Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dewasa ini secara bertahap terus
ditingkatkan kearah yang lebih baik. Sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan
pembangunan kesehatan menuju Indonesia 2010 yaitu meningkatkan kesadaran,
kemajuan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar kematian dan kesakitan,
serta penduduk hidup dilingkungan yang sehat (Depkes RI, 2003).
Diantara resiko-resiko yang mungkin terjadi masa nifas. Ada 2 resiko yang paling
sering mengakibatkan kematian pada ibu nifas yakni infeksi dan pendarahan. Dengan
perkiraan persainan di Indonesia setiap tahunya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan
bahwa angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunya atau terjadi setiap 26-27
menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 20,8 %, gestosis 17, 5 % dan anestesia
2, 0 %.
Kematian bayi sebesar 56/10.000 mejadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18-20
menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi nifas
24-34 %, prematuritas / BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3
%.
Selain dari angka kematian bayi yang sangat tinggi. Di Indonesia juga tinggi akan
Angka Kematian Ibu atau AKI. Salah satu penyebab AKI adalah komplikasi yang di
alami oleh ibu, bisa didapat saat hamil, dalam proses melahirkan, ataupun setelah
melahirkan (post partum). Pada komplikasi post partum sangat beragam. Misalnya
Infeksi pada saat Post Partum atau biasa disebut IPP.
Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin.
(Saifuddin, 2006). Infeksi post partum atau puerperalis adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada waktu
persalinan dan perawatan masa post partum. Infeksi puerperalis adalah keadaan yang
mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa post partum (Prawirohardjo,
2007).
Jadi yang dimaksud dengan infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia yang terjadisetelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu 38oC. Infeksi

1
post partum/puerperalis ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28
hari setelah persalinan (Bobak, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari Makalah ini adalah:
1. Bagaimana Definisi dari Infeksi Post Partum?
2. Bagaimana Etiologi dari Infeksi Post Partum?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Infeksi Post Partum?
4. Bagaimana Patofisiologi dari Infeksi Post Partum?
5. Bagaimana Penatalaksanaan dari Infeksi Post Partum?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Infeksi Post Partum?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Infeksi Post Partum?
1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk Mengetahui Definisi dari Infeksi Post Partum.
2. Untuk MengetahuiEtiologi dari Infeksi Post Partum.
3. Untuk MengetahuiManifestasi Klinis dari Infeksi Post Partum.
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi dari Infeksi Post Partum.
5. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan dari Infeksi Post Partum.
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Infeksi Post Partum.
7. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan dari Infeksi Post Partum.

2
BAB II

ISI

2.1 Definisi

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai
sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (24 hari) setelah itu. Dalam
bahasa latin, waktu mulai setelah melahirkan anak ini disebut Puerperium yaitu dari kata
partinyapuer yang artinya melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.
Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti prahamil. Sekitar 50 % kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum
sehingga pelayanan pascapersalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Sunarsih, 2011).

Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin.
(Saifuddin, 2006). Infeksi post partum atau puerperalis adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genitalia pada waktu persalinan dan
perawatan masa post partum. Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua
peradangan alat-alat genitalia dalam masa post partum (Prawirohardjo, 2007).

Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran.
Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar mengganggap nya antara 4 sampai 6 minggu.
Walaupun merupakan masa yang relative tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya
sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga sering terjadi. (Cunningham, F,
et al, 2013).

2.2 Etiologi

Penyebab infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen
yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dariluar. Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak pathogen

3
sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi
puerperalis antara lain:

a. Streptococcus haematilicus aerobic Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi


berat yang ditularkan dari penderita lain, alat alat yang tidak steril, tangan penolong dan
sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum menyebabkan infeksi terbatas.
d. Clostridium welchii Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

2.3 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi post partum antara lain demam, nyeri di
daerah infeksi, terdapat tanda kemerahan padadaerah yang terinfeksi, fungsi organ terganggu.
Gambaran klinis infeksi post partum adalah sebagai berikut:

a. Infeksi lokal Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokea bercampur
nanah, mobilitas terbatas, suhu tubuh meningkat.
b. Infeksi umum Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi
meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, penurunan kesadaran hingga koma,
gangguan involusi uteri, lokea berbau, bernanah dan kotor.

2.4 Patofisiologi
Proses persalinan

Robeknya jalan lahir

Dikontinuitas jaringan

Impuls/ penekanan pada saraf nyeri

4
Pengaruhi cortex cerebri

Dipresepsikan nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri

2.5 Penatalaksanaan

a. Pencegahan Masa Persalinan

1. Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
2. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
3. Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
4. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
5. Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus
terjaga kesuci-hamaannya.
6. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera
diganti dengan transfusi darah.

b. Pencegahan Masa Nifas

1. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus steril.
2. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
3. Tamu yang berkunjung harus dibatasi.

5
c. Pencegahan infeksi postpartum :

1. Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada kehamilan
tua sebaiknya dilarang.
2. Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan agar
tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin. Cegah
perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-
alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas
indikasi yang tepat.
3. Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan
tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa
nifas.
d. Penanganan umum

1. Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan)
yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
2. Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3. Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali
pada saat kehamilan ataupun persalinan.
4. Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
5. Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala
yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
6. Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang
mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.

e. Pengobatan secara umum

1. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan
darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam
pengobatan.,
2. Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.

6
3. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spektrum
luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah
diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.

f. Penanganan infeksi postpartum :

1. Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.


2. Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila perlu, Hati-
hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum.

g. Pengobatan Infeksi Post Partum

1. Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr,


sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian
peroral.
2. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G
500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin
kapsul 4×250 gr peroral.
3. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan thrombosis
1. Jumlah sel darah putih (SDP)
2. Hemoglobin ( Hb / ht ), untuk mengetahui penurunan pada adanya anemia
3. Kultur ( thrombo / thrombosi ) dari bahan intra uterus atau intra servikal atau
drainase luka atau pewarnaan gram dari lokhia serviks dan uterus mengidentifikasi
thrombos penyebab.

7
4. Urinalisis dan kultur : mengesampingkan interaksi saluran kemih
5. Ultrasonografi : menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan,
melokalisasi abses peritoneum.
6. Pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyari pelvis. Masa atau
pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan thrombosis.

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI POST PARTUM

3.1 Kasus

Ny. M usia 25 tahun. Primipara postpartum pervaginam hari ke- 8. Datang ke klinik dengan
keluhan nyeri vagina, demam selama 3 hari dan pengeluaran pervaginam mengeluarkan bau
yang menyengat. Riwayat persalinan klien adalah melahirkan pada usia kehamilan 37 minggu
dengan vacum forsep akibat preeklamsia dan letak bayi masih tinggi di sebuah klinik di daerah.
Saat ini bayi dalam keadaan baik. Pengukuran suhu oral 38,6C

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. M

Usia : 25 thn

Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

2. Keluhan Utama : Nyeri pada daerah episiotomi

3. Riwayat penyakit sekarang : Nyeri pada daerah episiotomi, demam selama 3 hari dan
pengeluaran pervaginam mengeluarkan bau yang menyengat. Riwayat persalinan klien
adalah melahirkan pada usia kehamilan 37 minggu dengan vacum forsep akibat
preeklamsia dan letak bayi masih tinggi di sebuah klinik di daerah. Pengukuran suhu oral
38,6C

4. Riwayat Kesehatan dahulu : -

9
5. Riwayat Menstruasi :
a. Menarche : umur 14 tahun
b. Siklus : teratur tiap bulan
c. Lama : Rata-rata 6-7 hari.
d. Dismenorhea : -

6. Riwayat Obstetri:
a. G1P10001
b. Riwayat kehamilan sebelumnya : -
c. Riwayat intrapartum : Riwayat persalinan klien adalah melahirkan pada usia
kehamilan 37 minggu dengan vacum forsep akibat preeklamsia dan letak bayi
masih tinggi

7. Riwayat Kesehatan Keluarga: -

8. Pola Kebiasaan:
a. Pola Nutrisi
Anoreksia, mual/ muntah, haus, membran mukosa kering, distensi abdomen,
kekakuan. Asupan makanan bergizi kurang. Pasien makan 3 kali sehari, pasien hanya
menghabiskan setengah dari porsi yang seharusnya, dan pasien suka pilih-pilih
makanan.

b. Pola Tidur/ Istirahat


Klien mengeluh tidak bisa tidur dan sering terjaga di malam hari karena nyeri yang
dirasakan bertambah buruk pada malam hari.

c. Pola aktivitas
Malaise, letargi, klien merasa aktivitasnya terbatas akibat dari ketidak nyamanan pada
area jahitan di perineum.

d. Pola eliminasi
BAB 1 hari sekali konsistensi lunak, BAK 3-4 kali sehari dengan konsistensi kuning
dan bau khas amoniak.

10
e. Kebersihan diri
klien mengatakan mandi sekali sehari pada sore hari di tempat tidur. Klien gosok
gigi 1 kali sehari dan selama di rumah sakit klien keramas 1 kali. Ganti pembalut 2
kali sehari. Kebersihan perineum kurang, klien jarang berganti celana dalam.

f. Pola koping
Pola koping klien kurang adekuat
g. Konsep diri : ansietas

9. Pemeriksaan fisik:
a. Observasi :
- Keadaan umum: lemah
- Kesadaran: composmentis
- BB: 62,3 kg; TB: 158
- TD: 120/80 mmHg
- Nadi: 98 x/menit
- Suhu: 38,60 C
- Pernapasan cepat dan dangkal, RR:28x/menit
- CRT: <2 detik
- Akral : HKM
- GCS: 456
b. Kepala : tidak ada masalah
c. Mata: konjungtiva agak pucat; sklera putih; pupil isokor
d. Telinga dan hidung: tidak ada masalah
e. Mulut dan gigi : membran mukosa kering, kebersihan mulut baik
f. Leher: tidak ada masalah
g. Dada: pergerakan seimbang,
h. payudara : konsistensi normal; hiperpigmentasi papila dan aerola mamae
terlihat; puting menonjol; simetris; produksi ASI ada kolostrum
i. Abdomen: fundus uteri 2 jari di bawah pusar; peristaltik 3x/menit; kekakuan pada
pelvis

11
j. Genitalia: pengeluaran pervaginam mengeluarkan bau yang menyengat; jahitan
perineum merah, bengkak, dan sedikit terbuka; terasa panas dan nyeri di sekitar
perineum.
k. Ekstrimitas: Tidak ada masalah

10. Pemeriksaan Diagnostik


a. Gol darah O
b. Hematologi
c. Kultur dari bahan intrauterus atau intraservical : ditemukan biakan Streptococus
hemoliticus aerobia
d. USG pada abdomen dan pelvis memberikan gambaran normal
e. Pemeriksaan biomanual: menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal


HEMATOLOGI
1. Hemoglobin 12,5 13–18 gr / dl
2. Leukosit 27.500 3,8–10,6 ribu mm3
3. Hematokrit 36 40–52 %
4. Trombosit 264.000 150–440 ribu mm3

12
Analisa Data

Nama : Ny. M

Umur : 25 thn

No Register : 00255

DATA FOKUS MASALAH KEMUNGKINAN PENYEBAB


1. DS : pasien mengeluh Hipertermi Episiotomi
panas 3 hari
DO : pasien tampak lemah Post partum
TTV :
TD = 120/80 mmHg Terputusnya kontinuitas jaringan
N = 98 x/menit
S = 38,6°C Infeksi purpuralis
RR = 28 x/menit
Proses Inflamasi

Rangsang pusat suhu di Hipotalamus

Hipertermi

2. DS : pasien mengeluh Nyeri akut Infeksi purpuralis


nyeri pada bagian yang di
episiotomi Inflamasi perineum
DO : jahitan perineum
merah bengkak dan sedikit Respon mediator inflamasi
terbuka
P = post partum episiotomi Nyeri akut
Q = nyeri seperti disayat
R = perineum

13
S=6
T = menetap dan terus
menerus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d post episiotomi


2. Hipertermia b.d sepsis

14
C. PERENCANAAN

Nama : Ny. M

Umur : 25thn

Register : 00255

Diagnosa
Tgl/
Keperawatan/ Tujuan dan
Inisial Intervensi Rasional
Masalah Kriteria Hasil
Perawat
Kolaboratif

15
Nyeri akut b.d Tujuan :Setelah 9 1. Kolaborasi dengan dokter 1. Pemberian analgesik yang
episiotomi dilakukan Septemb dalam pemberian analgesik sesuai dapat meredakan
tindakan er 2018 / 2. Berikan analgetik sesuai rasa nyeri yang dirasakan
keperawatan intan program pasien
selama 3x24 3. Observasi TTV 2. Untuk mengurangi rasa
jam,masalah nyeri.
nyeri teratasi 3. Untuk mengetahui
dengan Kriteria keadaan umum pasien.
hasil:
1.Adanya
penurunan
intensitas nyeri
2.Ketidaknayama
n akibat nyeri
berkurang
3.Tidak
menunjukan
tanda-tanda fisik
dan perilaku
dalam nyeri akut
Hipertermia b.d Tujuan : 9 1. Pantau suhu tubuh pasien. 1. Untuk mengetahui tingkat
sepsis Setelah Septemb 2. Pantau asupan makanan inflamasi pada tubuh.
dilakukan er 2018/ dan cairan serta 2. Peningkatan kalori dan
tindakan intan pertahankan keadekuatan cairan diperlukan untuk
keperawatan asupan cairan kurang lebih mempertahankan fungsi
dalam waktu 2000 ml setiap hari. metabolik ketika terjadi
2x24 jam, demam
hipertermi hilang 3. Gunakan pakaian yang 3. Penambahan pakaian atau
dan tipis dan hindari selimut pada seseorang akan
berkurangKriteri menggunakan selimut menghambat kemampuan
ahasil : yang tebal. alami tubuh untuk

16
1.Suhu tubuh 4. Hindari terpajannya menurunkan suhu tubuh.
kembali normal bagian kepala, wajah, 4. Terpajannya bagian kepala,
(36,5-37,5C) tangan, dan kaki pada wajah, tangan, dan kaki dapat
2. Klien lingkungan yang panas berpengaruh pada peningkatan
bebas dari 5. Berikan kompres hangat suhu tubuh karena merupakan
menggigil pada lipatan bagian tubuh daerah vaskular
(pada tengkuk, aksila) 5. Karena pada tengkuk
terdapat hipotalamus (tempat
pengaturan regulasi suhu
tubuh)

D. IMPLEMENTASI

Nama : Ny. M

Umur : 25 thn

No Register : 00255

Jam
No Hari/tanggal Diagnosa Implementasi
(Waktu)
1 Minggu, 9 1,2 08.00 Mengobservasi TTV
september 1 08.10 Mengkaji nyeri
2018 1 08.15 Memberikan analgetik sesuai program
2 08.15 Memberikan kompres hangat pada
lipatan bagian tubuh (pada tengkuk,
aksila)
2 08.20 Memberikan antipiretik sesuai program
2 08.20 Menganjurkan pasien menggunakan
pakaian tipis

17
2 08.25 Menganjurkan pasien banyak minum
1 08.25 Memberikan tindakan non famakologis
(posisi semi fowler).
2 Senin, 10 1,2 08.00 Mengobservasi TTV
september 1 08.10 Mengkaji nyeri
2018 2 08.15 Memberikan kompres hangat pada
lipatan bagian tubuh (pada tengkuk,
aksila)
1,2 08.20 Menganjurkan pasien untuk banyak
beristirahat
1 08.25 Memberikan analgesik sesuai program
2 08.25 Memberikan antipiretik sesuai program
3 Selasa, 11 1,2 08.00 Mengobservasi TTV
september 1 08.10 Mengkaji nyeri
2018 1,2 08.15 Menganjurkan pasien untuk banyak
beristirahat
1 08.20 Memberikan analgesik sesuai program
2 08.20 Memberikan antipiretik sesuai program

E. EVALUASI

Nama : Ny. M

Umur : 25thn

Register : 00255

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Infeksi post partum atau puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada waktu persalinan dan perawatan masa post
partum. Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia
dalam masa post partum.

Penyebab infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang
merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang

19
terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai penghuni normal jalan lahir.

Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi post partum antara lain demam, nyeri di daerah
infeksi, terdapat tanda kemerahan pada daerah yang terinfeksi, fungsi organ terganggu.
Gambaran klinis infeksi post partum adalah sebagai berikut:

a. Infeksi lokal Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokea bercampur
nanah, mobilitas terbatas, suhu tubuh meningkat.
b. Infeksi umum Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi
meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, penurunan kesadaran hingga koma,
gangguan involusi uteri, lokea berbau, bernanah dan kotor.

4.2 Saran

Dengan makalah ini penulis berharap, pembaca dapat memahami konsep teori beserta
asuhan keperawatan pada infeksi post partum, karena infeksi post partum rentan ditemui
terutama pada wanita yang mengalami gangguan pada sistem imun, sebagai tim medis harus
berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya infeksi pada post partum, sehingga
secara tidak langsung dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas.

DAFTAR PUSTAKA

Aini. 2011. Infeksi Postpartum. https://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/infeksi-


postpartum/. Diakses pada tanggal 7 September 2018.

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta :Rineka Cipta. Bayar Rosamun d, M, ( 2001)

Armini, M. 2012. Askep Ibu dengan Komplikasi Post Partum.


http://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/Askep%20Komplikasi%20Post%20Partum.pdf.

Therikor Midwifery Practice, macmilan London. Budiarto,E. 2002. Biostatistika Untuk


Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC.

20
Prastio, R. 2011. Askep Infeksi Nifas. http://iyansweet.blogspot.com/2011/06/askep-infeksi-
nifas.html. Diaskes pada tanggal 7 September 2018.

Rochmawati, L. 2014. Infeksi Masa Nifas dan Penanganannya.


https://www.kebidanan.org/infeksi-masa-nifas-dan-penanganannya. Diakses pada tanggal 7
September 2018.

21

Anda mungkin juga menyukai