Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak
mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai yang negatif karena
dalam penanganannya, baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan
biaya yang cukup besar. Selain itu karakteristik dari sampah adalah bau. Sampah
juga dapat menimbulkan penyakit seperti diare.
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas masyarakat. Setiap
aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Seiring dengan
tumbuhnya sebuah kota, bertambah pula beban yang harus diterima kota tersebut.
Salah satunya adalah beban akibat dari sampah yang diproduksi oleh masyarakat
perkotaan secara kolektif. Untuk kota-kota besar, sampah akan memberikan
berbagai dampak negatif yang sangat besar apabila penanganannya tidak dilakukan
secara cermat dan serius yaitu mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan
lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari
lingkungan baik terhadap tanah, air dan udara. Pengelolaan sampah secara efektif
dan efisien harus dijalankan oleh semua pihak, baik masyarakat maupun
pemerintah. Semua pihak ini bertanggungjawab terhadap penanganan sampah
sehingga tidak lagi menimbulkan masalah.

Sampah dan pengelohannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di


Indonesia. Penanganan dan pengendalian permasalahan persampahan di kota
menjadi semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun
komposisi dari sampah sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk
serta aktivitas penduduk Kota. Masyarakat tidak mau berurusan terlalu dekat
dengan sampah, padahal sudah dipastikan bahwa setiap hari mereka akan selalu
menghasilkan sampah. Mereka berharap kegiatan sehari-hari mereka bisa terhindar
dari sampah , seperti TPS maupun truk pengangkut sampah. Hal tersebut memang
tidak bisa dihindari sebab sampah sendiri sampai saat ini banyak memiliki dampak
negatif.
Pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
dan masyarakat. Untuk sampah permukiman, pembagian tanggung jawab
pengelolaan sampah dibedakan menjadi dua, pengelolaan sampah dari sumber
hingga ke TPS menjadi tanggung jawab masyarakat , dan pengelolaan sampah dari
TPS hingga ke TPA menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Hal tersebut
dijelaskan dalam (Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 33 tahun 2010).
Kegiatan pengelolaan sampah yang menjadi tanggung jawab masyarakat adalah
(1) kegiatan pewadahan dan pemilahan sampah di sumber, (2) pengolahan sampah
skala masyarakat di sumber, (3) pengumpulan sampah dari sumber ke TPS.
Sedangkan kegiatan pengelolaan sampah permukiman yang menjadi tanggung
jawab Pemerintah Daerah yang dalam kasus studi ini Kota Bandung menyerahkan
kepada PD Kebersihan Kota Bandung, adalah (1) penampungan sampah berupa
TPS, (2) Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA, (3) pengolahan sampah skala
kota, dan (4)pemrosesan akhir sampah.
Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah
atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan cara
pembakaran, pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan. (SNI
T-13-1990-F).
Melihat kondisi yang ada maka perlu adanya suatu kajian yang pasti dalam
menganalisa pengelolaan sampah dan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana
pengelolaan sampah di Kota Bandung, untuk studi kasus dikawasan bantaran sungai
kelurahan Cikutra, sehingga dapat mengurangi masalah sampah yang dihasilkan
dari perkembangan Kota Bandung. Masalah lain lagi yang sering muncul dalam
penanganan sampah di kawasan studi kasus adalah tingkat kesadaran masyarakat
yang masih rendah untuk tidak membuang sampah pada kawasan bantaran sungai.
Dikarenakan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan sampah dan
pengangkutan sampah yang kurang baik dikawasan studi sehingga masyarakat
membuang sampah ke bantaran sungai, kurangnya sarana dan prasarana pendukung
persampahan dan biaya operasional sampah yang tinggi mengakibatkan masyarakat
membuang sampah sembarangan tidak terkecuali ke sungai.
Oleh karena hal tersebut maka dibutuhkan evaluasi pengelolaan
persampahan dikelurahan Cikutra khususnya diwilayah bantaran sungai, untuk
mendukung hal tersebut maka diperlukan suatu cara pengelolaan sampah yang
berwawasan lingkungan melalui perencanaan yang matang dan terkendali dalam
bentuk pengelolaan sampah yang terpadu dengan menggunakan konsep 3R Reduce
(menggunakan kembali), Reuse (mengurangi), Recycle (daur ulang)) serta
dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam pembuangan dan
pengelolaan sampah.
Pembuangan dan pengelolaan sampah baik dalam pengurangan produksi smpah
maupun penanganannya. Dalam pengelolaan sampah bukan hanya dititikberatkan
pada pemerintah saja, namun diperlukan kesadaran dan kemandirian dari
masyarakat sehingga diharapkan dapat tercapainya suatu sistem persampahan yang
baik dan tidak merusak lingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penanggulangan dan pengolahan sampah yang ada disekitar
pemukiman masyarakat ?

C. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui persoalan
penanganan dan pengelolaan persampahan dilihat dari tindakan masyarakat di
sekitar pemukiman tempat mereka tinggal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. .PEMUKIMAN
1. PENGERTIAN PEMUKIMAN
Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan.
Permukiman merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Dari deretan lima kebutuhan hidup manusia pangan, sandang, permukiman,
pendidikan dan kesehatan, nampak bahwa permukiman menempati posisi yang sentral,
dengan demikian peningkatan permukiman akan meningkatkan pula kualitas hidup.

2. KRITERIA PEMUKIMAN
Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria atau persyaratan
untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman. Kriteria tersebut antara lain:
 Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan dilengkapi dengan
prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.
 Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang berasal dari
sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun, dsb).
 Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan
individu dan masyarakat penghuni.
 Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %, sehingga dapat
dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya dukung yang
memungkinkan untuk dibangun perumahan.
 Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan
diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :
 Lokasinya harus strategis dan tidak terganggu oleh kegiatan lainnya.
 Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan kesehatan,
perdagangan, dan pendidikan.
 Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak
sampai menimbulkan genangan air.
 Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk
disalurkan ke masing-masing rumah.
 nDilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor, yang dapat dibuat dengan sistem
individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.
 Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar
lingkungan permukiman tetap nyaman.
 Dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti taman bermain untuk anak, lapangan atau
taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya
permukiman tersebut.
 Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

3. ASAS PEMUKIMAN
Undang-undang yang mengatur tentang permukiman adalah UU NO. 1 tahun 2011 tentang
Perumahandan kawasan Permukiman. Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan
dengan berasaskan:
 Kesejahteraan, yang dimaksud dengan “asas kesejahteraan” adalah memberikan
landasan agar kebutuhan perumahan dan kawasan permukiman yang layak bagi
masyarakat dapat terpenuhi sehingga masyarakat mampu mengembangkan diri dan
beradab, serta dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
 Keadilan dan pemerataan, yang dimaksud dengan “asas keadilan dan pemerataan”
adalah memberikan landasan agar hasil pembangunan di bidang perumahan dan
kawasan permukiman dapat dinikmati secara proporsional dan merata bagi seluruh
rakyat
 Kenasionalan, yang dimaksud dengan “asas kenasionalan” adalah memberikan
landasan agar hak kepemilikan tanah hanya berlaku untuk warga negara Indonesia,
sedangkan hak menghuni dan menempati oleh orang asing hanya dimungkinkan
dengan cara hak sewa atau hak pakai atas rumah
 Keefisienan dan kemanfaatan, yang dimaksud dengan “asas keefisienan dan
kemanfaatan” adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman dilakukan dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki berupa
sumber a daya tanahtanah, teknologi rancang bangun, dan industri bahan bangunan
yang sehat untuk memberikan keuntungan dan manfaat sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan rakyat
 Keterjangkauan dan kemudahan, yang dimaksud dengan “asas keterjangkauan dan
kemudahan” adalah memberikan landasan agar hasil pembangunan di bidang
perumahan dan kawasan permukiman dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,
serta mendorong terciptanya iklim kondusif dengan memberikan kemudahan bagi
MBR agar setiap warga negara Indonesia mampu memenuhi kebutuhan dasar akan
perumahan dan permukiman.
 Kemandirian dan kebersamaan, yang dimaksud dengan “asas kemandirian dan
kebersamaan” adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman bertumpu pada prakarsa, swadaya, dan peran masyarakat untuk
turut serta mengupayakan pengadaan dan pemeliharaan terhadap aspek-aspek
perumahan dan kawasan permukiman sehingga mampu membangkitkan kepercayaan,
kemampuan, dan kekuatan sendiri, serta terciptanya kerja sama antara pemangku
kepentingan di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
 Kemitraan, yang dimaksud dengan “asas kemitraan” adalah memberikan landasan agar
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah dengan melibatkan peran pelaku usaha dan masyarakat, dengan
prinsip saling memerlukan, memercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang
dilakukan, baik langsung maupun tidak langsung.
 Keserasian dan keseimbangan, yang dimaksud dengan “asas keserasian dan
keseimbangan” adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman dilakukan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang
dan pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan
lingkungan,keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antardaerah, serta
memperhatikan dampak penting terhadap lingkungan.
 Keterpaduan, yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah memberikan landasan
agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilaksanakan dengan
memadukan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan
pengendalian, baik intra- maupun antarinstansi serta sektor terkait dalam kesatuan yang
bulat dan utuh, saling menunjang, dan saling mengisi.
 Kesehatan, yang dimaksud dengan “asas kesehatan” adalah memberikan landasan agar
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman memenuhi standar rumah sehat,
syarat kesehatan lingkungan, dan perilaku hidup sehat.
 Kelestarian dan keberlanjutan, yang dimaksud dengan “asas kelestarian dan
keberlanjutan” adalah memberikan landasan agar penyediaan perumahan dan kawasan
permukiman dilakukan dengan memperhatikan kondisi lingkungan hidup, dan
menyesuaikan dengan kebutuhan yang terus meningkat sejalan dengan laju kenaikan
jumlah penduduk dan luas kawasan secara serasi dan seimbang untuk generasi sekarang
dan generasi yang akan datang
 keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan. Yang dimaksud dengan
“keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan” adalah memberikan landasan
agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman memperhatikan masalah
keselamatan dan keamanan bangunan beserta infrastrukturnya, keselamatan dan
keamananan lingkungan dari berbagai ancaman yang membahayakan penghuninya,
ketertiban administrasi, dan keteraturan dalam pemanfaatan perumahan dan kawasan
permukiman

4. PERSYARATAN PEMUKIMAN SEHAT


Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di
dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan
derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah
ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat
yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.
Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan
pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan
berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
(Sanropie, 1992).
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri
Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut :
1. Lokasi
 Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah
longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;
 Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang;
 Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur pendaratan
penerbangan.
2. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan
memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
 Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;
 Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3 ;
 Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
 Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari.
 Kebisingan dan getaran
 Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
 Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
3. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
 Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
 Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
 Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
 Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg
4. Prasarana dan sarana lingkungan
 Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman
dari kecelakaan;
 Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;
 Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu
kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat,
jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan, jalan tidak menyilaukan mata;
 Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan
kesehatan;
 Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan
kesehatan
 Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan;
 Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat
hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
 Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
 Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang
dapat menimbulkan keracunan.
5. Vektor penyakit
 Indeks lalat harus memenuhi syarat;
 Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
6. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga
berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam. Adapun ketentuan persyaratan
kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut
:
7. Kebisingan dan Getaran
 Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimun 55 dB.A
 Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.

B. SAMPAH
1. PENGERTIAN SAMPAH
Menurut WHO pengertian sampah adalah barang yang berasal dari kegiatan manusia yang
tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai, tidak disenangi, ataupun yang dibuang.
Menurut KBBI arti sampah adalah barang yang dibuang oleh pemiliknya karena tidak
terpakai lagi atau tidak dinginkan lagi, misalnya kotoran, kaleng minuman, daun-daunan,
kertas, dan lain-lain.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses
alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan
setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan
manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-
jenisnya.
2. JENIS-JENIS SAMPAH
a) Jenis Sampah Berdasarkan Sumbernya

 Sampah yang berasal dari manusia


 Sampah dari alam
 Sampah konsumsi
 Sampah nuklir/ Limbah radioaktif
 Sampah industry
 Sampah pertambangan

b) Jenis Sampah Berdasarkan Sifatnya

 Sampah Organik (Degradable); Pengertian sampah organik adalah sampah yang


dapat membusuk dan terurai sehingga bisa diolah menjadi kompos. Misalnya, sisa
makanan, daun kering, sayuran, dan lain-lain.
 Sampah Anorganik (Undegradable); Pengertian sampah anorganik adalah
sampah yang sulit membusuk dan tidak dapat terurai. Namun, sampah anorganik
dapat didaur ulang menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat. Misalnya botol
plastik, kertas bekas, karton, kaleng bekas, dan lain-lain.

c) Jenis Sampah Berdasarkan Bentuknya


Berdasarkan bentuknya, sampah dapat dibagi menjadi beberapa kelompok,
diantaranya:

 Sampah Padat; Sampah pada merupakan material yang dibuang oleh manusia
(kecuali kotoran manusia). Jenis sampah ini diantaranya plastik bekas, pecahan
gelas, kaleng bekas, sampah dapur, dan lain-lain.
 Sampah Cair; Sampah cair merupakan bahan cair yang tidak dibutuhkan dan
dibuang ke tempah sampah. Misalnya, sampah cair dari toilet, sampai cair dari dapur
dan tempat cucian

C. SAMPAH RUMAH TANGGA


1. PENGERTIAN SAMPAH RUMAH TANGGA
Pengertian dari sampah rumah tangga ialah sampah yang dihasilkan dari kegiatan dalam
rumah tangga, sehari-hari, dan terdiri dari beberapa macam jenis sampah. Jumlah nya pun
tergantung dari banyak atau sedikitnya tingkat konsumsi dari masing-masing rumah tangga
tersebut. Dan semuanya berkaitan dengan gaya ataupun pola hidup dari masing-masing
keluarga.
2. JENIS SAMPAH RUMAH TANGGA
 Sampah basah
Sampah basah adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bersifat organik dan
mudah sekali membusuk, yang berasal dari sisa-sisa makanan, potongan hewan yang
dikonsumsi seperti ikan, ayam, udang, cumi, dan lain-lainnya. Lebih baik sampah ini
segera dibuang ke pembuangan sampah sebelum mengeluarkan bau yang tidak sedap.
 Sampah kering
Pengertian dari sampah kering yaitu sampah yang berasal dari logam. Biasanya seperti
besi yang sudah tua, kaleng-kaleng bekas. Sedangkan sampah kering yang bersifat non
logam, biasanya seperti kertas, kaca, keramik, batu-batuan, dan sisa-sisa potongan kain
yang berasal dari pakaian dan sebagainya.
 Sampah Lembut
Sedangkan sampah lembut ialah, sampah yang berasal dari pembersihan lantai, rumah,
gedung, dan lain-lain. Biasanya berbentuk debu. Bekas penggergajian kayu juga
termasuk dalam jenis sampah lembut. Biasanya penggergajian kayu ini dapat kita
jumpai di tempat para pengrajin-pengrajin kayu, atau home industry.
 Sampah besar
Sedangkan sampah besar ialah, sampah yang berasal dari bangunan rumah tangga yang
berukuran besar, seperti meja, kursi, lemari es, lemari pakaian, radio, kasur, rak-rak
yang sudh tidak terpakai, dan masih banyak lagi. Barang-barang tersebut biasanya
dibuang karena rusak, atau sudah tidak terpakai lagi.
 Sampah organik
Jenis sampah ini sudah sering kita dengar, dan mungkin sebagian besar dari anda sudah
cukup pandai membedakannya. Sampah organik ialah, sampah yang terdiri dari bahan-
bahan yang masih dapat terurai secara alami. Contohnya, daun-daunan, atau sisa-sisa
makanan yang dibuang dan dapat terurai dengan sendirinya.
 Sampah anorganik
Sampah anorganik, adalah kebalikan dari sampah organik. Jenis sampah ini tidak dapat
terurai secara alami seperti halnya sampah organik. Contoh sampah ini yaitu plastik,
dan kaleng-kaleng bekas. Sampah-sampah tersebut butuh penanganan khusus agar bisa
terurai. Beberapa pihak memanfaatkan jenis sampah ini sebagai peluang usaha
kerajinan tangan yang menjanjikan.
 Sampah beracun
Sampah beracun adalah sampah yang berasal dari pabrik, rumah sakit, home industry,
dan lain-lain. Sampah jenis ini harus memiliki tempat khusus, karena jika tidak
dipisahkan akan membahayakan makhluk hidup lainnya. Terutama untuk para pekerja
yang berprofesi sebagai pemulung sampah yang kesehariannya bekerja di tumpukan-
tumpukan sampah.
BAB III

PEMBAHASAN
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sampah merupakan masalah yang pernah terselesaikan hingga saat ini, meskipun
pemerintah telah membuat larangan untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Namun, belum juga membuat para pembuang sampah merasa peduli akan lingkungan.
Mereka tetap membuang sampah secara sembarangan tanpa memperdulikan dampak
yang akan terjadi pada lingkungan tersebut. Berdasarkan permasalahan sampah di
Pemukiman masyarakat yang telah kami amati, cara penanggulangan dan pengolahan
sampah ada dua, yaitu :
1. Mengurangi penggunaanbahan penghasil sampah plastik
2. Memilahsampah berdasarkan jenisnya
3. Membuat TPS yang sesuai aturan pemilihan dan pemilahan sampah plastik, kertas,
kaleng, dan kaca
4. Jadwal pengangkutan sampah dari TPS ke TPA sebaiknya dilakukan pagi dan sore
5. Membuat lubang untuk sampah organik guna membuat kompos dari daun dan kayu
6. Membuat kerajinan tangan dari sampah yang tidak bias didaur ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Dampak Sampah Terhadap Lingkungan.


http://plhspensa.blogspot.com/2007/09/dampak-sampah-terhadaplingkungan.html

Indonesia, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah
Khairul A. Makalah Pengelolaan Sampah Sanitary Landfill Dan Pengelolaan B3 Dengan
Bioteknologi. 2015. Tersedia dari URL: http://allthinktop.blogspot.com/2015/10/makalah-
pengelolaan-sampahsanitary.html
Nugraha RS. Konsep 3-R, 4-R, atau 5-R dalam Pengelolaan Sampah. 2016. Tersedia dari URL:
http://www.tintapendidikanindonesia.com/2016/12/konsep-3-r-4-r-atau-5-rdalam.html

Suryati, Teti. 2009. Bijak & Cerdas Mengolah Sampah Jakarta : AgroMedia Pustaka
LAMPIRAN

1. Desa Penfui Timur kabupaten Kupang


LAMPIRAN

1. Desa Baumata

Anda mungkin juga menyukai