan pengembangan teknologi air
sebagai dasarnya adalah alumunium yang berhubungan dengan unsur lain membentuk unit
berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang, pada PAC unit berulangnya
adalah Al-OH.

Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m

Dimana : n = 2 2,7 <> 0

Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan menjembatani partikel-


partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung efisien. Namun terdapat kendala dalam
menggunakan PAC sebagai koagulan aids yaitu perlu pengarahan dalam pemakaiannya karena
bersifat higroskopis.

 Karbon aktif

Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori
yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi. Pori-pori arang biasanya diisi oleh
hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya yang terdiri dari persenyawaan kimia yang ditambahkan
akan meresap dalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen
kimia sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar.

Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara arang dengan zat
atau ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif akan diserap lebih efektif oleh arang
aktif dalam larutan yang bersifat basa. Jumlah karbon aktif yang digunakan untuk menyerap
warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang diserap.

 Activated silica

Merupakan sodium silicate yang telah direaksikan dengan sulfuric acid, alumunium sulfate,
carbon dioxide, atau klorida. Sebagai koagulan aid, activated silica memberikan keuntungan
antara lain meningkatkan laju reaksi kimia, menurunkan dosis koagulan, memperluas jangkauan
pH optimum dan mempercepat serta memperkeras flok yang terbentuk. Umumnya digunakan
dengan koagulan alumunium dengan dosis 7 – 11% dari dosis alum.

 Bentonic clay

Digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi, kekeruhan rendah dan
mineral yang rendah.

Flokulasi

Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi


menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi.
Dengan kata lain proses flokulasi adalah proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau
mikroflok) menjadi flok dengan ukuran yang lebih besar (makroflok).

Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
seperti misalnya :
1. Waktu flokulasi,
2. Jumlah energi yang diberikan
3. Jumlah koagulan
4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)

Jenis Flokulan dalam proses flokulasi:

a. Kopolimer dari akrilamida dan N,N−dimetil amino propilen akrilat

Sifat muatan elektrostatik : Ionik

Sifat : Kopolimer yang linier dan kationik kepadatan muatanelektrostatik tergantung dari status
kopolomerisasi (n/m + n) dan pH,membentuk jarak yang sensitif terhadap hidrolisab.

b. Poli (Natriumakrilat)

Sifat muatan elektrostatik : Anionik


Sifat : Polimeryang paling penting anionik dan segmen linierdalam kopolimer dengan akril
amida dan anionikc.

c. Poli akrilamida

Sifat muatan elektrostatik : Nonionogen

Sifat : Molekul yang sangat panjang dan linier yang dikenalsebagai flokulan pembantu yang
ionogen.

Zat polimer itu sangat cocok berdasarkan struktur kimia untuk membantudalam proses flokulasi
dan untuk mempengaruhi sifat flok.Pembubuhan Koagulan/flokulan pembantu dilakukan setelah
pembubuhankoagulan.

Hubungan Jar Test dengan Unit Operasi dan Proses

Secara garis besar, mekanisme koagulasi dan flokulasi adalah :


1. Destabilisasi muatan negatip partikel oleh muatan positip dari koagulan
2. Tumbukan antar partikel
3. Adsorpsi

Contoh bahan kimia untuk pengolahan:


Koagulan (TawasAl/Fe, Al2(SO4)3, Poly Ammonium Chloride)
Flokulan (Kation Polimer Elektrolit dan Anion Polimer Elektrolit)

Mekanisme kerja dari penambahan koagulan dan atau Flokulan

Prinsip pengerjaannya merupakan proses destabilisasi partikel koloid (mentidakstabilkan partikel


koloid). Partikel-partikel koloid yang berukuran sangat kecil memiliki muatan negatif, interaksi
antar partikel saling tolak-menolak karena memiliki muatan yang sama sehingga partikel koloid
menyebar. Dengan penambahan Koagulan (misal tawas Al), maka ion Al yang berukuran lebih
besar dari ukuran partikel koloid dan memiliki muatan positif akan mengikat partikel-partikel
koloid sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar. Penambahan Flokulan bertujuan untuk
mengikat gumpalan-gumpalan yang terbentuk akibat penambahan Koagulan (inti flok) sehingga
gumpalan yang terbentuk lebih besar lagi dan dapat disaring. Penambahan Flokulan dan atau
Flokulan harus sesuai dengan dosis, apabila kurang maka penggumpalan partikel koloid tidak
sempurna, sedangkan apabila ditambahkan berlebih akibatnya akan menambah kekeruhan pada
air. Sehingga ada metode yang biasa digunakan untuk menentukan takaran atau dosis dari
penggunaan Koagulan atau Flokulan yaitu dengan metode Jartest.
Polimer biasanya merupakan jenis koagulan/flokulan pembantu yang banyak digunakan.

Flokulan polimer adalah zat yang bisa terlarut dalam air dengan berat molekul relatif (Mr)
antara 1000 – 5.000.000 gr/mol dalam proses komersil sering kali sampai 1.000.000 gr/mol
yang berbentuk pola kecil dinamik dengan ukuran beberapa ratus nanometer.

Jika mekanisme flokulasi didominasi oleh jembatan polimer, efisiensi flokulasi biasa akan
bertambah dengan penambahan berat molekul. Pemanfaatan senyawa molekular yang sangat
besar akan menaikkan berat molekul dan akan menurunkan sifat pelarutan.

Bahan kimia polimer sering dipakai sebagai koagulan/flokulan pembantu dalam proses
flokulasi di IPA, polimer berfungsi membantu membentuk makroflok yang akan menahan
abrasi setelah terjadi destabilisasi dan pembentukan mikroflok disebabkan oleh koagulan.

Adsorpsi koagulan pembantu pada mikroflok penting, supaya makroflok dapat terbentuk. Hal
ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik batas permukaan antara molekul dan hal ini sangat
tergantung pada komposisi air. Sesuai dengan muatan elektrostatik dalam larutan air,
koagulan/flokulan pembantu dikelompokkan menjadi “non ionogen, anion aktif dan kation aktif
“.

Selain itu juga bisa dikelompokkan dari komposisi kimiawi terutama dari densitas muatan
elektrostatik permukaan atas (status modifikasi ko-polimer, lihat struktur formula a) dan berat
molekul (molekular medium, tinggi dan sangat tinggi).

Pada masa yang lalu, koagulan pembantu berasal dari proses alami misalnya lumpur dan gel,
sekarang ini hanya ada beberapa struktur dasar monomer untuk koagulan/flokulan pembantu,
kelompok/grup yang paling penting berasal dari polimerisasi akrilamida.

III.3.1 Poli Akrilamida

Poliakril amida adalah polimer dari akril amida. Definisi ini juga mencakup ko-polimer dari
akrilamida atau asam akrilat (acryl acid), sejauh perbandingan akril amida lebih besar dari
asam akrilat. Poliakril amida adalah koagulan/ flokulan pembantu sintetik.

Ada perbedaan diantara beberapa macam poli akril amida yaitu dalam ukuran molekul (berat
molekul relatif) maupun sifat/karakter daya elektrik di permukaan atau kerapatan muatan
elektrik diatas permukaan.
Poliakril amida merupakan ion ionogen, ada kelompok amida (lihat struktur formula) yang
mempunyai fungsi hidrofil. Dengan derifatisasi misalnya kopolimerisasi bisa didapat senyawa
anion aktif maupun kation aktif dengan batas muatan elektrostatik yang berbeda. Aktifitas
kationik didapat dari penguraian Nitrogen sebagai gugus amino basa (gugus primer, sekunder,
tersier, lihat struktur formula) atau gugus amino transier.

Aktifitas anionik seringkali berdasarkan gugus karboksilat (lihat struktur formula). Untuk
proses air minum kelompok koagulan/flokulan pembantu harus diperhatikan dengan khusus,
yaitu yang mempunyai konsentrasi monomer yang sangat kecil supaya dengan dosis yang
seringkali digunakan pada sistem pengolahan air, tidak ada konsentrasi monomer yang
berbahaya terhadap kesehatan.

Tabel III.3.1. Koagulan/Flokulan Pembantu


Koagulan/Flokulan Pembantu
a. Kopolimer dari akrilamida dan N,N−dimetil amino propilen akrilat
Sifat muatan elektrostatik : Ionik
Sifat : Kopolimer yang linier dan kationik kepadatan muatan elektrostatik tergantung dari
status kopolomerisasi (n/m + n) dan pH, membentuk jarak yang sensitif terhadap hidrolisa
Koagulan/Flokulan Pembantu
b. Poli (Natriumakrilat)
Sifat muatan elektrostatik : Anionik
Sifat : Polimer yang paling penting anionik dan segmen linier dalam kopolimer dengan akril
amida dan anionik
Koagulan/Flokulan Pembantu
c. Poli akrilamida
Sifat muatan elektrostatik : Non ionogen
Sifat : Molekul yang sangat panjang dan linier yang dikenal sebagai flokulan pembantu yang
ionogen.
Zat polimer itu sangat cocok berdasarkan struktur kimia untuk membantu dalam proses
flokulasi dan untuk mempengaruhi sifat flok.

Pembubuhan Koagulan/flokulan pembantu dilakukan setelah pembubuhan koagulan.

III.3.2 Produk dari Lumpur

Produk dari lumpur yang dimaksud adalah semua produk yang diproduksi dari lumpur alami,
dan bersifat sebagai ion.

III.4 Zat Kimia Pendukung


Bahan kimia pendukung lainnya yang dimaksud adalah zat kimia yang digunakan untuk
membantu berlangsungnya proses koagulasi-flokulasi. Zat ini biasanya ditambahkan sebelum
proses koagulasi dilakukan. Zat ini ditambahkan dan berfungsi :

- Untuk penetapan pH

- Sebagai zat pemberat

- Sebagai Oksidator

- Sebagai adsorben

- Elektrolit

III.4.1 Untuk penetapan pH

Penetapan pH yang dimaksud adalah penetapan pH optimum untuk koagulasi, ditetapkan


untuk memenuhi persyaratan pH berada pada jangkauan yang disyaratkan untuk setiap jenis
koagulan yang digunakan.

Zat kimia yang digunakan untuk penetapan pH pada pengolahan air adalah :

- Kapur : CaO, Ca(OH)2Untuk menaikan pH

- Soda abu (Sodium bikarbonat) : Na2CO3

- Soda api (Sodium hidroksida) : NaOH

- Asam sulfat : H2SO4 , CO2Untuk menurunkan pH

III.4.2 Sebagai zat Pemberat ( Weighing agent)

Biasa digunakan pada pengolahan air dimana kekeruhan air relatip rendah juga pada
pengolahan air berwarna. Zat ini ditambahkan untuk meningkatkan efisiensi proses koagulasi –
flokulasi. Dengan adanya partikel-partikel suspensi yang ditambahkan, akan terjadi tumbukan
antar partikel, sehingga terjadi aglomerasi antar partikel. Disamping tumbukan antar partikel
zat ini juga dapat meningkatkan daya adsorpsi partikel/flok terdestabilisasi.

Zat pemberat (weighing agent) digunakan untuk menambah partikel – partikel untuk tumbukan
pada pembentukan/pertumbuhan flok (membantu proses flokulasi). Zat ini biasanya digunakan
untuk mengolah air berwarna alami, karena sifat air yang relatif jernih, jadi dengan kata lain zat
ini ditambahkan untuk menaikkan kekeruhan air. Flok yang diproduksi dari air berwarna tinggi
dengan menggunakan koagulan garam besi atau alumunium, ternyata terlalu ringan untuk siap
diendapkan. Penambahan zat pemberat, yang mempunyai specific gravity (berat jenis) relatif
besar, menghasilkan aksi pemberatan, dan flok mengendap dengan cepat.

Bahan/zat pemberat yang biasa digunakan adalah :

- pada prakteknya, diketahui bahwa banyaknya tanah liat antara 10 – 50 mg/l dapat
menghasilkan flok yang baik dan cepat mengendap, berpegnaruh pada perbaikan penghilangan
warna, dan memperbesar jangkauan pH yang diinginkan untuk koagulasi. Dosis yang tepat yang
diberikan pada air harus ditentukan dengan ujicoba yang tepat (jar test).Tanah liat (clay)

- biasanya digunakan lumpur sungai, atau tanah dari pinggir sungai dimana air baku diambil (
sungai sebagai sumber air baku ).Lumpur/tanah

- Bentonit sering digunakan dalam pengolahan air yang mengandung warna tinggi dan
kekeruhan rendah.

- selain sebagai adsoeben juga bertindak sebagai zat pemberat, jadi pemakaian karbon aktif
bubuk mempunyai dua fungsi, yaitu penyerap warna dan sebagai pemberat. Karbon aktif
disamping sebagai adsorben juga dapat dianggap sebagai zat pemberat. Zat ini digunakan pada
pengolahan air berwarna disamping untuk mengadsorpsi warna juga dapat menambah partikel-
partikel suspensi untuk tumbukan antar partikel.Karbon aktif

III.4.3 Sebagai Oksidan

Dalam hal ini oksidan diperlukan pada air baku sebelum diolah dengan tujuan mengoksidasi
senyawa-senyawa yang mengganggu kelangsungan proses koagulasi – flokulasi, seperti zat
organik (senyawa pembentuk warna alami/zat humus), besi dan mangan terlarut dan lain-lain.
Senyawa-senyawa tersebut harus dikonversikan menjadi bentuk yang tidak mengganggu
terhadap koagulasi/flokulasi.

Zat sebagai Oksidator yang biasa digunakan pada pengolahan air adalah :

- untuk mengoksidasi besi, mangan, zat organik, tetapi dalam kasus zat organik alami
pemakaian klor/senyawa klor harus dibatasiKlor / Senyawa klor dengan pertimbangan pada
pembentukan THMs (Tri halo metan) yang bersifat karsinogenik.
- digunakan untuk kasus yang sama dengan penggunaan klor/senyawa klor, hanya pemakaian
O3 relatif aman bila dibandingkan dengan pemakaian klor/senyawa klor.Ozon (O3)

III.4.4 Sebagai Adsorben (Penyerap)

Karbon aktif zat yang paling banyak digunakan sebagai adsorben, terutama dalam kasus
penghilangan zat organik yang terkandung dalam air baku, dimana zat organik ini akan
mengganggu proses koagulasi, karena dapat mengurangi efisiensi kerja koagulan. Zat ini biasa
ditambahkan pada air baku sebelum proses koagulasi dengan waktu kontak yang cukup antara
air dengan karbon aktip.

Disamping sebagai penghilang zat organik, karbon aktif juga dapat menghilangkan warna
dengan cara adsorpsi.

Disamping karbon aktif, zat lain sebagai adsorben seperti yang tergolong sebagai zat pemberat.

III.4.5 Elektrolit

Jika ada koloid dengan muatan permukaan yang sama dan zat suspensi ditambah dengan
elektrolit (anion atau kation) dari garam yang terdisosiasi/terurai (larutan koagulan),
kemungkinan akan terjadi akselerasi masing-masing partikel.

Efek itu disebut “indeferen” (tidak spesifik), karena elektrolit hanya menyediakan ion dengan
muatan yang berlawanan atau ion dengan muatan yang sama. Jika ada ion dengan muatan yang
berlawanan, akan mengakibatkan terjadi gaya tolak menolak antar partikel (double layer
compression).

Elektrolit dengan muatan berlawanan ditambahkan ke dalam suspensi, dapat berpengaruh


langsung terhadap muatan dibatas kelompok partikel, jika terjadi adsorpsi partikel langsung di
permukaan, akan terjadi penurunan muatan listrik atau netralisasi muatan listrik. Jika hal ini
terjadi, disebut sebagai ion bermuatan berlawanan yang ditentukan oleh potensial muatannya
dan koagulasi dengan mekanisme tersebut, disebut “koagulasi adsorpsi”.
jenis koagulan dan flokulan
jenis koagulan dan flokulan

Koagulasi
Penambahan bahan kimia (koagulan) pada proses koagulasi dengan pengadukan cepat, memberikan
kesempatan kepada koagulan untuk membentuk inti flok yang berasal dari partikel koloid yang ada
dalam contoh air.

Faktor–faktor yang mempengaruhi koagulasi :

(1) Pemilihan bahan kimia

Pemilihan koagulan dan koagulan pembantu, merupakan suatu program lanjutan dari percobaan dan
evaluasi yang biasanya menggunakan Jar test. Seorang operator dalam pengetesan untuk memilih
bahan kimia, biasanya dilakukan di laboratorium. Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu
pemeriksaan terhadap karakteristik air baku yang akan diolah yaitu :

• Suhu
• pH
• Alkalinitas
• Kekeruhan
• Warna

(2) Penentuan dosis optimum koagulan

Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus ditentukan. Dosis optimum
mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi
biasanya dalam hal ini fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan
kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis optimum berulang-ulang.

(3) Penentuan pH optimum

Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air, disebabkan oleh reaksi
hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan di atas. Koagulasi optimum bagaimanapun
juga akan berlangsung pada nilai pH tertentu (pH optimum), dimana pH optimum harus ditetapkan
dengan jar-test.

Jenis Koagulan Dan Koagulan Aid


Koagulan merupakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk membantu proses pengendapan partikel –
partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya ( secara grafitasi ). Kekeruhan dan warna
dapat dihilangkan melalui penambahan koagulan atau sejenis bahan – bahan kimia antara lain.

Jenis-jenis koagulan:

 Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)

Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat.
Tawas berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, tidak mudah
terbakar, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan. Penggunaan tawas memiliki keuntungan
yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal luas oleh operator water treatment. Namun Ada juga
kerugiannya, yaitu umumnya dipasok dalam bentuk padatan sehingga perlu waktu yang lama untuk
proses pelarutan.

Al2(SO4)3 → 2 Al+3 + 3SO4-2

Air akan mengalami

H2O → H+ + OH-

Selanjutnya

2 Al+3 + 6 OH- → 2 Al (OH)3

Selain itu akan dihasilkan asam

3SO4-2 + 6 H+ → 3H2SO4

 Sodium aluminate ( NaAlO2 )

Digunakan dalam kondisi khusus karena harganya yang relatif mahal. Biasanya digunakan sebagai
koagulan sekunder untuk menghilangkan warna dan dalam proses pelunakan air dengan lime soda ash.

 Ferrous sulfate ( FeSO4.7H2O )

Dikenal sebagai Copperas, bentuk umumnya adalah granular. Ferrous Sulfate dan lime sangat efektif
untuk proses penjernihan air dengan pH tinggi (pH > 10).

 Chlorinated copperas

Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi Ferrous Sulfate. Keuntungan penggunaan
koagulan ini adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8 hingga 11.

 Ferrie sulfate ( Fe2(SO4)3)

Mampu untuk menghilangkan warna pada pH rendah dan tinggi serta dapat menghilangkan Fe dan Mn.
 Ferrie chloride ( FeCl3.6H2O)

Dalam pengolahan air penggunaannya terbatas karena bersifat korosif dan tidak tahan untuk
penyimpanan yang terlalu lama.

Jenis Koagulan Aid

Kesulitan pada saat proses koagulasi kadang-kadang terjadi karena lamanya waktu pengendapan dan
flok yang terbentuk lunak sehingga akan mempersulit proses pemisahan. Koagulan Aid menguntungkan
proses koagulasi dengan mempersingkat waktu pengendapan dan memperkeras flok yang terbentuk.
Jadi difinisi koagulan aids adalah koagulan sekunder yang ditambahkan setelah koagulan primer atau
utama bertujuan untuk mempercepat pengendapan, pembentukan dan pengerasan flok.

Jenis koagulan aid diantaranya:

 PAC ( poly alumunium chloride )

Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan pengembangan teknologi air sebagai
dasarnya adalah alumunium yang berhubungan dengan unsur lain membentuk unit berulang dalam
suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang, pada PAC unit berulangnya adalah Al-OH.

Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m

Dimana : n = 2 2,7 <> 0

Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan menjembatani partikel-partikel


koloid sehingga koagulasi berlangsung efisien. Namun terdapat kendala dalam menggunakan PAC
sebagai koagulan aids yaitu perlu pengarahan dalam pemakaiannya karena bersifat higroskopis.

 Karbon aktif

Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori yang
tertutup sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi. Pori-pori arang biasanya diisi oleh hidrokarbon dan
zat-zat organik lainnya yang terdiri dari persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap dalam
arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia sehingga luas
permukaan yang aktif bertambah besar.

Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara arang dengan zat atau
ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif akan diserap lebih efektif oleh arang aktif dalam
larutan yang bersifat basa. Jumlah karbon aktif yang digunakan untuk menyerap warna berpengaruh
terhadap jumlah warna yang diserap.

 Activated silica

Merupakan sodium silicate yang telah direaksikan dengan sulfuric acid, alumunium sulfate, carbon
dioxide, atau klorida. Sebagai koagulan aid, activated silica memberikan keuntungan antara lain
meningkatkan laju reaksi kimia, menurunkan dosis koagulan, memperluas jangkauan pH optimum dan
mempercepat serta memperkeras flok yang terbentuk. Umumnya digunakan dengan koagulan
alumunium dengan dosis 7 – 11% dari dosis alum.

 Bentonic clay

Digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi, kekeruhan rendah dan mineral
yang rendah.

Flokulasi
Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi
flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata
lain proses flokulasi adalah proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi
flok dengan ukuran yang lebih besar (makroflok).

Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
seperti misalnya :
1. Waktu flokulasi,
2. Jumlah energi yang diberikan
3. Jumlah koagulan
4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)

Jenis Flokulan dalam proses flokulasi:

a. Kopolimer dari akrilamida dan N,N−dimetil amino propilen akrilat

Sifat muatan elektrostatik : Ionik

Sifat : Kopolimer yang linier dan kationik kepadatan muatanelektrostatik tergantung dari status
kopolomerisasi (n/m + n) dan pH,membentuk jarak yang sensitif terhadap hidrolisab.

b. Poli (Natriumakrilat)

Sifat muatan elektrostatik : Anionik

Sifat : Polimeryang paling penting anionik dan segmen l i n i e r dalam


kopolimer dengan akril amida dan anionikc.

c. Poli akrilamida

Sifat muatan elektrostatik : Nonionogen


S i f a t : M o l e k u l y a n g s a n g a t p a n j a n g d a n l i n i e r y a n g d i k e n a l sebagai flokulan
pembantu yang ionogen.

Zat polimer itu sangat cocok berdasarkan struktur kimia untuk membantudalam proses flokulasi
dan untuk mempengaruhi sifat flok.Pembubuhan Koagulan/flokulan pembantu dilakukan setelah
pembubuhankoagulan.

Hubungan Jar Test dengan Unit Operasi dan Proses


Secara garis besar, mekanisme koagulasi dan flokulasi adalah :
1. Destabilisasi muatan negatip partikel oleh muatan positip dari koagulan
2. Tumbukan antar partikel
3. Adsorpsi

Contoh bahan kimia untuk pengolahan:


Koagulan (TawasAl/Fe, Al2(SO4)3, Poly Ammonium Chloride)
Flokulan (Kation Polimer Elektrolit dan Anion Polimer Elektrolit)

Mekanisme kerja dari penambahan koagulan dan atau Flokulan

Prinsip pengerjaannya merupakan proses destabilisasi partikel koloid (mentidakstabilkan


partikel koloid). Partikel-partikel koloid yang berukuran sangat kecil memiliki muatan
negatif, interaksi antar partikel saling tolak-menolak karena memiliki muatan yang sama
sehingga partikel koloid menyebar. Dengan penambahan Koagulan (misal tawas Al), maka
ion Al yang berukuran lebih besar dari ukuran partikel koloid dan memiliki muatan positif
akan mengikat partikel-partikel koloid sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar.
Penambahan Flokulan bertujuan untuk mengikat gumpalan-gumpalan yang terbentuk
akibat penambahan Koagulan (inti flok) sehingga gumpalan yang terbentuk lebih besar lagi
dan dapat disaring. Penambahan Flokulan dan atau Flokulan harus sesuai dengan dosis,
apabila kurang maka penggumpalan partikel koloid tidak sempurna, sedangkan apabila
ditambahkan berlebih akibatnya akan menambah kekeruhan pada air. Sehingga ada
metode yang biasa digunakan untuk menentukan takaran atau dosis dari penggunaan
Koagulan atau Flokulan yaitu dengan metode Jartest.

Anda mungkin juga menyukai