PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak
mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai yang negatif karena
dalam penanganannya, baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan
biaya yang cukup besar. Selain itu karakteristik dari sampah adalah bau. Sampah
juga dapat menimbulkan penyakit seperti diare.
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas masyarakat. Setiap
aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Seiring dengan
tumbuhnya sebuah kota, bertambah pula beban yang harus diterima kota tersebut.
Salah satunya adalah beban akibat dari sampah yang diproduksi oleh masyarakat
perkotaan secara kolektif. Untuk kota-kota besar, sampah akan memberikan
berbagai dampak negatif yang sangat besar apabila penanganannya tidak dilakukan
secara cermat dan serius yaitu mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan
lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari
lingkungan baik terhadap tanah, air dan udara. Pengelolaan sampah secara efektif
dan efisien harus dijalankan oleh semua pihak, baik masyarakat maupun
pemerintah. Semua pihak ini bertanggungjawab terhadap penanganan sampah
sehingga tidak lagi menimbulkan masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penanggulangan dan pengolahan sampah yang ada disekitar
pemukiman masyarakat ?
C. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui persoalan
penanganan dan pengelolaan persampahan dilihat dari tindakan masyarakat di
sekitar pemukiman tempat mereka tinggal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. .PEMUKIMAN
1. PENGERTIAN PEMUKIMAN
Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan.
Permukiman merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Dari deretan lima kebutuhan hidup manusia pangan, sandang, permukiman,
pendidikan dan kesehatan, nampak bahwa permukiman menempati posisi yang sentral,
dengan demikian peningkatan permukiman akan meningkatkan pula kualitas hidup.
2. KRITERIA PEMUKIMAN
Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria atau persyaratan
untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman. Kriteria tersebut antara lain:
Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan dilengkapi dengan
prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.
Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang berasal dari
sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun, dsb).
Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan
individu dan masyarakat penghuni.
Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %, sehingga dapat
dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya dukung yang
memungkinkan untuk dibangun perumahan.
Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan
diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :
Lokasinya harus strategis dan tidak terganggu oleh kegiatan lainnya.
Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan kesehatan,
perdagangan, dan pendidikan.
Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak
sampai menimbulkan genangan air.
Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk
disalurkan ke masing-masing rumah.
nDilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor, yang dapat dibuat dengan sistem
individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.
Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar
lingkungan permukiman tetap nyaman.
Dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti taman bermain untuk anak, lapangan atau
taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya
permukiman tersebut.
Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.
3. ASAS PEMUKIMAN
Undang-undang yang mengatur tentang permukiman adalah UU NO. 1 tahun 2011 tentang
Perumahandan kawasan Permukiman. Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan
dengan berasaskan:
Kesejahteraan, yang dimaksud dengan “asas kesejahteraan” adalah memberikan
landasan agar kebutuhan perumahan dan kawasan permukiman yang layak bagi
masyarakat dapat terpenuhi sehingga masyarakat mampu mengembangkan diri dan
beradab, serta dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Keadilan dan pemerataan, yang dimaksud dengan “asas keadilan dan pemerataan”
adalah memberikan landasan agar hasil pembangunan di bidang perumahan dan
kawasan permukiman dapat dinikmati secara proporsional dan merata bagi seluruh
rakyat
Kenasionalan, yang dimaksud dengan “asas kenasionalan” adalah memberikan
landasan agar hak kepemilikan tanah hanya berlaku untuk warga negara Indonesia,
sedangkan hak menghuni dan menempati oleh orang asing hanya dimungkinkan
dengan cara hak sewa atau hak pakai atas rumah
Keefisienan dan kemanfaatan, yang dimaksud dengan “asas keefisienan dan
kemanfaatan” adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman dilakukan dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki berupa
sumber a daya tanahtanah, teknologi rancang bangun, dan industri bahan bangunan
yang sehat untuk memberikan keuntungan dan manfaat sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan rakyat
Keterjangkauan dan kemudahan, yang dimaksud dengan “asas keterjangkauan dan
kemudahan” adalah memberikan landasan agar hasil pembangunan di bidang
perumahan dan kawasan permukiman dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,
serta mendorong terciptanya iklim kondusif dengan memberikan kemudahan bagi
MBR agar setiap warga negara Indonesia mampu memenuhi kebutuhan dasar akan
perumahan dan permukiman.
Kemandirian dan kebersamaan, yang dimaksud dengan “asas kemandirian dan
kebersamaan” adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman bertumpu pada prakarsa, swadaya, dan peran masyarakat untuk
turut serta mengupayakan pengadaan dan pemeliharaan terhadap aspek-aspek
perumahan dan kawasan permukiman sehingga mampu membangkitkan kepercayaan,
kemampuan, dan kekuatan sendiri, serta terciptanya kerja sama antara pemangku
kepentingan di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
Kemitraan, yang dimaksud dengan “asas kemitraan” adalah memberikan landasan agar
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah dengan melibatkan peran pelaku usaha dan masyarakat, dengan
prinsip saling memerlukan, memercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang
dilakukan, baik langsung maupun tidak langsung.
Keserasian dan keseimbangan, yang dimaksud dengan “asas keserasian dan
keseimbangan” adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman dilakukan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang
dan pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan
lingkungan,keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antardaerah, serta
memperhatikan dampak penting terhadap lingkungan.
Keterpaduan, yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah memberikan landasan
agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilaksanakan dengan
memadukan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan
pengendalian, baik intra- maupun antarinstansi serta sektor terkait dalam kesatuan yang
bulat dan utuh, saling menunjang, dan saling mengisi.
Kesehatan, yang dimaksud dengan “asas kesehatan” adalah memberikan landasan agar
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman memenuhi standar rumah sehat,
syarat kesehatan lingkungan, dan perilaku hidup sehat.
Kelestarian dan keberlanjutan, yang dimaksud dengan “asas kelestarian dan
keberlanjutan” adalah memberikan landasan agar penyediaan perumahan dan kawasan
permukiman dilakukan dengan memperhatikan kondisi lingkungan hidup, dan
menyesuaikan dengan kebutuhan yang terus meningkat sejalan dengan laju kenaikan
jumlah penduduk dan luas kawasan secara serasi dan seimbang untuk generasi sekarang
dan generasi yang akan datang
keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan. Yang dimaksud dengan
“keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan” adalah memberikan landasan
agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman memperhatikan masalah
keselamatan dan keamanan bangunan beserta infrastrukturnya, keselamatan dan
keamananan lingkungan dari berbagai ancaman yang membahayakan penghuninya,
ketertiban administrasi, dan keteraturan dalam pemanfaatan perumahan dan kawasan
permukiman
B. SAMPAH
1. PENGERTIAN SAMPAH
Menurut WHO pengertian sampah adalah barang yang berasal dari kegiatan manusia yang
tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai, tidak disenangi, ataupun yang dibuang.
Menurut KBBI arti sampah adalah barang yang dibuang oleh pemiliknya karena tidak
terpakai lagi atau tidak dinginkan lagi, misalnya kotoran, kaleng minuman, daun-daunan,
kertas, dan lain-lain.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses
alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan
setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan
manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-
jenisnya.
2. JENIS-JENIS SAMPAH
a) Jenis Sampah Berdasarkan Sumbernya
Sampah Padat; Sampah pada merupakan material yang dibuang oleh manusia
(kecuali kotoran manusia). Jenis sampah ini diantaranya plastik bekas, pecahan
gelas, kaleng bekas, sampah dapur, dan lain-lain.
Sampah Cair; Sampah cair merupakan bahan cair yang tidak dibutuhkan dan
dibuang ke tempah sampah. Misalnya, sampah cair dari toilet, sampai cair dari dapur
dan tempat cucian
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sampah merupakan masalah yang pernah terselesaikan hingga saat ini, meskipun
pemerintah telah membuat larangan untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Namun, belum juga membuat para pembuang sampah merasa peduli akan lingkungan.
Mereka tetap membuang sampah secara sembarangan tanpa memperdulikan dampak
yang akan terjadi pada lingkungan tersebut. Berdasarkan permasalahan sampah di
Pemukiman masyarakat yang telah kami amati, cara penanggulangan dan pengolahan
sampah ada dua, yaitu :
1. Mengurangi penggunaanbahan penghasil sampah plastik
2. Memilahsampah berdasarkan jenisnya
3. Membuat TPS yang sesuai aturan pemilihan dan pemilahan sampah plastik, kertas,
kaleng, dan kaca
4. Jadwal pengangkutan sampah dari TPS ke TPA sebaiknya dilakukan pagi dan sore
5. Membuat lubang untuk sampah organik guna membuat kompos dari daun dan kayu
6. Membuat kerajinan tangan dari sampah yang tidak bias didaur ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah
Khairul A. Makalah Pengelolaan Sampah Sanitary Landfill Dan Pengelolaan B3 Dengan
Bioteknologi. 2015. Tersedia dari URL: http://allthinktop.blogspot.com/2015/10/makalah-
pengelolaan-sampahsanitary.html
Nugraha RS. Konsep 3-R, 4-R, atau 5-R dalam Pengelolaan Sampah. 2016. Tersedia dari URL:
http://www.tintapendidikanindonesia.com/2016/12/konsep-3-r-4-r-atau-5-rdalam.html
Suryati, Teti. 2009. Bijak & Cerdas Mengolah Sampah Jakarta : AgroMedia Pustaka
LAMPIRAN
1. Desa Baumata