PENDAHULUAN
1
post partum/puerperalis ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28
hari setelah persalinan (Bobak, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari Makalah ini adalah:
1. Bagaimana Definisi dari Infeksi Post Partum?
2. Bagaimana Etiologi dari Infeksi Post Partum?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Infeksi Post Partum?
4. Bagaimana Patofisiologi dari Infeksi Post Partum?
5. Bagaimana Penatalaksanaan dari Infeksi Post Partum?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Infeksi Post Partum?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Infeksi Post Partum?
1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk Mengetahui Definisi dari Infeksi Post Partum.
2. Untuk MengetahuiEtiologi dari Infeksi Post Partum.
3. Untuk MengetahuiManifestasi Klinis dari Infeksi Post Partum.
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi dari Infeksi Post Partum.
5. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan dari Infeksi Post Partum.
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Infeksi Post Partum.
7. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan dari Infeksi Post Partum.
2
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai
sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (24 hari) setelah itu. Dalam
bahasa latin, waktu mulai setelah melahirkan anak ini disebut Puerperium yaitu dari kata
partinyapuer yang artinya melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.
Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti prahamil. Sekitar 50 % kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum
sehingga pelayanan pascapersalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Sunarsih, 2011).
Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin.
(Saifuddin, 2006). Infeksi post partum atau puerperalis adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genitalia pada waktu persalinan dan
perawatan masa post partum. Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua
peradangan alat-alat genitalia dalam masa post partum (Prawirohardjo, 2007).
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran.
Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar mengganggap nya antara 4 sampai 6 minggu.
Walaupun merupakan masa yang relative tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya
sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga sering terjadi. (Cunningham, F,
et al, 2013).
2.2 Etiologi
Penyebab infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen
yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dariluar. Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak pathogen
3
sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi
puerperalis antara lain:
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi post partum antara lain demam, nyeri di
daerah infeksi, terdapat tanda kemerahan padadaerah yang terinfeksi, fungsi organ terganggu.
Gambaran klinis infeksi post partum adalah sebagai berikut:
a. Infeksi lokal Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokea bercampur
nanah, mobilitas terbatas, suhu tubuh meningkat.
b. Infeksi umum Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi
meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, penurunan kesadaran hingga koma,
gangguan involusi uteri, lokea berbau, bernanah dan kotor.
2.4 Patofisiologi
Proses persalinan
Dikontinuitas jaringan
4
Pengaruhi cortex cerebri
Dipresepsikan nyeri
2.5 Penatalaksanaan
1. Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
2. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
3. Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
4. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
5. Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus
terjaga kesuci-hamaannya.
6. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera
diganti dengan transfusi darah.
1. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus steril.
2. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
3. Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
5
c. Pencegahan infeksi postpartum :
1. Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada kehamilan
tua sebaiknya dilarang.
2. Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan agar
tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin. Cegah
perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-
alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas
indikasi yang tepat.
3. Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan
tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa
nifas.
d. Penanganan umum
1. Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan)
yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
2. Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3. Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali
pada saat kehamilan ataupun persalinan.
4. Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
5. Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala
yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
6. Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang
mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
1. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan
darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam
pengobatan.,
2. Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
6
3. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spektrum
luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah
diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
Pemeriksaan thrombosis
1. Jumlah sel darah putih (SDP)
2. Hemoglobin ( Hb / ht ), untuk mengetahui penurunan pada adanya anemia
3. Kultur ( thrombo / thrombosi ) dari bahan intra uterus atau intra servikal atau
drainase luka atau pewarnaan gram dari lokhia serviks dan uterus mengidentifikasi
thrombos penyebab.
7
4. Urinalisis dan kultur : mengesampingkan interaksi saluran kemih
5. Ultrasonografi : menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan,
melokalisasi abses peritoneum.
6. Pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyari pelvis. Masa atau
pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan thrombosis.
8
BAB III
3.1 Kasus
Ny. M usia 25 tahun. Primipara postpartum pervaginam hari ke- 8. Datang ke klinik dengan
keluhan nyeri vagina, demam selama 3 hari dan pengeluaran pervaginam mengeluarkan bau
yang menyengat. Riwayat persalinan klien adalah melahirkan pada usia kehamilan 37 minggu
dengan vacum forsep akibat preeklamsia dan letak bayi masih tinggi di sebuah klinik di daerah.
Saat ini bayi dalam keadaan baik. Pengukuran suhu oral 38,6C
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. M
Usia : 25 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
3. Riwayat penyakit sekarang : Nyeri pada daerah episiotomi, demam selama 3 hari dan
pengeluaran pervaginam mengeluarkan bau yang menyengat. Riwayat persalinan klien
adalah melahirkan pada usia kehamilan 37 minggu dengan vacum forsep akibat
preeklamsia dan letak bayi masih tinggi di sebuah klinik di daerah. Pengukuran suhu oral
38,6C
9
5. Riwayat Menstruasi :
a. Menarche : umur 14 tahun
b. Siklus : teratur tiap bulan
c. Lama : Rata-rata 6-7 hari.
d. Dismenorhea : -
6. Riwayat Obstetri:
a. G1P10001
b. Riwayat kehamilan sebelumnya : -
c. Riwayat intrapartum : Riwayat persalinan klien adalah melahirkan pada usia
kehamilan 37 minggu dengan vacum forsep akibat preeklamsia dan letak bayi
masih tinggi
8. Pola Kebiasaan:
a. Pola Nutrisi
Anoreksia, mual/ muntah, haus, membran mukosa kering, distensi abdomen,
kekakuan. Asupan makanan bergizi kurang. Pasien makan 3 kali sehari, pasien hanya
menghabiskan setengah dari porsi yang seharusnya, dan pasien suka pilih-pilih
makanan.
c. Pola aktivitas
Malaise, letargi, klien merasa aktivitasnya terbatas akibat dari ketidak nyamanan pada
area jahitan di perineum.
d. Pola eliminasi
BAB 1 hari sekali konsistensi lunak, BAK 3-4 kali sehari dengan konsistensi kuning
dan bau khas amoniak.
10
e. Kebersihan diri
klien mengatakan mandi sekali sehari pada sore hari di tempat tidur. Klien gosok
gigi 1 kali sehari dan selama di rumah sakit klien keramas 1 kali. Ganti pembalut 2
kali sehari. Kebersihan perineum kurang, klien jarang berganti celana dalam.
f. Pola koping
Pola koping klien kurang adekuat
g. Konsep diri : ansietas
9. Pemeriksaan fisik:
a. Observasi :
- Keadaan umum: lemah
- Kesadaran: composmentis
- BB: 62,3 kg; TB: 158
- TD: 120/80 mmHg
- Nadi: 98 x/menit
- Suhu: 38,60 C
- Pernapasan cepat dan dangkal, RR:28x/menit
- CRT: <2 detik
- Akral : HKM
- GCS: 456
b. Kepala : tidak ada masalah
c. Mata: konjungtiva agak pucat; sklera putih; pupil isokor
d. Telinga dan hidung: tidak ada masalah
e. Mulut dan gigi : membran mukosa kering, kebersihan mulut baik
f. Leher: tidak ada masalah
g. Dada: pergerakan seimbang,
h. payudara : konsistensi normal; hiperpigmentasi papila dan aerola mamae
terlihat; puting menonjol; simetris; produksi ASI ada kolostrum
i. Abdomen: fundus uteri 2 jari di bawah pusar; peristaltik 3x/menit; kekakuan pada
pelvis
11
j. Genitalia: pengeluaran pervaginam mengeluarkan bau yang menyengat; jahitan
perineum merah, bengkak, dan sedikit terbuka; terasa panas dan nyeri di sekitar
perineum.
k. Ekstrimitas: Tidak ada masalah
12
Analisa Data
Nama : Ny. M
Umur : 25 thn
No Register : 00255
Hipertermi
13
S=6
T = menetap dan terus
menerus
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
14
C. PERENCANAAN
Nama : Ny. M
Umur : 25thn
Register : 00255
Diagnosa
Tgl/
Keperawatan/ Tujuan dan
Inisial Intervensi Rasional
Masalah Kriteria Hasil
Perawat
Kolaboratif
15
Nyeri akut b.d Tujuan :Setelah 9 1. Kolaborasi dengan dokter 1. Pemberian analgesik yang
episiotomi dilakukan Septemb dalam pemberian analgesik sesuai dapat meredakan
tindakan er 2018 / 2. Berikan analgetik sesuai rasa nyeri yang dirasakan
keperawatan intan program pasien
selama 3x24 3. Observasi TTV 2. Untuk mengurangi rasa
jam,masalah nyeri.
nyeri teratasi 3. Untuk mengetahui
dengan Kriteria keadaan umum pasien.
hasil:
1.Adanya
penurunan
intensitas nyeri
2.Ketidaknayama
n akibat nyeri
berkurang
3.Tidak
menunjukan
tanda-tanda fisik
dan perilaku
dalam nyeri akut
Hipertermia b.d Tujuan : 9 1. Pantau suhu tubuh pasien. 1. Untuk mengetahui tingkat
sepsis Setelah Septemb 2. Pantau asupan makanan inflamasi pada tubuh.
dilakukan er 2018/ dan cairan serta 2. Peningkatan kalori dan
tindakan intan pertahankan keadekuatan cairan diperlukan untuk
keperawatan asupan cairan kurang lebih mempertahankan fungsi
dalam waktu 2000 ml setiap hari. metabolik ketika terjadi
2x24 jam, demam
hipertermi hilang 3. Gunakan pakaian yang 3. Penambahan pakaian atau
dan tipis dan hindari selimut pada seseorang akan
berkurangKriteri menggunakan selimut menghambat kemampuan
ahasil : yang tebal. alami tubuh untuk
16
1.Suhu tubuh 4. Hindari terpajannya menurunkan suhu tubuh.
kembali normal bagian kepala, wajah, 4. Terpajannya bagian kepala,
(36,5-37,5C) tangan, dan kaki pada wajah, tangan, dan kaki dapat
2. Klien lingkungan yang panas berpengaruh pada peningkatan
bebas dari 5. Berikan kompres hangat suhu tubuh karena merupakan
menggigil pada lipatan bagian tubuh daerah vaskular
(pada tengkuk, aksila) 5. Karena pada tengkuk
terdapat hipotalamus (tempat
pengaturan regulasi suhu
tubuh)
D. IMPLEMENTASI
Nama : Ny. M
Umur : 25 thn
No Register : 00255
Jam
No Hari/tanggal Diagnosa Implementasi
(Waktu)
1 Minggu, 9 1,2 08.00 Mengobservasi TTV
september 1 08.10 Mengkaji nyeri
2018 1 08.15 Memberikan analgetik sesuai program
2 08.15 Memberikan kompres hangat pada
lipatan bagian tubuh (pada tengkuk,
aksila)
2 08.20 Memberikan antipiretik sesuai program
2 08.20 Menganjurkan pasien menggunakan
pakaian tipis
17
2 08.25 Menganjurkan pasien banyak minum
1 08.25 Memberikan tindakan non famakologis
(posisi semi fowler).
2 Senin, 10 1,2 08.00 Mengobservasi TTV
september 1 08.10 Mengkaji nyeri
2018 2 08.15 Memberikan kompres hangat pada
lipatan bagian tubuh (pada tengkuk,
aksila)
1,2 08.20 Menganjurkan pasien untuk banyak
beristirahat
1 08.25 Memberikan analgesik sesuai program
2 08.25 Memberikan antipiretik sesuai program
3 Selasa, 11 1,2 08.00 Mengobservasi TTV
september 1 08.10 Mengkaji nyeri
2018 1,2 08.15 Menganjurkan pasien untuk banyak
beristirahat
1 08.20 Memberikan analgesik sesuai program
2 08.20 Memberikan antipiretik sesuai program
E. EVALUASI
Nama : Ny. M
Umur : 25thn
Register : 00255
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi post partum atau puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada waktu persalinan dan perawatan masa post
partum. Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia
dalam masa post partum.
Penyebab infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang
merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang
19
terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai penghuni normal jalan lahir.
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi post partum antara lain demam, nyeri di daerah
infeksi, terdapat tanda kemerahan pada daerah yang terinfeksi, fungsi organ terganggu.
Gambaran klinis infeksi post partum adalah sebagai berikut:
a. Infeksi lokal Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokea bercampur
nanah, mobilitas terbatas, suhu tubuh meningkat.
b. Infeksi umum Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi
meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, penurunan kesadaran hingga koma,
gangguan involusi uteri, lokea berbau, bernanah dan kotor.
4.2 Saran
Dengan makalah ini penulis berharap, pembaca dapat memahami konsep teori beserta
asuhan keperawatan pada infeksi post partum, karena infeksi post partum rentan ditemui
terutama pada wanita yang mengalami gangguan pada sistem imun, sebagai tim medis harus
berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya infeksi pada post partum, sehingga
secara tidak langsung dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta :Rineka Cipta. Bayar Rosamun d, M, ( 2001)
20
Prastio, R. 2011. Askep Infeksi Nifas. http://iyansweet.blogspot.com/2011/06/askep-infeksi-
nifas.html. Diaskes pada tanggal 7 September 2018.
21