Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENULISAN ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG


MANAJEMEN DIET

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 (A 2016 2)

Amelia Yodandi Putri (1611123907) Cindikia Putri


(1611123499)
Bima Permata Sari (1611123691) Shelpi Pebriani
(1611123500)
Deni Riliti (1611122999) Riskhita Mutiara Salshabil
(1611123524)
Debby Oktaviarini (1611116001) Dhea Putri Primadana Arum
(1611123561)
Fathul Husni Syofyan (1611123570) Muhriyani
(1611123564)
Calvin Maulana (1611123493) NajlaNailufar
(1611123772)

KOORDINATOR : Ns.YesiHasneli N, SKp, MNS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman dan meningkatnya jumlah penduduk, peningkatan

jumlah penderita suatu penyakit juga semakin tinggi. Salah satu penyakit yang

mengalami peningkatan jumlah penderita yang cukup tinggi adalah penyakit

degeneratif. Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak

mempengaruhi kualitas hidup serta produktifitas seseorang. Penyakit kronik adalah

kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala penambahan

usia atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang. Salah satu

penyakit yang dikategorikan penyakit kronik adalah Diabetes Melitus (DM) .

Terdapat 2 kategori DM, DM tipe 1 yaitu sel beta tidak dapat memproduksi

insulin dan DM tipe 2 yaitu tubuh tidak cukup memproduksi insulin secara adekuat

(Digiulio, Jackson, & Keogh, 2014). Penyakit DM tipe 2 merupakan jenis DM yang

paling banyak ditemukan dimasyarakat (World Health Organization [WHO], 2015).

Diabetes Mellitus tergolong pada penyakit yang serius, tidak menular dan

merupakan penyakit silent killer yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah

dan kegagalan sekresi insulin atau penggunaan insulin dalam metabolisme yang tidak

adekuat (Sudoyo, Setyohadi, Marsellus, & Setiadi, 2009). Penderita DM beresiko tinggi

mengalami komplikasi berupa hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis, neuropathy

yang meningkatkan resiko luka gangren yang berujung pada amputasi, retinopathy yang

berpotensial mengalami kebutaan, nephropathy yang dapat berujung pada gagal ginjal,

dan

1
2

selain komplikasi tersebut penyakit DM juga memberikan efek negatif terhadap

penderitanya baik secara fisik, psikologis, sosial maupun ekonomi. (American Diabetes

Assosiation [ADA], 2009; Sari, 2008).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2011, terdapat 329 juta

orang didunia menderita diabetes mellitus Tipe II dengan kematian mencapai 4,6 juta

orang. Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan

jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.

Menurut Depkes RI, 2010 di Indonesia, prevalensi jumlah penderita DM tipe II dari

230 juta jiwa, 12 juta jiwa menderita DM tipe II, dan setiap 10 detik seorang meninggal

dunia karena DM tipe II (Depkes RI, 2010). Profil kesehatan Indonesia pada tahun

2012 menunjukan bahwa DM berada pada ururtan ke 6 dari 10 penyakit utama pada

pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia (Kemenkes RI, 2013).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau (2012) menunjukkan

bahwa angka kejadian penderita DM di Pekanbaru berubah dan cenderung meningkat.

Pasien DM pada tahun 2011 terdapat 2.724 pasien dan 2012 terdapat 2829 pasien.

Khusus RSUD Arifin Ahmad Provinsi Riau pada tahun 2013 terdapat mencapai 576

orang penderita DM yang dirawat inap dan rawat jalan (Medikal Record RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru, 2013) sedangkan DM pada tahun 2013 khusus RSUD Petala Bumi

Pekanbaru terdapat 98 pasien rawat inap dan 157 pasien rawat jalan (Medikal Record

RSUD Petala Bumi Pekanbaru, 2014).

Upaya pencegahan dan penanganan DM perlu mendapat perhatian yang serius,

karena seseorang dengan DM yang tidak terkendali dalam jangka waktu lama akan

3
meyebabkan terjadinya komplikasi DM seperti : kehilangan penglihatan, kerusakan

pembuluh darah dan saraf serta gangguan ginjal (Digiulio et al., 2014). Kepatuhan

pasien terhadap perencanaan makan dan pengetahuan pasien terkait penyakit DM

merupakan salah satu kendala yang dialami pada pasien DM. Penderita DM banyak

yang merasa “tersiksa” sehubungan dengan jenis dan jumlah makanan yang dianjurkan

(Smeltzer & Bare, 2009). Penyakit Diabetes Mellitus tipe II tidak dapat disembuhkan,

tetapi bisa dikelola dengan mematuhi empat pilar penatalaksanaan DM tipe II meliputi

pendidikan kesehatan, perencanaan makan atau diet, latihan fisik teratur dan minum

obat teratur (Purba, 2008).

B. Rumusan Masalah

Tingginya angka kejadian DM di era globalisasi disebabkan adanya perubahan

gaya hidup (pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas fisik), obesitas, riwayat

gestasional Diabetes, stress, kelainan genetika serta usia yang semakin lama semakin

tua (Soegondo, 2009). Paling utama disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang rendah

karena kurangnya informasi penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang bagaimana

mengatur pola hidup sehat. Pengetahuan tentang mengatur pola hidup sehat itu sendiri

merupakan salah satu upaya pencegahan DM (Hasneli, 2009).

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka peneliti ingin mengetahui

“Tingkat pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang manajemen diet”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien DM tentang manajemen diet.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan pasien DM tentang diet

DM.

b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pasien DM

dalam melakukan diet DM.

c. Untuk mengetahui gambaran tentang karakteristik (usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerajaan, penghasilan) pasien DM.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi variabel-variabel

pengetahuan dan sikap klien yang akan mempengaruhi terhadap diet DM serta

menjadi dasar untuk mengembangkan teori yang sudah ada.

2. Bagi Rumah Sakit

Menjadi masukan bagi UPT RSU Petala Bumi Pekanbaru khususnya bagian

Poliklinik Penyakit Dalam, dalam hal ini memberikan program pendidikan

kesehatan (penyuluhan kesehatan) yang sesuai dengan tingkat pengetahuan dan

sikap pasien DM.

3. Bagi penderita DM dan Keluarga

Penelitian ini dapat memeberikan informasi kepada klien dan keluarga

sehingga diharapkan klien dan keluarga dapat mempunyai pengetahuan dan sikap

yang lebih baik dalam hal upaya meningkatkan kepatuhan diet DM dengan

optimal.

4. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat berguna bagi peneliti, sehingga peneliti dapat lebih tahu

manfaat dari diet DM dan dapaat mengaplikasikannya pada pasien DM baik

dilingkungan kerja maupun dilingkungan masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

E. Teori

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari yang terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu melalui panca indera manusia yang terdiri

dari : indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, serta indera

perasa dan peraba. Namun sebagian besar pengetahuan yang didapat oleh

manusia atau individu didapat dari mata dan telinga (Soekidjo, Notoadmodjo

2003). Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahuai berkenaan dengan

hal mata pelajaran (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).

Menurut Green, dkk dalam Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang dicakup

domait kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

dan didapat sebelumnya. Yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ini

adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

b. Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar dari apa yang diketahui dan dapat mempresentasikan materi tersebut

dengan benar, misalnya menyimpulkan terhadap objek yang dipelajarinya


c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

mempraktikkan dan dapat mengembangkan rumus, metode serta prinsip

yang telah di dapatkkan.

d. Analisis (analysis)

Analisis yaitu kemampuan seseorang menjabarkan materi atau

sesuatu objek kedalam komponen-komponen namun masih dalam suatu

struktur organisi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu untuk keseluruhan yang baru

misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat merigkaskan, dapat

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan penelitian

terhadap suatu objek. Menurut Mubarak (2012), terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang:

a. Usia (umur)

Usia sangat mempengaruhi daya tangkap seseorang dan pola

pikir seseorang terhadap pengetahuan.

b. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang memperoleh

informasi.

c. Media masa

Media masa merupakan informasi dalam pendidikan non formal

yang dapat diperoleh dari sumber manapun dan untuk meningkatkan

pengetahuan.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat disekitar

individu, baik itu lingkungan fisik, biologis ataupun sosial.

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses masuknya kedalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut

e. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran dengan cara mengulang kembali pengetahuan

yang pernah diperoleh di masa lalu.

2. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus termasuk penyakit metabolik yang dikarakteristikkan

oleh tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) karena defek sekresi

insulin, defek kerja insulin atau kombinasi keduanya (ADA, 2003 dalam Smeltzer

et al., 2008).

A. Klasifikasi dan etiologi


World helath organization (WHO) pada tahun 1997 dalam Porth tipe

1, DM tipe 2.

1. DM tipe 1

DM tipe 1 ditandai dengan destruksi sel beta pankreas, terbagi

dalam 2 sub tipe yaitu tipe 1A yaitu diabetes yang diakibatkan proses

immunologi (immune-mediated diabetes) dan tipe 1B yaitu diabetes

idiopatik yang belum diketahui penyebabnya. Diabetes tipe 1

mempunyai tanda-tanda seperti kekurangan insulin absolut,

peningkatan glukosa darah, pemecahan lemak dan protein tubuh.

2. DM tipe 2

DM tipe 2 ini dikenal sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes

(NIDDM).Dalam DM tipe 2 ini, jumlah insulin yang diprosuksi oleh

pankreas biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan total (Julien, Senecal & Guay,

2009).Jumlahnya mencapai 90-95% dari seluruh pasien dengan

diabetes, yang banyak mengalami ini dewasa tua lebih dari 40 tahun

serta leih sering terjadi pada individu obesitas (CDC, 2005).

B. Faktor-faktor resiko DM

Menurut Sudoyo (2006), faktor-faktor risiko DM terjainya DM antara

lain:

1. Faktor Keturunan (Genetik)


Keluarga apseien yang mempunyai riwayat DM tipe 2 mempunyai

peluang 15% berisiko mengalami intoleransi glukosa.Intoleransi

glukosa adalah keidakmampuan dalam memetabolisme karbohidrat

secara normal sebesar 30% (LeMone & Burke, 2008). Faktor genetik

10

akan mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya

mengenali dan menyebarkan rangsang sekretoris insulin.

2. Obesitas

Obesitas atau kegemukan adalah kelebihan berat badan besar besar

dari 20% dari berat badan ideal atau BMI (Body Mass Index) besar

dari 27 kg/m2.kegemukan ini menyebabkan berkurangnya jumlah

reseptor insulin yang dapat bekerja didalam sel pada otot skeletal dan

jaringan lemak ini disebut juga degan resistensi insulin perifer.

Kegemukan juga merusak kemampuan sel beta untuk melepas insulin

saat terjadi peningkatan glukosa darah (smeltzer, et al. 2008).

3. Usia

Faktor usia yang berisiko terkena DM tipe 2 yaitu usia diatas 30

tahun. Ini disebabkan karena adanya perubahan anatomis, fisiologis

dan biokimia.Perubahan dapat dimulai dari tingkat sel, kemudian

berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang

dapat mempengaruhi hemeostasis. Menurut ketua Indonesian

Diabetes Association, Soegondo, menyebuutkan bahwa DM tipe 2

biasanya ditemukan pada orang dewasa usia 40 tahun keatas, akan


tetapi pada tahun 2009 ditemukan pada penderita DM termuda pada

usi 20 tahun.

4. Tekanan Darah

Orang yang berisiko penderita DM adalah yang mempunyai

tekanan darah (hypertensi) yaitu dengan tekanan darah besar dari

140/90 mmHg. Hipertensi ini jika tidak dikelola dengan baik maka

11

akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan kardiovaskuler. Jika

tekanan darah dapat dikontrol maka akan memproteksi terhadap

komplikasi mikro dan makrovaskuler yang disertai pengelolaan

hiperglikemia yang terkontrol. Patoginesis hipertensi penderita DM

tipe 2 ini sangat kompleks, banyak faktor yang berpengaruh pada

peningkatan tekanan darah, faktor tersebut adalah : resistensi insulin,

kadar gula darah plasma, obesitas. Faktor lain pada sistem otoregulasi

pengaturan tekanan darah (sudoyo, 2006).

5. Aktivitas Fisik

Jika aktivitas kurang maka akan menyebabkan resistensi insulim

pada DM tipe 2 (Soegondo. Soewondo & Subekti, 2009). Menurut

Ketua Indonesian Diabetes Association (Persadia), Soegondo bahwa

DM tipe 2 selain faktor genetik, juga dipicu oleh lingkungan yang

akan menyebabkan erubahan gaya hidup tidak sehat, seperti makanan

berlebihan (berlemak dan kurang serat), kurang aktivitas fisik, &

stres.

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis DM tergantung pada kadar hiperglikemia yang

diderita pasien. Manifestasi klinis yang sering dialami oleh penderita

diabetes meliputi trias poli, yaitu poliuri, polidipsi, dan poliphagi.Poliuri

dan polidipsi terjadi akibat kehilangan cairan berlebihan yang berhubungan

dengan diuresis osmotic.Dan juga poliphagi berakibat dari kondisi

metabolik yang diinduksi oleh adanya defesiensi insulinserta pemecahan

lemak dan protein. Gejala-gejala lain yang akan terjadi antara lain yaitu

12

kelemahan, kelelahan, perubahan penglihatan yang mendadak, erasaan gatal

atau kekbasan pada tangan dan kaki, kulit kering, adanya lesi luka yang

penyembuhannya lambat dan infeksi berulang (Smeltzer, et al. 2008)

D. Komplikasi

Menurut Black & Hawks (2005); Smeltzer, et al (2008)

mengklasifikasikan komplikasi DM menjadi 2 kelompok besar, yaitu

komplikasi akut dan komplikasi kronis:

1. Akut

Terjadi akibat ketidakseimbangan akut kadar glukosa darah, yaitu:

hiperglikemia, diabetek ketoasidosis dan hipergliemia hyperosmolar

non ketosis (Black & Hawks, 2005). Hipoglikemia adalah kadar gula

dibawah normal. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut DM yang

dapat terjadi seara berulang-ulang bahkan dapat memperparah

penyakit tersebut (Cyer, 2005).Faktor utama hipoglikemia yaitu

ketergantungan jaringan saraf pada asupan glukosa secara terus-

menerus.Gangguan asupan glukosa yang berlangsung beberapa menit

dapat menyebabkan gangguan fungsi system saraf pusat, dengan


gejala gangguan fungsi system saraf pusat, dengan gejala gangguan

kognisi, bingung dan koma (Sudoyo, et al. 2006). Klasifikasi

hipoglikemia berdasarkan Triad Whipple, adalah:

a. Keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa darah plasma

yang rendah.

b. Kadar glukosa darah yang rendah (< 3 mmol/L hipoglikemia

pada diabetes).

13

c. Hilangnya secara cepat keluhan sesidah kelainan biokimiawi

dikoreksi.

Berdasarkan kriteria diatas, hipoglikema diabetes dibagi sebagai

berikut:

a. Hipoglikemia ringan: simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak

ada gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.

b. Hipoglikemia sedang: simptomatik dapat diatasi sendiri, dan

dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.

c. Hipoglikemia berat: sering (tidak selalu) tidak simptomatik,

karena gangguan kognitif, pasien tidak mampu mengatasi

sendiri:

1. Membutuhkan bantuan orang lain

2. Memerlukan terapi parenteral

3. Disertai koma atau kejang

2. Kronis

Komplikasi kronis terdiri dari komplikasi makrovaskuler,

mikrovaskuler dan neuropati


a. Komplikasi makrovaskuler

Kompliaksi ini diakibatkan oleh adanya perubahan ukuran

diameter pembuluh darah yang memenbal, sclerosis dan timbul

sumbatan (occlusion) akibat plaque yang menempel. Adapun

komplikasi yangsering terjadi adalah: penyakit arteri coroner,

penyakit cerebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer

(Smeltzer, et al. 2008).

14

b. Komplikasi mikrovaskuler

Komplikasi ini elibatkan struktur-struktur kecil dalam

pembuluh darah.kelainan pada pembuluh darah akan

menyebabkan dinding pembuluh darah menebal, dan

mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Jika terjadi

komplikasi mirovaskuler di retina akan menyebabkan retinopati

dan nefropati terjadi pada ginjal. (Sudoyo, et al. 2006)

c. Komplikasi Neuropati

Neuropati diabetic mempengaruhi semua system jenis saraf

yaitu saraf perifer, otonom dan spinal (Sudoyo et al. 2006).

Dalam 5-10 tahun tidak terjadi di diagnosis tetapi mungkin

ditemukan pada saat mulai terdiagnosis tipe 2 (Smeltzer,et

al.2008).

Penyebab terjadinya tukak saluran pencernaan bersifat

multifaktorial,dapat dibagi menjadi tiga golongan,yaitu

disebabkan oleh perubahan patofisiologi, deformitas anatomi

dan faktor lingkungan. Factor resiko terjadinya ulkus dan


infeksi adalah neuropati ferifer, deformitas neuro

osteoarthopathic, insufiensi vascular, hiperglekemia dan

gangguan metabolic lain, keterbatasan pasien, perilaku

maladaptive serta kegagalan pelayanan kesehatan. Klasifikasi

ulkus DM berdasarkan system wagner.

15

Tingkat Lesi

0 Tidak terdapat lesi terbuka, mungkin hanya deformatis dan selulitis

1 Ulkus diabetic superfisialis (partial atau full thickness)

2 Ulkus meluas mengenai ligament, tendon, kapsul sendi atau otot

dalam tanpa abses atau osteomileitis

3 Ulkus dalam dengan abses, osteomileitis atau infeksi sendi

4 Ganggren setempat pada bagian depan kaki atau tumit

5 Ganggren luas meliputi seluruh kaki

Sumber : (Frykberg, 2002)

E. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Adapun tujuan utama dari terapi diabetes adalah untuk menormalkan

altivitas insulin dan kadar glukosa darah. Cara-cara yang dapat dilakukan

adalah menjaga kadar glukosa dalam batasan ormal tanpa terjadi

hipoglikemia dan memelihara kualitas hidup yang baik. Adapun 5

komponen dalam penatalksanaan diabetes tipe 2, yaitu terapi nutrisi (diet),


latihan fisik, pemantauan, terapi farmakologi dan pendidikan (Smaltzer, et

al, 2008).

1. Menajemen diet

Tujuan utama dari manajemen diet antara lain adalah mencapai

dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati

normal, mecapai dan memperthanakan berat badan dalam batasan

16

normal, mencegah komplikasi akut dan kronik, serta meningkatkan

kualita hidup (Suyono, 2009).

Penatalaksanaan nutrisi di mulaidari menilai kondisi pasien,salah

satunya menilai status gizi. Penilaian status gizi dengan menghitung

Indeks Masa Tubuh (IMT)=BB (kg)/TB2 (meter) untuk melihat

apakah penderit DM mengalami egemukan atau obesitas, normal atau

kurang gizi. (Suyono, 2009).

Standard makanan untuk pasien penderita DM yang diajurkan oleh

Perkeni (2006) adalah karbohidrat 45-65%, protein 10-20%, lemak

20-25%, kolesterol <300mg/hr, serat 25g/hr, garam dan pemanis

dapat digunakan secukupnya.

2. Penentuan status gizi

Dapat dipakai Indeks Masa Tubuh (IMT) an rumus Broca. Indeks

masa Tubuh (IMT) dapat dihitung dengan rumus:

IMT = BB (Kg)/ TB (M2)

 IMT Normal Wanita = 18.5-23.5

 IMT Normal Pria = 22.5-25


 BB kurang = <85

BB lebih:

 Dengan resiko = 23-24.9

 Obesitas I = 2.5-29.9

 Obesitas II = 30

17

3. Latihan fisik (Olah Raga)

Olahraga dapat mengktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin di

membrane plasma yang mengakibatkan penurunan kadar glukosa

darah. Dengan rutin berolahraga dapa memelihara berat badan normal

dengan indeks masa tubuh [BMI] <25 (Adisa, Alutundu & Fakeye,

2009; Casey, De Civita & Dasgupta, 2010]. Adapu manfaat latihan

fisik adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkam

pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin,

memperbaiki sirkulasi daarah dan tonus otot, mengubah kadar lemak

darah yaitu meningkatkan kadar HDL – kolesterol dan menurunkan

kadar kolesterol total serta trigisireda (Sudoyo, et al., 2009).

Adapun latihan fisik untuk pasien DM sama dengan latihan

jasmani pada umumnya, yaitu mengikuti : F,I,D,J dimana F =

frekuensi (3-5 x per minggu secara teratur) ; I = intensitas ringan dan

sedang (60-70 % Maksimum heart rate) ; D = durasi (30-60 menit

setiap melakukan latihan jasmani; dan J = jenis latihan fisik yang

dianjurkan seperti aerobic yang berguna untuk meningkatkan stamina


seperti jalan, berenang, senam berkelompok dan bersepeda ( Ilyas

dalam Soegondo, Soewondo & Subekti, 2009). Sebelum melakukan

latihan fisik hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

1. Monitor kadar glukosa darah sebelum dan sesudah berolahraga

2. Menghindari memakan karbohidrat ekstra sebelum berolahraga

yang bertujuan untuk mengindari gula darah rendah

3. Apabila insulin meningkat hindari olahraga berat

18

4. Kurangi dosis insulin sebelu melakukan olahraga yang

melelahkan

5. Periksa kadar gula darah secara periodik karena glukosa darah

bias turun setelah berolahraga

4. Pemantauan (monitoring) kadar gula darah

Untuk mendeteksi dan mencegah hiperglikemia dan hipoglikemia

pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau self monitoring

blood glucose (SMBG) sangat dibutuhkan bagi penderita DM sangat

dianjurkan untuk memantau kadar glukosa darah karena cenderung

mengalami ketosis berat, hiperglikemia dan tanpa gejala ringan.

SMBG telah menjadi dasar dalam membrikan terapi insulin

(Smeltzer, et al. 2008).

Hal yang haru dimonitor secara berkala adalah glukosa darah,

glukosa urin, keton darah dan keton urin.Selain itu, pengkajian

tambahan seperti cek berat badan secara regular, pemeriksaan fisik

teratur, pendidikan tengtang diit, kemampuang monitoring diri,


injeksi dan pengetahuan umum tentang diabetes dan perubahan-

perubahan dalam diabetes (Dunning,2003).

5. Terapi Farmakologi

Tujuan terapi insulin adalah menjaga agar kadar gula darah

mendekati normal. Insulin diperlukan sebagai terapi jangka panjang

untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Jika dengan diet dan

latihan fisik dan obat hipoglikemia ora (OHO)tidak dapat menjaga

kdar gula darah dalam rentang normal. Hal ini secara temporal akan

19

mengkibatkan pasien DM tipe 2 mengalami sakit infeksi, kehamilan,

pembedahan atau bebrapa kejadian stress lainnya (Smeltzer, et al.

2008). OHO saat ini terbagi 2 yaitu :

1. Obat yang memperbaiki keja insulin

2. Obat yang meningkatkan produksi insulin

Obat-obatan seperti metformin, glitazone, dan akar bose adalah

obat yang bekerja pada hati, otot dan jaringan lemak serta usus. Ini

merupakan tempat dimana terdapat insulin yang mengatur kadar

glukosa darah. Sulfonil, prepaglinid, nateglinid, dan meningkatkan

pelepasan insulinyang disuntikkan dan menamnbah kadar insulin

disirkulasi darah.

3. Diet

Seperti yang diketahui, diet adalah upaya seserang untuk menurunkan berat

badan, atau sebaliknya. Diet terkait erat dengan kesehaan, oleh karena itu diet

tidak bias dilakukan secara sembarangan. Diet harus dilakukan dengan tepat, teliti

dan telaten (Nurlaila, A.K., & Dian,D.A. 2014). Diet harus dilakukan engan teliti
dn tepat dalam pemilihan makanan, pemilihan bahan makanan yang hendak

dikosumsi harus diseleksi dengan benar agar diet tidak sia-sia (Nulaila, et al.,

2014).

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi diet

Kontrol makanan dalam diet adalah hal yang diperlukan manusia

(tergantung beberapa factor agar kebutuhan tubuh akan energy dan zat gizi

lain terpenuhi, sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan optimal)

(Nurlaila, et al., 2014). Faktor-faktor yang memepengaruhi diet:

20

a. Zat pembakar

Merupakan zat gizi yang menghasilkan asupan energy yang

dieprlukan untuk aktivitas fisik.Zat tersebut adalah karbohidra, lemak

dan protein.

b. Zart pembangun

Merupakan zat yang berfungsi untuk pemeliharaan jaringan tubuh

dan mengganti sel yang rusak.Zat ersebut antara ain adalah protein,

air dan mineral.

c. Zat pengatur

Merupakan zat yang berfungsi yang mengatur proses oksidasi,

keseimbngan air, proses penuaan sel, dan mengatur proses ekskresi

sisa oksidasi dalam tubuh. Zat tersebut antara lain adalah protein,

vitamin, dan mineral.

2. Makanan yang perlu dihindari

Terdapat bebarapa makanan yang jika dikonsumsi akan menaikkan

kadar gula darah. Karena itu, penderita DM harus berhati-hati dalam


memilih makanan.Makanan yang banyak mengandung karbohidrat, dapat

membuat kerja pankreas jadi lebih berat. Karbohidrat akan segera diubah

menjadi glukosa, akibatnya peningkatan kadar gula darah terjadi. Hal

tersebut embuat pancreas bereaksi mengeluarkan insulin, agar dapat

menarik zat gula dalam darah dan menyimpannya dalam sel-sel otot dan

hati sebagai sumber energi cadangan (glikogen).(Triana, 2015). Berikut ini

makanan yang perlu dihindari oleh pasien DM:

1. Gula murni seperti gula pasir, gula jawa dan sirup

21

2. Selai, manisan, jelly, permen, coklat, tart cheese, dan eskrim

3. Susu fullcream dikonsumsi secara berlebihan

4. Snack yang mengandung gula dan kalori

5. Mentega dari lemak hewani

3. Makanan yang perlu di konsumsi

Diet yang dianjurkan untuk pasien DM adalah makanan yang

mengandung karbohidrat, lemak, dan protein dalam porsi yang seimbang

dengan kebutuhan tubuh dan susu non fat, seperti susu kedelai. Sebaiknya

pasien DM mengurangi makanan yang dapat merangsang produksi insulin

secara berlebihan. Sebaiknya pasien DM mengkonsumsi makanan yang

berserat tinggi yang dapat membantu menurunkan kebutuhan akan insulin.

Serat merupakan salah satu bagian struktur tumbuhan yang diperoleh dari

kacang-kacangan, biji-bijian, sayur dan buah-buahan (Tarwoto, 2012).

Makanan yang kaya akan serat akan tinggal lebih lama di dalam

lambung, dan porsi makan lebih sedikit yang akan menyebabkan seseorang

merasa kenyang. Ini juga berarti bahwa makanan yang masuk kedalam usus
halus akan masuk lebih lama sehingga proses pencernaan dan penyerapan

akan lebih lama. Diet yang kaya akan serat digunakan untuk mengatasi DM

karena akan memperlambat penyerapan karbohidrat (karbohidrat jika

dipecah akan menjadi molekul gula sederhana) sehingga kadar gula darah

dapat dikontol. Berikut makanan yang perlu di konsumsi oleh penderita

DM adalah :

1. Sayur-sayuran seperti bayam, sawi, toge, wortel dan buncis.

2. Buah-buahan seperti apel, jeruk dan mangga.

22

3. Roti gandum

4. Sumber protein

5. Sumber lemak

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep dan teori yang ingin diamati

atau di ukur dari sebuah penelitian yang akan menjelaskan keterikatan antara variabel,

baik variebel yang diteliti maupun yang tidak di teliti (Notoadmodjo, 2010 ;

Nursalam,2009). Variabel yang diteliti terdiri dari variabel independen dan dependen.

Variabel independennya yaitu pengetahuan penderita DM, sedangkan variabel

dependennya yaitu manajemen diet pasien DM. (Triana, 2015).

G. Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani : Hypo = di bawah; thesis = pendirian,

pendapat yang ditegakkan. Hipotesis atau hipotesa merupakan jawaban atau dugaan

sementara yang masih bersifat praduga (Nursalam, 2009). Dalam penelitian ini hipotesa

yang dapat ditegakkan adalah :


Ho = tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien DM terhadap manajemen

diet.

Ha = ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien DM terhadap manajemen diet.

Anda mungkin juga menyukai